• Tidak ada hasil yang ditemukan

pake 1 pembelajaran berbasis web

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pake 1 pembelajaran berbasis web"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

1

I Made Candiasa

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Program Pascasarjana

(2)

2

PRAKATA

Pembelajaran Berbasis Komputer merupakan mata kuliah terapan pada mahasiswa S2 Teknologi Pembelajaran yang akan berlanjut pada mata kuliah Multimedia dan Hipermedia. Buku ini disusun dengan tujuan membantu mahasiswa untuk mempelajari pembelajaran berbasis komputer, agar dapat mengimplementasikan untuk berbagai topik dalam mata pelajaran yang diampu di sekolah. Mahasiswa atau pembaca lainnya yang ingin memperdalam diri di bidang pendidikan dipersilakan membaca buku sumber yang tercantum dalam daftar pustaka.

Pembahasan dalam buku ini lebih mengutamakan pada pengalaman praktis, sehingga lebih banyak membahas contoh penerapan daripada membahas teori. Pembahasan didahului dengan beberapa teori yang dapat diterapkan dalam mengembangkan hipermedia, dengan harapan para mahasiswa memahami mekanisme penerapan konsep yang sedang dipelajari. Selanjutnya, mahasiswa dibimbing untuk menerapkan konsep tersebut dalam wujud hipermedia. Melalui pendekatan seperti ini diharapkan mahasiswa memiliki pemahaman yang lebih terintegrasi.

Akhirnya, dengan terlebih dahulu memanjatkan puji sukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, buku ini dipersembahkan kepada pembaca yang budiman, semoga bermanfaat bagi dunia pendidikan.

(3)

3 DAFTAR ISI

PRAKATA ii

DAFTAR ISI iii

BAB I DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PERKEMBANGAN 1

PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB II HIPERMEDIA DAN PEMBERAGAMAN PEMBELAJARAN 15

BAB III HIPERMEDIA UNTUK HIRARKI PEMBELAJARAN 36

BAB IV HIPERMEDIA SEBAGAI PEMBANGUN KOMUNITAS 61

BELAJAR ONLINE

BAB V MEMBUAT ANIMASI DENGAN MACROMEDIA FLASH 82

BAB VI MENDESAIN WEB DENGAN MACROMEDIA

DREAMWEAVER 106

(4)

4 BAB I

DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PERKEMBANGAN

PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

Standar Kompetensi

Mahasiswa memiliki pengetahuan, pemahaman, wawasan, dan ketrampilan di bidang pembelajaran berbasis komputer

Kompetensi Dasar

Mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan pembelajaran berbasis komputer

Indikator

1) Mendeskripsikan pengertian pembelajaran berbasis komputer 2) Mendeskripsikan perkembangan pembelajaran berbasis komputer 3) Mendeskripsikan kawasan pembelajaran berbasis komputer

Tujuan

1) Melalui kolaborasi mahasiswa dapat mendeskripsikan pengertian pembelajaran berbasis komputer

2) Melalui kolaborasi mahasiswa dapat mendeskripsikan perkembangan pembelajaran berbasis komputer

3) Melalui kolaborasi mahasiswa dapat mendeskripsikan kawasan pembelajaran berbasis komputer

4) Materi

A. Definisi

(5)

5

sebagai tutee. Komputer sebagai tutor dimaksudkan untuk menjelaskan peran komputer sebagai alat untuk menyajikan materi pembelajaran yang diprogram secara elektronik. Komputer sebagai tool menjelaskan fungsi komputer yang amat luas sebagai alat bantu atau dalam terminologi McLuhan disebut perpanjangan tangan manusia, agar pekerjaan menjadi lebih cepat dan lebih efisien, misalnya, administrasi biaya pendidikan, administrasi nilai, administrasi perpustakaan, dan administrasi lainnya. Pada pihak lain, klasifikasi komputer sebagai tutee berarti komputer sebagai obyek untuk dikontrol melalui pemrograman, agar mampu memecahkan masalah.

Pembelajaran berbasis komputer adalah cara untuk memproduksi atau menyajikan materi dengan menggunakan sumber berbasis mikroprosesor (komputer). Apabila diperhatikan klasifikasi penggunaan komputer dalam pendidikan dari Taylor maka pembelajaran berbasis komputer termasuk dalam klasifikasi komputer sebagai tutor. Akan tetapi perkembangan aplikasi komputer dalam pendidikan menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis komputer sudah menambahkan tool kedalam paket aplikasinya, sehingga perbedaan penggunaan komputer dalam pendidikan sebagai tutor dan penggunaan komputer dalam pendidikan sebagai tool menjadi semakin kabur.

Pada awal perkembangannya, ada beberapa terminologi yang digunakan sehubungan dengan pembelajaran berbasis komputer, antara lain Computer Assisted Instruction (CAI), Computer Aided Learning(CAL), Computer Managed

Instruction (CMI), Computer Based Instruction (CBI), Computer Based Training

(CBI), dan Tutoring System (TS). Sejalan dengan perkembangan inteligensia buatan (artificial intelligence), para ahli teknologi pendidikan mencoba mengadopsi konsep tersebut untuk mengembangkan teknologi pembelajaran berbasis komputer. Selanjutnya dikenal Intelligence Computer Assisted Instruction (ICAI), Extended Computer Aided Learning (ECAL), Intelligence

Computer Based Instruction (ICBI), dan Intelligence Tutoring System (ITS).

(6)

6

contoh CAI adalah EDUWARE dan TICCIT, yang sama-sama merupakan penerapan Componen Display Theory (CDT) dari Merril (1994).

CAL memiliki cakupan yang lebih luas dari CAI karena juga mencakup penggunaan komputer sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Di sini komputer selain dimanfaatkan untuk menyajikan informasi juga dimanfaatkan sebagai alat bantu siswa dalam pembelajaran. Salah satu contoh CAL adalah ACCOLADE, yang digunakan untuk mengajarkan literasi komputer dengan memanfaatkan jaringan semantik. CMI agak berbeda dengan CAI dan CAL karena pembelajar-an tetap dilakukan oleh guru, melalui modul, atau media lain, komputer hanya digunakan untuk merekam perkembangan siswa, merekam nilai, atau merekam kejadian-kejadian lainnya. Salah satu contoh CMI adalah Minnesota Adaptive Instructional Systems (MAIS).

Berbeda dengan CAI, CAL, maupun CMI, dalam CBI siswa diberikan tugas, kemudian untuk menjawab tugas tersebut siswa dipersilakan untuk mengakses informasi yang diperlukan dari komputer. Salah satu contoh CBI adalah Navigation Videodisc Project, yang digunakan dalam pembelajaran penentuan arah. Basisdata yang dimuat bisa sederhana dan bisa sangat kompleks, tergantung permasalahan yang ingin dipecahkan.

Tutoring Sistem (TS) berada diantara CAI dan CBI, di sini siswa tidak menerima penyajian materi dan sebaliknya tidak juga mengakses informasi, melainkan melakukan dialog dengan komputer untuk menyelesaikan permasa-lahan yang diberikan. Salah satu contoh TS adalah SOPHIE (Sophisticated Instruction Environment) untuk mengajarkan elektronika.

Computer Based Training (CBT) biasanya dikembangkan untuk memberikan pelatihan ketrampilan tertentu, misalnya pengoperasian alat. Umumnya berisi tentang panduan, dilengkapi dengan fasilitas dialog. Beberapa contoh CBT adalah: 1) paket program untuk pelatihan pembuatan rangkaian radio dan paket program pelatihan pengoperasian radio amatir; 2) paket program untuk pelatihan perakitan komputer; 3) paket program untuk pelatihan perawatan komputer; serta 4) paket program untuk pelatihan pengoperasian mesin bubut.

(7)

7

dikenal satu istilah untuk penggunaan komputer dalam bidang pembelajaran, yaitu Pembelajaran Berbantuan Komputer disingkat PBK. Perkembangan PBK pada awalnya belum begitu pesat, hal ini tampak dari sedikitnya publikasi tentang itu. Pihak swasta justru sudah banyak melakukan pengembangan PBK. Sampai pertengahan tahun seribu sembilan ratus sembilan puluhan, berbagai produk PBK yang tersimpan dalam disket beredar di pasaran. Pembelajaran berhitung permulaan untuk anak sekolah dasar, pembelajaran mengenal huruf dan angka, pembelajaran pengenalan binatang dan tumbuhan, serta banyak paket pembelajaran lain yang diproduksi untuk umum saat itu. PBK saat itu masih didominasi tampilan teks dan gambar, sehingga tampak masih sederhana.

Perkembangan teknologi multimedia (multymedia), yang merupakan kombinasi teknologi komputer, teknologi video, teknologi audio serta teknologi komunikasi telah memacu perkembangan pemanfaatan komputer dalam pembalajaran. Berbagai perangkat lunak pengolah video, pengolah gambar, serta pembuat animasi sudah dikembangkan. Perangkat lunak dimaksud antara lain Photoshop, Corel Draw, dan Paint Brush untuk mengolah gambar atau foto, Adobe Flash atau sebelumnya dikenal dengan Macromedia Flash untuk membuat animasi, Adobe Premiere, Adobe After Effect, Ulead Video Studio, dan Sony Video untuk mengolah video, serta Sound Forge, FL Studio, Nuendo Steinberg, Camtasia Studio, dan Audacity untuk mengolah suara atau audio. Teknologi multimedia telah menjadikan paket pembelajaran berbasis komputer menjadi lebih menarik dan informasi yang ditampilkan lebih lengkap karena disajikan dalam wujud kombinasi teks, gambar, video, audio, dan bahkan disertai animasi.

