• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Budaya Sasi: Perlawanan Negara dan Masyarakat terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam T2 092009110 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Budaya Sasi: Perlawanan Negara dan Masyarakat terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam T2 092009110 BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Kampung Warsambin adalah salah satu kampung yang terletak di distrik Teluk Mayalibit, kabupaten Raja Ampat. Sebelum mengalami pemekaran distrik, Teluk Mayalibit terdiri atas 10 kampung berdasarkan PERDA No. 3 Tahun 2006. Sekarang distrik Teluk Mayalibit dibagi menjadi 2 yaitu distrik Tiplol Mayalibit (6 kampung) dengan ibu kota distrik kampung Go, dan distrik Teluk Mayalibit (4 kampung) dengan ibu kota distrik kampung Warsambin, berdasarkan PERDA No. 2 Tahun 2012.1 Pada masa sebelum pemekaran kabupaten

Raja Ampat, untuk sampai ke Teluk Mayalibit hanya bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi laut. Namun setelah pemekaran untuk sampai ke Teluk Mayalibit dari kota Waisai bisa ditempuh dengan kendaraan darat selama ± 1 jam 40 menit dengan kondisi jalan terbuat dari sirtu2. Pembangunan jalan ini merupakan bagian dari mega

proyek Trans-Waigeo yang dicanangkan oleh pemerintah untuk membangun transportasi darat mencapai kampung-kampung yang ada di kepulauan Waigeo.

1 Data yang dikeluarkan oleh Kantor Distrik Teluk Mayalibit. Tanggal 6 Januari

2015.

2

(2)

2

Sebagai ibu kota distrik Teluk Mayalibit, kampung Warsambin mengalami perkembangan yang cukup pesat terlebih ketika akses jalan darat mulai terbuka. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sangat terasa. Pengenalan akan teknologi sudah mulai dirasakan masyarakat semenjak kampung Warsambin mulai terbuka dengan adanya akses jalan darat. Misalnya teknologi komunikasi dengan telepon genggam. Hampir sebagian masyarakat memiliki telepon walaupun di kampung tersebut tidak mendapatkan signal selular. Ini bukan berarti di Teluk Mayalibit tidak ada pemancar jaringan selular. Pada tahun 2011 telah dibangun pemancar dari salah satu perusahaan penyedia jasa jaringan selular yaitu TELKOMSEL, tetapi sampai akhir tahun 2011 ketika penulis berada di tempat penelitian, pemancar tersebut belum berfungsi. Bahkan ketika kedua kalinya penulis turun ke lapangan pada Desember 2014 sampai dengan akhir Januari 2015 tower tersebut belum berfungsi. Lalu telepon genggam yang dimiliki oleh masyarakat digunakan untuk apa? Beberapa di antara masyarakat menggunakannya ketika berkunjung ke ibu kota kabupaten Raja Ampat yaitu Waisai. Sedangkan sebagiannya dipergunakan untuk memutar musik. Fenomena ini penulis sampaikan ke pembaca bahwa terbukanya suatu daerah oleh karena pemekaran wilayah dan pembangunan akses transportasi yang lebih mudah memberikan pengaruh besar pada perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.

Perubahan setelah pemekaran kabupaten yang berujung pada pembukaan akses transportasi ternyata memberikan dampak bagi perkembangan pariwisata di Teluk Mayalibit. Kini Teluk Mayalibit menjadi salah satu destinasi wisata di kabupaten Raja Ampat. Teluk Mayalibit yang menyimpan cerita sejarah masyarakat asli kepulauan Waigeo dengan situs-situs bersejarahnya ternyata menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan baik dalam dan luar negeri.

