• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ditulis oleh Selasa, 02 Februari :03 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 02 Februari :53

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ditulis oleh Selasa, 02 Februari :03 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 02 Februari :53"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: Ungkap M. Lumban Batu, Suyatman, Rohman dan Gaos Yusuf

Pusat Survei Geologi

Sari: Peta Geologi Kuarter lazim disebut sebagai peta Tipe Penampang (profile type map) yaitu peta yang menggambarkan urut-urutan satuan batuan bawah permukaan (subsurface geology). Oleh karena itu, untuk mendapatkan data geologi bawah permukaan, metode yang dilakukan adalah pemboran dangkal  menggunakan “hand auger”.

Pemboran dilakukan secara acak / random di daerah - daerah yang ditempati oleh endapan Kuarter. Hasil pemboran tersebut dituangkan ke dalam log bor yang menjelaskan deskripsi dan kharakteristik batuan serta litofasiesnya. Log bor tersebut digunakan sebagai data base.

Berdasarkan hasil analisis sedimentologi lingkungan pengendapan / litofasies di daerah pemetaan dapat di bagi menjadi: Endapan Limpah Banjir (FB), Endapan Kipas Aluvial (FA), Endapan Sungai Purba (CH), Endapan Rawa Bakau (MgS), Endapan Pasir Pematang Pantai (B), Endapan Pasang Surut (Tf) , Endapan Laut Dangkal (Sm) dan Endapan pre Holosen (pHs). Selanjutnya berdasarkan variasi atau perbedaan urut urutan stratigrafis dari setiap lingkungan pengendapan litofasies diatas diperoleh sebanyak 15 tipe penampang yang kemudian

digunakan sebagai satuan peta.

Kata kunci: pemboran dangkal, geologi bawah permukaan, lingkungan pengendapan,  tipe penampang

PENDAHULUAN

Kegiatan Pemetaan Geologi Kuarter Skala 1 : 50.000, Tahun Anggaran 2015 dilaksanakan di Lembar Ketapang, Lampung Selatan. Pemilihan lokasi ini didasarkan oleh pesatnya

pembangunan di daerah ini, sehingga untuk mempersiapkan pengembangan wilayah

dibutuhkan  informasi geologi bawah permukaan. Kemajuan pembangunan di wilayah ini dipicu oleh kehadiran  sarana transportasi seperti Trans Sumatera Bagian Timur dan terdapatnya pelabuhan beberapa  pelabuhan ikan tradisional, serta perkebunan Kelapa Sawit.

(2)

Pemetaan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data geologi Kuarter bawah permukaan  serta data geologi lainnya. Data geologi bawah permukaan dapat berupa tataan litologi secara

vertikal dan mendatar. Dengan data tersebut dapat diketahui urut-urutan satuan lingkungan pengendapan dan  dengan demikian dapat ditafsirkan  proses sedimentasi (how basin filled up).  Tujuan pemetaan ini adalah untuk menggambar penyebaran masing-masing lito-fasies ke dalam peta skala 1 : 50.000. Dengan demikian dapat diketahui hubungan dari masing-masing lito-fasies tersebut baik secara vertical maupun horizontal (mendatar). Berdasarkan data tersebut dapat direkonstruksi bagaimana cekungan tersebut diisi sedimen dan sekaligus menggambarkan dinamika Kuarter.

Lokasi Pemetaan

Untuk Tahun Anggaran 2015, Pusat Survei Geologi melakukan Pemetaan Geologi Kuarter Skala 1 : 50.000 di Lembar Ketapang, Lampung Selatan  (Gambar 1). Pencapaian daerah ini dari Bandung dapat dilakukan  melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat/ dua, melalui penyeberangan feri Merak - Bakauhuni,  Kalianda dan terus ke Tanjung Karang  Pada

umumnya  kondisi jalan aspal baik, sedangkan  dengan pesawat udara dapat dijangkau dari Jakarta ke Tanjung Karang.

