GAMBARAN BERPIKIR KRITIS DALAM
PROBLEM BASED
LEARNING
(PBL) MAHASISWA KEPERAWATAN FKIK UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
AGIL MAIZAR
NIM : 1113104000014
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersediamenerima sangsi yang berlaku di Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2017
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Agil Maizar, NIM: 1113104000014
Gambaran Berpikir Kritis Dalam Problem Based Learning (PBL) Mahasiswa
Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiv + 68halaman + tabel 4 + bagan 2 + lampiran 8
ABSTRAK
Berpikir kritis adalah komponen esensial dari keperawatan dengan menggunakan
pengetahuan mengenai ilmu keperawatannya secara menyeluruh agar bisa memberikan
perawatan yang efektif. Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik
dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jumlah responden sebanyak 171 mahasiswa yang diambil dengan menggunakan
teknik rendom sampling yang telah diproporsikan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengisian kuesioner kecenderungan berpikir kritis. Analisis univariat digunakan untuk
melihat distribusi frekuensi dari variabel: angkatan, jenis kelamin dan usia. Hasil penelitian
menunjukan rata-rata berusia mahasiswa 19 tahun.Sebanyak 59,6% mahasiswa memiliki
kecenderungan berpikir kritis baik sementara 40,4% memiliki kecenderungan berpikir kritis
yang kurang. Persentase tertinggi terdapat pada angkatan 2014 yaitu sebesar 41,2%. Saran
penelitian ini yaitu modul PBL dapat dilanjutkan dan diperbaiki untuk meningkatkan kualitas
kemampuan berpikr kritis.
Kata Kunci : Berpikir Kritis, Problem Based Learning
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, Juny 2017
Agil Maizar, NIM: 1113104000014
Xiv + 68page+ table 4 + schme 2 + attachmentps 8
ABSTRACK
Critical thinking is an assential component of nursing science throughly in order to
provide effective care. Problem Based Learning (PBL) is a learning develop student’s
critical thinking skills. This research with descriptive design. This purpose of research is to find out the description and the characteristics of critical thinking in nursing students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The number of respondents are 171 students, takenby using random sampling technique that has been propotioned. The data collected by filling out the questionnaire of critical thinking tendency. Univariate analysis is used to see the frequency distribution of variables; the class, gender, and age. The result of this research showed the average age of this sample are 19 years old. 59,6% students has the tendency to think critically well with the highest persentage in class of 2014 which is 41,2%, the female gender persentage is 97,1%. The suggetion of this research is to evaluate student learning at the end of module in order to maximize, so a it can produce good academic appearance and the graduates who are able to thinking critically. Researcher recommends lectures for using PBL and improves it to increase studens critical thinking ability.
Keyword : Critical Thinking, Problem Based Learning
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : AGIL MAIZAR
Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 04 mei 1993 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : jl. Arroyan RT RW Campurejo Panceng Gresik
Nomer HP : 082260377782
E-mail : agilmaizar@gmail.com
Fakultas /Jurusa : Program Studi Ilmu Keperawatan/Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Keperawatan
Riwayat Pendidikan : TK Campurejo 1999-2001 SDN WERU I 2001-2007
SMP AL-AMIN TUNGGUL 2007-2008
SMP MUHAMMADYA 12 PACIRAN 2008-2010 MA AL-ISHLAH PACIRAN 2010-2013
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin,
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kekuatan dan karunia-Nya, shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW. Atas izin Allah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Gambaran Berpikir Kritis DalamProblem Based Learning (PBL) Mahasiswa Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” sehingga dapat diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan kendala namun berkat dukungan dan bantuan, dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal. Dengan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat di bawah.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. H., Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliaan
6. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Keluarga saya terutama kedua orang tua (Ali Sufaat dan Musfiroh), dan kakak (Mafrul Izat) yang telah memberikan semuah yang saya butuhkan.
8. Seluruh angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih telah saling mengingatkan, mendoakan dan menjadi penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian.
9. Hanna Wiatul Ilmi terimakasih telah mengingatkan, mendoakan dan menjadi penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian.
Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT. senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang tak terhingga oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, Mei 2017
xi
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Berpikir Kritis ... 10
1. Definisi... 10
2. Sikap Berpikir Kritis ... 11
3. Aplikasi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan ... 15
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Kritis ... 18
B. Problem Based Learning ... 22
1. Definisi... 22
2. Karakteristik Problem Based Learning ... 24
xii
4. Kelemahan dan Kelebihan Problem Based Learning ... 28
C. Penelitian Terkait ... 31
D. Kerangka Teori ... 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL ... 35
A. Kerangka Konsep ... 35
B. Definisi Oprasional ... 36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A. Desain Penelitian ... 38
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
1. Populasi Penelitian ... 38
3. Sampel Penelitian ... 39
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
D. Prosedur Pengumpulan Data ... 41
E. Instrumen Penelitian ... 42
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49
B. Karakteristik Umum Responden ... 50
C. Berpikir Kritis ... 51
BAB VI PEMBAHASAN ... 53
xiii
B. Karakteristik Responden ... 56
1. Semester ... 56
2. Jenis Kelamin ... 57
3. Usia ... 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Program Studi
Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatulla Jakarta Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan angkatan, usia dan jenis
kelamin di program studi ilmu keperawatan UIN Jakarta
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kecenderungan Berpikir Kritis di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Keperawatan berdasarkan kecenderungan berpikir kritis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Keperawatan berdasarkan kecenderungan berpikir kritis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
48
49
50
xv
DAFTAR SINGKATAN
BK : Berpikir Kritis DK : Diskusi Kelompok
DL : Discovery Learning
UIN : Universitas Islam Negeri PBL : Problem Based Learning
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori………33
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perizinan
Lampiran 2 Penjelasan Penelitian untuk Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan menjadi Responden Lampiran 4Kuesioner Penelitian
1
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas dan potensi yang ada pada setiap individu. Perguruan tinggi mempunyai peran penting dalam pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia secara berkala, terutama pada era globalisasi seperti saat ini. Perlu sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya serta dapat berpikir kritis agar dapat mengabdikan diri ke dalam pelayanan masyarakat (Fakhriyah, 2014). Salah satu pelayanan masyarakat adalah pelayanan dibidang kesehatan, untuk meningkatan pelayanan kesehatan sangat dibutuhkandari tenaga kesehatan seperti dibidang ilmu keperawat dengan mengembangan kemampuan berpikir kritis yang merupakan komponen penting karena perawat selalu dihadapkan dengan situasi yang kompleks, yang menuntut penilaian akurat, pengambilan keputusan yang tepat dan merupakan proses pembelajaran terus menerus (Mulyaningsih, 2013).
pelayanan keperawatan mandiri, dan tanggap terhadap berbagai permintaan dan bisa menentukan prioritas. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang mumpuni dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dengan baik serta bisa berkomunikasi dengan lancar dan jelas (Fero et al, 2009).