(8)

8

dengan urutan yang sepenuhnya diatur oleh pemakai. Hiperteks berkembang pesat di lingkungan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media pembangun web di internet atau intranet yang dikenal sebagai Hypertext Markup Language (HTML). HTML sudah menjadikan teknologi web atau world wide web (WWW) dengan protokolnya hypertext transfer protocol (http) sebagai media informasi yang sangat handal di internet.

Sejak diperkenalkan hipermedia, dikenal istilah baru dalam pembelajaran, yakni pembelajaran berbasis web. Modul berbasis web yang disusun dengan hiperteks dipasang pada server jaringan komputer. Para siswa mengakses modul tersebut melalui workstation masing-masing. Komunikasi pembelajaran berlangsung dengan media jaringan komputer. Istilah pembelajaran berbasis web melengkapi istilah pembelajaran jarak jauh yang sudah ada sebelumnya, seperti pembelajaran jarak jauh melalui modul, pembelajaran jarak jauh melalui radio, pembelajaran jarak jauh melalui telepon atau pembelajaran jarak jauh melalui satelit.

Belakangan ini, pembelajaran jarak jauh berbasis komputer umumnya disebut e-learning atau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi e-pembelajaran. Ada dua istilah yang berkembang terkait dengan pembelajaran jarak jauh berbasis komputer (e-learning), yaitu pembelajaran berbasis komputer (computer based learning) dan pembelajaran langsung jarak jauh (on-line

learning) melalui video conferencing. Pembelajaran langsung jarak jauh melalui video conferencing umumnya dilakukan untuk kelompok besar. Akan tetapi, mengingat biaya yang diperlukan sangat besar, pembelajaran langsung jarak jauh masih belum banyak dilakukan. Pembelajaran jarak jauh yang lebih banyak digunakan adalah pembelajaran berbasis komputer atau dikenal dengan pembelajaran berbasis web atau berbasis internet. Pembelajaran jenis ini bisa dilakukan melalui chatting, e-mail atau web-base.

B. Karakteristik

(9)

9

dipilih untuk memproduksi dan menyajikan materi pembelajaran. Karakteristik dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Ide abstrak bisa disajikan dalam model dengan menggunakan kata-kata, simbol, grafik, dan animasi sehingga lebih mudah difahami siswa.

b. Perpaduan animasi teks dan gambar dengan berbagai animasi tampilan juga dapat menarik minat siswa. Bahkan penggunaan multimedia dan hypermedia yang mampu memadukan teks, grafik, dan suara akan lebih menarik perhatian siswa, khususnya siswa yang lebih muda.

c. Dapat mengakomodasi perbedaan siswa secara individu, menurut kemampuan, latar belakang kehidupan, pengalaman, atau hobi. Suatu hal yang amat sulit untuk dikerjakan oleh seorang guru sendiri di kelas.

d. Dapat digunakan secara random sehingga lebih mendukung pelaksanaan control learner.

e. Pembelajaran bisa dibuat beroientasi pada siswa dengan teknik interaktif tingkat tinggi. Dialog bisa dibuat lebih lengkap dengan memanfaatkan basis-data informasi atau bahkan basis pengetahuan.

f. Faktor-faktor personal guru, seperti sikap, emosi, atau persepsi yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dieleminir secara maksimal. Komputer tidak pernah marah atau kesal sehingga penampilannya konstan dan memandang siswa sama. Faktor subyektifitas juga bisa dihilangkan secara maksimal karena komputer tidak punya perasaan untuk mengenali siswa cantik, nakal, kaya, dan sebagainya, melainkan hanya bertindak sesuai dengan logika program.

Di balik karakteristik yang menguntungkan, pembelajaran bebantuan komputer masih memiliki keterbatasan dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Keterbatasan dimaksud antara lain adalah sebagai berikut. a. Komputer tidak mampu mengenali situasi siswa, apakah siswa sudah lelah,

merasa kesal, atau menemui kesulitan. Apabila ini dibiarkan akan bisa menimbulkan frustrasi.

(10)

10

mendidik ini tidak dimiliki komputer karena komputer tidak mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan siswa.

C. Pengembangan PBK

Bila diperhatikan proses pengembangan desain pembelajaran berbantuan komputer, dapat dibedakan dua jenis pembelajaran berbantuan komputer, yaitu desain program pembelajaran berbantuan komputer yang dikembangkan menjadi satu paket program dan desain pembelajaran berbantuan komputer yang menggunakan komputer sebagai alat bantu, yang oleh Jonassen disebut sebagai alat kognitif (cognitive tools). Pada Kesempatan ini hanya dibahas program pembelajaran berbantuan komputer yang dikembangkan menjadi satu paket program. CAI, CBI, CBT, dan TS tergolong paket pembelajaran berbantuan komputer (paket PBK).

Proses penyusunan penyusunan paket PBK setidaknya melibatkan tiga bidang keahlian, yaitu materi pembelajaran, desain pembelajaran (teknologi pendidikan), dan pemrograman komputer.

Materi

Pembelajaran

Teknologi Pendidikan Pemrograman Komputer

(11)

11

Paket PBK pada mulanya disusun menjadi paket program utuh, di mana materi pembelajaran dan instruksi pembelajaran diintegrasikan dalam satu file program. Bentuk PBK seperti ini dinilai kurang baik karena sangat kaku. Dialog antara sistem dengan siswa terbatas. Apabila materi sudah dikuasai siswa atau materi pembelajaran ingin disesuaikan dengan keadaan siswa maka penggantian materi pembelajaran amat sulit, dan harus dikerjakan oleh programmer.

Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, khususnya teknik basis-data, muncul ide untuk memanfaatkan basis-data informasi dalam PBK. Pada desain jenis ini paket PBK menjadi lebih fleksibel karena materi pembelajaran dan instruksi pembelajaran disimpan secara terpisah. Dialog antara sistem dengan siswa bisa dibuat lebih kaya dengan mengatur basis-data. Penggantian materi pembelajaran juga menjadi lebih mudah karena hanya mengganti file basis-data, sehingga tidak mesti dikerjakan oleh pemrogram.

Rupanya inovasi di bidang PBK berkembang dengan cepat menyertai perkembangan teknologi komputer. Perkembangan konsep intelegensia buatan pada beberapa bidang telah memberi ilham para ahli teknologi pendidikan untuk mengadopsi konsep tersebut untuk mengembangkan paket PBK. Gambar berikut menunjukkan struktur ketiga PBK tersebut, gambar a PBK terpadu, gambar b menggunakan basis data, dan gambar c menggunakan inteligensia buatan.

Gambar a: Instruksi + Materi

Gambar b: Instruksi Materi

Gambar c: Instruksi Aturan Materi

Beberapa fokus bidang garapan dalam pengembangan paket PBK antara lain adalah model desain pembelajaran, interaksi pembelajaran, adaptasi pembelajaran terhadap individu siswa atau materi pembelajaran, aspek motivasi dalam paket PBK, dan tingkat inteligensi yang ditunjukkan oleh paket PBK.

(12)

12

desain pembelajaran, meliputi analisis pembelajaran, perumusan tujuan pembelajaran, penyusunan alat evaluasi, dan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Desain pembelajaran yang telah disusun kemudian diprogram menjadi prototip program dalam fase pengembangan. Prototip program kemudian dievaluasi dalam fase evaluasi untuk mengetahui apakah prototip program sudah memenuhi kriteria pembelajaran yang diinginkan. Apabila kriteria sudah terpenuhi maka prototip dikembangkan menjadi paket PBK, sedangkan apabila kriteria belum tercapai maka dilakukan revisi. Bila terjadi kesalahan semantik (logika) maka revisi dilakukan mulai dari fase analisis, sedangkan bila terjadi kesalahan sintkas (kode) maka revisi hanya dilakukan pada fase pengembangan. Hasil revisi kemudian dievaluasi lagi, dan begitu seterusnya sampai menjadi PBK yang siap dipakai.

Proses pembuatan PBK dapat digambarkan seperti diagram alur

berikut.

MULAI

FASE ANALISIS

FASE

PENGEMBANGAN

FASE EVALUASI

PROTOTIPE TIDAK COCOK? TIDAK

(SALAH SEMANTIK) (SALAH SINTAK) Y

A

(13)

13

a. Bentuk Pembelajaran

Bentuk pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model tutorial, drill, permainan, dan simulasi. Tutorial merupakan bentuk pembelajaran yang paling lengkap, yang umumnya digunakan untuk mengajarkan materi baru. Kegiatan yang mesti tercakup dalam tutorial antara lain memotivasi siswa, mengenali materi prasyarat, menyampaikan tujuan, penyajian materi disertai tanya jawab dan remidi, dan diakhiri dengan latihan. Sementara itu drill hanya meliputi kegiatan bertanya dan memberikan umpan balik, yang digunakan untuk meningkatkan retensi dan transfer. Simulasi berarti merepresentasikan keadaan nyata. Berdasarkan simulasi itu siswa diminta menyusun hipotesis tentang hubungan antar fakta dari kejadian yang diamati.

Bentuk pembelajaran sangat erat kaitannya dengan domain hasil belajar. Klasifikasi domain hasil belajar yang banyak digunakan dalam pengembangan paket PBK adalah domain hasil belajar yang diusulkan oleh Gagne. Gagne menyebutkan adanya lima domain hasil belajar, yaitu intellectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude.

Selain terkait dengan domain hasil belajar, bentuk pembelajaran juga sangat terkait dengan bentuk tampilan. Komponen bentuk tampilan yang paling banyak digunakan dalam pengembangan paket PBK adalah componen display theory (CDT), yang diusulkan oleh Merril. Merril merekomendasikan componen display theory yang terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut.

a. Bentuk Presentasi Primer, yang terdiri dari:

- sequence rule, yang menyatakan bahwa penyajian harus memuat expository generality dan expository instances,

- content rule, yang menyatakan bahwa penyajian harus memuat konsep, prinsip, dan prosedur.

b. Bentuk Presentasi Sekunder, yang terdiri dari:

- help rule, yang menyatakan bahwa penyajian berupa generalisasi dan contoh harus memuat informasi yang bisa memfokuskan perhatian siswa,

(14)

14

- prerequisite rule, yang menyatakan bahwa penyajian materi harus mampu juga menggali pengetahuan sebelumnya, dan

- difficulty rule, yang menyatakan bahwa materi pembelajaran harus mencakup rentangan tingkat kesulitan tertentu.

Setiap domain hasil belajar memiliki struktur materi yang berbeda, sehingga bentuk pembelajaran yang tepat untuk masing-masing domain hasil belajar juga berbeda-beda. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan pada bidang ini antara lain Drill untuk Intelectual Skill dan Strategi Pembelajaran Terpadu. Kajian lainnya yang diperlukan antara lain adalah struktur materi untuk masing domain hasil belajar dan bentuk pembelajaran yang tepat untuk masing domain hasil belajar. Bentuk tampilan yang diperlukan untuk masing-masing bentuk pembelajaran juga tidak sama. Contoh paket PBK yang menerapkan CDT dari Merrill adalah TICCIT dan EDUWARE.

b. Interaksi Pembelajaran

Interaksi pembelajaran dalam PBK terjadi antara sistem dengan siswa. Siswa memberikan respon dan sebaliknya sistem memberikan umpan balik. Fokus pengkajian dalam hal ini antara lain bisa diarahkan ke penyempurnaan umpan balik sehingga dialog antara sistem dengan siswa bisa lebih bermakna. Apakah umpan balik langsung disertai reinforcement, atau reinforcement diberikan setelah umpan balik tertentu merupakan kajian utama bidang ini. Beberapa penelitian tentang umpan balik yang sudah dilakukan antara lain umpan balik berupa komentar pendorong dan umpan balik korektif.

(15)

15

c. Adaptasi Pembelajaran

Ciri utama dari PBK adalah menerapkan pendekatan pembelajaran individual. Fleksibiltas sistem pengaksesan informasi bisa dimanfaatkan untuk mengadaptasikan pembelajaran agar bisa mengakomodasi perbedaan siswa secara individual. Adaptasi bisa dilakukan menurut struktur materi, kemampuan siswa maupun karakteristik individu lainnya, seperti latar belakang keluarga, minat, atau hobby. Adaptasi terhadap kemampuan siswa dimaksudkan agar PBK mampu menyajikan materi sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang dideteksi sebelumnya. Pada sisi lain, adaptasi terhadap latar belakang keluarga, minat, atau hobby dimaksudkan agar PBK mampu menyajikan materi pembelajaran dalam konteks yang sesuai dengan latar belakang keluarga, minat, atau hobby yang dideteksi sebelumnya. Pendekatan ini diharapkan mampu lebih memotivasi siswa untuk belajar karena apa yang dipelajari dirasakan sesuai dengan kebutuhan, kemampuannya, dan pengalamannya.

Individu yang satu berbeda dengan individu yang lainnya, baik dalam hal fisik (raga) maupun psikis (jiwa).Akibatnya, dalam proses pembelajaran setiap individu memiliki gaya belajar, sikap, minat, hobi atau kepentingan yang berbeda-beda. Pribam (dalam Semiawan) menyatakan bahwa otak ibarat suatu pencatat berbagai informasi optis yang dapat ditemukan melalui berbagai titik terang di layar permukaan hologram. Otak menyimpan informasi dalam berbagai bentuk melalui modus linier atau spatial, serta proyeksi ruang dan waktu sesuai dengan yang dihayati oleh masing-masing individu. Atas dasar premis itu Pribam berpendapat bahwa layanan belajar seyogyanya sesuai dengan kebutuhan individu masing-masing, yang lebih dikenal dengan proses pembelajaran individu. Apabila ingin dilakukan pengelompokan maka pengelompokan harus didasarkan pada kesamaan karakteristik pada individu dalam kelompok. Pada bagian lain Carl Rogers (dalam Hjele) dengan teori fenomenologis berpendapat bahwa individu memiliki kapasitas untuk menemukan arah hidupnya. Akibatnya, individu bebas untuk memutuskan abgaimana kehidupan yang mesti dilakoni dalam konteks kemampuan dan keterbatasan.

(16)

16

kesulitan dalam mengakomodasi keperluan siswa Dalam proses pembelajaran konvensional agak sulit kiranya bagi guru untuk menyiapkan dan menyajikan beberapa materi yang berbeda dalam satu kelas. Selain itu, sangat sulit bagi guru untuk menyajikan materi yang berbeda-beda pada saat yang bersamaan. Munculnya PBK rupanya memberikan harapan baru terhadap terwujudnya adaptasi materi pembelajaran terhadap individu siswa. Hal ini bisa terjadi karena komputer mampu menampilkan informasi yang berbeda kepada setiap individu.

Istilah pembelajaran individual, personal dan adaptif dalam literatur pendidikan dan psikologi mengasumsikan bahwa sebagian besar pendidik setuju dengan premis bahwa individu memiliki cara belajar yang berbeda. Bila dan bagaimana guru harus merespon memang belum ada batasan yang jelas. Satu-satunya prinsip yang dipegang sampai saat ini adalah mengarahkan usaha pembelajaran individual atau mengakomodasi perbedaan individu dengan membiarkan para siswa bekerja di jalan mereka sendiri-sendiri.

Para perancang program pembelajaran mengakui betapa pentingnya karakteristik siswa untuk dipertimbangkan. Meluasnya penggunaan komputer mikro dan teknologi baru lainnya telah menarik perhatian para perancang pembelajaran akan terbukanya peluang untuk mendesain pembelajaran individual. Komputer memiliki karakteristik khusus yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran individu, dengan mempertimbangkan perbedaan siswa secara individu. Karakteristik dimaksud antara lain:

1) Komputer ditujukan bagi individu, meskipun dapat digunakan untuk kelompok besar atau kecil, namun kegunaan utamanya adalah untuk kegiatan individu.

2) Komputer sagat fleksibel, baik dari segi kualitas maupun kuantitas materi yang mesti disajikan, dan bahkan juga dari segi cara penyajian.

3) Komputer dapat difungsikan menjadi peralatan multimedia atau hipermedia, yang merupakan perpaduan fasilitas audio, video, dan peralatan komunikasi, serta hiperteks.

(17)

17 Evaluasi

1) Jelaskan beda konsep CAI dan CAL

(18)

18 BAB II

HIPERMEDIA DAN PEMBERAGAMAN PEMBELAJARAN

Standar Kompetensi

Memiliki pemahaman tentang hiperteks serta kaitannya dengan hipermedia Kompetensi Dasar

1) Memahami hiperteks 2) Menyusun hiperteks 3) Memahami hipermedia

4) Menyusun bahan dasar hipermedia 5) Mengembangkan hipermedia Indikator

1) Mendeskripsikan hiperteks 2) Menyusun hiperteks

3) Mendeskripsikan hipermedia 4) Menyusun bahan dasar hipermedia 5) Mengembangkan hipermedia Tujuan

Melalui kolaborasi mahasiswa mampu: 1) Mendeskripsikan hiperteks 2) Menyusun hiperteks

3) Mendeskripsikan hipermedia 4) Menyusun bahan dasar hipermedia 5) Mengembangkan hipermedia

Materi

1. Website, Hiperteks, dan Hipermedia

(19)

19

tinggi, informasi LSM, jurnal-jurnal, surat kabar, majalah, dan banyak informasi lainnya disajikan dalam bentuk basis data (situs) di internet, dan dapat diakses melalui WWW. Saat ini sangat banyak institusi dan bahkan perorangan telah menempatkan home page-nya di internet.

Mencari informasi di internet dengan fasilitas WWW bukanlah pekerjaan yang rumit, dengan sekali diberitahu orang akan bisa mengerjakannya. Di lain pihak untuk bisa menyajikan informasi di internet dengan fasilitas WWW, pengguna internet harus mengetahui tata cara penulisan khusus yang disebut HTML. Persiapan penyajian informasi di internet dimulai dari merancang informasi. Informasi-informasi yang akan ditampilkan dirancang sedemikian rupa dalam bentuk basisdata. Basisdata yang diimplementasikan dalam bentuk file bisa ditempatkan pada satu server atau pada beberapa server yang berlainan. File-file di dalam server yang sama dapat disusun dalam bentuk diagram pohon, sedangkan file-file yang berada pada server yang lain dapat dihubungkan dengan menunjuk alamat. Tatacara hubungan antara file yang satu dengan file yang lain, baik pada server yang sama maupun pada server yang berbeda dilakukan dengan hyperlink. Hyperlink akan menghubungkan kata pada suatu file ke informasi di suatu WWW server. File teks yang memuat hyperlink dinamakan hiperteks (hypertext).

(20)

20

Teknologi hiperteks sudah diadopsi dalam dunia pembelajaran. McKnight dkk (1988) menyatakan bahwa media yang mampu menampilkan multimedia dan hiperteks secara terintegrasi dinamakan hypermedia. Jadi hipermedia mampu mengintegrasikan informasi berupa hiperteks, video dan audio. Hipermedia merupakan media dinamis dan tidak linier, di mana konsep-konsep yang berkaitan saling dihubungkan dengan penuh makna. Konsep-konsep atau ide-ide terkait saling terhubung dalam berbagai bentuk hubungan. Materi pembelajaran yang tersusun dengan komposisi seperti itu akan mampu memberi peluang kepada siswa untuk belajar mengikuti gaya belajar yang mereka miliki masing-masing.

Menurut teori belajar kognitif, siswa belajar berarti membuat peta antara informasi yang sudah diketahui dengan informasi yang sedang dipelajari. Teknologi hipermedia mampu memfasilitasi pemetaan tersebut, karena hipermedia mampu mengilustrasikan ikatan antar konsep. Oleh karena itu hipermedia akan mampu meningkatkan hasil belajar karena hipermedia memfokuskan diri pada keterkaitan antara konsep-konsep atau ide-ide, bukan mengisolasi konsep. Pemahaman siswa terhadap keterkaitan antara konsep-konsep atau antara ide-ide akan meningkatkan motivasi siswa karena mereka paham mengapa materi tersebut harus dipelajari.

Sistem informasi berbasis hipermedia memiliki dua fungsi, yaitu: (1) mengintergrasikan basis-data dan manajemen informasi ke dalam satu model dan (2) menerapkan hipermedia sebagai antar-muka presentasi informasi (Walster, 1988). Dalam hipermedia, basis-data yang memuat materi pembelajaran diitegrasikan dengan manajemen informasi. Keterkaitan antar materi diatur dengan hubungan-hubungan (hyperlink) yang sengaja diciptakan, dengan memperhatikan makna hubungan antar konsep. Selain itu, hipermedia juga sekaligus merupakan antar muka dari pesentasi materi.

(21)

21

hiperteks dan teknologi basis-data mampu menciptakan materi pembelajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan karakteristik siswa, baik dari segi kecerdasan, minat, hobi atau karakteristik lainnya. Hal ini sudah banyak dikaji melalui penelitian antara lain oleh Mackay (1984) dan Jonassen (1988).

Hiperteks merupakan teks yang tidak berurutan dalam rangkaian titik-titik, yang memberi peluang kepada pemakai untuk mengeksplorasi teks dengan urutan yang sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dan tujuan akhir yang ingin dicapai. Landow (dalam Duffy dan Cunningham, 1988) menyebutkan bahwa hyperteks dapat digunakan untuk memotivasi siswa untuk memandang teks dari sudut yang baru, dalam upaya meningkatkan cara berpikir multi-arah. Selanjutnya, Landow dalam Kibby (1996) menetapkan beberapa ketentuan yang wajib dipenuhi dalam penyusunan hiperteks, yaitu sebagai berikut.

1) Terdapat hubungan yang signifikan

antara materi-materi yang terkoneksi, sehingga memenuhi harapan siswa.

2) Penekanan pada koneksi antar materi

mendorong kebiasaan berpikir siswa.

3) Koneksi yang gagal diusahakan

sekecil mungkin.

4) Bila ada koneksi ke grafik, maka

diusahakan agar disertai teks, sehingga tampak keterkaitan antara kondisi awal dengan kondisi akhir siswa.

2. Portal Web (Web Portal)

Internet dengan layanan WWW (World Wide Web) mengalami banyak pengembangan dari isi dan teknologinya, diantaranya adalah web portal. Seperti sebuah web, portal tak ubahnya sebuah web biasa tetapi memiliki kelebihan pada isinya. Dalam suatu portal web akan banyak dijumpai fasilitas yang jarang kita jumpai pada web pribadi atau web

sekelasnya. Portal web mulai populer sejak tahun 1999 dan menjadi aplikasi internet yang hangat untuk diperbincangkan pada tahun 2000. Saat mulai dirintis, komunitas IT sudah kenal dengan portal kecil atau

(22)

22

yang didalamnya menyajikan berbagai informasi dan link yang terkait yang dibuat dengan struktur dan anatomi web yang khas. Micro portal itulah yang kemudian menjadi cikal bakal tumbuhnya portal sekarang ini dengan dukungan teknologi yang besar dan content yang melimpah serta maraknya gerakan open source di dunia.

Secara fisik portal dapat diasumsikan sebuah gerbang atau pintu masuk untuk menuju ke suatu tempat. Adapun berbagai definisi yang ada, portal secara umum dapat diartikan sebuah website yang menjadi pintu masuk untuk menuju ke sebuah situs lain di internet. Berdasarkan fungsionalnya, portal dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Portal Informasi (news, weblogs, customer support) 2. Portal Transaksi (sales)

3. Portal Kolaborasi (weblogs, news) + discussion

Sebuah portal mempunyai kelebihan-kelebihan, yang mana kelebihan ini merupakan perbedaan utama dari web biasa, kelebihan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mudah, administrasi portal berbasis web hanya membutuhkan pengalaman menggunakan komputer yang minimal untuk mengelola isi sebuah portal web. 2. Pengaturan layout yang fleksibel, perubahan layout (tampilan, ukuran) web

tanpa harus mengubah keseluruhan halaman yang ada.

3. Isi yang interaktif, pengunjung portal web dapat mengirimkan komentar, artikel, pengumuman dan weblink.

4. Halaman yang bisa mengimpor atau ekspor headline berita dari web portal yang lain (via RSS/RDF imports).

5. Halaman tambahan untuk informasi, pada halaman utama pengunjung hanya dapat melihat bagian (sinopsis) dari berita atau informasi tersebut. Untuk melihat lebih lanjut, pengunjung cukup mengklik link, misal link "more details".

6. Adanya survey atau jajak pendapat yang menyediakan quick view, dimana kita dapat langsung melihat hasil survey atau polling tersebut.

7. Fasilitas untuk upload atau download file

(23)

23

menyesuaikan dengan bahasa negara mereka.

3. E-pembelajaran

E-pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah e-learning. Kementerian Pendidikan Nasional sudah menggunakan istilah e-pembelajaran, antara lain dalam rencana strategisnya. Ada beberapa istilah lain yang umum digunakan untuk mengganti istilah e-pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis komputer atau pembelajaran berbasis TIK. Ada pula pihak yang memaknai e-pembelajaran sebagai pembelajaran berbasis web karena materi pembelajaran didesain dalam wujud situs web dan ditempatkan di internet atau intranet. Onno

W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik

dalam e-pembelajaran digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Namun di lapangan, materi pembelajaran yang disebarkan melalui CD, DVD atau flash disk juga dikategorikan e-pembelajaran. Dalam penelitian ini, e-pembelajaran dimaknai sebagai e-pembelajaran yang memanfaatkan media internet. Materi pembelajaran disajikan dalam wujud web pembelajaran dinamik dan komunikasi pembelajaran dilakukan melalui surat elektronik (e-mail) dan chatting.

Web pembelajaran yang sering disebut modul berbasis web dikategoirikan sebagai model e-pembelajaran buatan guru karena memberi peluang kepada guru untuk mengembangkan sendiri bahan ajar dan menempatkannya pada portal. Bahan ajar yang dikembangkan guru menjadi kecenderungan e-pembelajaransaat ini karena bahan ajar yang dikembangkan guru lebih akurat dan lebih menarik daripada bahan ajar yang dikembangkan secara klinis oleh para ahli (Auvinen, 2009). Guru dan siswa tidak hanya menjadi pemakai e-pembelajaran, namun sekaligus sebagai pencipta dan pengembang bahan e-pembelajaran. Web pembelajaran dapat digunakan ulang (reusable), sehinggaamat menguntungkan karena proses pembuatan desain pembelajaran pada beberapa bagian hanya

terjadi sekali saja. Penggunaan ulang desain pembelajaran dapat diartikan

sebagai penggunaan secara keseluruhan atau penggantian dokumen, baik

(24)

24

Web pembelajaran disusun dari hiperteks, yaitu teks yang disusun dalam potongan-potongan teks sebagai titik (node), serta hubungan-hubungan antar potongan-potongan teks tersebut (McKnight dkk., 1988). Jonassen (1988) menambahkan bahwa hiperteks adalah fasilitas komputer yang memungkinkan teks dan grafik dapat diakses dengan urutan yang sepenuhnya diatur oleh pemakai. Hiperteks merupakan teks yang tidak berurutan dalam rangkaian titik-titik, yang memberi peluang kepada pemakai untuk mengeksplorasi teks dengan urutan yang sesuai dengan kepentingannya. Sejalan dengan perkembangan teknologi

browser, hiperteks saat ini sudah mampu mengkoneksikan teks, gambar,

diagram, grafik, animasi, atau video. Oleh karena itu, modul hiperteks sudah mampu mengkoneksikan informasi yang tersusun dengan teks disertai ilustrasi gambar, diagram, grafik, animasi atau bahkan video. Akibatnya, modul hiperteks mampu meningkatkan pemahaman peserta didik akan materi pembelajaran.

(25)

25

Kesinambungan materi dalam wujud teks, grafik, namimasi, atau video membantu terbentuknya koneksi antarkonsep untuk membentuk konsep baru. Dalam pembelajaran kontruktivis, kemampuan untuk membuat pengetahuan baru yang dapat diakses dan diperbaharui menjadi komponen yang amat penting. Selanjutnya, kemampuan untuk membuat sintesa dan membangun koneksi merupakan kemampuan yang amat diperlukan dalam zaman teknologi informasi. Proses belajar seperti itu disebut connect learning (Steiner & Ehlers, 2010). Salah satu media yang efektif digunakan untuk memfasilitasi connet learning adalah web pembelajaran. Steiner & Ehlers (2010) menjelaskan bahwa, connect learning berbasis konektivisme, konstruktivisme, dan pendekatan pembelajaran situasional lebih pada mengkonsolidasikan konsep yang dapat membantu memenuhi kebutuhan belajar pada skenario pembelajaran baru terorganisir, berorientasi pada pebelajar, komunikatif, serta bersifat sosial, emosional, dan situasional.

Koneksi hiperteks dengan video lebih menggairahkan perkembangan e-pembelajaran. Ilustrasi melalui animasi sangat membantu mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak. Video mampu menampilkan kejadian yang sebenarnya, sehingga sangat membantu menciptakan proses pembelajaran kontekstual dan situasional. Visualisasi, kontekstualisasi, dan situasionalisasi dalam pembelajaran sangat membantu meningkatkan hasil belajar. Kurz, Batarelo & Middleton (2009) menemukan bahwa pembelajaran lewat video dapat membantu calon mahasiswa keguruan untuk memperoleh gambaran tentang kebutuhan belajar sebagai calon guru saat mereka belajar di perguruan tinggi. Pengalaman pembelajaran melalui video menjadikan calon mahasiswa keguruan memiliki solusi pragmatik untuk mengelola pembelejaran. Mereka memiliki pemahaman tentang membuat persiapan pembelajaran, mengakomodasi karakteristik siswa yang sangat beragam, dan membimbing siswa.

(26)

26

yang mana pebelajar belajar secara formal namun identik dengan belajar secara informal. 5) Belajar dapat terjadi secara informal dan non-formal, di rumah, di tempat kerja, di tempat liburan, dan tidak lagi terikat pada guru atau institusi pendidikan. Ada beberapa paket yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengembangkan bahan ajar e-pembelajaran, antara lain blogs. Kondisi di atas membuka peluang kepada siswa untuk belajar dari berbagai sumber. Aaron & Chigubu (2006) menyarankan bahwa siswa harus dibelajarkan dalam situasi yang aktif dan menyenangkan untuk mendapatkan ketrampilan untuk unggul dengan cara menyiapkan mereka sumber-sumber belajar yang tepat.

E-pembelajaran juga membuka peluang kepada siswa maupun guru untuk belajar atau bahkan hidup dalam komunitas on-line. Komunitas belajar on-line adalah kelompok belajar yang didasari oleh komitmen dan kepentingan bersama untuk belajar secara kolaboratif dengan difasilitasi lingkungan belajar maya (Ke & Hoadley, 2009). Pembelajaran on-line terjadi pada lingkungan maya (virtual), sehingga terlepas dari komunikasi tatap muka. Sofos & Kostas (2009) menemukan bahwa proses keterlibatan dalam komunitas on-line secara praktis telah mampu meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola web pembelajaran, sehingga memenuhi kriteria web pembelajaran standar. Sebelumnya, Sofos & Kostas (2009) menemukan sangat sedikit web pembelajaran yang dapat memenuhi kriteria fungsional, edukasional, dan didaktikal. Hal ini terjadi karena guru hanya memahami web sebagai media pembelajaran, sehingga guru belum mengintegrasikan web pada pembelajaran di kelas, melainkan memanfaatkannya secara sporadis. Selain itu, guru lebih menekankan pada isi bahan ajar dan relevansinya dengan program pembelajaran, sehingga kurang memperhatikan aspek lain seperti fleksibilitas penampilan, ergonomi, atau variabilitas modus pembelajaran.

(27)

27

sekolah lain yang belum pernah mereka kenal. Jadi siswa memiliki kesempatan untuk mengakses materi dari lingkungan yang lain, bukan hanya dari lingkungan lokal mereka untuk memperluas wawasan. Penelitian Anderson (2006) tentang e-pembelajaran menemukan bahwa siswa belajar dengan nyaman dengan berkomunikasi satu sama lain secara on-line.

4. Hipermedia untuk Pemberagaman Pembelajaran

Kontekstualisasi atau individualisasi pembelajaran adalah terminologi yang digunakan dalam upaya pemberagaman pendidikan agar dapat diadaptasikan dengan karakteristik peserta didik yang beragam. Ide tersebut muncul setelah adanya kesadaran bahwa peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan harus diakomodasi dalam pembelajaran, agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Psikologi dengan berbagai cabangnya telah mengidentifikasi sangat banyak variabel yang mengindikasikan perbedaan individu dan mempengaruhi proses belajar, seperti kecerdasan, keberbakatan, gaya kognitif, gaya berpikir, daya adopsi, ketahanmalangan, dan kemampuan awal.

Kecerdasan sudah sejak lama menjadi bahan pertimbangan dalam pembelajaran. Teori faktor tunggal dari Binet-Simon mendeskripsikan kecerdasan dalam satu skor umum tunggal (overall single score) yang disebut intelligence quotient (IQ), sedangkan Spearman dengan teori dua faktor mendeskripsikan kecerdasan menjadi dua faktor kemampuan yang berdiri sendiri, yaitu faktor umum (general) dan faktor khusus (spesific) (Aiken, 1997). Sekalipun teori faktor tunggal dan teori dua faktor memungkinkan penyeragaman proses pembelajaran, namun akan lebih baik jika individu dengan IQ yang berbeda mendapatkan layanan pembelajaran yang berbeda.

(28)

28

kecerdasan ganda (multiple intelligence) dari Gardner (1993). Teori kecerdasan ganda menyatakan bahwa kecerdasan dan keberbakatan manusia terdiri dari tujuh komponen yang semi otonom, yaitu kecerdasan musik (musical intelligence), kecerdasasan bodi-kinestetik (bodily-kinesthetic intelligence), kecerdasan logika-matematika (logical-mathematical intelligence), kecerdasan ruang (spatial intelligence), kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence), dan kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence). Agar diperoleh hasil belajar yang optimal,kecerdasan yang berbeda harus mendapatkan layanan pembelajaran yang berbeda pula.

Selain kecerdasan, gaya kognitif juga cukup kuat pengaruhnya terhadap proses pembelajaran. Witkin (1977) membedakan individu berdasarkan gaya kognitifnya menjadi individu field independent dan individu field dependent. Individu field independent cenderung berpikir analisis, mereorganisasir materi pembelajaran menurut kepentingan sendiri, merumuskan sendiri tujuan pembelajaran secara internal dan lebih mengutamakan motivasi internal. Di lain pihak, individu field dependent cenderung berpikir global, mengikuti struktur materi pembelajaran apa adanya, mengikuti tujuan pembelajaran yang ada dan lebih mengutamakan motivasi eksternal.

Gejala psikologis lain yang dapat membedakan individu dalam proses belajarnya adalah gaya berpikir. Gaya berpikir erat kaitannya dengan fungsi belahan otak. Koestler sependapat dengan Clark (dalam Semiawan, 1997) bahwa belahan otak kanan lebih bersifat lateral dan divergen, sedangkan belahan otak kiri lebih bersifat vertikal dan konvergen. Masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berpikir, dan masing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi tertentu (DePorter & Hernacki, 1992). Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional, sedangkan proses berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, divergen, dan holistik.

(29)

29

majority), mayoritas akhir (late majority), dan pembelot (laggard). Individu yang masuk kelompok adopter selalu mempelopori penerimaan inovasi. Kelompok mayoritas awal memerima inovasi apabila sudah sekitar 30 persen individu lainnya menerima. Kelompok individu mayoritas akhir bersedia menerima inovasi setelah 60 persen individu lainnya. Kelompok individu pembelot adalah kelompok individu yang paling sukar menerima inovasi. Berawal dari kegagalan individu cerdas dan berbakat dalam usahanya, ditemukan variabel ketahanmalangan (adversity) yang dapat mempengaruhi aktivitas individu, termasuk belajar. Ketahanmalangan adalah daya tahan individu untuk menghadapi tantangan. Stoltz (1997) membedakan individu berdasarkan ketahanmalangan yang dimiliki menjadi tiga kelompok, yaitu penjelajah (climber), penunggu (camper), dan penyerah (quitter). Individu penjelajah selalu ingin maju seberapapun hambatan yang dialami. Individu penunggu, untuk berbuat sesuatu selalu menunggu keberhasilan individu lainnya. Individu penyerah adalah individu yang tidak berusaha untuk maju dan cenderung menyerah sebelum berusaha.

Kemampuan awal peserta juga harus mendapat pertimbangan dalam proses pembelajaran. Kemampuan awal mengekspresikan seberapa banyak siswa sudah memahami topik yang akan dipelajari dan topik-topik yang lainnya yang terkait (Carrier & Jonassen, 1988). Kemampuan awal sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perbedaan lingkungan dapat mengakibatkan perbedaan kemampuan awal.

(30)

30

Manajemen perubahan menuntut setiap individu harus berpikir, merasakan, dan mengerjakan sesuatu yang berbeda, agar terjadi perubahan dalam organisasi (Collins & Porras, 1998). Rupanya, dalam belajar juga dituntut individualisasi agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana mengakomodasi perbedaan karakteristik individu dalam pembelajaran. Permasalahan berikutnya adalah komponen-komponen pembelajaran yang mana saja dapat diadaptasikan dengan karakteristik individu yang amat beragam. Pada kesempatan ini dicoba dikaji pembelajaran adaptif yang mengadopsi konsep matematika bernama program dinamik (dynamic programming) dan diimplementasikan dalam pembelajaran bermedia komputer dengan memanfaatkan teknologi hipermedia.

Di awal abad ke-20, pendidikan individual sudah dimulai oleh beberapa tokoh, seperti Rabinranatah Tagore dan Maria Montessori (Djumhur &

Danasuparta, 1976). Pendidikan “mengatur diri” (selfgovernment) dari Tagore berangkat dari prinsip bahwa anak dalam usahanya harus memiliki kebebasan untuk mengatur diri sendiri dalam sekolah sebagai satu republik. Sementara itu, prinsip yang digunakan Montessori adalah anak memiliki daya untuk mendidik diri sendiri, sehingga harus diberi kesempatan untuk mencoba dan menemukan sendiri di bawah observasi pendidik.

Teori belajar modern yang muncul belakangan lebih mengacu kepada pembelajaran adaptif. Rogers dengan teori fenomenologis berpendapat bahwa individu memiliki kapasitas untuk menemukan arah hidupnya (Hjele & Ziegler, 1992). Individu bebas untuk memutuskan bagaimana kehidupan yang mesti dilakoni dalam konteks kemampuan dan keberbakatan. Freedom to learn merupakan semboyan Rogers dalam belajar. Intinya, dalam pembelajaran, peserta didik diharapkan mendapat layanan yang relevan dengan kondisi internal maupun eksternal dirinya, sehingga dapat belajar secara optimal. Apabila ingin dilakukan pengelompokan, maka pengelompokan harus didasarkan pada kesamaan karakteristik individu dalam kelompok.

(31)

31

menyimpan semua informasi tentang berbagai aspek kehidupan. Artinya, otak ibarat pencatat berbagai informasi yang dialami masing-masing individu. Perbedaan pengalaman masing-masing individu sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya membuat perbedaan hasil rekaman pada masing-masing otak. Oleh karena itu, layanan belajar seyogyanya sesuai kebutuhan individu masing-masing (Clark dalam Semiawan, 1997).

Teori belajar kuantum (quantum learning) juga sangat memperhatikan perbedaan individu dalam pembelajaran. Penulis buku belajar kuantum, Dryden & Vos (1999) menyatakan bahwa, sekarang kita tahu bahwa setiap orang memiliki gaya belajar, gaya bekerja, dan gaya berpikir yang unik. Oleh karena itu, pembelajaran mandiri harus menjadi kunci utama. Ditambahkan juga bahwa, riset Profesor Gardner adalah titik permulaan yang brillian untuk mendesain sekolah yang melayani berbagai kemampuan dan gaya belajar yang berbeda. Sebagai pendukung, Dryden & Vos mengutip pernyataan Prashing bahwa orang-orang dari segala usia sebenarnya dapat belajar apa saja jika mereka melakukannya dengan gaya unik mereka dan dengan kekuatan mereka sendiri.

Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adaptif untuk mengakomodasi perbedaan karakteristik siswa, antara lain pendekatan insentif, pendekatan konteks, pendekatan kepadatan (density), dan pendekatan urutan (sequence).

a. Pendekatan Insentif

(32)

32

Sistematika pembahasan materi juga dapat divariasikan mengikuti pendekatan insentif. Peserta didik dengan kemampuan kurang perlu diberikan pembahasan materi semuanya secara rinci, bila perlu diawali dengan materi prasyarat. Peserta didik yang lebih mampu dapat melompati beberapa materi awal untuk sampai ke materi inti dan penerapan. Di lain pihak, peserta didik yang sangat mampu cukup membahas garis-garis besar materi saja, kemudian langsung membahas materi penerapan.

Pendekatan insentif juga dapat dilakukan dengan membedakan kuantitas dan kualitas contoh, latihan, dan tes. Peserta didik yang kurang mampu menerima contoh, latihan, dan tes lebih banyak daripada peserta didik yang mampu. Kualitas, yang dalam hal ini dapat diartikan dengan tingkat kesukaran juga harus dibedakan. Peserta didik yang kurang mampu semestinya diberikan contoh, latihan, dan tes dengan tingkat kesukaran yang lebih beragam, dari yang mudah sampai yang sukar. Selaras dengan peningkatan kemampuan peserta didik, keberagaman tingkat kesukaran contoh, latihan, dan tes dapat direduksi, sehingga untuk peserta didik yang sangat mampu dapat langsung diberikan contoh, latihan, maupun tes yang sukar.

b. Pendekatan Konteks

Pendekatan konteks didasarkan atas pemikiran bahwa peserta didik secara individu memiliki latar belakang kehidupan, bakat, minat, hobi, atau cita-cita yang berbeda. Konteks materi pembelajaran, contoh, dan latihan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan peserta didik, bakat, minat, cita-cita atau hobinya. Peserta didik dari kalangan nelayan akan menerima penyajian materi pembelajaran yang berbeda dengan peserta didik yang berasal dari kalangan petani atau industri. Begitu juga, peserta didik yang bercita-cita atau berminat ke bidang industri mesti menerima penyajian yang berbeda dengan peserta didik yang bercita-cita atau berminat ke bidang ekonomi.

(33)

masalah-33

masalah yang disajikan harus pula dibedakan sesuai konteks yang dipilih peserta didik. Akhirnya, untuk materi-materi yang bersifat terapan, penyesuaian contoh-contoh penerapan dengan konteks yang akrab dengan kehidupan peserta didik juga perlu diupayakan. Penelitian Reed, Ayersman & Liu (1996) menemukan bahwa, bila pembelajaran diapdaptasikan dengan konteks, maka siswa dapat menyebutkan jaringan semantik dan peta konsep yang lebih banyak dibandingkan dengan bila pembelajaran tidak diadaptasikan dengan konteks

Pendekatan konteks memerlukan observasi terhadap latar belakang kehidupan peserta didik, minat, hobi atau cita-citanya. Observasi yang paling sederhana dilakukan dengan menampilkan menu pilihan di awal pembelajaran, kemudian arah pembelajaran akan ditentukan oleh pilihan masing-masing peserta didik. Selanjutnya, automatisasi persiapan pembelajaran dan administrasi pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik untuk mengantisipasi perubahan konteks yang terjadi.

c. Pendekatan Kepadatan

(34)

34

pembelajaran berjalan dengan perbedaan kemampuan dan ketahanmalangan, kesiapan belajar peserta didik tetap dapat diupayakan.

d. Pendekatan Urutan

Pendekatan urutan yang dapat dijadikan alternatif adalah urutan heuristik dan urutan algoritmik. Urutan algoritmik menyajikan materi dengan urutan yang logis dan sistematis tahap demi tahap mengikuti jaringan materi (Landa, 1984; Dansereau, 1985; Gabringer, Jonassen & Wilson, 1992). Contoh dan latihan umumnya dilakukan secara terbimbing yang didasarkan pada konsep latihan perubahan berasosiasi (associative shifting) dari Thorndike (Lefrancois, 1995). Di sisi lain, urutan heuristik tidak logis dan tidak sistematis, melainkan dapat meloncat-loncat menurut kemampuan dan pengalaman peserta didik (Amstrong, 1994; Vaughan & Hogg, 1995; Wilson & Cole, 1996; Banathy, 1996). Bahkan, urutan heuristik dapat berbalik, yakni mulai dari akhir materi dan berakhir di awal materi (Romiszowsky, 1984). Contoh dan latihan umumnya diberikan secara analogi.

Pendekatan urutan utamanya dilakukan atas pertimbangan perbedaan gaya kognitif dan gaya berpikir. Urutan heuristik yang suka meloncat-loncat dan tidak sistematis memang lebih cocok dengan karakteristik individu yang suka menyusun materi sendiri atau berpikir acak dan holistik. Berbeda halnya dengan urutan algoritmik yang logis dan sistematis lebih cocok untuk individu yang suka mengikuti sistematika materi seperti yang disajikan atau suka berpikir linier. Oleh karena itu, urutan heuristik lebih menarik bagi individu dengan gaya kognitif field independent atau individu dengan gaya berpikir divergen. Urutan algoritmik lebih menarik bagi individu dengan gaya kognitif field dependent atau individu dengan gaya berpikir konvergen.

(35)

35

di Amerika sebagai negara maju, Gardner (1993) melaporkan bahwa sampai dengan tahun delapan puluhan penyeragaman pendidikan masih dominan, namun belakangan keadaan sudah berbalik, yang mana kontekstualisasi dan individualisasi pendidikan sudah menjadi konsep yang amat dipertimbangkan.

Implementasi secara langsung pembelajaran adaptif di sekolah-sekolah yang masih dirancang untuk penyeragaman pendidikan juga amat sulit. Pembelajaran sinkronus secara klasikal dengan tatap muka yang dilakukan selama ini sangat sulit untuk melakukan adaptasi pembelajaran agar dapat mengakomodasi perbedaan karakteristik peserta didik. Dalam satu kelas, sulit bagi guru untuk melayani beberapa kelompok dengan penyajian materi yang berbeda. Apabila tiap kelompok dilayani secara terpisah, maka akan diperlukan penambahan sarana dan pra-sarana, sumber daya manusia, serta waktu, yang akhirnya bermuara pada peningkatan biaya pendidikan.

Implementasi yang mungkin dilakukan adalah memanfaatkan bantuan teknologi, yang dalam terminologi McLuhan disebut sebagai perpanjangan tangan manusia. Sekolah atau kampus yang telah ada dilengkapi dengan teknologi yang dapat membantu pembelajaran untuk melayani kelompok atau bahkan individu. Di sini, pembelajaran akan didominasi oleh pemanfaatan teknologi untuk mendukung peserta didik dapat belajar secara individu atau berkelompok berdasarkan kesamaan karakteristik. Apabila diperlukan, baik secara terjadwal maupun secara spontan, pembelajaran klasikal dengan tatap muka masih bisa dilakukan.

(36)

36

mengeksplorasi teks dengan urutan yang sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki dan tujuan akhir yang ingin dicapai.

Integrasi hiperteks dengan grafik, animasi, audio, dan video menjadikan hipermedia sebagai media dinamis dan tidak linier, yang mana konsep-konsep yang berkaitan dapat saling dihubungkan dengan penuh makna. Konsep-konsep atau ide-ide dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti teks, grafik, animasi, audio, maupun video. Selanjutnya, ide-ide yang berkaitan dapat dibuat terhubung dalam berbagai bentuk hubungan. Dengan demikian, hipermedia dapat dijadikan sebagai media untuk memandang konsep atau ide dari berbagai sudut pandang untuk meningkatkan cara berpikir multi-arah (Landow dalam Duffy & Cunningham, 1996).

Walster (1996) merumuskan bahwa sistem informasi berbasis hipermedia memiliki dua fungsi, yaitu: (1) mengintegrasikan basis-data dan manajemen informasi ke dalam satu model dan (2) menerapkan hipermedia sebagai antar-muka presentasi informasi. Basis-data yang memuat materi pembelajaran diintegrasikan dengan manajemen informasi. Fleksibilitas dalam cara mengakses basisdata dapat dimanfaatkan untuk membuat teknik penyajian materi secara bervariasi menurut keperluan. Keterkaitan antar materi yang tersimpan pada basisdata diatur dengan menciptakan hubungan-hubungan (hyperlink) dengan memperhatikan makna hubungan antar konsep. Fleksibilitas dalam cara pembuatan hubungan-hubungan antarkonsep untuk membentuk jaringan semantik juga memberi peluang penelusuran dan penyajian materi secara bervariasi.

(37)

37

HyperText MarkUp Language (HTML) merupakan bahasa pemrograman yang sangat handal untuk mendesain hipermedia. Banyak paket program yang dilengkapi dengan fasilitas HTML untuk mendesain hipermedia, seperti Macromedia Dreamweaver dan Macromedia Flash, Microsoft Power Point,

Microsoft Word 97 ke atas, FrontPage, Robohelp2000, Active Server Page (ASP),

atau Java Server Page (JSP). Asalkan paket program tersebut memiliki fasilitas hyperlink, berarti paket program tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan hipermedia. Hasilnya tentu akan sangat bervariasi, dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat canggih. Bahan pendukung hipermedia, harus dikembangkan dengan paket program yang lain, seperti Adobe Premiere untuk video editing, Corel Draw untuk membuat desain, Excel untuk pengolahan angka atau SQL untuk basis-data.

Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam penyusunan hipermedia pembelajaran, antara lain: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara materi-materi yang terkoneksi, sehingga memenuhi harapan peserta didik; (2) koneksi antara materi-materi dibuat untuk mampu mendorong kebiasaan berpikir siswa; (3) koneksi yang gagal diusahakan sekecil mungkin; (4) bila ada koneksi ke grafik, animasi atau video, maka harus disertai teks, agar tampak keterkaitan antara kondisi awal dengan kondisi akhir peserta didik (Landow dalam Kibby, 1996). Apabila semua ketentuan di atas dipenuhi, maka hipermedia akan dapat memfasilitasi pembelajaran multi-awal, multi-arah, dan multi-akhir.

(38)

38

Nickerson & Zodhiates (1988) dalam mengimplementasikan peran teknologi komputer dalam konteks, tujuan, materi, dan metode pembelajaran berkesimpulan bahwa kelompok-kelompok siswa tertentu akan lebih baik jika diberikan informasi secara bervariasi, baik teknis maupun non teknis. Di tempat lain, Yang (1999) dalam mengimplementasikan hiperteks untuk pembelajaran menemukan bahwa hiperteks dapat menghubungkan pengalaman dengan informasi yang sedang dipelajari, kemudian membawanya ke penalaran generatif dan penarikan hipotesis secara inferensial.

Hipermedia dapat dipasang di internet, intranet, atau diproduksi menjadi compact disk (CD) interaktif. Sejak diperkenalkan hipermedia, dikenal istilah baru dalam pembelajaran, yakni pembelajaran berbasis web, karena bentuk dan cara kerjanya meniru situs-web (website) di internet. Observasi yang dilakukan

O’Hanlon (1999) menemukan bahwa pembelajaran berbasis web sangat populer

di kalangan mahasiswa yang senang menjadwal perkuliahan secara fleksibel. Bila modul berbasis web dipasang pada server intranet atau internet, maka peserta didik dapat mengakses modul tersebut melalui workstation masing-masing. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran dengan modul berbasis web (Candiasa, 2004).

Fasilitas komunikasi pada hipermedia yang terpasang di internet atau intranet juga dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas evaluasi hasil belajar. Fasilitas chatting dapat dimanfaatkan untuk evaluasi lisan. E-mail dapat digunakan sebagai fasilitas evaluasi yang memerlukan proses pengerjaan cukup lama, seperti tes uraian dan beberapa tes yang termasuk kategori tes kinerja. Permasalahan diberikan melalui e-mail dan peserta didik juga merespon melalui e-mail. Arah komunikasi melalui internet atau intranet dapat diatur sesuai keperluan. Oleh karena itu, penampilan instrumen evaluasi juga dapat diatur agar sesuai dengan perbedaan karakteristik peserta didik. Sebagai contoh, Chou (1999) mengembangkan Computer Logging of User Entries (CLUE).

(39)

39

evaluasi yang bervariasi kepada peserta didik dengan mempertimbangkan perbedaan karakteristik. Fleksibilitas pelaksanaan evaluasi dapat diatur dalam bentuk pembedaan banyak butir soal, pembedaan urutan butir soal, pembedaan tingkat kesukaran butir-butir, atau pembedaan bentuk penyajian butir soal.

Komputer dapat dimanfaatkan sebagai bank soal (Linden, 1996). Beberapa perangkat tes yang masing-masing terdiri dari sejumlah butir tes di simpan pada basisdata pendukung web. Fasilitas pencarian (searcing) dan pengurutan (sorting) yang dimiliki komputer sangat mendukung pemilihan butir tes untuk mendapatkan seperangkat tes sesuai dengan keperluan. Keperluan dimaksud mencakup pertimbangan materi, waktu, kemampuan peserta, latar belakang peserta, atau tempat penyelenggaraan. Setelah memilih butir tes sesuai keperluan, komputer kemudian menyajikan butir tes kepada peserta didik sesuai urutan dan alokasi waktu yang diinginkan.

Selain variasi penyajian butir tes, beberapa keuntungan lain dapat diberikan oleh evaluasi berbasis hipermedia. Pertama, penyajian butir tes dapat dibuat lebih variatif dengan menambahkan grafik, animasi atau video. Kedua, khusus untuk tes berbentuk obyektif, hipermedia memberi peluang pemeriksaan dan pemberian skor secara otomatis, sehingga umpan balik dapat diberikan dengan lebih cepat. Ketiga, untuk tes kecepatan (speed test) yang sangat terikat waktu, penghentian pelaksanaan tes dapat dilakukan dalam waktu yang tepat, konstan, dan serentak.

Apabila evaluasi menerapkan teori skor (item respons theory), maka hipermedia dapat didesain untuk menganalisis kemampuan peserta didik berdasarkan respon yang diberikan pada evaluasi sebelumnya. Selanjutnya, hipermedia dapat didesain untuk menyajikan instrumen evaluasi sesuai kemampuan peserta didik yang dikenali. Respon yang diberikan peserta didik dianalisis dan hasilnya dijadikan pedoman pemberian evaluasi selanjutnya. Demikian mekanisme kerja evaluasi berulang-ulang, sehingga peserta didik mendapat layanan secara individu menurut perkembangan belajar yang dicapai masing-masing.

(40)

40

mengakses dari lokasi yang berbeda dan dalam waktu yang berbeda pula merupakan keunggulan utama pembelajaran berbasis hipermedia atau berbasis komputer secara umum. Kontrol dari peserta didik (learner control) dalam proses pembelajaran benar-benar mendapat prioritas. Jadi, hipermedia dapat menciptakan kelas maya (virtual clasroom) untuk melengkapi kelas yang telah ada, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara sinkronus maupun asinkronus.

(41)

41 BAB III

HIPERMEDIA UNTUK HIERARKI PEMBELAJARAN

Standar Kompetensi

Memiliki pemahaman tentang menu hierarkis serta kaitannya dengan hipermedia Kompetensi Dasar

6) Memahami menu hierarkis

7) Memahami pedoman pembuatan menu hierarkis Indikator

6) Menu hierarkis sesuai teori Gagne

7) Mengimplementasikan menu hierarkis sesuai teori Gagne 8) Menu hierarkis sesuai teori Bloom

9) Mengimplementasikan menu hierarkis sesuai teori Bloom

Tujuan

Melalui kolaborasi mahasiswa mampu: 1) Menu hierarkis sesuai teori Gagne

2) Mengimplementasikan menu hierarkis sesuai teori Gagne 3) Menu hierarkis sesuai teori Bloom

4) Mengimplementasikan menu hierarkis sesuai teori Bloom

Materi

Menu Hierarkis

(42)

42

contoh, materi pemblajaran A merupakan prasyarat materi pembelajaran B. Siswa dapat mengikuti materi pembelajaran B jika sudah dinyatakan tuntas mengikuti materi pembelajaran A. Pada kondisi ini, menu hierarkis untuk materi B akan tertutup (disable) jika siswa belum tuntas materi pembelajaran A. Begitu siswa tuntas mengikuti materi pembelajaran A, secara otomatis menu hierarkis materi pembelajaran B akan terbuka (enable).

Menu hierarkis pada e-pembelajaran matematika bilingual pada penelitian ini dimanfaatkan untuk mengatur penyajian materi berdasarkan bahasa pengantarnya. Sesuai ketentuan pembelajaran matematika bilingual, materi pembelajaran matematika akan disajikan dalam dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Awalnya, menu hierarkis akan menampilkan materi pembelajaran matematika berbahasa Inggris. Siswa akan mengkaji materi serta mengerjakan tugas dan latihan. Pada akhirnya siswa akan mengerjakan tes kompetensi. Hasil pengerjaan tes kompetensi, tugas serta latihan digunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah siswa boleh lanjut ke materi berikutnya atau tidak. Siswa yang dinyatakan sudah mencapai ketuntasan dapat melanjutkan pembelajaran ke materi berikutnya, dan secara otomatis menu materi berikutnya akan terbuka. Sebaliknya, apabila siswa belum mencapai ketuntasan, maka menu materi pembelajaran berikutnya tidak akan terbuka. Apabila dalam satuan waktu tertentu siswa belum juga mencapai ketutntasan, maka menu pembelajaran dengan bahasa Indonesia akan terbuka. Dengan demikian siswa dapat mempelajari materi yang belum tuntas dengan lebih cermat karena ditampilkan dalam bahasa Indonesia yang lebih dipahami daripada bahasa Inggris.

(43)

43

Oleh karena itu, perlu ada upaya memandu agar siswa bersedia mempelajari materi pembelajaran matematika yang disajikan dalam bahasa Inggris nterlebih dahulu, agar kemampuan memahami amteri dalam bahasa Inggris meningkat. Akan tetapi, apabila siswa sudah berada dalam keadaan terpaksa, maka langkah penyelamatan dengan menyajikan materi dalam bahasa Indonesia perlu dilakukan. Langkah penyelamatan seperti ini perlu dilakukan aagar siswa tidak frustasi.

Hierarki Hasil Belajar Sebagai Dasar Menu Hierarkis

Hierarki Hasil Belajar Gagne

Gagne menggunakan istilah kemampuan untuk menyatakan karaktersitik umum dari berbagai variasi kinerja yang bisa dihasilkan dari belajar (Gagne, 1975). Kinerja yang dapat diobservasi sebagai hasil belajar dan tersimpan secara internal pada diri pebelajar disebut kemampuan (Gagne, Briggs and Wager, 1992). Istilah itu digunakan mengingat terdapat banyak kemampuan yang bisa dihasilkan dari belajar, yaitu sebanyak kinerja yang bisa dilakukan manusia. Selain itu juga terdapat berbagai tingkatan organisasi kemampuan. Daripada harus menggunakan istilah kemampuan untuk setiap kinerja yang dipelajari maka lebih baik menggunakan istilah kemampuan secara umum. Gagne mengidentifikasikan ada lima kategori kemampuan yang dihasilkan dari belajar, yaitu ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, kemampuan motorik, dan sikap (Gagne, 1975). Kelima kategori kemampuan tersebut diharapkan komprehensif. Berbagai kemampuan yang bisa dipelajari, seperti kemampuan di bidang matematika atau kemampuan di bidang ekonomi memiliki karakteristik di antara satu atau lebih dari kelima kategori kemampuan tersebut.

1) Kemampuan Intelektual

(44)

44 a) Diskriminasi

Diskriminasi adalah kemampuan membedakan respon terhadap stimuli yang berbeda satu sama lain menurut satu atau lebih dimensi fisik. Diskriminasi yang paling sederhana adalah kemampuan individu untuk memberi respon yang menunjukkan apakah dua stimuli sama atau berbeda.

b) Konsep Konkrit

Konsep konkrit adalah kemampuan yang memungkinkan individu untuk mengidentifikasikan stimulus merupakan anggota dari satu kelas yang memiliki beberapa karakteristik yang sama, sekalipun stimuli tersebut tampak berbeda. Konsep konkrit mengidentifikasikan sifat-sifat atau ciri-ciri obyek, seperti warna, bentuk atau posisi.

c) Konsep Terdefinisi

Individu dikatakan sudah mempelajari konsep terdefinisi bila dapat menunjukkan arti dari beberapa kelas obyek, kejadian, atau relasi. Konsep terdefinisi hanya bisa difahami berdasarkan definisi, bukan dengan cara menunjuk seperti pada konsep konkrit.

d) Aturan

Gambar

Gambar a:           Instruksi + Materi
grafik Mendemonstrasikan
gambar dengan bentuk berulang.
gambar. 93
+7

Referensi

Dokumen terkait

biasa disebut dengan operational process atau biasa disingkat OP 1 dan proses ke dua biasa disebut dengan OP 2.Dikarenakan OP 1 memiliki waktu proses atau biasa

Hasil penelitian menunjukan bahwa keempat bahan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kapasitas efektif alat dan nilai organoleptik kerenyahan dan organoleptik aroma namun

Dalam pemikiran Pancasila, nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dan sifat-sifat sosial manusia juga meruapakan fundamen penting

Program yang diberikan oleh latief Foundation yaitu penyadaran kepada warga masyarakat Indonesia betapa pentingnya pendidikan bagi upaya peningkatan kualitas kehidupan yang

Keberadaan pos penyuluhan yang berada di tingkat desa temyata juga sangat dikenal di Kecamatan Kali Jambe karena program satu desa satu penyuluh sedang di

Apabila terdapat nilai yang sama, maka tim yang bersangkutan akan diberikan satu (1) soal tambahan berupa soal rebutan untuk menentukan tim yang akan maju ke babak

Hubungan ini sering mendapatkan ketidaksesuaian dari bahan baku yang dibutuhkan oleh jumlah bahan baku yang ada pada pemasok dalam pembelihan persediaan yang