Metodologi

Pemetaan geologi Kuarter adalah salah satu metoda untuk mengindentifikasi berbagai

fenomena geologi bawah permukaan seperti kemungkinan potensi sumberdaya alam, dan daya dukung endapan Kuarter dan lingkungan. Untuk mendapatkan data geologi bawah permukaan, metode yang dilakukan adalah pemboran dangkal  menggunakan “hand auger” .  Pemboran dilakukan secara acak / random di daerah - daerah yang ditempati oleh endapan Kuarter. Hasil pemboran tersebut dituangkan ke dalam log bor yang menjelaskan deskripsi dan kharakteristik batuan serta litofasiesnya. Log bor tersebut digunakan sebagai data base.

Tataan / susunan litologi baik secara vertikal atupun mendatar dapat menerangkan  proses sedimentasi yang berlangsung selama pengendapan (how basin filled up).

(3)

PENGUMPULAN DATA

Titik Pemboran

Selama pemetaan (Tahap I dan Tahap II), , terkumpul sebanyak 75 titik pemboran.  Kedalaman pemboran minimum adalah 1.50 m, sedangkan kedalaman maksimum adalah 13.60 m. Total kedalaman yang dapat dicapai adalah 907.10 m. Dengan demikian rata rata kedalam yang dicapai adalah 12.01m.  Sebaran titik pemboran di kedua Lembar pemetaan tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1.

Berdasarkan data yang terkumpul dari ke 152 titik pemboran tersebut, susunan batuan  di daerah penelitian ini dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga) jenis lingkungan pengendapan yang berbeda  yaitu:

a. Endapan fluvial

• Endapan Limpah Banjir (flood plain deposits) (Fp)

• Endapan Cekungan Banjir (flood basin deposits) (Fb)

• Endapan Alur Sungai Purba (palaeo channel deposit) (Ch)

b. Endapan laut dekat pantai (near shore deposit)

• Endapan pematang pantai (beach ridges) (B)

(4)

• Endapan Pasang Surut (Tidal flat deposit) (Tf) dan

• Endapan Rawa Bakau  (Mangrove Swamp) (MgS)

c. Batuan pre Holosen (Pra Holocene) (pHs)

A. Endapaan Fluvial

Endapan Limpah Banjir (Flood Plain deposits) (Fp)

Terbentuk pada daerah-daerah yang memiliki morfologi rendah, umumnya terdapat disekitar aliran sungai. Proses pengendapan meterialnya terjadi sewaktu air melimpah dan kemudian diendapankan pada daerah – daerah yang elevasinya rendah. Endapan ini terdiri atas material yang berukuran lempung-lanau hingga pasir sangat halus, terkadang dijumpai humus, daun dan batang kayu. (Gambar 2)

Litologinya terdiri atas lempung pasiran, sering berupa perselingan antara endapan lapisan tipis pasir dan lempung. Kadang kadang dijumpai Konkresi besi, karbonat dan konkresi mangan, mengakibatkan  perubahan warna menjadi berbercak kuning kemerahan akibat dari pengaruh fluktuasi air permukaan  Sungai utama yang merupakan pemasok endapan limpah banjir adalah Sungai Sekampung yang bermuara di Kuala Jaya.

Endapan Cekungan Banjir (Flood basin deposits (Fb)

Endapan cekungan banjir, terutama terdiri atas lempung, lempunglanuan dan lanau sifatnya sangat pejal/liat dan plastis serta lengket (sticky), kadang-kadang mengandung granule dari batuan beku berupa andesitic, dan struktur motling yang berwarna coklat dan hitam yaitu berupa konkresi besi (Gambar 3). Secara umum endapan cekungan banjir berwarna coklat kemerah-merahan dan kadang-kadang abu-abu kecoklatan. Satuan endapan ini sangat sulit ditembuus oleh mata bor. Menurut Cohen dkk. (2003), Reineck and Singh (1973) lingkungan

(5)

cekungan banjir merupakan wilayah dataran rendah, dimana pengaruh suplai dari material sungai sangat kecil.

