• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MODAL KERJA DAN ARUS KAS DALAM PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. SERDANG JAYA MEDAN ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MODAL KERJA DAN ARUS KAS DALAM PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. SERDANG JAYA MEDAN ABSTRAK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MODAL KERJA DAN ARUS KAS DALAM

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA

PT. SERDANG JAYA MEDAN

Sally

1

, Dompak Pasaribu

2

, Josuama

3

1Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia, 2,3Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia

ABSTRAK

Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu kegiatan dalam mengamati kondisi keuangan perusahaan, sehingga dapat diketahui baik buruknya keadaan keuangan perusahaan. Dengan menganalisis modal kerja dapat diketahui efektivitas dan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal kerja untuk meningkatkan kinerja keuangan. Dengan menganalisis arus kas dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas untuk meningkatkan kinerja keuangan. PT. Serdang Jaya Medan sebagai distributor minyak pelumas dari Pertamina. Dalam operasionalnya, kinerja keuangan perusahaan mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari penurunan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek serta jumlah ketersediaan kas mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.

Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini berasal dari objek penelitian berupa dokumen yang mencakup sejarah perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas, laporan laba-rugi, neraca, dan laporan arus kas tahun 2012 dan 2013. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kepustakaan dan lapangan yang meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis modal kerja dalam penilaian kinerja keuangan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola modal kerja belum efektif dan belum dapat meningkatkan kinerja keuangan. Dari hasil analisis arus kas dalam penilaian kinerja keuangan, diketahui bahwa pada tahun 2012, jumlah ketersediaan kas dan setara kas perusahaan adalah sebesar Rp. 15.910.410.000,- dan pada tahun 2013 menurun menjadi Rp. 9.742.120.000,-. Dengan demikian terjadi ketersediaan kas dan setara kas yang cukup besar, sehingga sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Kata kunci: modal kerja, arus kas, penilaian kinerja keuangan

1. PENDAHULUAN

Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, surat-surat berharga, piutang dagang, dan persediaan. Modal kerja sangat berpengaruh bagi perusahaan. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk melaksanakan aktivitasnya dengan baik, sehingga likuiditas perusahaan tidak mengalami kesulitan. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan banyaknya dana yang tidak produktif dan hal ini menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik, karena dana yang tersedia tidak digunakan secara efisien dan efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya, kekurangan modal kerja akan menyebabkan perusahaan sulit memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa modal kerja dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu kegiatan dalam mengamati kondisi keuangan perusahaan, sehingga dapat diketahui baik buruknya keadaan keuangan perusahaan. Untuk menilai kinerja keuangan dapat digunakan alat-alat analisis keuangan seperti modal kerja dan arus kas. Dengan menganalisis modal kerja dapat diketahui efektivitas dan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal kerja untuk

(2)

meningkatkan kinerja keuangan. Dengan menganalisis arus kas dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas untuk meningkatkan kinerja keuangan.

PT. Serdang Jaya Medan sebagai distributor minyak pelumas dari Pertamina. Dari survei pendahuluan diketahui bahwa kinerja keuangan mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari penurunan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Selain itu, jumlah ketersediaan kas mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Oleh karena itu, perlu dianalisis modal kerja dan arus kas dalam penilaian kinerja keuangan pada perusahaan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penilaian kinerja keuangan melalui analisis modal kerja dan arus kas pada PT. Serdang Jaya Medan?. Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis modal kerja dan arus kas dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Lumbantoruan (2006:331), “Modal adalah sejumlah harta yang menjadi hak pemilik suatu usaha”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:21), “Modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban”. Menurut Weston dan Brigham (2007:266), “Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat–surat berharga), piutang dagang, dan persediaan”.

Dengan demikian modal kerja disebut juga modal kerja bruto atau gross working capital, sedangkan modal kerja bersih atau net working capital adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Selanjutnya Sawir (2005:132) mengemukakan :

Modal kerja digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu: 1. Modal kerja permanen atau permanent working capital.

Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

2. Modal kerja variabel atau variable working capital.

Yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.

Menurut Munandar (2007:112), “Kas merupakan semua mata uang kertas dan logam, baik mata uang dalam negeri maupun luar negeri, serta semua surat-surat yang mempunyai sifat dapat segera dipergunakan untuk melakukan pembayaran pada setiap saat dikehendaki.” Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2.2), “Kas didefinisikan sebagai saldo kas (cash on hand) dan rekening giro”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2.3), “Arus kas merupakan arus masuk dan keluar kas atau setara kas”. Selanjutnya dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2.6), “Setara kas merupakan investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dapat segera dijadikan kas dalam jumlah tanpa menghadapi perubahan nilai yang berarti”. Dengan demikian, arus kas meliputi aliran penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas.

Menurut Harahap (2010:257) kegunaan laporan arus kas yaitu dapat mengetahui:

1. Kemampuan perusahaan merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu.

2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang.

3. Informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan. 4. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang.

5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas.

6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara

(3)

Current ratio

kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:503), “Kinerja merupakan sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerjanya”. Kinerja merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Sawir (2005:2), “Media yang dapat digunakan untuk meneliti kondisi kinerja keuangan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan”. Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi.

Penilaian kinerja keuangan merupakan sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis mengenai kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok atau organisasi.

Menurut Riyanto (2008:253), “Rasio dinyatakan sebagai alat yang dinyatakan dalam arithmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan data finansiil”. Dengan demikian, rasio dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, termasuk perkembangan perolehan laba perusahaan. Selanjutnya menurut Kasmir (2008:104), “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya”. Rasio keuangan dapat diartikan sebagai angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lain yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.

Hasil dari rasio keuangan digunakan dalam menilai kinerja manajemen dalam suatu periode untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai. Selain itu, dapat juga digunakan untuk menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif. Rasio keuangan setidaknya dapat memberikan jawaban mengenai likuiditas perusahaan, cukup efektifkah manajemen menghasilkan laba operasi atas aktiva, cara perusahaan didanai, dan apakah pemegang saham biasa mendapatkan tingkat pengembalian yang cukup.

Menurut Kasmir (2008:112) terdapat dua macam hasil penilaian terhadap pengukuran rasio ini, yaitu: 1. Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka dinyatakan perusahaan tersebut likuid. 2. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka dinyatakan perusahaan tersebut

tidak likuid.

Rasio-rasio likuiditas terdiri dari:

Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan, dan efek atau bank yang segera dapat diuangkan. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas, seperti rekening giro atau tabungan di bank yang dapat ditarik setiap saat. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar hutang-hutang jangka pendeknya.

2.

Untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Untuk mencari modal kerja bersih dapat dilakukan dengan mengurangi aktiva lancar dengan hutang lancar.

3.

Aktiva Lancar

Hutang Lancar

=

Quick ratio = Kas + Bank + Piutang

Hutang Lancar =

Cash Ratio Kas + Bank + Efek

Hutang Lancar =

Cash turnover Penjualan bersih

(4)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau membayar hutang lancar atau hutang jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory), artinya nilai persediaan diabaikan dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. 4. Untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dengan posisi modal kerja. Aktiva lancar merupakan harta

perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat atau maksimal satu tahun. Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan dan aktiva lancar lainnya. Hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek atau maksimal satu tahun, artinya hutang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun.

5.

Untuk menunjukkan porsi aktiva lancar atas hutang. Dengan demikian, dapat diketahui kondisi aktiva lancar perusahaan cukup baik atau seimbang dibandingkan dengan total hutang perusahaan.

6. Untuk menunjukkan porsi aktiva lancar atas total aktiva. Dengan demikian, dapat diketahui apakah aktiva lancar perusahaan cukup baik terhadap total aktiva perusahaan.

Menurut Kasmir (2008:113), Keuntungan dengan mengetahui rasio leverage adalah: 1. Dapat menilai kemampuan posisi keuangan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. 2. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap.

3. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. 4. Mengambil keputusan penggunaan sumber dana pada masa depan.

Dari keuntungan penggunaan rasio leverage ini, diketahui rasio leverage dapat menilai kemampuan posisi keuangan perusahaan terhadap pemenuhan atau pembiayaan kewajiban kepada pihak luar.

Rasio-rasio leverage terdiri dari:

1.

Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan untuk peminjam atau kreditur dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri untuk jaminan hutang.

2.

Rasio ini juga disebut dengan debt ratio, yang merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahan dibiayai oleh hutang atau sebagian besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi hutang-hutangnya dengan aktiva yang dimiliki. Apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan hutang.

Working capital to total assets ratio Aktiva Lancar – Hutang Lancar Jumlah Aktiva =

Aktiva lancar terhadap hutang

= Aktiva Lancar Total Hutang

Aktiva lancar terhadap aktiva Aktiva Lancar Total Aktiva =

Total debt to equity ratio Total Hutang

Jumlah Modal Sendiri =

Total debt to total assets = Total Hutang

Total Aktiva

(5)

3.

Untuk mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang jangka panjang. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

4.

Untuk mengukur besarnya aktiva berwujud (tangible assets) yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang.

5.

Untuk mengukur besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga hutang jangka panjang.

Menurut Kasmir (2008:114), “Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan”. Rasio aktivitas juga dapat menilai perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat efisien tidaknya perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki.

Rasio-rasio aktivitas terdiri dari : 1. .

Untuk mengukur dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari setiap rupiah aktiva.

2.

Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jangka waktu penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanam dalam piutang semakin rendah yang bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya dan kondisi ini semakin baik bagi perusahaan. Jika rasio semakin rendah, maka terdapat over investment dalam piutang. Hal yang jelas adalah rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.

3.

Untuk mengukur lamanya dana tertanam pada piutang dalam suatu periode. 4.

Untuk mengukur dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode.

5.

Untuk mengukur periode rata-rata persediaan barang berada di gudang. 6.

Tangible assets debt coverage = Jumlah Aktiva – Aktiva Tidak Berwujud – Hutang Lancar Hutang Jangka Panjang

Time interest earned = Laba Sebelum Pajak Penghasilan Bunga Hutang Jangka Panjang

Total assets turnover = Penjualan Bersih Jumlah Aktiva

Receivable turnover = Penjualan Kredit Piutang Rata-rata

Inventory turnover = Harga Pokok Penjualan Persediaan Rata-rata

Average collection period = Piutang Rata-rata x 360 Penjualan Kredit

Working capital turnover = Penjualan neto Aktiva lancar – Hutang lancar Average day’s inventory = Inventory Rata-rata x 360

(6)

Untuk mengukur kemampuan modal kerja bersih berputar dalam suatu periode tertentu atau indikasi dari siklus kas dari perusahaan, artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode. Untuk mengukur rasio ini, dapat dibandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Apabila modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadi dana menganggur, tetapi apabila jumlah modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan. . Penentuan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat dan tipe perusahaan.

Menurut Sawir (2005:133) ”Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan”. Manajemen modal kerja merupakan hal yang sangat penting, sehingga aktiva lancar perusahaan manufaktur sering ditambah lebih dari separuh total aktivanya, sedangkan bagi perusahaan distribusi jumlahnya akan lebih besar lagi. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan.

Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan lain seperti melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar, memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya, menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi, memugkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya, memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya, memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang dibutuhkan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: “Penilaian kinerja keuangan melalui analisis modal kerja menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek melalui modal kerja mengalami penurunan dan penilaian kinerja keuangan melalui arus kas menunjukkan jumlah ketersediaan kas mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya”.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yang dilakukan dengan menginterpretasikan data yang diperoleh, sehingga memberikan gambaran mengenai masalah yang diteliti.

Modal Kerja

Arus Kas

Kinerja Keuangan

(7)

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 1

Definisi Operasional Variabel

Variabel

Definisi Variabel Indikator

Variabel

Skala Pengukuran

Modal kerja (X1)

Investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, piutang dagang, dan persediaan.

1. Likuiditas

2. Aktivitas Rasio Arus Kas

(X2) Arus masuk dan keluar kas atau setara kas.

Laporan arus

kas Nilai Kas Kinerja

Keuangan (Y)

Pencapaian finansial perusahaan dalam suatu periode yang dapat diukur dari kemampuan pengelolaan modal kerja dan pergerakan arus kas.

1. Modal kerja 2. Arus kas

Rasio dan nilai kas

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2

PT. SERDANG JAYA MEDAN LAPORAN LABA RUGI

Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2012-2013 (dalam satuan rupiah)

Keterangan 2013 2012

Penjualan Bersih 40,885,518,000 41,182,180,000

Harga Pokok Penjualan 25,715,850,000 26,850,180,000

Laba Kotor 15,169,668,000 14,332,000,000

Beban Penjualan

Beban Reklame 25,000,000 25,000,000 Beban Bongkar Muat 48,110,700 45,175,500 Beban Periklanan 27,150,000 26,850,000 Beban Neon Box 12,500,000 12,500,000 Beban Pengangkutan 63,414,500 62,280,800 Beban Sewa Stand Promosi 12,050,000 11,180,000 Total Beban Penjualan (188,225,200) (182,986,300)

Beban Administrasi dan Umum:

Beban Gaji Karyawan 1,721,070,000 1,689,080,000 Beban Keamanan 6,000,000 6,000,000 Beban Umum Lain 6,915,000 6,850,000 Beban Reparasi Kendaraan 38,880,000 31,500,000

Beban Penyusutan Aktiva 55,115,100 54,150,800

Beban Rehab Kantor 312,100,700 385,800,500 Beban Alat-Alat Kantor 91,880,800 11,850,500 Beban Listrik, Air, dan Internet 1,312,080,300 1,128,010,000 Beban Telepon dan Faksimile 81,111,800 79,880,500 Beban Bank 49,912,600 48,850,300 Beban Sewa Gudang 20,000,000 20,000,000 Beban Asuransi Gudang 15,000,000 15,000,000 Beban Izin 11,800,000 10,800,000 Beban Dapur dan Penjamuan Tamu 14,180,000 12,850,500 Beban Lain-Lain 49,102,000 45,807,000 Total Beban Administrasi dan Umum (3,785,148,300) (3,546,430,100) Total Beban Penjualan, Administrasi dan Umum (3,973,373,500) (3,729,416,400) Laba Sebelum Bunga dan Pajak 11,196,294,500 10,602,583,600

(8)

Beban Bunga (1,700,000,000) (1,504,500,000)

Laba Sebelum Pajak 9,496,294,500 9,098,083,600

Pajak Penghasilan (2,374,073,625) (2,274,520,900)

Laba Setelah Pajak 7,122,220,875 6,823,562,700

Dividen Tunai (3,561,110,438) (3,411,781,350)

Kenaikan Laba Ditahan 3,561,110,438 3,411,781,350

Sumber: PT. Serdang Jaya Medan, 2014

Dari laporan laba-rugi perusahaan tahun 2012 dan 2013, dapat diketahui terjadi kenaikan laba bersih pada tahun 2013. Pada tahun 2012, perolehan laba bersih perusahaan adalah sebesar Rp. 6.823.562.700,-, sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi Rp. 7.122.220.875,-.

Tabel 3

PT. SERDANG JAYA MEDAN LAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2012-2013 (dalam satuan rupiah)

Keterangan 2012 2013

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Laba Bersih 6,823,562,700 7,122,220,875

Penyusutan 54,150,800 55,115,100

Kas yang Digunakan Oleh Aktiva Lancar dan

Kewajiban yang berkaitan dengan Operasi

Kenaikan Piutang Usaha 106,245,100 331,942,900

Penurunan Persediaan 669,760,000 (200,000,000)

Kenaikan Beban Dibayar Dimuka 17,310,000 29,850,000

Kenaikan Pembayaran Pajak Dimuka 89,500 30,500

Kenaikan Hutang Usaha 1,026,582,000 2,673,918,500

Kenaikan Hutang Pajak 206,502,800 466,997,800

Kenaikan Kewajiban Lain-Lainnya (216,417,350) 260,696,500

Kas Bersih Yang Digunakan Melalui Aktivitas

Operasi 8,687,785,550 10,740,772,175

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Tambahan Aktiva Tetap (29,455,400) (31,593,600)

Pembayaran Investasi Jangka Panjang 1,363,000,500 (15,216,664,637)

Kas Bersih Yang Digunakan Melalui Aktivitas

Investasi 1,333,545,100 (15,248,258,237)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Kenaikan Pinjaman Jangka Pendek 15,560,200 261,007,000

Kenaikan Pinjaman Jangka Panjang 1,285,300,500 1,639,299,500

Dividen Yang Dibayar (3,411,781,350) (3,561,110,438)

Kas Bersih Yang Digunakan Melalui Aktivitas

(9)

Kenaikan (Penurunan) Kas dan Setara Kas 7,910,410,000 (6,168,290,000)

Kas dan Setara Kas Periode Lalu 8,000,000,000 15,910,410,000

Kas dan Setara Kas Periode Saat Ini 15,910,410,000 9,742,120,000

Sumber: PT. Serdang Jaya Medan, 2014

Dari laporan arus kas perusahaan tahun 2012 dan 2013, dapat diketahui bahwa nilai kas dan setara kas tahun 2013 lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2012, nilai kas dan setara kas perusahaan sebesar Rp. 15.910.410.000,- dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi Rp. 9.742.120.000,- atau terjadi penurunan sebesar Rp.

6.168.290.000,-. Cash Turnover

Digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Tahun 2012 = = 3,4 kali Tahun 2013 = 3,2 kali Receivable Turnover

Digunakan untuk mengukur dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu periode tertentu. Berikut ini akan diuraikan hasil perhitungannya:

Tahun 2012 = = 7,7 kali Tahun 2013 = 7,6 kali Cash turnover = Penjualan bersih Total kas rata-rata

Rp. 41.182.180.000,- (Rp. 15.910.410.000,- - Rp. 8.000.000.000,-) Cash turnover

=

Rp. 40.885.518.000,- (Rp. 9.742.120.000,- - Rp. 15.910.410.000,-) Receivable turnover = Penjualan kredit Piutang rata-rata Rp. 35.004.853.000,- (Rp. 4.618.245.100,- + Rp. 4.512.000.000,-)/2 Receivable turnover

=

Rp. 36.388.111.020- (Rp. 4.950.188.000,- + Rp. 4.618.245.100,-)/2

(10)

Angka Rp. 4.512.000.000,- merupakan nilai piutang usaha tahun 2011. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2012, tingkat perputaran piutang adalah sebesar 7,7 kali dan pada tahun 2013 sebesar 7,6 kali.

Average Collection Period

Digunakan untuk mengukur lamanya dana tertanam pada piutang dalam suatu periode. Berikut ini akan diuraikan hasil perhitungannya:

Tahun 2012

= 47 hari

Tahun 2013

= 47 hari

Angka Rp. 4.512.000.000,- merupakan nilai piutang usaha tahun 2011. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2012 dan 2013, lamanya dana tertanam pada piutang adalah selama 47 hari.

Inventory Turnover

Digunakan untuk mengukur dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Berikut ini akan diuraikan hasil perhitungannya:

Tahun 2012

= 8 kali

Tahun 2013

= 7 kali

Angka Rp. 3.010.270.000,- merupakan nilai persediaan tahun 2011. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2012, tingkat perputaran persediaan adalah sebesar 8 kali dan pada tahun 2013 sebesar 7 kali.

Average Day’s Inventory

Digunakan untuk mengukur periode rata-rata persediaan barang berada di gudang. Berikut ini akan diuraikan hasil perhitungannya:

Tahun 2012

=

((Rp. 4.618.245.100,- + Rp. 4.512.000.000,-)/2) x 360 Rp. 35.004.853.000,-

Average collection period = Piutang Rata-Rata x 360 Penjualan Kredit

Average collection period

=

((Rp. 4.950.188.000,- + Rp. 4.618.245.100,-)/2) x 360 Rp. 36.388.111.020-

=

Rp. 26.850.180.000,-

(Rp. 3.680.030.000,- + Rp. 3.010.270.000,-)/2 Inventory turnover = Harga Pokok Penjualan

Persediaan Rata-rata

Inventory turnover

=

Rp. 25.715.850.000,-

(Rp. 3.480.030.000,- + Rp. 3.680.030.000,-)/2

(11)

= 45 hari

Tahun 2013

= 50 hari

Angka Rp. 3.010.270.000,- merupakan nilai persediaan tahun 2011. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2012, periode rata-rata persediaan barang berada di gudang selama 45 hari dan pada tahun 2013 selama 50 hari.

Tabel 4

Hasil Perhitungan Modal Kerja Dalam Penilaian Kinerja Keuangan PT. Serdang Jaya Medan Tahun 2012 dan 2013

Rasio Keuangan 2012 2013

Cash Turnover 3,4 kali 3,2 kali

Receivable Turnover 7,7 kali 7,6 kali

Average Collection Period 47 hari 47 hari

Inventory Turnover 8 kali 7 kali

Average Day’s Inventory 45 hari 50 hari

Sumber: Hasil Olahan Penulis

Berikut ini akan diuraikan hasil perhitungan modal kerja sebagai alat ukur kinerja operasional perusahaan dengan rasio likuiditas dan rasio aktivitas, yaitu:

1. Cash turnover.

Berdasarkan perolehan angka cash turnover, maka pada tahun 2012, tingkat perputaran kas sebesar 3,4 kali dan pada tahun 2013 sebesar 3,2 kali. Tingkat perputaran kas perusahaan semakin rendah yang menunjukkan ketidakefisiensian perusahaan dalam pengelolaan kas, sehingga tidak dapat memaksimalkan laba. Tingkat perputaran kas yang semakin rendah mencerminkan kelebihan kas pada perusahaan.

2. Receivable turnover.

Berdasarkan perolehan angka receivable turnover, maka pada tahun 2012 tingkat perputaran piutang sebesar 7,7 kali dan pada tahun 2013 sebesar 7,6 kali. Dalam waktu dua tahun ini, perputaran piutang semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya piutang usaha. Semakin menurun tingkat perputaran piutang mencerminkan semakin besar modal kerja yang ditanamkan pada piutang tersebut. Tingkat perputaran piutang perusahaan yang semakin menurun mencerminkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin besar dan hal ini disebabkan modal kerja perusahaan yang tidak produktif. Rendahnya tingkat perputaran piutang menunjukkan lemahnya kebijaksanaan penjualan kredit pada perusahaan, seperti waktu pembayaran piutang yang diberikan perusahaan terlalu lama. Tingkat perputaran piutang perusahaan memperlihatkan lamanya piutang dapat berubah menjadi kas. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula menjadi kas dan apabila piutang telah menjadi kas, berarti kas dapat digunakan kembali dalam operasional perusahaan dan risiko

=

((Rp. 3.680.030.000,- + Rp. 3.010.270.000,-)/2) x 360 Rp. 26.850.180.000,-

Average day’s inventory

=

((Rp. 3.480.030.000,- + Rp. 3.680.030.000)/2) x 360 Rp. 25.715.850.000,-

(12)

kerugian atas piutang tak tertagih dapat diminimalkan, sehingga perusahaan akan dikategorikan perusahaan likuid.

3. Average collection period.

Berdasarkan perolehan angka average collection period, maka pada tahun 2012 dan 2013, lamanya dana tertanam pada piutang adalah selama 47 hari. Dana yang tertanam pada piutang ini cukup lama. Semakin lama waktu dana yang tertanam dalam piutang mencerminkan semakin lama piutang perusahaan yang tidak dapat segera dicairkan menjadi kas.

4. Inventory turnover.

Berdasarkan perolehan angka inventory turnover, maka pada tahun 2012 tingkat perputaran persediaan adalah sebesar 8 kali dan pada tahun 2013 sebesar 7 kali. Dalam waktu dua tahun ini, perputaran persediaan semakin rendah. Hal ini menunjukkan persediaan pada perusahaan lebih lama berada di gudang pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2012 dan akan memicu penurunan profitabilitas perusahaan.

5. Average day’s inventory.

Berdasarkan perolehan angka average day’s inventory, maka pada tahun 2012 periode rata-rata persediaan barang berada di gudang selama 45 hari dan pada tahun 2013 adalah 50 hari. Dalam waktu dua tahun ini, semakin lama persediaan barang berada di gudang. Semakin lama persediaan barang berada di gudang mencerminkan semakin lama persediaan perusahaan tidak dapat segera dicairkan menjadi kas.

Berikut ini akan diuraikan hasil analisis arus kas perusahaan dalam penilaian kinerja keuangan tahun 2012 dan 2013, yaitu:

1. Terjadi kenaikan perolehan laba bersih perusahaan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 298.658.175,-. Kenaikan perolehan laba bersih perusahaan pada tahun 2013 disebabkan oleh penurunan harga pokok penjualan yang cukup besar pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012.

2. Terjadi kenaikan penyusutan perusahaan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 964.300,-. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pembelian aktiva tetap.

3. Terjadi kenaikan piutang usaha pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 225.697.800,-. Hal ini disebabkan oleh kenaikan volume penjualan kredit pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012.

4. Terjadi penurunan persediaan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 469.760.000,-. Hal ini disebabkan oleh pengurangan pembelian akibat penurunan penjualan bersih pada tahun 2013.

5. Terjadi kenaikan beban dibayar di muka pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 12.540.000,-. Hal ini disebabkan oleh penambahan pengeluaran untuk beban dibayar di muka pada tahun 2013.

6. Terjadi penurunan pembayaran pajak di muka pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 59.000,-. Hal ini disebabkan pada tahun 2013 pembayaran pajak di muka lebih sedikit. 7. Terjadi kenaikan hutang usaha pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp.

1.647.336.500,-. Hal ini disebabkan oleh penambahan hutang usaha pada tahun 2013.

8. Terjadi kenaikan hutang pajak pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. Rp. 260.495.000,-. Hal ini disebabkan oleh penambahan hutang pajak perusahaan pada tahun 2013. 9. Terjadi kenaikan kewajiban lain-lain pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar

Rp. 477.113.850,-. Hal ini disebabkan oleh penambahan pengeluaran kewajiban lain-lain pada tahun 2013.

10. Terjadi penambahan aktiva tetap pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 2.138.200,-. Hal ini disebabkan oleh pembelian aktiva tetap pada tahun 2013.

(13)

11. Terjadi penurunan pembayaran investasi jangka panjang pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 13.853.664.137,-. Hal ini disebabkan oleh penurunan investasi jangka panjang pada tahun 2013.

12. Terjadi kenaikan pinjaman jangka pendek pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 245.446.800,-. Hal ini disebabkan pada tahun 2013 perusahaan melakukan penambahan pinjaman jangka pendek untuk memperkuat modal kerjanya.

13. Terjadi kenaikan pinjaman jangka panjang pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 353.999.000,-. Hal ini disebabkan pada tahun 2013 perusahaan melakukan penambahan pinjaman jangka panjang untuk memperkuat modal kerjanya.

14. Terjadi kenaikan pembayaran dividen pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 149.329.088,-. Hal ini disebabkan pada tahun 2013 terjadi kenaikan perolehan laba bersih. 15. Terjadi kenaikan kas dan setara kas pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar Rp.

7.910.410.000,-. Hal ini disebabkan pada tahun 2012 terjadi kenaikan kas dan setara kas, karena pada tahun 2011 kas dan setara kas perusahaan hanya Rp. 8.000.000.000,- dan pada tahun 2012 kenaikan menjadi Rp. 15.910.410.000,-.

16. Terjadi penurunan kas dan setara kas pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar Rp. 6.168.290.000,-. Hal ini disebabkan pada tahun 2013 terjadi penurunan kas dan setara kas, karena pada tahun 2012 kas dan setara kas perusahaan sebesar Rp. 15.910.410.000,-. dan pada tahun 2013 menurun menjadi Rp. 9.742.120.000,

5. KESIMPULAN

1. Penilaian kinerja keuangan melalui analisis modal kerja dapat dilakukan dengan menggunakan rasio aktivitas dan rasio likuiditas untuk mengamati kemampuan perusahaan mengelola modal kerja dan penilaian kinerja keuangan melalui arus kas dapat dilakukan dengan mengamati kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas untuk meningkatkan kinerja keuangan.

2. Dari hasil analisis modal kerja dalam penilaian kinerja keuangan, diketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola modal kerja belum efektif dan belum dapat peningkatan kinerja keuangan yang lebih baik, karena:

a. Pada tahun 2012 tingkat perputaran kas adalah sebesar 3,4 kali dan pada tahun 2013 sebesar 3,2 kali.

b. Pada tahun 2012 tingkat perputaran piutang adalah sebesar 7,7 kali dan pada tahun 2013 sebesar 7,6 kali.

c. Pada tahun 2012 dan 2013, lamanya dana tertanam pada piutang adalah selama 47 hari.

d. Pada tahun 2012 tingkat perputaran persediaan adalah sebesar 8 kali dan pada tahun 2013 sebesar 7 kali.

e. Pada tahun 2012 periode rata-rata persediaan barang berada di gudang selama 45 hari dan pada tahun 2013 adalah 50 hari.

3. Dari hasil analisis arus kas dalam penilaian kinerja keuangan, diketahui bahwa:

a. Pada tahun 2012 jumlah ketersediaan kas dan setara kas mengalami kenaikan yang cukup besar dibandingkan pada periode sebelumnya, di mana pada tahun 2011, jumlah ketersediaan kas dan setara kas perusahaan adalah sebesar Rp. 8,000,000,000,- dan pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 15.910.410.000,-.

b. Pada tahun 2013 jumlah ketersediaan kas dan setara kas mengalami penurunan yang cukup besar, di mana pada tahun 2012, jumlah ketersediaan kas dan setara kas perusahaan adalah sebesar Rp. 15.910.410.000,- dan pada tahun 2013 menurun menjadi Rp. 9.742.120.000,-.

4. Dapat dinyatakan bahwa hipotesis penelitian diterima, yaitu Penilaian kinerja keuangan melalui analisis modal kerja menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek melalui modal kerja mengalami penurunan dan penilaian kinerja keuangan melalui arus kas menunjukkan jumlah ketersediaan kas mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Garbutt, Douglass. 2008. Manajemen Kas, Alih Bahasa Anis Basalamah, Edisi-1, Cetakan Ke-3. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo

Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Teori Akuntansi: Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara

Helfert, Erich A. 2008. Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan Mengukur

Kinerja Perusahaan. Jakarta: Erlangga

Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz JR. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Buku I, Edisi-12.Jakarta: Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009. Jakarta: Salemba Empat Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Edisi-1. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Kieso, D.E., J.J. Weygandt dan T.D Warfield. 2007. Akuntansi Intermediate, Alih Bahasa Herman Wibowo, Ancelia A, dan Hermawan. Jakarta: Erlangga

Lumbantoruan, S. 2006. Manajemen Persediaan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Munandar, M. 2007. Budgeting: Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, dan Pengawsan Kerja. Yogyakarta: BPFE

Prihadi, Toto. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PPM Manajemen

Ps, Djarwanto. 2007. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi-1, Cetakan Keenam. Yogyakarta: Balai Penerbit Fakultas Ekonomi

Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Gadjah Mada

Sawir, Agnes. 2005. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum

Skousen, Stice Stice. 2006. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Salemba Empat

Tim Penyusun Kamus Bahasa. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Wasis. 2006. Modal Kerja. Jakarta: Erlangga

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian baik tanpa beban maupun dengan beban menunjukkan bahwa posisi yang baik untuk meletakkan produk dengan deviasi terendah antara suhu yang diukur

1) Memetakan operasi perusahaan: hal ini membutuhkan diketahuinya batas-batas konsesi perusahaan. Sinar Mas tidak membuat informasi ini tersedia untuk umum, dengan

Metodologi dapat dirumuskan sebagai analisis dan pengaturan secara sistematik dari prinsip-prinsip dan proses-proses rasional dan eksperimental yang membimbing suatu

Sedangkan menurut Manullang (2013: 37) terdapat lima macam lingkungan yang mempengaruhi aktivitas bisnis, yaitu lingkungan fisik, lingkungan perekonomian,

Penentuan root definition yang kedua menitikberat- kan pada permasalahan perizinan seperti pada Gambar 7 dan menghasilkan model konseptual (Gambar 9) yang bertujuan untuk

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 80 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANAAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN PADA DINAS

Dari sisi lingkungan kerja dengan responden karyawan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Bandung Suci menunjukkan bahwa lingkungan kerja di BPJS Ketenagakerjaan

prinsip perhitungan dari kedua metode tersebut adalah jumlah cost driver yang digunakan. Sistem penentuan harga pokok dengan activity based costing menggunakan cost