(3)

3

mulai dari mulut teluk sampai teluk bagian terdalam.3 Dengan

ekosistem seperti ini, Teluk Mayalibit merupakan kawasan endemik bagi reproduksi biota laut. Maka tentu perairan di Teluk Mayalibit dapat dipastikan memiliki sumber kekayaan alam yang luar biasa. Di sekitar mulut teluk dapat dijumpai paus dan lumba-lumba yang meliputi paus sperma atau sperm whale (Physeter Macrochepalus), paus pembunuh atau killer whale (Orcinus orca), lumba-lumba hidung botol umum (Tursiops truncatus), lumba-lumba hidung botol indopasifik (Tursiops aduncus), paus pembunuh palsu (Pseudorca crassidens), lumba-lumba spinner (Stenella longirostris), lumba-lumba risso (Grampus griseus), lumba-lumba bongkok (Sousa chinensis) di dalam teluk atau masyarakat Teluk Mayalibit menyebut lumba-lumba putih dan dugong/duyung (Dugong dugon).4

Dengan potensi sumber daya alam dan kondisi ekosistem perairan yang sangat baik ini, bersamaan itu pula ancaman berupa eksploitasi sumber daya alam menjadi persoalan serius yang akan dihadapi oleh masyarakat Teluk Mayalibit secara umum, terlebih khusus masyarakat kampung Warsambin. Mengapa demikian? Masyarakat kampung Warsambin yang kesehariannya menggantungkan hidup pada hasil laut. Masyarakat di kampung Warsambin mayoritas mata pencaharian mereka adalah sebagai nelayan, lebih tepatnya nelayan subsisten.5 Ketika ada ancaman

eksploitasi dan kerusakan lingkungan itu terjadi maka mata pencaharian masyarakat menjadi terganggu.

3 Pemerintah Kabupaten Raja Ampat. 2012. Rencana Pengelolaan Taman

Pulau-pulau Kecil Daerah (TPPKD) Raja Ampat : Data dan Analisa, Hal. 96, Raja Ampat,

4

Ibid.

5 Soetrisno, Loekman. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian: Sebuah

(4)

4

Ditengah kekhawatiran inilah, masyarakat lewat kearifan lokalnya menggiatkan kembali budaya sasi dalam rangka memproteksi sumber daya alam yang mereka miliki. Pada tahun 2010 deklarasi sasi

Mon atas wilayah perairan adat yang dimiliki oleh masyarakat adat marga Ansan. Dalam pengertiannya sasi adalah suatu bentuk larangan pengambilan sumber daya alam baik darat maupun laut dalam kurun waktu tertentu sehingga memungkinkan sumberdaya alam dapat tumbuh, berkembang dan dilestarikan (Renjaan dkk, 2013). Sasi dilakukan dengan harapan bahwa sumber daya alam yang dimiliki oleh masyarakat tidak mengalami eksploitasi dan kerusakan lingkungan.

Pemerintah kabupaten Raja Ampat, jauh sebelum itu juga memiliki semangat yang sama dalam memproteksi sumber daya alam di Raja Ampat. Menyusun kebijakan lewat Perda No. 27 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah menunjukkan iktikad baik untuk melindungi sumber daya alam laut Raja Ampat. Alasan pemerintah dalam menyusun kebijakan ini adalah pemerintah harus mampu meningkatkan kapasitasnya untuk melindungi sumber daya alam laut yang adalah mata pencaharian masyarakat. Pembuatan kebijakan KKLD ini sendiri terinspirasi dari kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat yaitu budaya sasi.

Dari kedua sikap yang diambil oleh masyarakat kampung Warsambin dan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, penulis menduga adanya bentuk perlawanan bersama terhadap ancaman eksploitasi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan. Dan negara (pemerintah daerah) serta masyarakat menggunakan budaya sasi sebagai bentuk perlawanan. Perlawanan ini dilakukan untuk melawan perilaku eksploitatif yang dilakukan oleh nelayan lokal ataupun nelayan dari luar Raja Ampat.

(5)

5

menjawab ancaman eksploitasi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan.

Tujuan Penelitian

Dengan memahami 2 pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahanan dan informasi bagaimana budaya sasi itu dilaksanakan oleh masyarakat kampung Warsambin, dan memperoleh pemahaman tentang bentuk serta strategi perlawanan negara (pemerintah daerah) dan masyarakat dalam menjawab ancaman eksploitasi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan.

Melalui penelitian ini pula diharapkan : (1) akan memperkaya khasanah informasi tentang pelaksanaan budaya sasi sebagai kearifan lokal yang mampu menjadi cara masyarakat melindungi sumber daya alam, (2) melengkapi studi-studi kearifan lokal bagi daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya alam, (3) memberikan masukan praktis dalam pengembangan kapasitas oleh pihak-pihak yang berkepentingan, (4) memberikan pemahaman baru tentang relasi negara dan masyarakat yang bisa bersinergi dalam usaha pembangunan daerah.

Metode Penelitian

Metode sangat dibutuhkan untuk menjawab permasalahan-permasalahan penelitian. Oleh karena itu persoalan penting yang patut diperhatikan dalam metode penelitian adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian dapat menjawab permasalahan penelitian dan memberikan informasi yang jelas. (Bungin 2003:42).

(6)

6

atas permukaan, melainkan dibawah permukaan atau tersembunyi. Setiap individu yang memaknai sebuah fenomena tidak lagi lantas dengan mudah menjelaskan makna tersebut. Penelitian kualitatif dengan segala kekhasannya mampu menengok tabir dan menangkap sesuatu yang dimaksud oleh individu, sehingga makna tersebut dapat dipahami dengan lebih mudah dan sederhana.6 Jenis penelitian ini

dipilih untuk mampu memberikan gambaran yang komperhensif mengenai pelaksanaan budaya sasi dan memberikan gambaran tentang perlawanan negara dan masyarakat. Tentu ini akan tersajikan dengan menguak makna-makna dibalik setiap fenomena yang terjadi.

Dan untuk pendekatan penelitian, menggunakan pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis ini berguna untuk mengamati fenomena-fenomena konseptual subyek yang diamati melalui tindakan dan pemikirannya guna memahami makna yang disusun oleh subyek di sekitar kejadian sehari-hari.7 Dengan

menggunakan pendekatan ini, diharapkan pengumpulan data dalam bentuk wawancara dan observasi serta analisanya mendapatkan hasil yang maksimal. Pendekatan fenomenologis ini pula mampu mengamati perilaku dan tindakan masyarakat dalam melakukan budaya sasi serta bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh pemerintah.

Selain itu, pengumpulan data lewat wawancara menjadi salah satu cara yang ditempuh penulis untuk menggali berbagai informasi. Melakukan wawancara dengan perspektif tradisi lisan sangat membantu penulis untuk mendapatkan informasi. Melihat kondisi masyarakat di tempat penelitian adalah masyarakat tradisional yang mewariskan cerita sejarah dan peristiwa lewat tutur, maka perspektif tradisi lisan diperlukan dalam proses pencapaian informasi. Tradisi lisan diartikan sebagai pesan-pesan lisan yang proses penyampaian pesan lewat perkataan mulut ke mulut selama beberapa waktu sampai pesan tersebut menghilang. Maka dari itu setiap tradisi lisan adalah

6 Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Imu-ilmu Sosial,

Hal. 8. Salemba Humanika. Jakarta.

7 George, Ritzer. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Hal. 37-42,

(7)

7

sebuah versi pada satu masa, sebuah elemen dalam sebuah proses pengembangan lisan yang dimulai oleh komunikasi awal.8 Dalam

proses penciptaan pesan ini dikelompokkan menjadi dua jenis kelompok utama: komunikasi yang menyampaikan berita dan komunikasi yang melambangkan sebuah penafsiran dari situasi yang sudah ada.9 Kedua pengelompokan dari proses penciptaan ini akan

sangat berguna dalam memilah-milah data wawancara untuk melihat apakah bagian itu adalah berita ataukah sebuah penafsiran dari kondisi yang pernah terjadi.

Lokasi penelitian terletak di kampung Warsambin, distrik Teluk Mayalibit, kabupaten Raja Ampat. Alasan metodologis dalam memilih lokasi penelitian adalah karena tulisan-tulisan akademik yang membahas tentang sasi kebanyakan berada pada kepulauan besar Misool dan Batanta, sedangkan pelaksanaan budaya sasi di kepulauan besar Waigeo belum pernah ada. Alasan lainnya adalah persoalan rentang kendali. Sebagai wilayah yang berkarakter kepulauan tantangan paling berat adalah persoalan transportasi dan cuaca. Satu-satunya wilayah yang dapat dijangkau dengan mudah hanyalah kampung Warsambin Teluk Mayalibit. Namun alasan ini tidak sedikitpun mengurangi esensi utama dari penelitian ini.

Kerangka Pemaparan

Sistematika dari pemaparan ini dibagi menjadi empat bagian besar. Pertama, berisi pendahuluan yang terdiri atas dua bab. Kedua,

pengenalan wilayah penelitian yang terdiri atas dua bab. Ketiga, hasil penelitian, analisa dan pembahasan yang terdiri atas dua bab. Keempat, Penutup.

Bagian yang pertama, berisi dua bab yaitu pendahuluan dan tinjauan teori. Dalam bagian ini berisikan latar belakang masalah yang menjelaskan tentang apa sebenarnya masalah penelitian. Dan juga

8

Vansina, Jan. 2014. Tradisi Lisan Sebagai Sejarah, Hal. 1. Diterjemahkan oleh Astrid Reza dkk. Penerbit Ombak. Yogyakarta.

9

(8)

8

berisi tentang tinjauan teori yang nantinya akan digunakan sebagai pisau analisa dalam bab pembahasan.

Bagian yang kedua, berisi dua bab yaitu pengenalan lokasi penelitian secara global yaitu Raja Ampat pada bab tiga, sedangkan bab empat berisikan pengenalan kampung Warsambin. Pada bagian ini pengenalan akan dilakukan dari segi geografis, demografi sampai pada potensi-potensi daerah.

Bagian yang ketiga, berisi dua bab yaitu bab hasil penelitian dan bab analisis serta pembahasan. Bagian ini akan berisikan tentang temuan-temuan dilapangan menyangkut pelaksanaan sasi. Dan dilanjutkan bab berikut sebagai pembahasan dengan memakai tinjauan teori yang sudah dibuat.

Referensi

Dokumen terkait

Kadar urea susu dipengaruhi oleh nutrisi pada ternak dan kadar amonia dalam rumen digunakan untuk sintesis protein mikroba, pada puncak laktasi urea susu

Dengan kata lain, Schmitthoff menegaskan wilayah hukum perdagangan internasional tidak termasuk atau terlepas dari aturan-aturan hukum internasional publik yang

ANALISIS KONTRASTIF STRATEGI TINDAK TUTUR PERMINTAAN MAAF BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu |

Pada bidang empat T.ABC, bidang alas ABC merupakan segitiga sama sisi, TA tegak lurus pada bidang alas, panjang TA sama dengan 1 dan besar sudut TBA adalah 30 . Limas beraturan

Berdasarkan Hasil Evaluasi Penawaran untuk Kegiatan Pelaksanaan Normalisasi Saluran Sungai (DAK 2015) Pekerjaan Paket 2 - Rehabilitasi Saluran Tambak Sibaya Kel.. 2015, penyedia

Luas sebuah persegi sama dengan luas sebuah persegi panjang yang berukuran panjang 16 cm lebar 9cm.. Panjang sisi persegi tersebut

suatu citra yang telah ada sebelumnya sesuai dengan keperluan penggunanya atau pada metode persepsi mesin terhadap suatu informasi visual (misalnya dalam dunia robotika) Graphic

 Langkah berikutnya menentukan lokasi titik potong antara garis tersebut dengan batas area gambar.  Titik potong dihitung berdasarkan bit=1 dari region code dengan menggunakan