Endapan Kipas Aluvial (Aluviual Fans deposits) (FA)

Endapan Kipas Aluvial terdiri atas lempung dengan fragmen batuan dan pasir konglomeratik, berwarna coklat bintik bintik hitam, mengalami pelapukan (Gambar 4), Sebaran endapan ini terbatas yang di endapan  di sekitar lereng yang berbatasan dengan morfologi dataran. Secara stratigrafis endapan Kipas Aluvium ditutupi oleh endapan Limpah Banjir berupa lempung liat berwarna kecoklatan dengan struktur motling. Kemudian endapan Kipas Aluvium tersebut dialasi oleh endapan Laut Dekat Pantai/Laut Dangkal berupa lempung hijau kebiru biruan, yang kemudian dialasi oleh endapan pre Holosen berupa pelapukan tuf, yang sifatnya sangat keras dan getas.

B. Endapan Laut Dekat Pantai (Near Shore deposits) (Sm)

Litologinya dicirkan oleh tingkat konsistensinya yang lunak serta kandungan shell fragments dari moluska ataupun dari gastropoda. Terdiri atas lempung lunak, berwarna abu-abu

kebiru-biruan/ kadang kadang kehijauan, dengan sangat mudah dipenetrasi oleh pemboran

Endapan Rawa Bakau ( Mangrove Swamp) (SW)

Endapan rawa pada umumnya berupa lempung berwarna agak gelap mengandung fragmen kayu atau akar akaran dan organic matter lainnya berupa sisa akar-akaran dan daun daunan. Endapan ini di kelompokkan kedalam lingkungan  rawa bakau (mangrove) adalah berdasarkan asosiasi batuannya yaitu berupa endapan pasir pematang pantai dan endapan pasang surut. Endapan Rawa memperlihatkan warna gelap yaitu abu abu gelap – hitam, dengan komposisi litologi berupa lempung, mengandung material organik dan sisa tanaman berupa daun ranting dan batang kayu. Sebagian terawetkan dengan sempurna sehingga bentuknya masih dapat dikenali dengan baik. Kadang kadang litologinya berupa lempung gambutan (peaty clay) dan gambut. (Gambar 5). Berdasarkan posisi stratigrafinya endapan rawa bakau ini dapat

dipisahkan menjadi: Endapan Rawa Bakau yang menutupi langsung endapan pre Holosen Endapan yang terdapat diantara endapan pasang surut, berupa sisipan, dan terdapat fragment kayu yang masih jelas terlihat struktur kayunya

(6)

Endapan Pasir Pematang Pantai  (Beach Ridge deposits) (B)

Satuan ini bersifat urai masih belum mengalami konsolidasi (unconsolidated), dan jenuh air (water saturated). Endapan Pasir Pematang Pantai (B) terdiri atas pasir kasar - sedang. Warnanya bervariasi ada yang coklat kemerahan, abu abu keputihan hingga abu - abu cerah kaya akan mineral kuarsa dan plagioklas, dengan pemilahan sedang - jelek, dan bentuk butir membundar samapi membundar tanggung (Gambar 6). Satuan ini menempati hampir 40 % daerah pemetaan.. Endapan ini menjadi salah satu komoditi tambang yang sudah banyak ditambang, sehingga peninggalan/bekas bekas tambang tersebut menjadi kolam kolam yang tidak dipelihara

Endapan Pasang Surut  (Tidal Flat deposits) (Tf)

Endapan ini dicirikan oleh perselang selingan antara lapisan pasir halus tipis, mengandung daun,  dan sisa tanaman lainnya.. Selain itu, lapisan ini banyak mengandung pecahan cangkang dan fosil moluskan yang terawetkan dengan baik. Umumnya pecahan cangkang moluskat terdapat di dalam sisipan pasir kasar dengan ketebalan yang tipis . Secara umum lapisan ini bersifat liat (dense) dan pejal (plastis) (Foto 7)

C. Endapan pre Holosen (pra Holocene deposits) (pHs)

Endapan pra Holosen (pHs), dicirikan oleh kerasnya batuannya, umumnya merupakan pelapukan dari batuan tuf dari Formasi Lampung (QTl), yang terdiri atas tuf batu apung, tuf riolitik, batu lempung tufaan dan batu pasir tufaan. Warnanya pada umumnya kehijauan, kadang kadang hijau keputihan dan merah kecoklatan  ( Gambar 8.)

