• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Viabilitas Finansial Peternak Sapi Di Kabupaten Sumatera utara (Studi Kasus: Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Viabilitas Finansial Peternak Sapi Di Kabupaten Sumatera utara (Studi Kasus: Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah di sektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi semua angkatan kerja yang ada. Dengan menyempitnya lahan pertanian yang digarap oleh petani mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah kegiatan usaha ternak yang secara umum memiliki beberapa kelebihan seperti: sebagai sumber pendapatan untuk memanfaatkan limbah pertanian, sebagai penghasil daging dan susu, kotorannya juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di pedesaan ternak sapi cukup popular sebagai salah satu usaha baik itu usaha sampingan maupun usaha pokok para petani. bahkan sapi dianggap sebagai tabungan keluarga, karena dapat dijual setiap saat, khususnya ditengah kebutuhan ekonomi yang mendesak (Mosher, 1987).

(2)

Pengelolaan ternak sapi dengan menggunakan manajemen yang baik atau secara intensif tersebut dapat meningkatkan hasil produksi. Namun permasalahan yang dihadapi pada saat ini adalah masih banyaknya para peternak sapi yang kurang bisa mengelola ternak mereka secara intensif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan para peternak. Dampak yang terjadi akibat kurang baiknya pengelolaan ternak sapi ini adalah pertumbuhan hasil produksi daging sapi menjadi turun dan naik. Menurut Soeprapto dan Abidin (2006) Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin tinggi, sebagai konsekuensi atas pertambahan penduduk indonesia. Perkembangan pola konsumsi menyebabkan arah kebijakan pembangunan sektor pertanian berubah. Pada awalnya kemerdekaan, pembangunan lebih diarahkan untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat. Saat ini, ketika pendapatan perkapita rakyat indonesia semakin meningkat, kebijakan mulai bergeser untuk memenuhi kebutuhan protein.

(3)

Tabel. 1.1. Sentra Populasi Daging Sapi di Indonesia Tahun 2011- 2015

No Provinsi Populasi Sapi Potong (Ekor)

2011 2012 2013 2014 2015 *)

1 Jawa Timur 4.727.298 4.957.478 3.586.709 4.125.333 4.326.261 2 Jawa Tengah 1.937.551 2.051.047 1.500.077 1.592.638 1.628.093

3

Sulawesi Selatan

983.985 1.112.893 984.036 1.200.137 1.340.540

4 NTB 685.810 916.560 648.939 1.013.793 1.046.772

5 NTT 778.633 814.450 803.450 865.731 902.326

6 Lampung 742.776 778.050 573.483 587.827 598.740 7 Sumatera Utara 541.698 609.951 523.277 646.749 666.496

8 Bali 637.473 651.216 478.146 553.582 570.436

9 Aceh 462.840 505.171 404.221 511.362 536.930

10 Jawa Barat 422.989 429.637 382.949 419.077 447.999 Lainnya 2.903.320 3.153.884 2.800.952 3.210.646 3.429.694

Indonesia 14.824.373 15.980.697 12.686.239 14.726.875 15.494.288

Keterangan : *) Angka Sementara

Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan populasi ternak sapi potong dari tahun ke tahun berfluktuasi, kadang naik dan kadang turun. Tabel diatas juga memperlihatkan bahwa sentra populasi ternak sapi potong belum merata. Ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada juga yang sangat jarang dan terbatas populasinya.

(4)

cenderung meningkat. Pada tahun 1993 tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia adalah sebesar 0,704 kg/kapita naik menjadi 2,36 kg/kapita pada tahun 2014.

Berbagai faktor kendala yang mempengaruhi perkembangan peternakan adalah faktor ekologis, biologis dan sosial ekonomis. Faktor ekologis termasuk keadaan tanah dan iklim, biologis meliputi genotype ternak (reproduksi dan sifat adaptasi). Faktor-faktor sosial ekonomis termasuk ketersediaan tenaga kerja dan keterampilan pelaku-pelaku peternakan, kesukaan konsumen dan pendapatannya, ketersediaan modal, infrastruktur pasar, kebijaksanaan pedagang dan harga serta penguasaan tanah (Yasin dan Dilaga, 1999).

