• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE TSAQIFA DALAM MEMUDAHKAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA MASYARAKAT DI DESA DOREBARA, KABUPATEN DOMPU NTB SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE TSAQIFA DALAM MEMUDAHKAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA MASYARAKAT DI DESA DOREBARA, KABUPATEN DOMPU NTB SKRIPSI"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

NURUL FITRAH ISLAMIAH NIM: 10519214314

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1439 H/ 2018 M

(2)
(3)
(4)
(5)

vi

NIM : 105192143

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Agama Islam

Kelas : C

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyususnan proposal sampai selesai penyusunan skropsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3 saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjan perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 04 Dzulka’dah1439 H 17 Juli 2018 M

Yang Membuat Pernyataan

Nurul Fitrah Islamiah NIM: 105192143

(6)

vii

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana bentuk implementasi metode tsaqifa dalam belajar membaca Al-Qur’an pada masyarakat di desa Dorebara kabupaten Dompu, NTB. 2) bagaimana hasil implementasi metode tsaqifa dalam memudahkan belajar membeca Al-Qur’an pada masyarakat buta aksara Al-Qur’an di desa Dorebara, kabupaten Dompu.

Penelitian dilaksanakan di kabupaten Dompu, Desa Dorebara. Yang berlangsung selama 2 bulan dimulai sejak Mei hingga Juni 2018. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Penggumpulan data dilakukan dengan cara observasi, serta evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian sampai dengan akhir penelitian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Bentuk implementasi metode tsaqifa yaitu mengenalkan 28 huruf hijaiyah dan perubahannya, bentuk penggabungan huruf, mengenal cara pengelompokkan huruf berdasarkan kemiripan bentuk huruf, posisi tempat keluarnya huruf serta sifat-sifat huruf. Kemudian mengenalkan bunyi vocal atau kharokat,

mengenal bunyi tanwin, mengenal tanda baca mad, mengenal huruf mati atau sukun, mengenal huruf tasdid, kemudian dilanjutkan dengan membaca potongan ayat-ayat Al-Qur’an dan terakhir yaitu latihan membaca Al-Quran sambil memperkenalkan tajwid terapan. 2) implementasi metode Tsaqifa dapat mempermudah dalam belajar membeca Al-Qur’an pada masyarakat buta aksara Al-Qur’an di Desa Dorebara. Hal ini dilihat dari adanya perubahan kemampuan membaca peserta. Dimana dari 10 orang peserta, pada siklus I terdapat 4 peserta yang sudah tuntas, kemudian ketuntasan ini meningkat lagi pada siklus II hingga mencapai 8 peserta yang telah tuntas, sementara 2 peserta lagi masih belum tuntas. Meski masih ada beberapa masyarakat yang masih belum bisa memahami bacaan Al-Qur’an secara utuh, akan tetapi sebagian besar masyarakat yang belajar membaca Al-Qur’an dengan menerapkan metode Tsaqifa telah mengalami peningkatan dalam kemampuannya membaca Al-Qur’an. Metode Tsaqifa juga tidak akan dapat mencerdaskan begitu saja tanpa ada kemauan dan semangat belajar dari diri individu itu sendiri.

Kata Kunci: metode Tsaqifa, membaca Al qur’an, buta aksara Al-Qur’an.

(7)

viii KATA PENGANTAR

َدْﻣَﺣْﻟا ﱠنِا

َو ُه ُدَﻣ ْﺣَﻧ ِ ﱠ ِ

ُﻔْﻧَا ِر ْوُر ُﺷ ْن ِﻣ ِ ﱠ َﷲ ﺎ ِﺑ ُذ ُو ُﻌَﻧ َو ,ُه ُرِﻔْﻐَﺗ ْﺳَﻧ َو ,ُﮫُﻧْﯾِﻌَﺗْﺳَﻧ

ِت َﺎﱢﯾ َﺳ َو ﺎَﻧ ِﺳ

َا َو ,ُﮫَﻟ َكْﯾ ِرَﺷ َﻻ ُهَد ْﺣ َو ,ُﮫَﻟ ﱠل ِﺿُﻣ َﻼَﻓ ُ ﱠ َ ا ْهِدْﮭَﯾ ْنَﻣ ,ﺎَﻧِﻟ ﺎَﻣْﻋَا

ُد ْﺑَﻋ ا ًدﱠﻣَﺣُﻣ ﱠنَا ُدَﮭْﺷ

ُه

ًر ْﯾِﺛَﻛ ﺎًﻣْﯾِﻠ ْﺳَﺗ َمﱠﻠ َﺳ َو ِﮫ ِﺑ ﺎَﺣ ْﺻَا َو ِﮫ ِﻟَا ﻰ َﻠَﻋ َو ِﮫ ْﯾَﻠَﻋ ُ ﱠ َﷲ ﻰﱠﻠ َﺻ ُﮫ ُﻟ ْو ُﺳ َر َو

:ُد ْﻌَﺑ ﺎ ﱠﻣَا ا

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji, meminta pertolongan dan memohon ampunan-Nya. Kami berlindung kepada Allah

Subhanahu wa ta’ala dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan amalan kami. Barangsiapa yang AllahSubhanahu wa ta’ala beri petunjuk kepadanya, maka tidak ada yang mampu menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Allah subhanahu wa ta’ala menyesatkannya, maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Semoga shalawat dan salam Allah limpahkan untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Allhamdulillah

,

tiada jalan tanpa rintangan, tiada sukses tanpa perjuangan, tidak terasa akhirnya sampai pada titik akhir penyelesaian skripsi. Namun semua ini tak terlepas dari berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan material, maka melalui

(8)

ix

kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu dan bapak tercinta, serta kedua adikku yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, setiap waktu bersujud dan berdoa demi kelancaran penulisan skripsi ini hingga tercapainya cita-cita penulis.

2. Bapak Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE.MM Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Amirah Mawardi, S.Ag, M.Si Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Dr. M Ilham Muchtar, Lc. MA. dan Ahmad Nashir, S.Pd.I,. M.Pd.I pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing serta memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat tersusun.

6. Bapak Kepala desa Dorebara yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

7. Masyarakat desa Dorebara yang telah sudi meluangkan waktunya untuk belajar bersama peneliti

8. Sahabat-sahabat seperjuangan, teman-teman berlembaga, serta saudara-saudara yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

(9)

x

persatu, penulis ucapkan banyak timakasih untuk kerja sama dan motivasi yang telah kita bagi bersama.

Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala berkenan memberikan balasan yang setimpal kepada beliau-beliau sesuai dengan amal yang telah diberikan kepada penulis. Tidak mengurangi rasa hormat dan dengan rendah hati penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan terbatasnya kemampuan yang penulis miliki, atas kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan nilai guna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin Ya’Robbal’Alamin.