Analisis Laboratorium

Sejumlah  percontoh batuan yang menwakili endapan Rawa bakau yaitu berupa lempung hitam dan gambut yang dapat digunakan mengukur umur mutlak dengan metoda  cabon dating (C

(7)

14). Percontoh tersebut diambil dari posisi straigrafi yang berbeda. Adapun percontoh batuan untuk Lembar Ketapang dapat dilihat dalam Tabel .  Sementara untuk Lembar Labuhan Maringgai dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 . Daftar percontoh batuan untuk keperluan analisis Carbon dating ( C 14), Lembar Ketapang

No Urut....No.Contoh...batuan Keterangan

1 KTP - 45 / C - 09 Lapisan gambut berupa sisipan dalam lempung abu abu kehijauan

2 KTP - 46 / C - 10 Lapisan gambut, berupa lempung hitam kecoklatan terdapat pada kedalaman 0.00 m - 2.00 m

3 KTP - 50 / C - 11 Lempung gambutan (pety clay), berwarna coklat muda banyak

mengandung organik material terdapat pada kedalaman 10.50 m - 13.20. Lapisan gambut tersebut terdapat di antara endapan pasang surut (Tf)

4 KTP - 59 / C - 12 Lempung gambutan berwarna coklat muda mengandung pecahan cangkang, sedangkan sisa tanaman tersebar secara tidak merata.Terdapat pada kedalaman 10.60 m - 12.40 m dalam endapan pasang surut (Tf)

5 KTP - 62 / C -13 Lempung hitam dan lapisan gambut di dalam endapan pasang surut (Tf), terdapat di kedalaman 10.00 m - 12.00 m

6 KTP - 75 / C -14 Gambut berwarna hitam kecoklatan, lunak dan banyak mengandung sisa tanaman, semakin ke arah bawah berubah menjadi coklat keabu abuan. Terdapat pada kedalaman 0.00 m - 1.90 m

(8)

7 KTP - 79 / C - 15 Lapisan gambut abu abu kecoklatan, lunak - sedang banyak mengandung organik material dan kayu, di alasi oleh endapan pre Holosen. Terdapat pada kedalaman 5.30 m - 6.40 m

8 KTP - 83 / C - 16 Lempung abu abu gelap / hitam kecoklatan, lunak plastis liat di bagian bawah ada sisa tanaman, dan pecahan cangkang. Batuan dasarnya tidak dapat diketahui. Kedalaman 9.20 m - 14.60 m

9 KTP - 84 / C 17 Lempung coklat tua, lunak ke arah bawah secara berangsur berubah

menjadi coklat muda> terdapat pada kedalaman 7.60 m - 8.40 m, dan di alasi oleh endapan pre Holosen

10 KTP - 86 / C 18 Gambut berwarna hitam, lunak - sedang, terdapat di dalam endapan pasang surut (Tf) sebagai sisipan pada kedalaman 1.50 m - 1.90 m

DISKUSI

Proses pengisian cekungan Kuarter di daerah ini tercermin dari variasi urut - urutan fasiesnya baik secara tegak maupun mendatar. Proses geologi tersebut sifatnya sangat dinamis, yang dengan kata lain dapat mengalami perubahan dalam waktu yang relatif singkat. Perubahan tersebut dapat terjadi secara alamiah dan dapat pula terjadi oleh akibat aktivitas manusia. Perkembangan garis pantai atau berubahnya garis pantai di daerah PANTURA telah banyak didiskusikan oleh Bird dan Ongkosongo (1980).

Pengaruh tektonik, iklim, sistim fluvial dan laut (perubahan muka laut, arus, gelombang)

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dinamika proses pengisian cekungan atau proses pembentukan fasies pengendapan. Suyatman drr (2008) membahas evolusi cekungan Kuarter di daerah Kendal Jawa Tengah terkait dengan tektonik.  Mason, (1990), menyatakan bahwa pasir pematang pantai dapat dipakai sebagai indikasi kedudukan permukaan laut masa lalu dan sebagai indikator letak / posisi garis pantai bahkan kondisi iklim dan rata-rata pengangkatan isostatik. Lebih lanjut Otvos (1999) menyatakan bahwa beach ridgge dapat diterapkan untuk menunjukkan bekas intertidal dan supratidal.