(5)

Kondisi tersebut juga terjadi di Sumatera Utara dimana peternak sapi masih mengusahakan usaha ternak sapi mereka sebagai usaha sampingan dan kurangnya pengetahuan para peternak tentang bagaimana cara beternak yang baik guna menghasilkan produksi yang optimal. Permasalahan inilah yang mengakibatkan para peternak juga tidak dapat memperoleh keuntungan yang optimal dari usaha mereka dan dampaknya banyak peternak yang tidak mau mengusahakan usaha ternak sapi ini lagi. Hal ini mengakibatkan jumlah populasi ternak yang semakin menurun. Salah satu daerah di Sumatera Utara yang populasi ternaknya menurun adalah Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Berikut tabel banyaknya ternak sapi:

Tabel 1.2. Banyaknya ternak sapi/lembu, kerbau, kambing, dan babi di Kecamatan Hamparan Perak keadaan akhir tahun 2014

No Desa Sapi/Lembu Kerbau Kambing/

Tandam Hulu II Tandam Hulu I Paya Bakung

Klambir V Kampung Klambir V Kebun Klumpang Kebun Klumpang Kampung Sialang Muda

Bulu Cina Tandam Hilir I Tandam Hilir II Kota Datar

(6)

Tabel 1.3. Banyaknya ternak sapi/lembu, kerbau, kambing, dan babi di

Kecamatan Hamparan Perak keadaan akhir tahun 2015

No Desa Sapi/Lembu Kerbau Kambing/

Tandam Hulu II Tandam Hulu I Paya Bakung

Klambir V Kampung Klambir V Kebun Klumpang Kebun Klumpang Kampung Sialang Muda

Bulu Cina Tandam Hilir I Tandam Hilir II Kota Datar

Sumber: Dinas Peternakan Kecamatan Hamparan Perak

(7)

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang bagaimana proses produksi, biaya yang dikeluarkan, perhitungan pendapatan dan menganalisis viabilitas usaha ternak sapi potong di daerah penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari penilitian ini adalah :

1. Bagaimana proses produksi ternak sapi dan besar biaya produksinya ? 2. Berapa besar pendapatan bersih peternak sapi di daerah penelitian ? 3. Bagaimana viabilitas finansial peternak sapi di daerah penelitian ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis proses produksi dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

2. Untuk menganalisis jumlah pendapatan bersih peternak sapi di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis viabilitas finansial peternak sapi di daerah penelitan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Bahan masukan bagi peternak sapi potong untuk mengetahui pendapatan bersih dan mengetahui komponen biaya produksinya sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang optimal.

(8)

Gambar

Tabel. 1.1. Sentra Populasi Daging Sapi di Indonesia Tahun 2011- 2015
Tabel 1.2. Banyaknya ternak sapi/lembu, kerbau, kambing, dan babi di
Tabel 1.3. Banyaknya ternak sapi/lembu, kerbau, kambing, dan babi di

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Aplikasi validasi kata ini dapat memeriksa setiap kata dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah pengetikannya, dari setiap kata yang terdapat pada file dokumen

Tujuan utama ilmu pengetahuan Islam adalah mengenal Sang Pencipta melalui pola-pola ciptaan-Nya, sebagaimana dalam surat ali-imron ayat 191 : (yaitu) orang-orang yang mengingat

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan serta mendapat membimbing selama

Setelah melakukan kegiatan membaca puisi, siswa dapat menuliskan ungkapan rasa persahabatan dengan tepat.. Melalui kegiatan menulis puisi sederhana, siswa dapat mengekspresikan

Hasil analisis biomekanika yang diperoleh yaitu beban kerja operator melebihi beban yang direkomendasikan, kegiatan pengangkatan beton memberi resiko pada operator, dan

Berikut beberapa kebijakan yang dapat dijadikan peluang untuk sektor pertanian mengembangkan usahanya dari segi permodalan, pertama, Perbankan syariah mempermudah

Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham pada