Berpikir kritis memiliki kaitan dalam proses pengambilan keputusan dan penilaian klinis yang akan menjadi penentu pemberian tindakan yang cepat maupun pemberian asuhan keperawatan yang propesional.
Facione (2015) terdapat enam sub skill dalam berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferen, penjelasan dan regulasi diri. (Potter & Perry, 2013) menjelaskan penerapannya dalam keperawatan. Interpretasi adalah proses memahami dan menyatakan makna dari banyak bentuk pengalaman, situasi, data, pemeriksaan atau kriteria. Interpretasi bagiansub skill yang mengkategorikan, signifikasi dan menjelaskan makna(Facione, 2013). Perawat dapat mencari data secara berkala dan sistematis agar dapat mengetahui data yang kurang(Potter & Perry, 2013).Analisis merupakan proses mengidentifikasi hubungan inferensial dan aktual diantara pertanyaan, pernyataan, konsep, deskripsi untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi, atau pendapat(Facione, 2013). Analisis meliputi pengujian data, pendeteksian argumen, menganalisis argumen(Potter & Perry, 2013).
Evaluasi yaitu representasi dari laporan atau deskripsi dari persepsi, pengalaman dan menaksir hubungan inferensial, deskripsi atau bentuk representasi lainnya(Facione, 2013). Evaluasi dalam keperawatan digunakan untuk melihat situasi secara objektif dan menggunakan kriteria untuk menentukan hasil yang diharapkan atau tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan pada tindakan yang telah perawat kerjakan(Potter & Perry, 2013).
untuk mem- buat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, membuat dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan menyimpulkan konsekuensi dari data(Facione, 2013). Dalam keperawatan aplikasi inferensi yaitu melihat arti dari data yang dikumpulkan dan menentukan signifikansinya, apakah terdapat hubungan antar data, apakah data tersebut dapat membantu untuk mengetahui adanya masalah pasien(Potter & Perry, 2013).
Penjelasan yaitu mampu menyatakan hasil-hasil dari penalaran seseorang, penalaran tersebut dari sisi konseptual, metodologis dan konstektual(Facione, 2013). Dalam keperawatan diaplikasikan untuk menjelaskan penemuan dan kesimpulan yang dibuat oleh perawat, menggunakan semua pengetahuan dan pengalaman perawat untuk menentukan cara yang tepat dalam merawat pasien(Potter & Perry, 2013). Regulasi Diri adalah secara sadar diri memantau kegiatan-kegiatan kognitif seseorang, unsur-unsur yang digunakan dalam hasil yang diperoleh, terutama dengan menerapkan keahlian dalam analisis dan evaluasi untuk penilaiannya sendiri(Facione, 2013). Aplikasi pengontrolan diri dalam keperawatan yaitu melihat kejadian yang telah dialami dan menemukan cara bagaimana dapat memperbaiki kinerja perawat dan menanyakan apakah yang dapat membuat perawat merasa telah berhasil(Potter & Perry, 2013).
merupakan salah satu karakteristik Student-Centered Learning (SCL) yang berfokus pada peserta didik (Harsono, 2008). Salah satu pendekatan SCL adalah PBL dimana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian dilanjutkan dengan proses pencarian informasi yang bersifat
student-centered. proses pendidikan yang terencana seperti PBL dapat menciptakan peserta didik menjadi aktif dalam menggali potensi diri dan berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan kerja nyata (Arlan, Fitria, & Rafiyah, 2014).
memberikan kesempatan untuk terjadinya kedua interaksi tersebut (Widjajanti, 2011).
Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) dapat mempengaruhi kemampuan berpikir mahasiswa di dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu semakin baik pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan maka semakin meningkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian juga menjelaskan penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran mampu meningkatkan minat belajar mahasiswa baik minat belajar di dalam maupun di luar kelas hal ini terjadi karena proses pembelajaran lebih banyak diberikan penugasan analisis kasus baik secara individual maupun kelompok sehingga menuntut partisipasi semua mahasiswa dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa. Penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mahasiswa dilihat dari rata-rata keaktifan mahasiswa secara klasikal dengan aspek menyampaikan pertanyaan, Aspek menjawab pertanyaan dan aspek memberikan argument. Hasil tersebut memberikan makna bahwa ada peningkatan hasil belajar pada peserta didik.
diperpanjang izin penyelenggaraannya sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor: Dj.I/38/2010 tanggal 29 Januari 2010. Lulusan PSIK bergelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan lulusan pendidikan profesinya mempunyai gelar Ners (Ns).
Angkatan 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan terjadi perubahan kurikulum dari kurikulum konvensional ke SCL. Mulai pada angkatan 2012/2013 PSIK menerapkan perubahan kurikulum dengan metode pembelajaran sistem modul. Kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan PSIK pada tahun 2012 merujuk pada Panduan Kurikulum Pendidikan Ners yang dirumuskan oleh tim Kurikulum Berbasis Kompetensi Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) tahun 2009-2013 yang diterbitkan tahun 2010.