(9)

Beberapa ragam penelitian menyangkut endapan Holosen telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Studi sedimen Holosen di Selat Bangka oleh Hidayat S., dan Moechtar H., 2012, menyebutkan bahwa terjadinya proses perubahan fasies pengendapan disebabkan oleh perubahan muka laut. Sementara itu di daerah Teluk Klabat proses pengisian cekungan dipengaruhi oleh  interaksi antara tektonik, perubahan permukaan laut dan perubahan iklim (Hidayat., S., dan Moechtar.H, 2009). Kombinasi proses antara tektonik regional dan tektonik lokal diperkirakan yang mempengaruhi  proses pembentukan fasies di daerah Cekungan Sumatera Tengah - Kundur (Hidayat,H., dan Moechtar, H., 2008).

Penelitan sedimen pasang surut (tidal sediments) di Kali Keruh, Desa Lorong Agung,

Kecamatan Serang, Kabupaten Pekalongan, memperlihatkan adanya lingkungan pengendapan yang berubah ubah dari zona pasir (bagian atas) dan zona lumpur ( bagian bawah)

(Martosuwito, S,. 2014). Lebih lanjut disebutkan adanya perubahan lingkungan tersebut disebabkan oleh tektonik lokal.

Variasi tipe penampang merupakan gambaran dinamika proses pengendapan yang

berlangsung di dalam cekungan selama pengendapan. Variasi tipe penampang ini ditentukan oleh ragam susunan litologi (lingkungan pengendapan) secara tegak / vertkal. Terbentuknya variasi tipe penampang ini dipengaruhi oleh kedudukan naik turunnya permukaan laut, aktivitas sungai (fluviatil) dan bentuk dari dasar cekungan itu sendiri. Berdasarkan hasil pemboran diketahui ada sebanyak 16 variasi tipe penampang  yang selanjutnya berfungsi sebagi satuan peta. Adapun variasi tipre penampang tersebut adalah sebagai berikut:

Tipe Penampang Endapan Sungai (C) Aluvium muda (Gambar 9)

1.  Endapan alur sungai (Ch) di atas endapan Rawa Bakau (Sw)

2.  Endapan Limpah Banjir (Fp) di atas Endapan Alur Sungai (C) di atas Pasang surut

Tipe Penampang Endapan Aluvium Tua (F) (Gambar 10)

(10)

4.  Endapan Limpah Banjir (Fp) di atas Pasir Pematang Pantai (B)

5. Endapan Kipas Aluvium (FA) di atas  Pasang Surut(Tf) di atas pre Holosen (pHs)

Tipe Penampang Endapan Rawa Bakau (Sw) (Gambar 11)

6. Endapan Rawa Bakau (MgS) di atas  Pasang Surut (Tf) di atas pre Holosen (pHs)

7. Endapan Rawa Bakau (MgS) di atas Endapan Pasang Surut (Tf)

Tipe Penampang Endapan Pasir Pematang Pantai (B) (Gambar 12)

8. Pasir Pematang Pantai (B) di atas Pasang Surut (Tf) di atas Rawa Bakau (Sw) di atas pre Holosen (pHs)

9. Pasir Pematang Pantai (B) di atas Endapan pasang surut (Tf) di atas pre Holosen (pHs)

10. Pasir Pematang Pantai (B), di atas  Pasang Surut (Tf) di atas Pasir Pematang pantai (B) di atas Pasang surut (Tf)

11. Pasir Pematang Pantai (B) di atas Pasang Surut (Tf)

(11)

Tipe Penampang Endapan Pasang Surut (Tf) (Gambar 13)

13. Endapan pasang surut (Tf)

14. Endapan Pasang Surut (Tf) di atas pre Holosen (pHs)

15. Endapan Pasang Surut (Tf) di atas  Pasir Pematang pantai (B) di atas pre Holosen (pHs)

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemda Tk I, Propinsi Lampung atas pemberian izin untuk melakukan  pemetaan  di daerah Ketapang dan sekitarnya .