Makassar, 23 Juli 2018 Penulis

(10)

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

PENGESAHAN SKRIPSI ...iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ...iv

PESETUJUAN PEMBIMBING...v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II KAJIAN TEORITIS ...6

A. Implementasi Metode Tsaqifa ...6

1. Pengertian Implementasi Metode Tsaqifa...6

2. Sejarah Metode Tsaqifa...8

B. Belajar Membaca Al-Qur’an ...9

1. Pengertian Al- Qur’an ...9

2. Belajar Membaca...20

3. Metode-Metode Membaca Al-Qur’an...25

C. Masyarakat Buta Aksara Al-Qur’an ...27

(11)

A. Jenis dan Objek Penelitian...30

B. Desain Penelitian ...30

C. Prosedur Penelitian...31

D. Instrumen Penelitian ...34

E. Teknik Pengumpulan Data ...36

F. Metode Analisis Data ...36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...38

A. Profil Desa Dorebara...38

1. Sejarah Desa ...38

2. Gambaran Umum Demografis ...40

3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan ...41

B. Deskripsi Per Siklus ...43

1. Siklus I ...46

2. Siklus II ...52

C. Implementasi Metode Tsaqifa Dalam Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Masyarakat Di Desa Dorebara Kabupaten Dompu NTB...59

BAB V KESIMPULAN...64

A. Penutup...64

B. Saran...65 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(12)

Tabel 2. Daftar peserta yang siap belajar bersama membaca Al-Qur’an...44

Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran...48

Tabel 4. Jadwal pertemuan siklus I ...51

Tabel 5.Hasil evaluasi siklus I ...54

Tabel 6. Jadwal pertemuan siklus II ...56

Tabel 7. Hasil evaluasi siklus II ...58

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan petunjuk yang diberikan kepada manusia untuk dapat selamat dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Namun Allah yang menentukan apakah seseorang mendapatkan hidayah atau tidak dari kegiatan mempelajari Al-Qur’an atau menelaah petunjuk lainnya.1

Sebelum menelaah sebuah petunjuk yang terdapat di dalam Al-Qur’an tentu seseorang harus mampu terlebih dahulu untuk dapat membaca Al-Qur’an. Dapat membaca Al-Qur’an merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim karena membaca Al-Qur’an adalah bentuk ibadah seorang hamba. Membaca Al-Qur’an juga merupakan bagian dari pelaksanaan shalat, yang dimana shalat adalah amalan pertama yang akan dihisap di hari akhir nanti. Saat melakukan shalat tentu seseorang haruslah terlebih dahulu mengetahui apa yang harus dibacanya, seperti surat Al-Fatiha dan surat pendek lainnya.

Menurut Imam al-Ghazali shalat yang dilakukan dengan kesadaran harus mengandung paling sedikitnya enam keadaan jiwa dan salah satunya yaitu pemahaman yang mendalam mengenai makna yang diucapkan sehingga terjadi keselerasian dan kesesuaian antara gerak dan ucapan lisan

1 Sani Abdulah Ridwan, Sains Berbasis Al-Qur’an,(Jakarta:PT Bumi Aksar,2015)

h.ix

(14)

lahir dengan getaran perasaan batin.2 Meski masyarakat Indonesia merupakan penduduk muslim terbanyak di dunia, mayoritas masyarakat Indonesia tidak fasih melafaskan bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Qur’an itu sendiri. Sering kita temukan masyarakat dewasa yang belum mampu membaca Al-Qur’an. Banyak di antara mereka yang baru ingin mempelajari Al-Qur’an setelah menginjak usia dewasa, namun beranggapan bahwa belajar membaca Al-Qur’an pada usia dewasa merupakan hal yang cukup sulit. Padahal Allah subhaanahu wa ta’ala telah menjanjikan kemudahan dalam mempelajari Al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya.



















Terjemahnya:

“Sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran (peringatan), maka adakah yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar[54]: 17)3

Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu propinsi di Indonsia yang penduduknya terkenal religius, hal ini diamati dari lahirnya banyak generasi yang menjadi qari’ atau penghafal Al-Qur’an, bahkan K.H TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A yang merupakan gubernur NTB adalah seorang penghafal Al-Qur’an.

Islam akan menjadi kuat apabila ajaran di dalamnya senantiasa dijadikan tradisi wajib yang selalu diwarisi pada setiap generasi. Namun

2Muhammad Haikal Akbar,Agar Sholat Bisa Khusyu’(Syaifa Pressindo. 2010) h. 49. 3 Kementrian Agama,Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014)

(15)

dibalik semua itu penulis masih menemukan masyarakat dewasa yang belum mengenali aksara Al-Qur’an. Hal ini diakibatkan oleh kelalaian masa muda, pendidikan yang minim, dan kesempatan belajar yang kurang.

Berbagai metode bermunculan guna membantu seseorang dalam mempelajari Al-Qur’an, seperti metode Iqro, Qiroah dan Murojaah. Namun beberapa metode ini hanya memungkinkan bagi orang yang memiliki banyak waktu luang, misalnya metode Iqro yang memiliki 6 jilid, bagi anak-anak biasanya baru mampu menyelesaikan Iqro setelah 6 tahun belajar. Hal ini jelas bahwa metode tersebut sangat tidak memungkinkan bagi orang yang mememiliki banyak kesibukan. Maka dalam hal ini peneliti mencoba menawarkan metode Tsaqifa sebagai salah satu metode baru yang ditemukan Umar Taqwim.

“Tsaqifah adalah sebuah metode baca tulis Al-Qur’an yang sedang berkembang di Indonesia, sebagai salah satu alternatif metode untuk mengatasi buta huruf Al-Qur’an di kalangan muslim. Tsaqifa dirancang khusus untuk orang dewasa yang belum bisa membaca Al-Qur’an Target metode ini yaitu seseorang diharapkan mampu membaca Al-Qur’an tingkat dasar atau pra tajwid. Bukan tingkat mahir.4

Metode ini menggunakan pendekatan yang global dalam pembelajarannya, dengan maksud anda akan diajak menguasai 28 huruf hijaiyah memakai teknik yang sederhana. Metode Tsaqifa terinpirasi dari keprihatinan terhadap kondisi buta aksara Al-Qur’an yang masih dialami sebagian kecil masyarakat Indonesia. Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa buta aksara merupakan sebutan untuk menjelaskan kemampuan membaca

4 Takwim Umar,Tsaqifa cara cepat dan mudah belajar membaca al-qur’an(Pustaka

(16)

dan menulis yang belum cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini sama dengan buta aksara dalam arti terbatas, yang berarti ketidakmampuan untuk membaca atau menulis kalimat sederhana dalam bahasa apapun. Jadi dapat disimpulkan bahwa kondisi buta aksara Al-Qur’an merupakan kondisi dimana seseorang tidak mampu membaca atau mengenali huruf hijaiyah.

Melihat dari hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh dari penerapan metode Tsaqifa pada masyarakat buta aksara Al-Qur’an yang ada di NTB, terhususnya di kabupaten Dompu, kecematan Dompu, desa Dorebara. Alasan peneliti memilih desa Dorebara karena di desa tersebut sering dilaksanakan rutinitas belajar membaca Al-Qur’an pada anak-anak dan remaja hingga menghasilkan banyak qari’ dan penghafal Al-Qur’an. Namun disisi lain masih ada masyarakat dewasa yang belum mampu membaca Al-Quran. Banyak yang memberi alasan, sibuk dengan pekerjaan, malu serta tidak nyaman belajar di usia dewasa. Maka dalam hal ini peneliti berharap dengan adanya metode Tsaqifa dapat membantu masyarakat dewasa untuk mempelajari Al-Qur’an dengan mudah tanpa harus menyita banyak waktu. Untuk itu peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Metode Tsaqifa Dalam Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Masyarakat Buta Aksara Al-Qur’an di Desa Dorebara, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, NTB”

(17)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Bentuk penerapan metode Tsaqifa dalam belajar membaca Al-Qur’an di Desa Dorebara, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, NTB ?

2. Bagaimana hasil implementasi metode Tsaqifa pada masyarakat dewasa di Desa Dorebara, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, NTB?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk implementasi metode Tsaqifa di Desa Dorebara, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, NTB

2. Untuk mengetahui hasil implementasi metode Tsaqifa pada masyarakat dewasa buta aksara Al-Qur’an di Desa Dorebara, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, NTB.

D. Manfaat/ Kegunaan Penelitian 1. Teoritis

Untuk menambah khasanah pengetahuan tentang masyarakat buta aksara Al-Qur’an dan penerapan metode Tsaqifa.

2. Praktis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para pendidik atau tokoh agama, sebagai bahan acuan dalam menerapkan pendidikan Al-Qur’an pada masyarakat.

(18)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Implementasi Metode Tsaqifa

Implementasi adalah sebuah tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah dirancang sebelumnya. Dikutip dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) bahwa dijelaskan kata implementasi berarti pelaksanaan:pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk- dari apa yang disepakati.5 Jadi implementasi merupakan betuk aksi nyata dalam menjalankan suatu rencana yang telah dirancang dengan matang sebelumnya.

1. Pengertian Metode Tsaqifa

“Metode secara harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau Prosedur Yang dipakai Untuk Mencapai Tujuan tertentu.”6

Jadi metode dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode juga memiliki nilai strategis dalam sebuah pembelajaran, karena dapat mempengaruhi jalanya kegiatan pembelajaran.

Ada beberapa hal mendasar yang harus diperhatiakn saat memilih metode yaitu:

5 KBBI edisi ketiga tahun 2015. Diterbitkan oleh Departeman Pendidikan Nasional,

Balai Pustaka. H.4416

Fathurrohman.dkk,Stategi Belajar Mengajar.(Bandung.PT Refika aditama)h.55 6

(19)

1) Prinsip motivasi dan tujuan belajar.memotivasi memiliki kekuatan sangat dasar dalam proses pembelajaran. Belajar tanpa motivasi seperti badan tanpa jiwa.

2) Prinsip kematangan dan perbedaan individual. Belajar memiliki masa kepekaan masing-masing dan tiap orang memiliki tempo kepekaan yang tidak sama.7

Metode Tsaqifa merupakan metode pembelajaran praktis, dengan pendekatan yang simple pada pemula yang belum mengenal huruf Arab sama sekali. Agar bisa membaca tingkat dasar dengan waktu kurang lebih 71/2 jam atau lima kali pertemuan.

Metode ini menggunakan pendekatan yang global dalam pembelajarannya, dengan maksud anda akan diajak menguasai 28 huruf hujaiyah memakai teknik yang sederhana. Metode ini tidak akan diperkenalkan 28 huruf hijaiyah secara berurutan melainkan huruf tersebut dikelompokkan dalam 2 kelompok; pertama, huruf yang berkonsonan sama dengan huruf latin (18 huruf) dan kedua, huruf yang konsonannya tidak sama dengan huruf latin (10 huruf). Kemudian huruf yang sama dengan huruf latin digabungkan menjadi sebuah kalimat yang sangat mudah diingat yaitu

َف

َص

َق

َط

َج

َو

َت

َك

َس

َر

َل

َم

َي

َس

َم

َن

. Kata-kata ini akan dijelaskan secara detail baik harokatnya maupun perubahan bentuknya. Begitu pula untuk huruf yang konsonannya tidak sama dengan huruf latin akan dijelaskan secara detail dengan teknik pendekatan kesamaan bentuk dan pengelompokan letak tempat keluarnya huruf.

(20)

Bagian pengenalan harokat atau tanda baca (fathah, kasroh, dhommah, tanwin, bacaan panjang, sukun dan tasydid) akan dikenalkan dengan pola tetap, berkesinambungan dan bervariasi. Pada bagian terakhir latihan membaca Al-Qur’an, murid tidak akan diajarkan membaca dari surat-surat pendek terlebih dahulu seperti Al- Fatihah, An-Naas, Al-Falaq dan seterusnya, akan tetapi langsung dari awal zus 30 yaitu An-Naba ke bawah, hal itu dimaksudkan agar pertama kali membaca murid tidak mengandalkan hafalanya melainkan teori yang telah diperoleh.8

Ada tiga tahapan yang harus dilewati saat belajar membaca Al-Qur’an melalui metode Tsaqifa yaitu, menguasai huruf hijaiyah dan perubahanya, menguasai tanda baca, dan mempraktekkan hasil pembelajaran. Jadi yang dimaksud dengan implementasi metode Tsaqifa adalah suatu cara menerapkan metode dalam belajar mengenali huruf hijaiyah dengan pembelajaran yang unik dan sederhana.

2. Sejarah Metode Tsaqifa

Umar Taqwim, lelaki asal Bojonegoro yang telah menemukan metode Tsaqifa menuturkan bahwa, metode yang dikhususkan untuk orang dewasa ini lahir dari pengalaman yang dilaluinya di lapangan, dimana ia merasa bahwa mengajarkan orang dewasa dalam membaca Al-Qur’an memiliki kendala tersendiri.

8 Takwim Umar, 71/2 Jam Bisa Membaca Al-Qur’an Metode Tsaqifa.( Solo:Nur

(21)

Ketika menjadi pengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di Bekasi daerah Pondok Gede Permai ia mengakui bahwa saat mengajarkan anak-anak membaca Al-Qur’an menggunakan metode dari Jogja tidak ada masalah, namun masalah itu timbul saat orang dewasa belajar membaca Al-Qur’an.

Umar Taqwim merasa metode tersebut tidak dapat memenuhi keinginan orang dewasa yang hanya punya waktu dua kali dalam sepekan. Saat menggunakan metode tersebut pada orang dewasa, ada anaknya yang sudah mencapai jilit lima sedangkan bapaknya baru jilit satu. Jelas hal tersebut akan menimbulkan rasa malu pada sang bapak yang akhirnya membuat orang dewasa tersebut tidak konsentrasi lagi dalam belajar membaca Al-Qur’an. Inilah salah satu alasan lahirnya metode Tsaqifa.

Nama Tsaqifa sendiri berasal dari kata Tsaqofa yang artinya pandai dan cepat di dalam memahami sesuatu. Istilah Tsaqofa kemudian disederhanakan penyebutanya menjadi Tsaqifa. Dimana Umar Taqwim berharap orang yang belajar melalui metode Tsaqifa dapat memaksimalkan otak kanan dan otak kirinya dalam memahami dengan mudah.

B. Belajar Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian Al-Qur’an

Secara bahasa Al-Quran berasal dari bahasa Arab, yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti bacaan. Al-Qur’an adalah kallamullah

(22)

yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara jibril yang termaktub dalam mushaf-mushaf, yang dinukil sampai pada kita secara mutawatir.9

“Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam. Al-Qur’an menurut bahasa berarti “Bacaan”. Para ulama mendefinisikan Al-Qur’an dengan “Kalam Allah subhaanahu wa ta’ala yang merupakan mukzizat yang diturunkan (diwahyukan) Kepada Nabi Muhammad

shallallahu ‘alaihi wa salamdan membacanya adalah ibadah “10 Jadi Al-Qur’an Merupakan kitab suci umat islam yang diwahyukan kepada nabi terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam

melalui perantaraan malaikat Jibri. yang dimulai dengan surah Al-Fatihah yang ditutup dengan surah An-Nas dan membacanya adalah ibadah. Serta berfungsi sebagai panduan kehidupan umat manusia.

a. Nama Lain Al-Qur’an

Kitab suci Al-Qur’an memiliki banyak nama. Nama-nama ini berasal dari ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an. Adapun nama-namanya yaitu antara lain:

1) Al-Kitab (buku)

Nama Kitab pertama kali disebutkan dalam surah Al-Baqarah[2]:2. Allahsubhaanahu wa ta’alaberfirman.

















9Kurnaedi abu ya’la,Tajwid Lengkap Asy-syafi’I (cetakan ke3.Jakarta: pustaka imam

syafi’I, 2013) hal.3.

10 Takwim Umar, 71/2 Jam Bisa Membaca Al-Qur’an Metode Tsaqifa.( Solo:Nur

(23)

Terjemahnya:

“Kitab (Al-Qur’an) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”(Q.S Al-Baqarah[2]:211

Sebutan Al-Kitab maksudnya ialah bahwa Al-Qur’an ditulis atau artinya diperintahkan untuk ditulis. Sedang yang dimaksud dengan takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya, tidak cukup diartikan dengan takut saja. 2) Al- Furqan (pembeda benar salah)

Allah subhaanahu wa ta’ala menyebutkan Al-Furqan (pembeda) karena Al-Qur’an merupakan pembeda yang jelas antara kebenaran dengan kebatilan. Allah subhaanahu wa ta’ala

menyebutkan Al-Furqan ini dalam firmannya.



























Terjemahnya:

“Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”(Q.S Al-Furqan[25]:1)12

11Kementrian Agama,Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014) h 12Kementrian Agama,Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014)

(24)

3) Adz-Dzikir (pemberi peringatan)

Al-Qur’an disebutkan Adz-Dzikir yang artinya pemberi peringatan karena dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat peringatan pada manusia. Nama ini diambil dari firman Allah

subhaanahu wa ta’ala.

















Terjemahnya:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”(Q.S Al-Hijr [15]:9)13

Ayat Ini juga memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

4) Al-Huda (petunjuk)

Dikatakan Al-Huda karena Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia, nama ini disebutkan dalam firman Allah

subhaanahu wa ta’alayang berbunyi sebagai berikut.





























Terjemahnya:

“Dan Sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadanya. barangsiapa beriman kepada Tuhannya, Maka ia tidak takut akan pengurangan

(25)

pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.”(Q.S Al-Jin [72]:13)14

5) An-Nur (cahaya)

An-Nur yang artinya cahaya. Dikatakan An-Nur karena petunjuk-petunjuknya adalah sebagai penerang hati. Nama ini juga disebutkan dalam firman Allah subhaanahu wa ta’ala.































Terjemahnya:

“Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan Telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (Q.S An-Nisaa’[4]:174.)

b. Keutamaan Mempelajari dan Mengajarkan Al-Qur’an

Tidak hanya perintah membaca, Rasulullah SAW juga menjelaskan keutamaan orang-orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Quraan dengan bersabda:

َنﺎَﻣْﺛُﻋ ْنَﻋ

ﮫﻧﻋ ﷲ ﻰﺿر

ﱢﻰِﺑﱠﻧﻟا ِنَﻋ

ﮫﯾﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ

مﻠﺳو

َلﺎَﻗ

»

ُﮫَﻣﱠﻠَﻋ َو َنآ ْرُﻘْﻟا َمﱠﻠَﻌَﺗ ْنَﻣ ْمُﻛُرْﯾَﺧ

«

يرﺎﺧﺑﻟا هاور

Artinya:

“Dari Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik

(26)

kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” Hadits riwayat Bukhari.”15

Ayat di tersebut menjelaskan bahwa orang yang mempelajari Al-Qur’an digolongkan menjadi sebaik-baik umat Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa salam. Hal ini menunjukan bahwa belajar Al-Qur’an juga merupakan suatu hal yang sangat penting serta wajib dipelajari bagi setiap manusia yang mengaku dirinya muslim.

Saat membaca AL-Qur’an kita dianjurkan untuk belajar dari ahlinya agar dapat memahami cara membaca yang baik dan benar, yang sesui tuntunan dalam membaca Al-Qur’an seperti tajwid, hukum-hukum dan ilmu-ilmu lainnya. Karena Allah subhaanahu wa ta’ala juga telah memerintahkan kepada setiap hamba untuk selalu membaca Al-Qur’an sebagai bentuk taqarrub hamba kepada Rabbnya. Sebagaimana firma-Nya dalam Al-Qur’an yang berbunyi.





















































Terjemahnya:

“Bacalah Kitab ((Al-Qur’an) yang telah di wahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu menecegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan ketahuilah mengingat Allah dalam shalat itu lebih besar

(27)

(keutamaannya dari ibadah lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S Al-kabut:45)16

Ayat di atas semakin memperkuat bahwa membaca Al-Qur’an merupakan suatu keharusan dan wajib. Setiap orang yang mengaku muslim haruslah senantiasa belajar Al-Qur’an karena Al-Qur’an merupakan kitab pedoman kehidupan umat islam.

Membaca Al-Qur’an juga akan dibalas pahala oleh Allah SWT. Sebagaimana yang dijelaskan hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:

ٍد ْوُﻌْﺳَﻣ ِنْﺑ ا ِنَﻋ َو

ﻧﻋ ُ ﱠﷲ ﻲﺿ ر

ُل ْوُﺳ َر َل ﺎَﻗ :َل ﺎَﻗ

ِﱠ ا

َﺻ

ﻋ ﱠ ا َل

ُﮫَﻠَﻓ ِ ﱠﷲ ِب ﺎَﺗِﻛ ْنِﻣ ﺎًﻓ ْرَﺣ َا َرَﻗ نَﻣ ) : مﻠﺳ و ﮫﯾﻠ

ْﻟ ا َو ,ُﺔَﻧَﺳَﺣ

ٌم َﻻ َو , ٌفِﻟ َا : ُل وُﻗ َا َﻻ ,ﺎَﮭِﻟ ﺎَﺛْﻣ َا ِرْﺷَﻌِﺑ ُﺔَﻧَﺳَﺣ

: ل ﺎﻗ و ,ي زﻣ رﺗﻟا ه ا و ر) .( ٌف ْرَﺣ ٌمﯾِﻣ َو , ٌف ْرَﺧ

د

نﺳﺣ ثﯾ

ﺣﺻ

.(ﺢﯾ

Artinya:

Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf .” (HR.At-Tirmidzi:2910 dan ia berkata bahwa hadistnya hasan shahih. Dishahihkan oleh Al-Albani).17

Hadist tersebut menjelaskan bahwa dalam setiap satu huruf yang kita baca dalam Al-Qur’an akan diberi ganjaran pahala sepuluh kali lipat. Dan alif lam mim bukan lah satu huruf melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf dan seterusnya. Maka dari itu tidak adalah ruginya bila lidah dibiasakan untuk selalu membaca

Al-16Kementrian Agama,Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014)h.401

(28)

Qur’an. Bahkan Al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi para pembacanya. Hal ini jelaskan dalam sabda Rasulullah yang ditulis Imam An-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin, pada bab keutamaan membaca Al-Qur’an.

َﺔَﻣ ﺎَﻣَا ﻲِﺑَا ْنَﻋ

ﮫﻧﻋ ﷲ ﻰﺿر

ِﻣَﺳ :َلﺎَﻗ

ِﱠَﷲا َلوَﺳَز ُتْﻌ

َﺻ

َل

ﱠﷲ

مﻠﺳ و ﮫﯾﻠﻋ

ُل ْوﻠُﻘَﯾ

:

)

َرْﻗا

ﺎَﯾِﻘﻟا َم ْوَﯾ ْﻲِﺗْﺎَﯾ ُﮫﱠﻧِﺎَﻓ , ْنَارُﻘﻟااو ُؤ

(مﻠﺳﻣ هاور).(ِﮫِﻧﺎَﺣْﺻَ ِﻻ ﺎًﻌﯾِﻔَﺷ ِﺔﯨﻠَﻣ

Artinya:

Abu Umamah Rodiyallahu anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah salallahu alaihi wa salam bersabda,’Bacalah Al-Qur’an, karena pada hari kiamat ia akan datang sebagai syafaat untuk para pembacanya’.”(HR.Muslim:804,hadist shahih)18

Membaca Hadist tersebut jelas merupakan kabar gembira bagi kita. Sebab Rasullullah mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah syafaat di hari kiamat. Ini merupakan suatu keutamaan bagi para pembaca Al-Qur’an, bahkan jikalaupun tidak ada lagi keutamaan lainnya, maka cukuplah hadiah syafaat itu sebagai pemompa semangat sehingga kita bisa senantiasa membaca Al-Qur’an.

Begitu banyak keutaaman yang dapat kita temuai dalam membaca Al-Qur’an, maka alangkah rugilah kita jika tidak ingin berusaha mempelajari Al-Qur’an itu sendiri.

(29)

c. Adab Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab yang istimewa dan berbeda dengan kitab-kitab buatan manusia. Oleh karena itu dalam membacanya haruslah mengikuti adab-adab yang diajarkan oleh Rasulullahsallallahu alaihi wa sallamdi antaranya yaitu:

1) Mengihlaskan niat

Membaca Al-Qur’an haruslah dengan niat karena Allah semata, bukan karena ingin mendapatkan pujian, atau hal lain yang berkaitan dengan dunia saja.

“Imam An-Nawawi berkata:” Hendaklah jangan berniat dengannya untuk mendapatkan dunia baik yang berupa harta benda, kepemimpinan, kewibawaan, keunggulan di antara kawan-kawan, pujian manusia ataupun yang semisalnya”19 2) Suci dari hadas besar dan kecil

Jika ingin membaca Al-Qur’an maka hendaklah seseorang dalam keadaan suci atau tidak dalam keadaan berhadas.

3) Menghadap kiblat

Dianjurkan bagi pembaca Al-Quran untuk menghadap ke arah kiblat. Karena kiblat adalah arah paling utama dimana orang-orang shalih menghadap kiblat ketika mendekatkan diri kepada Allahsubhaanahu wa ta’ala. Sebagaimana firman-Nya:

(30)

























































































Terjemahnya:

“Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”(Q.S Al-Baqarah[2]:14420

Menegadah ke langit ialah nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam sering melihat ke langit berdoa dan menunggu-nunggu Turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.

4) Bersiwak

Bersiwak yaitu membersihkan mulut dengan siwak untuk mendatangkan ridha Allah subhaanahu wa ta’ala, atau dengan cara menggosok gigi. Rasulullah SAW bersabda:

(31)

ِﺑ ْا ْنَﻋ

َلَﺻ ِ ﱠ ا ُل ْوُﺳ َر ﱠن َا ﮫﻧﻋ ُ ﱠﷲ ﻲﺿ ر ٍد ة َرْﯾ َرُھ ﻲ

ْن َا َﻻ ْوَﻟ ) : َل ﺎَﻗ َمﻠﺳ و ﮫﯾﻠﻋ ﱠ ا

ﻲِﺗﱠﻣ ُا َلَﻋ ﱠقُﺷ َا

ْو َا

َلَﻋ

ِس ﺎﱠﻧﻟ ا

ُقﻔﺗﻣ) .(ٍة َﻼَﺻ ﱢلُﻛ َﻊَﻣ َك ا َوﱢﺳﻟ ﺎِﺑ ْمُﮭُﺗ ْرَﻣ ﻻ

(ﮫْﯾَﻠَﻋ

Artinya:

Dari Abu Hurairah rodiallahu anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, seandainya aku tidak memberatkan atas umatku-atau kepada manusia-aku pasti perintahkan mereka untuk bersiwak bersamaan dengan setiap kali sholat.” (Muttafaqun ‘alaihi. HR-Bukhari:887 dan Muslim 452)21

Perintah bersiwak jelas merupakan salah satu bentuk kecintaan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa salam pada umatnya, mengingat bahwa bersiwak merupakan suatu kebiasaan yang dapat mendatangkan banyak kebaikan. Bahkan hampir menjadi sesuatu yang diwajibkan, akan tetapi beliau khawtir hal tersebut akan memberatkan umatnya.

5) Membaca istiadzah

Sebelum membaca Al-Qur’an disyariatkan untuk membaca istiadzah. Sebagaimana firman Allah subhaanahu wa ta’ala:

























Terjemahnya:

“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”(Q.S An-Nahl[16]:98)22

21Imam Nawawiy, Riyadhu Shalihin, ( solo:Insan Kamil, 2017) h. 506

(32)

6) Membaca basmalah

Saat membaca Al-Qur’an diperintahkan untuk membaca basmallah kecuali pada surah At-Taubah.

7) Membaca dengan tartil

Maksudnya yaitu membaca dengan cara pelan-pelan atau tidak terburu-buru.

“Abu Ya’la Kurnaidi menjelaskan bahwa tidak sedikit kaum muslimin yang membaca al-Qur’an dengan isti’jal (cepat dan terburu-buru) padahal banyak ulama salaf dari kalangan para sahabat dan generasi setelah mereka yang membenci bacaan Al-Qur’an dengan cara demikian. Karena membaca secara isti’jal itu akan menghilangkan kebaikan yang paling besar dari tujuan diturunkannya, yaitu untuk ditadaburi dan diambil pelajaran”23

8) Sujud tilawah seusai membaca ayat sajadah

Saat membaca atau mendengar orang membaca ayat sajadah maka kita diperintahkan untuk bersujud.

2. Belajar Membaca

Belajar adalah dimana terjadinya perubahan yang membedakan potensi atau kondisi perilaku antara sebelum dan sesudah belajar. Belajar juga adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan

(33)

perilaku ke arah yang lebih baik.24 Sedangkan definisi belajar menurut para ahli yaitu:

1) Skiner, mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. 2) Hilgard & Bower dalam bukunya theories of learning,

Mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

3) M. Sobry Sutikno dalam bukunya menuju pendidikan bermutu, mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan baru sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kaki seorang patah karna terkena benda yang berat yang terjatuh di atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan dari hasil belajar. Jadi, perubahan yang mana yang bisa disebut belajar? perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik sebelumnya25

Jadi dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lainnya.

“Tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara lebih mudah. Hal ini dikenal dengan transfer

24 Mulyasa, Kurikulum Berbasisi kopetensi; Konsep Karakteristik dan Implementas,

(Bandung: Remaja Rosdakarya,2003) h. 100

25 Pupuh Fathurrohman . Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui

(34)

belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkan kita untuk memahami hal-hal yang lain.”26

Belajar tidak akan terlepas dari kegiatan mengingat, karna pada saat individu berpikir suatu hal yang pasti akan memanggil sebagian dari informasi yang diketahui sebelumnya. Dalam hal mengingat, ada beberapa sifat informasi yang mudah diingat yaitu, unik, suatu hal yang unik akan menjadi sesuatu hal yang diperhatikan karena sifatnya yang berbeda dari biasanya, kemudian sifat informasi yang mudah diingat berikutnya ialah informasi yang memuat emosi, seperti yang melibatkan perasaan gembira, marah, sedih, kesal atau bentuk emosi lainnya, kemudian yang berkaitan seksualitas, misal saat seseorang tertarik dengan lawan jenis, dan sifat informasi yang mudah diingat terakhir yaitu kedetailan.27

Individual manusia memiliki berbagai perbedaan pada tingkat kecerdasan. Prespektif Islam, adanya perbedaan antara manusia pada tingkat kecerdasan intelektualitasnya. Ada yang belajar cepat, mampu memahami sesuatu dan sangup mengajarkan kepada orang lain. Ada pula yang sulit menangkap pelajaran dan tidak dapat memahami apa yang didengar, ia tidak mampu mengingat apa yang dipelajarinya dan

26 Prof. Dr. S. Nasution, M.A.,berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar(

Jakarta:PT Bumi Aksara,2003) h.3

27Yovan P. Putra dkk, Lejitkan memori 1000 % (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

(35)

tidak mampu pula mengajarkannya.28 Rasulullah sallallahu ‘alaihi

wasallammengungkap hal ini dalam hadist sebagai berikut.

لﺎﻗ ﮫﻧﻋ ﷲ ﻲﺿر ﻰﺳوﻣ ﻲﺑأ نﻋو

:

ﮫﯾﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﱡﻲِﺑﱠﻧﻟا َلﺎَﻗ

مﻠﺳو

:

ِلَﺛَﻣَﻛ ِمْﻠِﻌﻟا َو ىَدُﮭﻟا َنِﻣ ِﮫِﺑ ُﷲ َﻲِﻧَﺛَﻌَﺑ ﺎَﻣ ُلَﺛَﻣ

ٍثْﯾَﻏ

،َ َﻸَﻛﻟا ِتَﺗَﺑْﻧَﺄَﻓ َءﺎﻣﻟا ِتَﻠِﺑَﻗ ٌﺔَﺑﱢﯾَط ٌﺔَﻔِﺋﺎَط ﺎَﮭْﻧِﻣ ْتَﻧﺎَﻛَﻓ ،ﺎًﺿ ْرَأ َبﺎَﺻَأ

ﺎَﮭِﺑ ُﷲ َﻊَﻔَﻧَﻓ ،َءﺎﻣﻟا ِتَﻛَﺳْﻣَأ ُبِدﺎَﺟَأ ﺎَﮭْﻧِﻣ نﺎﻛو َرﯾِﺛَﻛﻟا َبْﺷُﻌﻟا َو

ًﺔَﻔِﺋﺎَط َبﺎَﺻَأ َو ،اوُﻋَرَز َو ا ْوَﻘَﺳ َو ﺎَﮭْﻧِﻣ اوُﺑ ِرَﺷَﻓ ، َسﺎﱠﻧﻟا

ىَر ْﺧُأ ﺎَﮭْﻧِﻣ

ﻲﻓ َﮫُﻘَﻓ ْنَﻣ ُلَﺛَﻣ َكِﻟ ٰذَﻓ ً َﻸَﻛ ُتِﺑْﻧُﺗ َﻻ َو ًءﺎَﻣ ُكِﺳْﻣُﺗ َﻻ ٌنﺎَﻌﯾِﻗ َﻲِھ ﺎَﻣﱠﻧِإ

َكِﻟ ٰذِﺑ ْﻊَﻓ ْرَﯾ ْمَﻟ ْنَﻣ ُلَﺛَﻣ َو ،َمﱠﻠَﻋ َو َمِﻠَﻌَﻓ ِﮫِﺑ ُﷲ َﻲِﻧَﺛَﻌَﺑ ﺎﻣ ُﮫَﻌَﻔَﻧ َو ِﷲ ِنﯾِد

يذﻟا ِﷲ ىَدُھ ْلَﺑْﻘَﯾ ْمَﻟ َو ﺎًﺳْأَر

ِﮫِﺑ ُتْﻠِﺳ ْرُأ

)

)

ﮫﯾﻠﻋ قﻔﺗﻣ

((

Artinya:

“Dari pada Abu Musa (Al-Asy’ari) radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Nabisallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Perumpamaan apa yang aku diutus oleh Allah dengannya dari hidayah dan ilmu adalah bagaikan air hujan yang turun membasahi bumi (tanah), maka ada bahagian tanah yang subur yang menyerap air maka ia menumbuhkan rumput dan tumbuhan yang banyak. Ada pula daripadanya tanah yang gersang yang menyimpan (menampung) air kemudian Allah menjadikannya manfaat bagi manusia. Maka mereka minum darinya, memberi minum haiwan ternak dan menanam. Dan ada pula tanah lain yang tandus gersang, ia tidak menyimpan air dan tidak pula bisa menumbuhkan tumbuhan. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah lalu dia mengambil manfaat dari apa yang aku diutus Allah dengannya, maka dia belajar dan mengajarkannya. Dan perumpamaan orang yang tidak mengangkat kepalanya (tidak menghiraukannya), dan tidak mahu menerima hidayah Allah yang aku diutus dengannya.” (Muttafaqun ‘alaih)”29

Hadis ini mendiskripsikan perbedaan manusia dalam kemampuan belajar, tingkat pemahaman dan tingkat ingatannya.

28 Drs. H. Nasharuddin,M.Ag, akhlak (ciri manusia paripurna),( Jakarta, PT

RajaGrafindo Persada, 2015) hal. 91

(36)

Disamping itu lazimnya dapat kita ketahui bahwa setiap orang memiliki kecerdasan intelektual yang berbeda-beda. Ada yang kuat dan cepat daya ingatnya, ada yang lambat menangkap pelajaran, ada yang rajin kemudian cerdas inteleknya, ada juga yang tidak rajin namun daya ingat dan pemahamannya kuat.

Membaca adalah salah bagian dari rutinitas pembelajaran. Dimana Membaca dalam hal ini dapat diartikan sebagai kunci Untuk memahami sebuah pesan yang hendak disampaikan dalam sebuah bacaan.

Membaca merupakan aktivitas belajar dimana seseorang meresapi dan menganalisis suatu tulisan. Hal tersebut mengingat bahwa membaca adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pemahaman baru guna memahami dengan jelas makna, maksud dan tujuan tertentu.30

Untuk memahami bacaan tentu seseorang terlebih dahulu harus dapat mengenali huruf agar pandai dalam membaca tulisan guna mempermudah dalam penerimaan pesan atau informasi tertentu. Dalam belajar membaca berkaitan dengan kesiapan membaca yaitu mengenalkan huruf, dan mengetahui huruf-huruf dalam bentuk abjad sebagai tanda suara atau bunyi, melatih keterampilan untuk mengubah huruf dalam kata menjadi suara serta mampu mempraktekannya. Karena

(37)

belajar tujuan membaca adalah untuk dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan tepat.

Membaca adalah proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Glen menjelaskan bahwa mengajar membaca harus dimulai dengan mengeja, dimulai dengan pengenalan huruf, kemudian mengenal suku kata, barulah mengenal kata dan akhirnya kalimat.31

Jadi yang dimaksud dengan belajar membaca yaitu sebuah kegiatan pembelajaran dimana seseorang belajar untuk mengenali huruf yang ingin dibaca agar dapat membaca dengan baik dan lancar.

3. Metode-Metode Belajar Membaca Al-Qur’an a. Metode Iqro’

Kata Iqro’ berasal dari kata kerja Qara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Metode Iqro’ adalah cara belajar baca Al-Qur’an yang terdiri dari enam jilid.

Metode Iqro’ merupakan metode yang membaca Al-Qur’an yang lansung menekankan pada latihan membaca.32 Dalam pembelajaran melalui metode Iqro’ tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena hanya ditekankan pada bagaimana membaca huruf dengan fasih. Serta siswa belajar lebih aktif dan individual.

31Ahmad Susanto, Perkembangan Anaka Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. (Jakarta: Kencana: 2011) h. 84

32As’ad Human, Buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an , jilid 1-6

(38)

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran Iqro’ maka harus menggunakan strategi dalam mengajar iqro’ antara lain yaitu:

1) Cara Belajar Santri Aktif, Dimana guru hanya sebagai penyimak, tidak diperkenankan menuntun serta hanya memberikan contoh pokok pembelajaran.33

2) Asistensi. Yaitu adanya metode belajar yang baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini dianggap sangat membantu peserta didik untuk mengejarkan kepada temannya.34

b. Metode Qiraati

Metode Qiraati yaitu metode pembelajaran Al-Qur’an yang mulai diperkenalkan pada tahun 1963 oleh Dahlan Salim Zarkasyi. Diringkas dalam 6 jilid untuk usia TK, 4 Jilid usia SD, 3 jilid usia SMP/SMA, dan 2 jilid untuk mahasiswa.

Seorang pengajar qiraati harus melalui tahab-tahab yaitu antara lain, pembinaan yang dilakukan tiap koordinator, tasih guru, pembekalan metodologi, hingga PPL. Hal ini dimaksudkan agar guru qiraati dapat mengajar sesui kaidah ilmu tajwid. Dalam Qiraati ada keharusan bagi guru untuk ujian dan tahsi.35.

33As’ad Human, Buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an , jilid 1-6

(Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 2000).h. 14

34Hisyam Zaimi, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2008). h.22.

35Anonim, “Sistem Pengajaran TKQ/TPQ Metode Qiraati”. Kumpulan Materi

(39)

4. Masyarakat Buta Aksara Al-Qur’an a. Masyarakat

Istilah “Masyarakat” berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab yang dalam bahasa indonesia menjadi kata “serikat” yang berarti kumpulan atau kelompok yang saling berhubungan.36

Masyarakat memiliki kecendrungan sosial yaitu seluruh tingkah laku berkembang akibat interaksi sosial atau hubungan antara manusia. Masyarakat akan selalu berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai dengan corak zaman.

Jadi yang dimaksud masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu wilayah, memiliki hubungan saling ketergantungan, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, serta mempunyai tatanan norma-morma dan adat yang ditaati di lingkungan hidupnya.

b. Buta aksara

Buta aksara adalah sebutan yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan membaca dan menulis yang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini sama dengan buta aksara dalam artian terbatas, yang berarti ketidakmampuan untuk membaca dan menulis kalimat sederhana dalam bahasa apapun.

36Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi (Jakarta: Bulan Bintang. 1976) h.11

(40)

Buta aksara juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa Indonesia maupun bahasa lainnya. Atau ketidakmampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan perkataaan, mengungkapkanya dalam bentuk tulisan dan berbicara.37

Jadi yang dimaksud dengan masyarakat buta aksara Al-Qur’an adalah sekelompok orang yang masih belum mampu memahami, menulis dan membaca huruf Arab yang menjadi tulisan dalam Al-Qur’an.

37 KBBI edisi ketiga tahun 2015. Diterbitkan oleh departemen Pendidikan Nasional,

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian tindakan kelas (classroom research). Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan sebagai sebuah upaya yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Penelitian ini memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni: Penelitian,Tindakan, Kelas, dengan paparan sebagai berikut.

1. Penelitian

kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti

2. Tindakan

sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas

dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah

(42)

kelas adalah sekelompok orang atau siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran dari seorang pengajar.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.

B. Objek dan Lokasi Penelitian

1. Lokasi penelitian : Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Dorebara, kecamatan Dompu, kabupaten Dompu, propinsi NTB 2. Subyek penelitian : Adalah kelompok belajar yang dibentuk dari

perkumpulan laki-laki dan perempuan berjumlah 10 orang yang berusia 30 hingga 50 tahun.

C. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:

Perencanaan Refleksi SIKLUS I Perencanaan Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan ? Perencanaan Refleksi

(43)

Dari bagan di atas terlihat bahwa dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti terdapat 4 tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan tahap refleksi38

D. Prosedur Penelitian

Dimaksud dengan prosedur penelitian adalah langkah-langkah operasional baik yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaa, observasi atau evaluasi, maupun refleksi. Langkah-langkah operasional tersebut bersumber dari kerangka konseptual yang diuraikan pada bagian sebelumnya. Prosedur penelitian yang akan dilakukan hendaknya mengacuh pada salah satu model penelitian PTK apakah model Kurt Lewis, Sephen Kemmis dan Mc Tanggart, Jont Elliont, atau Devve ebbutt.39

Adapun tahap pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Bagian ini berisi uraian langkah-langkah kolaborasi yang dilakukan, fakta-fakta empiris yang diperlukan dalam rangka tindakan, sosialisasi esensi tindakan dan scenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, lembaran-lembaran evaluasi

38 Suharsimi arikunto, penelitian tindakan kelas, (jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 16 39 Sri Sulasteri S.SI.,M.Si Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Aplikasi( Desember

(44)

dan istrumen lain yang akan disiapkan dan dikembangkan. Tahap perencanaannya adalah :

1) Observasi awal melihat kondisi objek penelitian

2) Mengumpulkan masyarakat menjadi satu kelompok belajar 3) Membuat jadwal rencana pelaksanaan pembelajaran 4) Mempelajari bahan yang akan diajarkan selama proses

pembelajajaran berlangsung b. Tahap pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan berisi langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan scenario yang telah dikembangkan pada rangka perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran ini akan sesuai dengan hakikat teori yang mendasari strategi pembelajaran, atau sesuai dengan model pembelajaran yang diadaptasi. Adapun tahapanya yaitu:

1) Peneliti menerapkan metode Tsaqifa secara interaktif dalam belajar membaca Al-Qur’an sesui dengan petunjuk buku panduan belajar dengan metode Tsaqifa.

2) Di akhir pembelajaran peneliti kembali mengecek pemahaman masyarakat terhadap materi yang telah disampaikan.

c. Tahap pengamatan (observasi)

Obsevasi dilakukan terhadap interaksi-interaksi sosial yang terjadi sebagai akibat tindakan yang dilakukan. Interaksi-interaksi

(45)

yang dimaksud dapat mencakup interaksi antara masyarakat dalam kelompok belajar dengan materi pelajaran, interaksi antara masyarakat, interaksi antara masyarakat dengan pengajar.

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung bagaimana aktivitas masyarakat selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam tahap ini faktor-faktor yang diamati adalah:

1) Masyarakat yang hadir dalam proses pembelajaran

2) Bagaimana bentuk antusias masyarakat dalam belajar membaca Al-Qur’an dengan metode Tsaqifa.

3) Masyarakat yang mudah memahami materi yang disampaikan

d. Refleksi

Hasil observasi dan evaluasi selanjutnya direfleksi tingkat ketercapainya baik yang terkait dengan proses maupun terhadap hasil tindakan. Refleksi ini bertujuan untuk menginformasikan kekuatan-kekuatan yang ditemukan, dan kelemahan-kelemahan atau hambatan-hambatan yang mengganjal, upaya dalam pencapaian tujuan secara optimal, dan respon masyarakat, refleksi ini harus dijelaskan secara rinci. Tujuannya adalah untuk melakuakan adaptasi terhadap strategi, pendekatan, metode, model dan pembelajaran yang diterapkan, lebih memantapkan

(46)

perencanaan, dan langkah-langkah tindakan yang lebih spesifik dalam rangka pelaksaan tindakan selanjutnya.

2. Siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini sama dengan yang dilaksanakan pada tahap I yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen sangat terkait dengan instrument penelitian, utamanya obyek produk. Pada bagian ini uraikan instrument yang diperlukan sesuai dengan PTK yang akan dilakukan. Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan dalam PTK adalah sebagai berikut. 1. Pedoman Pengamatan

Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan tersebut dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan.

( format data cek ),catatan lapangan, jurnal harian,observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas. pengamatan ini sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainya.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan untuk menggali informasi pada narasumber yang telah ditentukan. Dimana peneliti

(47)

mengajukan pertanyaan dan narasumber memberi jawaban. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal mendalam dari responden yang diteliti.40

Untuk memperoleh data dan informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi. Wawancara ini digunakan untuk mengungkapkan data yang berkaitan dengan sikap, pendapat atau wawasan. Pedoman wawancara memuat pokok-pokok bahasan sebagai berikut:

a. Pendahuluan yang memuat pengantar berupa uraian tentang wawancara yang dilakukan dalam rangka penelitian apa objek dan kegunaanya secara ilmiah dan praktis

b. Tujuan wawancara c. Ruang lingkup d. Objek wawancara e. Waktu wawancara

f. Cara melakukan wawancara g. Cara mencatat wawancara 3. Angket atau Kuesioner

Indikator untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari permasalahan yang ingin digali.

40Prof. Dr.sugiono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan kualitatif,kuantitatif, dan

(48)

4. Tes dan Asesmen Alternatif

Pengambilan data berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat, dan lainya, dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian sampai dengan siklus tiga bersama mitra kolaborasi.

Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan pemunculan keterampilan kooperatif siswa, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa.

Pada bagian frefleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.

G. Metode Analisis Data

Nasution menyatakan, analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

(49)

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.41 Jadi analisis data dilakukan dari sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai dilapangan.

Proses awal dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber. Kemudian data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi tersebut dianalisis dengan menggunakan beberapa teknik yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Reduksi data merupakan proses pemilihan data yang relevan, penting dan bermakna. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keleluasaan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam melakukan reduksi data peneliti dapat berdiskusi terkait data yang ditemukan bersama orang lain.42

Data hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama-sama dengan mitra kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman. Sedangkan hasil belajar (evaluasi) dianalisis berdasarkan ketentuan belajar.

41Sanapiah Faisal, metodologi penelitian pendidikan (Surabaya:Usaha

Nasional,1982P) h.33642

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Desa Dorebara

1. Sejarah

Desa Dorebara merupakan salah satu Desa dari 9 Desa di Kecamatan Dompu yang berada di wilayah kecamatan Dompu, kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa Dorebara terletak di sebelah selatan pusat kota kecamatan Dompu, yang dimana jarak antara Desa Dorebara dengan pusat Kota Kecamatan adalah sekitar 5Km

Terbentuk melalui tata praja pemerintahan yang sah dengan luas wilayah 2,5 km2serta jumlah penduduk 3.656 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 1.800orang dan perempuan 1.856 orang dan memilki kepala keluarga sebanyak 1.045 KK dengan batas-batas wilayah ;

Sebelah utara : wilayah Kelurahan Kandai I Sebelah selatan: wilayah Desa Mbawi

Sebelah barat : wilayah Desa Wawonduru Sebelah timur : Wilayah Desa Lepadi/ Kareke

(51)

Desa Dorebara terdiri dari 5 Dusun dimana Penduduknya 85% bermata pencaharian di sektor pertanian dan sebagainya di bidang peternakan, perdagangan, PNS dan pegawai swasta.

Sebelum dimekarkan Desa Dorebara tergabung dengan Desa Mbawi. Dari tahun ke tahun masyarakat terus bertambah maka, tokoh-tokoh masyarakat berkumpul untuk membicarakan pemekaran dari Desa Mbawi menjadi Desa Dorebara karena mengingat jumlah penduduk yang semakin banyak sehingga pada tahun 1993/1994 Desa Dorebara resmi dimekarkan dari Desa Mbawi dengan nama Desa Persiapan Dorebara.

Menurut sejarah Dorebara terdiri dari dua kata yakni Dore dan

Bara kemudian arti dari dua kata tersebut yang dimana kata Dore berarti Bukit Kecil, sedangkan kata Bara sendiri berasal dari nama sebuah pohon Bara. Karena terdapat banyak pohon bara yang mengelilingi perbukitan maka Desa tersebut dinamakan Desa Dorebara.

Untuk penentuan batas Desa maka diundanglah semua pimpinan kampung untuk memusyawarahkan batasan Desa. Pada saat itu utusan dari masing-masing Dusun melakukan pertemuan atau rapat, mulanya hanya ada 2 Dusun namanya Dusun Potu II dan Dorebara setelah perkembangan penduduk semakin banyak lama kelamaan berkembang menjadi 5 Dusun sampai saat sekarang.

Desa Dorebara pada periode pertama dipimpin oleh Kepala Desa Awahab Ismail Tahun 1994-1997, dilanjutkan Kepala Desa Akarim

(52)

H. M. Amin Periode Tahun 1998-2005 1 Periode, pada periode ke tiga oleh Kepala Desa Ridwan M. Ilyas Saleh H. Ilyas Periode Tahun 2005 -2008, lalu dilanjutkan lagi oleh Pejabat PLT Nurdin M. Saleh mulai Tahun 2008–2009, kemudian Kepala Desa Drs. Tamzidun Tahun 2009 – 2015, lalu Penjabat Kepala Desa Mahmud Subuh, Periode Oktober 2015 -April 2017 (Sekretaris Desa), kemudian Penjabat Kepala Desa Syarifuddin mulai dari April 2017 – Januari 2018 dari Kasi Pemdes Kecamatan Dompu, dan Kepala Desa Syaiful Periode Januari 2018 – sekarang.

2. Gambaran Umum Demografis

Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Dorebara pada tahun 2017.

Nama Jumlah Penduduk Laki-Laki (jiwa) Jumlah Penduduk Perempuan (jiwa) Jumlah Dusun Potu II 131 189 320 Dusun Dorebara utara 140 167 307 Dusun Dorebara Selatan 213 219 432 Dusun Wera 270 282 552

(53)

Dusun Tente 144 153 297

Total 898 1010 1908

Sumber: Data desa Dorebara tahun 2017

Penduduk yang tinggal di Desa Dorebara terdiri dari berbagai suku yaitu Suku asli Bima, Penduduk semuanya beragama Islam.

Hidup dalam suasana tolong-menolong dan gotong-royong sudah menjadi ritme kehidupan sehari-hari di Dorebara. Kebiasaan sosial itu sering disebut mboloweki, yaitu tradisi kumpul bersama pada saat acara hajatan. Nilai-nilai solidaritas sosial dan kebersamaan masyarakat seperti saling membantu, gotong-royong untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa mengharapkan suatu imbalan jasa.

3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Sesuai dengan Visi Kepala Desa Terwujudkan Masyarakat Religius, Maju, Mandiri, sehat dan Sejahtera. Untuk lebih rinci dengan uraian Misi desa sebagai berikut :

a) Mewujudnya kehidupan masyarakat yang religius :

1) Menciptakan kondisi masyarakat yang religius dengan membangun TPA / TPQ, Majelis Ta’lim dan Jum’at Khusu’.

Gambar

Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Dorebara pada tahun 2017.
Tabel 2. Daftar peserta yang siap belajar bersama membaca Al-Qur’an.
Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tabel 4. Jadwal pertemuan siklus I
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tuminting Kota Manado dengan waktu pelaksanaan penelitian selama bulan Juni 2013, pembagian informed concent dan lembar kesedian menjadi responden kepada ibu hamil

Teori Arsitektur: 1) Arsitektur ialah struktur dari elemen-elemennya, yang dikatagorikan dalam aspek Fungsi-bentuk-makna. 2) Aspek Fungsi berupa kegiatan atau kumpulan

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME) yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian

Dimana untuk variabel Hard Skill, Pelatihan Terhadap Kinerja secara bersama-sama, maka dengan melihat nilai R square dapat diketahui besarnya pengaruh Hard Skill, Pelatihan

E-modul ini terkait dengan materi pempembelajaranan yang akan dipelajari, yaitu menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot mata pelajaran bahasa Indonesia, kelas

Hasil uji lanjut dengan menggunakan BNT (Tabel 17) terhadap rata-rata hasil tangkapan ikan teri antara dua perlakuan pada fase bulan keempat, menunjukkan bahwa penggunaan lampu

Bagaimana lingkungan kerja non fisik berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Sawit Asahan Indah di Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu ?

Namun, jika melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintaningtyas yang menyampaikan bahwa persentase pola sidik jari pada orang normal paling tinggi adalah