B. Rumusan Masalah
Pendidikan di universitas adalah upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu agar dapat mengapdikan diri kepelayanan masyarakat. Peningkatan pelayanan kesehatan dibidang keperawatan sangat penting dengan mengembangan kemampuan berpikir kritis yang merupakan komponen penting karena perawat selalu dihadapkan dengan situasi yang kompleks, yang menuntut penilaian akurat, pengambilan keputusan yang tepat dan merupakan proses pembelajaran terus menerusUntuk mewujutkan mahasiswa yang mampu berpikir kritis maka proses pembelajaran harus diubah menjadi pendekatan Problem Based Learning dalam pelaksanaannya bertujuan agar mahasiswa dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah melalui pendekatan kooperatif. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa terlebih dahulu mengamati suatu permasalahan agar merangsang dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, penyelesaian masalah, dan keterampilan intelektual.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kemampuan berpikir kritis mahasiswa Keperawatan dalam melaksanakan metode pembelajaran Problem Based Learning
2. Tujuan Kusus
a. Mengetahui karakterisktik (angkatan, usia, jenis kelamin) mahasiswa Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Mengetahui gambaran kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan sumber informasi terkait kemampuan berpikir kritis mahasiswa dengan metode pembelajaran di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) khususnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bagi Institusi
Penelitian ini memaparkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa terhadap penerapan PBL, sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi dan masukan bagi pihak institusi untuk dapat membantu meningkatkan pembelajaran pada mahasiswa keperawatan sehingga menghasilkan penampilan akademik yang baik serta lulusan yang mampu berpikir kritis.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Berpikir Kritis
1. Definisi
Berpikir adalah proses tertentu di otak yang menghubungkan suatu situasi dan fakta, ide dengan fakta, ide atau kejadian lainnya agar mampu menemukan suatu kesimpulan yang tepat dan sesuai untuk digunakan dalam mencari penyelesaaian terhadap masalah yang dihadapinya (Kowiyah, 2012). Berpikir kritis berasal dari bahasa yunani kuno yang berarti “hakim” kemudian menjadi kata serapan oleh bahasa latin. Kamus (oxford)
Potter &Perry (2009) Mengartikan berpikir kritis sebagai keterampilan menemukan masalah, menentukan pilihan, dan melakukan sebuah tindakan yang tepat. Secara keseluruhan tidak hanya keterampilan kognitif tetapi juga keterampilan untuk mengajukan pertanyaan dan proses penalaran dimana individu merenungkan dan menganalisis pemikiran diri sendiri dan orang lain.Karna berpikir kritis berorientasi pada tujuan, melibatkan identifikasi dan asumsi, mepertimbangkan apa yang penting dalam situasi, mencari alternatif, danmenerapan akal dan logika dalam membuat keputusan.Suarsana & Mahayukti (2013)Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan mengidentifikasi fakta yang relevan, mengenali keterbatasan, asumsi-asumsi atau kekhususan yang berkaitan dengan prosedur yang digunakan, dan menentukan jawaban yang rasiona.Aliyu dkk (2014) Berpikir kritis dalam klinik keperawatan adalah untuk mengambil keputusan dan kemampuan untuk berpikir secara sistematis dan logis dengan keterbukaan terhadap pertanyaan dan merenungkan proses penalaran yang digunakan untuk memastikan keamanan praktik keperawatan dan kualitas caring.
2. Sikap Berpikir Kritis
(2009). Pemikir kritis akan mempunyai sikap-sikap sebagai berikut beserta aplikasi keperawatannya.
a. Berpikir Mandiri
Mengingat berbagai ide sebelum membuat kesimpulan sendiri dengan mencari literatur keperawatan, terutama ketika ada pandangan yangberbeda pada subjek yang sama(Craven & Hirnle, 2009). Berbicara dan berdiskusi dengan perawat lain danberbagi ide tentang intervensi keperawatan yang akan dilakukan(Perry & Potter, 2009)
b. Ketekunan
Keinginan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh meskipun sulit. Banyak waktu dan energi akan dibutuhkan untuk mendapatkan dan mempertimbangkan informasi baru dan membentuk wawasan baru(Craven & Hirnle, 2009). Jika mendapatkan informasi yang tidak lengkap atau hilang tentang pasien perawat harus mengklarifikasi atau langsung menanyakan pada pasien secara langsung. Mencoba berbagai pendekatan dan mencari sumber informasi sampai mendapatkan solusi yang tepat(Perry & Potter, 2009).
c. Curiosity
banyak tentang pasien sehingga membuat penilaian klinis yang tepat(Perry & Potter, 2009).
d. Kreativitas
Menciptakan ide-ide baru dan pendekatan alternatif atau pendekatan yang berbeda jika intervensi tidak bekerja untuk pasien(Craven & Hirnle, 2009). Implementasi keperawatan pasien yang nyeri mungkin membutuhkan posisi yang berbeda atau teknik distraksi, perawat dapat melakukan pendekatan yang melibatkan keluarga pasien untuk diterapkan di rumah(Perry & Potter, 2009).
e. Kepercayaan
Merasa yakin dalam kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan belajar bagaimana untuk memperkenalkan diri kepada pasien; berbicara dengan keyakinan ketika mulai melakukan tindakan dengan sesuai prosedur(Craven & Hirnle, 2009). seorang pasien berpikir bahwa perawat dapat melakukan tindakan keperawatan. selalu dipersiapkan dengan baik sebelum melakukan aktivitas keperawatan dan mendorong pasien untuk mengajukan pertanyaan(Perry & Potter, 2009).
f. Keadilan
anggota keluarga mengeluh tentang seorang pekerja. Makakemudianmencari penyelesaian yang adil dan terbuka dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pasien(Perry & Potter, 2009). g. Kerendahan hati
Pemikir kritis mengerti kapan harus membutuhkan informasi lebih lanjutuntuk membuat keputusan(Craven & Hirnle, 2009). Meminta orientasi ke perawat yang lebih mengetahui. Memintadaftar perawat secara teratur untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan dengan pendekatan keperawatan(Potter & Perry, 2013).
h. Integritas
3. Aplikasi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Bepikiran kritis sangatpenting, membantu perawat untuk memilih solusi atau mengidentifikasi pilihan untuk situasi perawatan klien. Perawat diwajibkan untuk berpikir kritis di semua tempat termasuk di rumah, sekolah, perawatan rawat jalan, unit perawatan kritis, dan pusat komunitas. Perawat harus bekerja dari basis pengetahuan yang luas yang mengindividualisasikan perawatan untuk setiap klien dan pengaturan. Kemampuan perawat untuk berpikir kritis akan menjadi salah satu keterampilan terpentingnya(Craven & Hirnle, 2009)
Facione (2015), berpikir kritis mempunyai enam sub-skill yang terdiri dari interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, penjelasan, dan regulasi diri.
a. Interpretasi
Merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria. Interpretasi meliputi
b. Analisis
Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi dan opini(Facione, 2015). Menjadi berpikir terbuka saat perawatmelihat informasi tentang pasien. tidak membuat asumsi tanpa berpikir. Apakah data tersebut mengungkapkan apa yang Anda yakini benar, atau adakah pilihan lain(Potter & Perry, 2013).
c. Penjelasan
Penjelasan merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk membentuk suatu dugaan atau hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan mengembangkan konsekuensi yang sesuai dengan data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan dan bentuk-bentuk representasi lainnya(Facione, 2015).Melihat makna dan pentingnya temuan. Adakah hubungan antara temuan apakah data tentang pasien membantu melihat ada masalah(Potter & Perry, 2013). d. Kesimpulan
pengalaman untuk memilih strategi yang akan digunakan dalam perawatan pasien(Potter & Perry, 2013).
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan atau representasi yang menilai atau menggambarkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji kekuatan logis dari hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk representasi lainnya (Facione, 2015). Melihat semua situasi secara obyektif. Gunakan kriteria (outcome yang diharapkan, karakteristik nyeri, tujuan pembelajaran) untuk mengetahui hasil tindakan keperawatan. Renungkan hasil akhir sendiri (Potter & Perry, 2013).
f. Regulasi Diri
Gambar 2.1 Sub Skill Berpikir Kritis
Sumber: Facione, (2015)
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Kritis
Potter & Perry (2009), menyatakan faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis mahasiswaadalah lamanya pengalaman dan tingkat pendidikan. Masa perkembangan remaja (10-20 tahun) dimana individu menemukan jatidiri mereka menentukan tujuan hidupnya. Dimensi yang paling penting adalah mengeksplorasi solusi alternatif mengenai peran, ekplorasi karir adalah penting. Banyak fakta menunjukan kecepatan memproses lebih lambat pada anak kecil daripada remaja, dan lebih lambat pada orang dewasa yang lebih tua daripada orang dewasa muda, akan tetapi penyebab dari perbedaan ini belum diketahui. Ini karena remaja lebih bernalar secara abstrak dan logis dan pikiran menjadi idealistik (Santrock, 2011).
a. Kecemasan (anxiety)
Beban kerja yang tinggi, tes-taking, grading, dan masalah kinerja dapat menyebabkan stres bagi mahasiswa. Selain itu, profesi keperawatan penuh dengan situasi hidupan dan matian, sehat dan sakit yang menghasilkan kecemasan yang dapat menurunkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. keseimbangan yang tepat dari kecemasan adalah kunci untuk berpikir tingkat tinggi. untuk menjaga keseimbangan yang efektif, seseorang perlu menentukan cara untuk tetap termotivasi untuk mengurangi cemas yang berlebihan.
b. Level of Preparation
Pada saat seseorang memasuki kolase, ia harus menguasai keterampilan dasar dalam membaca, menulis, mendengarkan, belajar, dan berpikir. Keterampilan ini memberikan dasar untuk pembelajaran yang efektif. tuntutan membaca kolase, bagaimanapun, mungkin lebih tinggi dari mahasiswa yang sebelumnya telah mengalaminya. Hal ini penting bagi mahasiswa keperawatan untuk dapat membaca makna dan secara aktif terlibat dengan paper teks daripada untuk menghafal.
selama proses awal dan fokus ejaan dan tanda baca kemudian di tahap editingn.
c. Learning Styles
Orang belajar dalam berbagai cara. paling penting bahwa mahasiswa mengakui bagaimana ia belajar dengan baik. gaya belajar preferensi, kurang bisa diterapkan secarah penuh. Siswa dapat belajar dan menggunakan cara yang berbeda untuk belajar, dan kemudian menggunakan gaya yang berbeda tergantung pada situasi. Sama dengan peserta didik peopleoriented atau taskoriended. Peserta didik berorientasi pada sosial: mereka lebih memilih untuk belajar di kelompok daripada sendirian, dan mereka menikmati proses lebih dari berfokus pada tugas di tangan. Mereka merasa lebih mudah untuk belajar bahan dalam konteks sosial. gaya pilihan ini mungkin bertentangan dengan yang dari kelas tradisional dengan siswa duduk di baris mendengarkan diam-diam ke instruktur. Tugas peserta didik berorientasi fokus pada tujuan di tangan dan kurang mudah dipengaruhi oleh pendapat orang lain.
Dimensi lain dari pembelajaran didasarkan pada indera peserta didik berorientasi pada pendengaran menerima informasi melalui pendengaran. peserta melakukan kehendak di kelas yang terutama
sehingga mereka ingin terlibat secara aktif. Mereka belajar dengan melakukan hal-hal, misalnya, mengubah dressing dan pemberian obat-obatan. Namun ada pendekatan lain untuk belajar membedakan antara lumpers dan splitter. Lumpers melihat konsep, gambaran besar, tetapi mungkin memiliki kesulitan menangkap detail. Mereka mungkin faham semua konsep dari pemberian obat. Splitter, yang memproses setiap bagian secara individual, mungkin tersesat dalam rincian. Sebagai contoh, splitter mungkin begitu terfokus pada "lima hak" administrasi obat yang mereka lupa mengapa klien kebutuhan obat di tempat pertama.
5. Macam-Macam Alat Ukur Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan beberapa alat ukur yang telah ditetapkan atau baku. Ada beberapa alat ukur yang telah dipublikasikan untuk memudahkan seseorang untuk mengukur kemampuan berpikir kritis orang lain, alat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis ini berupa kuesioner, beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis mahasiswa menurut Ingram(2008) antara lain :
e. The California Critical Thinking Skills Test (CCTST) yang dipublikasikan pada tahun 1990 oleh Peter Facione
f. The California Critical Thinking Disposition Inventory yang dipublikasikan oleh Peter Facione and N. C. Facione pada tahun 1992
g. Dan yang terakhir adalah Critical Thinking Disposition Self Rating-Form yang dikembangkan oleh Peter A. Facione yang dipublikasikanpada tahun 2011. Alat ukur ini terdiri dari 20 item pertanyaan yangterdiri dari 10 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan negatif.
B. Problem Based Learning
1. Definisi
dengan penerapan pembelajaran PBL dalam penelitian ini meliputi kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara kreatif, kemampuan dalam menentukan solusi yang tepat dalam memecahkan masalah, kemampuan bertanya atau mengkritisi permasalahan dari kelompok lain, kemampuan menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat pada saat presentasi dengan tepat berdasarkan sumber belajar yang sesuai (Fakhriyah, 2014).
dibutuhkan. Dalam proses pelaksanaan PBL, peserta didik dimotivasi untuk menyelesaikan permasalahan melalui pendekatan kooperatif. Sebelum melaksanakan prosess pembelajaran peserta didik terlebih dahulu mengamati suatu permasalahan. Dalam hal ini fasilitator memicu peserta didik agar berpikir kritis menyelesaikan masalah serta mengarahkan peserta didik untuk bertanya, berpendapat, belajar menyelesaikan suatu permasalahan dan menguasai konsep yang dipelajari(Indriasari, 2016).
2. Karakteristik Problem Based Learning
Teori yang dikembangkan Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari PBL, yaitu:
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswasebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya
d. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.Teachers act as facilitators.
Harsono(2008) Pada pelaksanaan PBL, dosen hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu dosen harus selalu memantau perkembangan aktivitas mahasiswa dan mendorong agar mahasiswa mencapai target yang hendak dicapai.
3. Tahap-tahap Dalam Problem Based Learning
pembelajaran PBL (Fatimah, 2009). Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber.
langkah-langkah yang dilakukan dalam metode PBL yaitu: a. Identifikasi Masalah
Mahasiswa membaca masalah yang diberikan dan mendiskusikannya. Mereka dapat terstimulus untuk mendiagnosis masalah tersebut dengan segera. Mereka harus didorong untuk berpikir lebih dalam dengan pertanyaan apa mengapa bagaimana kapan dan sebagainya(Nursalam & Efendi, 2009). Mahasiswa berdiskusi di dalam kelompoknya untuk menentukan permasalahan yang ada pada worksheet (Fatimah, 2009). b. Eksplorasi Pengetahuan yang Telah Dimiliki
Klarifikasi istilah yang digunakan dalam masalah beserta maknanya. Mahasiswa datang dengan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya, termasuk dalam pengalaman hidup. Kita tahu bahwa seseorang dapat memahami materi atau pengetahuan jika telah pernah tahu tentang topik tersebut (Nursalam & Efendi, 2009). Mahasiswa menuliskan permasalahan dengan bahasa sendiri (Fatimah, 2009).
c. Menetapkan Hipotesis
kelompok mengkaji ulang solusi yang diperoleh dan membuat laporan pemecahan masalahnya (Fatimah, 2009).
d. Identifikasi Isu-isu yang Dipelajari
Isu pembelajaran dapat dapat didefinisikan sebagai pertanyaan yang tak dapat dijawab dengan pengetahuan yang masih dimiliki mahasiswa. Pada tahap ini mahsiswa harus menyadari apa yang menjadi isu pembelajaran. Baik bagi kelompok atau individu (Nursalam & Efendi, 2009). Mahasiswa mengidentifikasi informasi dengan melakukan percobaan atau membaca literatur yang relevan dengan masalah (Fatimah, 2009).
e. Belajar Mandiri
Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang jadi tujuan bagi tiap mahasiswa. Pada area tertentu, perlu ditentukan bagi yang merupakan bagian dari belajar mandiri mahasiswa. Hal ini bermanfaat sebelum masuk pertemuan berikutnya(Nursalam & Efendi, 2009). mahasiswa mencari informasi tambahan mengenai pembelajaran pada hari itu melalui berbagai sumber (Fatimah, 2009).
f. Re-evaluasi dan Penerapan Pengetahuan Baru Terhadap Masalah
informasi baru dengan mempertanyakannya, menerapkannya pada situasi yang berbeda dapat membantu merangsang pembelajaran pada masa mendatang (Nursalam & Efendi, 2009). Masing-masing kelompok mengkaji ulang solusi yang diperoleh dan membuat laporan pemecahan masalahnya (Fatimah, 2009).
g. Pengkajian dan Refleksi
Sebelum proses pembelajaran selesai, mahasiswa sebaiknya mendapatkan kesempatan untuk berefleksi mengenai proses pembelajaran yang terjadi. Hal ini termasuk melakukan review terhadap pemeblajarang yang telah diraih, sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik mengenai proses yang telah berlangsung(Nursalam & Efendi, 2009). Kelompok dapat menyajikan laporannya ke depan kelas. Kelompok lain boleh memberikan pendapat dan menceritakan hasil temuan kelompok masing-masing (Fatimah, 2009).
4. Kelemahan dan Kelebihan Problem Based Learning
a. Nursalam & Efendi(2008) kelebihan PBL yaitu:
2) Kompeten umum PBL memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan umum yang dikehendaki dimasa depan.
3) Integrasi: PBL memfasilitasi integrasi kurikulum inti
4) Memotivasi: PBL menyenangkan bagi tutor dan mahasiswa serta prosesnya yang melibatkan mahasiswa.
5) Pembelajaran mendalam: PBL meningkatkan pemahaman mendalam (mahasiswa berinteraksi dengan bahan-bahan pembelajaran, menghubungkan konsep dengan aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan pemahaman mahasiswa).
6) Pendekatan konstruktif: mahasiswa aktif berdasarkan pengetahuan dan membangun kerangka konseptual dari pengetahuan tersebut.
b. DPT UI(2012) kelebihan PBL ialah yaitu:
1) Dengan menggunakan metode ini mahasiswa dimungkinkan untuk memperoleh pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan dalam pemecahan masalah.
2) Berdasarkan penelitian, mahasiswa ternyata lebih termotivasi apabila menggunakan metode ini.
4) Karena mahasiswa dipaksa bekerja dengan masalah yang mereka tidak pahami, mereka dipaksa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, melakukan diagnosis dan mengajukan hipotesis.
c. Nursalam & Efendi (2008) kekurangan PBL yaitu: 1) Tutor yang tidak dapat mengajar
2) Sumberdaya manusia: lebih banyak staf yang terlibatdalam proses tutorial.
3) Sumber-sumber lain: sebagian besar mahasiswa memerlukan akses pada perpustakaan yang sama dan internet bersamaan juag.
4) Model peran: kemungkinan mahasiswa mengalami kekurangan akses pada dosen yang berkualitas dimana dalam kurikulum tradisional memberikan kuliah dalam kelompok besar.
5) Informasi berlebihan: mahasiswa mungkinn tidak yakin dengan seberapa banyak belajar mandiri yang diperlukan dan informasi apa yang relevan dan berguna.
d. DPTUI ( 2012) Kekurangan PBL yaitu:
1) Kesuksesan penerapan metode PBL bergantung pada kedisiplinan mahasiswa untuk belajar.
3) Metode PBL tidak efisien. Apabila seorang mahasiswa menghadapi masalah yang harus dipecahkan, ia harus mengerti dulu terminologi yang ada, apa saja gejalanya, dan masalah- masalah lain.
4) Metode ini tidak memfasilitasi mahasiswa agar dapat lulus dalam ujian. Mahasiswa akan mudah mengingat informasi apabila dikaitkan dengan problem, tetapi akan sulit bagi mereka untuk melakukan hal itu apabila mereka menjumpai soal-soal yang terpisah, bukan merupakan
kesatuan, seperti pertanyaan “Benar atau salah?”
5) Banyak pengajar yang merasa bahwa alat ukur untuk menguji
kemampuan para peserta didik sedikir ‘lunak
C. Penelitian Terkait
kreatif, kemampuan dalam menentukan solusi yang tepat dalam memecahkan masalah, kemampuan bertanya atau mengkritisi permasalahan dari kelompok lain, kemampuan menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat pada saat presentasi dengan tepat berdasarkan sumber belajar yang sesuai.
Yuliastutik (2010)berjudul penerapan model pembelajaran problem based learning dengan media video campact disk (vcd) dalam upayameningkatkan motivasi belajar dan kemampuanberpikir kritis mahasiswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan sabyek penelitian
mahasiswa semester II Akademi Keperawatan Rustida Banyuwangi tahun akademi 2008/ 2009 berjumlah 48 orang. Penelitian ini mengunakan kualitatif berupa hasil wawancara dan hasil observasi / pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa meningkat dari rerata 8 dengan ketuntasan
klasikal 56 % pada siklus I menjadi rerata kemampuan berpikir kritis mahasiswa 18
klasikal sebesar 82 % pada siklus II
Aprisunadi (2011) berjudul Hubungan Antara Berpikir Kritis Perawat dengan Kualitas Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Ortopedi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain survey analitik
cross sectional study pada 45 responden perawat yang diukur kecenderungan
berpikir kritisnya kemudian kualitas asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat
dinilai berdasarkan dokumentasi asuhan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan
asuhan keperawatan (p=0,017; α 0,05). Perawat yang berpikir kritis berpeluang 6
kali menunjukkan kualitas asuhan keperawatan yang baik.responden yang cenderung
berpikir kritis lebih banyak dibandingkan yang kurang berpikir kritis. Responden
yang cenderung berpikir kritis sebanyak 71% (32 responden) dan responden yang
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 kerangka teori
Sumber:Nursalam & Efendi, 2009; Facione, 2015.
Subskill: interpretation evaluation analysis inference explanation self- regulation (Facione, 2015)
Kemampuan berpikir kritis mahasiswa
mendengarkan Kerja
sama tim
Sikap dan keterampilan yang dikembangkan PBL (Nursalam & Efendi, 2009)
Kemampuan Presentasi
Belajar Mandiri
Menghargai Pendapat Ketua
35
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan sintesis dari telaah literatur (tinjauan pustaka) yang memuat masalah yang dipersoalkan. Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan diantaranya. Kerangka konsep tersebut merupakan kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan(Wasis, 2008).
Bagan 3.1 Kerangka konsep kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis mahasiswa:
(Interpretasi, Inference, Self-regulation, Analisis, Evaluation, explanation).
Baik
B. Definisi Oprasional
Tabel 4.1 Definisi oprasional penelitian
Variabel
kuesioner sejumlah 20
Pernyataan tentang
a. Semester Jumlah semester
yang telah dilalui
mahasiswa
Item pernyataan dalam
kuesioner data
karakteristik tentang
angkatan mahasiswa.
Kuesioner 1= semester 2
2= semester 4
3= semester 6
4= semester 8
b. Jenis
Kelamin
c. Umur
Identitas seksual
mahasiswa
Jumlah tahun sejak
lahir sampai terakhir
ulang tahun
Item pernyataan dalam
kuesioner data
karakteristik tentang
jenis kelamin
mahasiswa.
Item pernyataan dalam
kuesioner data
karakteristik tentang
angkatan mahasiswa
Kuesioner
Kuesioner
1= laki-laki
2= perempuan
Ordinal
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data dilakukan dengan satu waktu atau satu priode tertentu dan pengematan objek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian(Swarjana, 2012). Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang umumnya digunakan untuk menelaah gejala atau masalah yang sedang hangat dialami, menelaah kasus yang ingin dijelaskan secara tepat, melihat permasalahan tertentu guna perencanaan metode pembelajaran yang baik (Budiharto, 2008). Peneliti menggunakan desain ini bertujuan untuk mengetahui gambaran berpikir kritis mahasiswa Keperawatan terhadap penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari angkatan 2013 sampai angkatan 2016 yang berjumlah 299.
Tabel 4.1 jumlah populasi
Angkatan Jumlah
2013 48
2014 48
2015 115
2016 88
Total populasi 299
3. Sampel Penelitian
penelitian. Jumlah sampel untuk populasi yang kurang dari 10.000 dilakukan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus:
Ket:
N = besar populasi n = jumlah sampel
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (5%) Angka populasi dimasukan dalam rumus besar populasi yaitu:
Jumlah populasi responden memiliki tingkatan yang berbeda pengambilan populasi menggunakan cara stratifikasi pada populasi yang mempunyai karakteristik homogen. Pengelompokan strata dilakukan guna mendapatkan sampel yang memadai secara proposional. Peneliti melakukan pengambilan sampel perkelas dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut:
jumlah populasi strata X sampel sampel strata =
jumlah populasi
Sampel yang digunakan penelitian ini berjumlah 171 mahasiswa Keperawatan UIN Jakarta yang menjalani proses pembelajaran metode PBL. Kriteria inklusi yang masuk dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang
aktif belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah dan bersedia menjadi responden.
Tabel 4.2
Jumlah Hitung Sampel Per Semester
Semester Besar Populasi Jumlah Populasi strata
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di PSIK merupakan unit pendidikan keperawatan yang menggunakan metode pembelajaran dengan pendekatan PBL dan memiliki jumlah mahasiswa yang cukup sehingga bisa dilakukan penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan dari penyusunan proposal sampai laporan akhir penelitian, pada bulan Februari hingga Juli tahun 2017.
D. Prosedur Pengumpulan Data
responden penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer, berupa kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Problem Based Lerarning
(PBL), yaitu mahasiswa semester 2 sampai semester 8. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Crtitical Thinking Dispotision Self-Rating Form yang dikembangkan Facione tahun 2011 dan telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia oleh Aprisunadi (2011). Kuesioner ini terdiri atas 20 item pertanyaan yang bertujuan untuk menilai kecenderungan berpikir kritis. Instumen penelitian menggunakan skala pengukuran yaitu skala Gutmen dengan pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”. Responden mendapatkan nilai 5 jika menjawab pertanyaan bernomor ganjil
Tabel 4.3 kisi-kisi kuisoner
Item pertanyaan Nomer pertanyaan Jumlah
Interpretasi 1,2,19,20 4
Inferen 3,4,9,10 4
Analisis 5,6,15,16 4
Evaluasi 7,13,14 3
Explanation 8,11,12 3
Sel-regulation 9,17,18 3
Total 20
Peneliti melakukan uji normalitas data didapaktkandata tidak normal(sig kolmogorov-smirnov 0,00) sehingga menggunakan nilai median yaitu 80. Katagori berpikir kritis dapat dilihat di tabel 4.3.
Tabel 4.3 Katagori Pengukuran Berpikir Kritis
Katagori Berpikir Kritis Total Skor
Baik >=80
Kurang Baik <80
F. Uji Validitas
Kuesioner harus diuji validitas dan reabilitas agar terukur keabsahannya. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan dicari reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.
1. Uji Validitas
menggunakan pearson product moment, rumusan tersebut digunakan untuk jenis data ordinal atau yang mempunyai rentang. Seluruh item yang mencapai koefisien korelasi rxy ≥ 0,03dianggap sebagai item yang valid (Sugiyono, 2013). Peneliti tidak melakukan uji validitas dikarenakan sudah baku. Feng et al (2010), dalam Aprisunadi (2011)diperoleH nilai r tabel 0,632 dengan N 10 dan nilai probabilitas 0,05.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjuakan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Arikunto, 2010).Uji reliabilitas yang digunakan pada instrumen adalah rumus alpha cronbach.
Feng et al (2010), dalam aprisunadi (2011) penelitian diperoleh nilai Chronbach’s alpha coefficient lebih dari 0,85. Nilai ini mendukung validitas dan reliabilitas instrumen dalam mengukur berpikir kritis.
G. Pengolahan Data
Imron & Munif (2010)menyatakan ada tiga tahapan pengolahan data yang dilalui yakni:
Editing adalah memeriksa data hasil pengumpulan data, yang berupa daftar pertanyaan, kartu, buku register dan lain-lain. Responden yang telah mengisikan data pada kedua kuesioner, selanjutnya peneliti menghitung kuesioner dan mengkoreksi kuesioner untuk memastikan kelengkapan, kejelasan, relevansi dan kekonsistenan jawaban.
b. Coding
Coding adalah tindakan untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau data hasil penelitian dianggap sangat perlu untuk disederhanakan. Data yang telah diisikan pada kuisioner kemudian diubah dari data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan coding adalah untuk mempermudah saat analisis dilakukan dan mempercepat saat entri data.Pemindahan data dan pemberian simbol atau kode pada jawaban kuisioner yang dibagikan kepada responden selesai, maka data yang sudah diberi kode dipindahkan ke dalam suatu media yang mudah ditangani untuk pengolahan data selanjutnya. Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara mekanis, manual atau elektronik.
c. Tabulating
H. Analisis Data
Analisis data Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakter data secarah sederhana. Fungsi analisis adalah meringkas dan menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang dapat dibaca (Hastono, 2006). Peneliti menggunakan analisis univariat, yang merupakan suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Data yang disajikan menggunakan proporsi, yaitu apabila pembilang merupakan bagian dari penyebut (Nursalam, 2008).
I. Etika Penelitian
Prinsip etik menurut ANA dalam Wasis (2008) yang berkaitan dengan peran perawat sebagai seorang peneliti adalah sebagai berikut:
1. Otonomi
kepada subjek penelitian tidak diperbolehkan. Hal ini jelas melanggar kode etik penelitian. Setiap orang memiliki hak untuk setuju atau tidak. Peneliti tidak akan memaksa dalam berpartisipasi dalam sebuah penelitian apalagi dalam tekanan dan ancaman.
4. Beneficence
Peneliti selalu berupaya agar segala tindakan penelitian yang diberikan mengandung prinsip kebaikan (promote good). Prinsip berbuat yang terbaik ini tentu saja dalam batas-batas hubungan terapeutik antara peneliti dan subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan melibatkan subjek penelitian mengandung konsekuensi bahwa semua demi kebaikan bersama, guna mendapatkan manfaat yang baik.
5. Confidentiality
6. Justice
49
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Program Studi Ilmu Keperawatan mempunyai izin pelaksanaan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor: 1356/D/T2005 tanggal 10 Mei 2005 dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI Nomor: Dj.II/123/2005 tanggal 17 Mei 2005, yang diperpanjang izin penyelenggaraannya sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor: Dj.I/38/2010 tanggal 29 Januari 2010. Lulusan PSIK bergelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan lulusan pendidikan profesinya mempunyai gelar Ners (Ns).
B. Karakteristik Umum Responden
Tabel 5.1 menunjukkan rata-rata usia responden pada penelitian ini 19,64 dengan standar defiasi 12,88 tahun. Responden tertua yaitu berusia 23 tahun dan yang termuda berusia 18 tahun.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Variabel N Mean Median Min Maks SD
Usia 171 19,64 20 28 23 12,88
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang paling besar yaitu semester 4 (38,6%) karena memilik proporsi yang lebih besar dari pada proporsi angkatan lainnya. Proporsi responden yang mempunyai umur sebagian besar yaitu 19 tahun 56 responden (32,7%) dan yang paling rendah umurnya adalah 23 tahun 2 orang (1,2%). Berdasarkan jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan dengan persentase (95, 3 %).
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Semester, Usia dan Jenis Kelamin di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
Variabel Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
C. Berpikir Kritis
Tabel 5.3 hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kecenderungan berpikir kritis responden yang baik lebih besar dibandingkan yang kurang baik. Responden dengan kecenderungan berpikir kritis yang baik 65,5% sedangkan responden dengan kecenderungan berpikir kritis kurang baik yaitu 34,5%.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kecenderungan Berpikir Kritis di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Katagori Jumlah Persentase
Berpikir Kritis Baik
Hasil penelitian ini menjelaskan distribusi responden berdasarkan subvariabel yang paling besar adalah kemampuan evaluasi (83,6%) dan yang paling kecil adalah kemampuan inferen (25,7%), gambaran distribusi subvariabel kemampuan berpikir kritis digambarkan pada tabel 5.3 sebagai berikut.
Tabel 5.3
Distribusi Respon Berdasarkan Sub-variabel Kecenderungan Berpikir Kritis Mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Subvariabel
menurut proporsi. semester 4 (68,2%) dan semester 2 (64,7) menunjukkan kecenderungan berpikir kritis baik hampir sama dan lebih tinggi dari semester 6. Persentase dari jenis kelamin distribusi kecenderungan berpikir kritis yang baik perempuan 66,9% sedangkan laki-laki adalah 37,5%. Responden dengan kecenderungan berpikir kritis yang baik paling besar yaitu umur 22 tahun sebanyak 38 mahasiswa (88,9%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Keperawatan berdasarkan kecenderungan berpikir kritis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Berpikir Kritis
untuk menghadapi tantangan dan permasalahan yang akan ditemui sekarang maupun nantinya.
Aprisunadi (2011) menunjukkan perawat yang berpikir kritis baik lebih banyak daripada berpikir kritisnya kurang. Perawatsecera efektif akan profesional dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan mampu menyelesaikan masalah klinis dengan lebih baik, dimana hal ini akan memberikan manfaat baik bagi pasien. PembelajaranPBLdinstitusi mampu menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga
keperawatan di rumah sakit.Indriasari(2016) menjelaskan Problem Based Learning dikembangkan untuk membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anwar, Abdullah, & Apriana (2014) menjelaskan terdapat peningkatan yang signifikan pada pembelajaran PBL terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. PBL sendiri bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, menganalis, dan menyelesaikan persoalan dunia nyata yang kompleks (PDPT UI, 2012).
menganalisis pemikiran diri sendiri dan orang lain. Karna berpikir kritis berorientasi pada tujuan, melibatkan identifikasi dan asumsi, mepertimbangkan apa yang penting dalam situasi, mencari alternatif, dan menerapan akal dan logika dalam membuat keputusan.
Banyak yang telah mendefinisikan berpikir kritis tapi pada dasarnya berpikir kritis lebih banyak diartikan sebagai suatu proses dari pada suatu tujuan (Facione, 2015). Berpikir kritis merupakan istilah yang dipakai untuk menjelaskan suatu proses kognitif, agar informasi yang berbeda dikumpulkan, dianalisis, disintesis dan dievaluasi,untuk mengambilan keputusan danmemecahkan masalah, dimana melibatkan akal kemampuan untuk membedakan, meyakini, dan berargumen bahwa kesimpulan yang diambil sudah tepat (Price & Harrington, 2016).
dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah(Fakhriyah, 2014).
Kelebihan PBL yaitu:Pembelajaran mendalam: PBL meningkatkan pemahaman mendalam (mahasiswa berinteraksi dengan bahan-bahan pembelajaran, menghubungkan konsep dengan aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan pemahaman mahasiswa).Pendekatan konstruktif: mahasiswa aktif berdasarkan pengetahuan dan membangun kerangka konseptual dari pengetahuan tersebut(Nursalam & Efendi, 2009).Dengan menggunakan metode ini mahasiswa dimungkinkan untuk memperoleh pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan dalam pemecahan masalah karena mahasiswa dipaksa bekerja dengan masalah yang mereka tidak pahami, mereka dipaksa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, melakukan diagnosis dan mengajukan hipotesis (PDPT, 2012).
B. Karakteristik Responden
1. Semester
menunjukan tingkat perkuliahan akademik yang menggambarkan lamanya pengalaman belajar dan ekspos pendidikan tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan kecenderungan berpikir kritis. Kecenderungan berpikir kritis tidak selalu meningkat seiring meningkatnya tingkat perkuliahan akademik. Faktor – faktor yang turut mempengaruhi antara lain kurikulum yang berlaku, pendekatan belajar mahasiswa, dan metode pengajaran dan penilaian oleh dosen. Ingram (2008) juga mendukung dengan hasil yang sama bahwa tingkat pengalaman tidak mempengaruhi kemampuan berpikir kritis. Dwijananti & Yulianti (2010) menjelaskan bahwa pada dasarnya mahasiswa mempunyai potensi kemampuan berpikir kritis. Problem Based Learning
dikembangkan untuk membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan intelektual melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri (Indriasari, 2016). Mahasiswa sangat antusias mengikuti pembelajaran dan menyambut penerapan model pembelajaran ini dengan sangat baik. Potensi ini sangat disayangkan jika tidak dapat dikembangkan dengan baik. Melalui penerapan model pembelajaran yang ada, mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang baik (Dwijananti & Yulianti, 2010).
2. Jenis Kelamin
yang berjenis kelamin perempuan mendapatkan jumlah persentase yang lebih besar. Hasil penelitian ini belum bisa menjelaskan perbandingan kemampuan berpikir kritis yang baik antara mahasiswa perempuan dan laki-laki karena presentase responden perempuan lebih besar dari pada responden laki-laki. Hal ini sejalan dengan penelitian Arlan et al(2014) yang menunjukkanterdapat 130 mahasiswa keperawatan diketahui hampir seluruh responden (90%) berjenis kelamin perempuan, dan sebagian kecil (10%) berjenis kelamin laki-laki.
3. Usia
Reta-rata usia responden pada penelitian ini adalah 19 tahun, dimana usia responden termuda adalah 18 tahun dan tertua adalah 23 tahun. Dalam penelitian ini menunjukkan presentaseberpikir kritis mahasiswa tidak
bertambah seiring dengan bertambahnya
usia.Mulyaningsih(2013)menunjukkan dalam penelitiannya bahwa usia tidak mempengaruhi kemampuan berpikir kritis seseorang.
Usia 19 tahun menurut pieget usia ini masuk dalam masa perkembangan remaja (10-20 tahun) dimana individu menemukan jatidiri mereka menentukan tujuan hidupnya. Dimensi yang paling penting adalah mengeksplorasi solusi alternatif mengenai peran, ekplorasi karir adalah pentiang. Banyak fakta menunjukan kecepatan memproses lebih lambat pada anak kecil daripada remaja, dan lebih lambat pada orang dewasa yang lebih tua daripada orang dewasa muda, akan tetapi penyebab dari perbedaan ini belum diketahui. Ini karena remaja lebih bernalar secara abstrak dan logis dan pikiran menjadi idealistik(Santrock, 2011).
61
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan dengan persentase (95, 3 %).Jumlah semester yang paling besar adalah semster 4 28,3% usia rata rata mahasiswa yaitu usia 19 tahun dengan usia paling mudah adalah 17 tahun dan yang tua adalah 23 tahun. semster
2. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam katagori baik dan kurang baik yaitu baik (65,5%) dan kurang baik (34,5%) dengan kemampuan yang terbesar yaitu kemampuan evaluasi (83,6%) dan yang terkecil adalah kemampuan
inferen (25,7%). Jumlah responden yang paling besar yaitu angkatan 2015 (38,6%).
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Meningkatkan dan mengasah kemampuan berpikir kritis di 6 komponen pada setiap modul tiap semster.
2. Bagi Institusi
b. Melakukan pelatihan berpikir kritis baik bagi peserta didik maupun bagi pendidk keperawatan.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan bisa mengendalikan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis Mahasiswa diharapkan agar selalu meningkatkan motivasi untuk bisa menjalankan peran dalam metode PBL sebagaimana mestinya agar bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aliyu, U., Mathew, O. K., Paul, R. Y., & Dial, D. (2014). Promoting Professional Nursing Practice through Critical Thinking and Attitudinal Change, 3(5), 12–15. Anwar, Abdullah, & Apriana, E. (2014). Penerapan Problem Based Learning dan
Inkuiri untuk Meni ngkatkan Kepedulian Lingkungan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh. Jurnal EduBio Tropika, 2(2), 237–243.
Aprisunadi. (2011). Hubungan Antara Berpikir Kritis Perawat dengan Kualitas Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Ortopedi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Universits Indonesia.
Arlan, A. J., Fitria, N., & Rafiyah, I. (2014). Intensi Melaksanakan Self Study (Seven
Jump : Step 6) Dalam Small Group Discussion (SGD) pada Mahasiswa
Angkatan 2011 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran. Jurnal Ilmu Keperawatan, 2(1), 95–108.
Budiharto. (2008). metotodelogi penelitian kesehatan dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. jakarta: EGC.
Craven, R. F., & Hirnle, C. J. (2009). Fundamentals of Nursing: Human Health and function (6th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins,.
Diane M. Billings, J. A. H. (2009). Teaching in Nursing: A Guide For Faculty. St.Loius: Elsevier.
Dwijananti, P., & Yulianti, D. (2010). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6, 108–114.
Facione, P. A. (2013). Critical Thinking : What It Is and Why It Counts, 1–28.
Facione, P. A. (2015). Critical Thinking : What It Is and Why It Counts. Insight Assessment, 7(ISBN 13: 978-1-891557-07-1.), 1–28. https://doi.org/ISBN 13: 978-1-891557-07-1.