Khusus kepada Pemerintah TK II, Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Timur, yang memberikan dukungan berupa data – data dan informasi, kami ucapkan

terimakasih. Terimakasih juga kami tujukan kepada seluruh anggota tim yang sudah bersusah payah dan bekerja keras untuk mengumpulkan data di lapangan selama kegiatan pemetaan berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, E.C.F., Ongkosongo O.S.R., 1980. Environmental Changes on the Coast of Indonesia. United Nations University, Tokyo, Japan. 55 p.

Cohen, K.M., Gouw, M.J.P., Holten, J.P., 2003. Fluvio-deltaic floodbasin deposits recording differential subsidence within a coastal prism (central rhine-meuse delta, The Netherlands.

(12)

Dalam Blum, M.D., Marriott, S.B. dan Leclair, S.F. (eds.), Fluvial Sedimentology vii. Int. Assoc. Of sedimentologist, blackwell scientific, 40-68.

Hidayat,S., Moechtar H., Pratomo,I., 2008. Tektonik Sebagai Faktor Pengendali Evolusi Cekungan Kuarter di Daerah Pesisir Kendal Jawa Tengah. Jurnal JTM XV (1) Hal. 213-224.

Mason, O.K., 1990. Beach Ridge Geomorphology of Kotzebue Sound: Implications or Paleoclimatology and Archeology. PhD Dissertation, University of Alaska, 262 pp.

Miall, A.D. 1990. Principles of Sedimentary Basin Analysis - Second Edition. Springer Verlag, New York.

Otvos E.R.,1999. Beach ridges - definition and significance. Gulf Coast Research Laboratory and USM Departmen Coastal Since, OceanSpring, MS 39566-7000, USA, Elsiver

Reineck, H.E.,and I.B. Singh 1973. Depositional Sedimentary Environment. Springer-Verlag Berlin Heidelberg New York.

Reading H.G., 1986. Sedimentary Environments and Facies. Blackwell Scientific Publication, Oxford London, Eidenburgh, Boston, Palo Alto, Melbourne.

S. Andi Mangga, Amirudin, T. Suwarti, S. Gafur dan Sidarto, 2010. Peta Geologi Lembar Tanjungkarang Sumatera Skala 1 : 250.000. Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Bandung

B. Hermanto, Kusuma, E.Rusmana, Sukardi dan H.Z Abidin 1999. Peta Geologi Lembar Kalianda, Sumatera, Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

(13)

S. Hidayat, H.Moechtar, Mulyono, dan D.A. Siregar, 1997. Peta Geologi Kuarter Lembar

Kalianda, Lampung, Skala 1 : 50.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

Hidayat,S., Moechtar H., Pratomo,I., 2008. Tektonik Sebagai Faktor Pengendali Evolusi Cekungan Kuarter di Daerah Pesisir Kendal Jawa Tengah. Jurnal JTM XV (1) Hal. 213-224. Lampiran: a

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka peningkatan mutu pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan hortikultura maka tuntutan kualitas dan kuantitas mutu program merupakan keharusan karena

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penempatan cantilever absorber DDVA-dependent pada ujung system dengan rasio inersia massa absorber 1/10 mampu mereduksi

Data yang digunakan dalam penerapan Model Dinamik adalah data penjualan dan data biaya modal bulan Februari (t-1) dan Maret (t) pada tahun 2006 karena model tersebut

7 dapat ditingkatkan lagi, sehingga kesiapan guru Bimbingan dan Konseling terkondisikan dalam melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, layanan

galur bakteri pada lempeng sediaan uji dari tiap dosis, hampir semua memberikan jumlah revertan lebih kecil, sama atau lebih besar (tidak lebih dua kali) bila dibandingkan

PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR MELALUI MEDIA MASSA CETAK” (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Pelanggan di Surabaya Terhadap Sosialisasi Program Listrik Prabayar

Sesuai dengan penelitian yang bersifat kulitatif, maka responden yang menjadi informan adalah mereka yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan program CSR Menara

Aktivitas siswa kelas IV-A SDN Tanah Kalikedinding II/252 Surabaya memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi