KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PAPARAN
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015
TENTANG
“EFISIENSI & EFEKTIFITAS PEMANFAATAN ANGGARAN PENDIDIKAN
TRANSFER DAERAH DAN PEMBAGIAN URUSAN PUSAT-DAERAH
TERKAIT PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN”
Disampaikan Oleh :
TJAHJO KUMOLO
Jakarta, 30 Maret 2015
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PEMANFAATAN ANGGARAN
PENDIDIKAN TRANSFER DAERAH
DAN
PEMBAGIAN URUSAN
PUSAT-DAERAH TERKAIT PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
I. AMANAT KONSTITUSI UUD’45;
II. KONSEPSI DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM KONTEKS HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH;
III. POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH SESUAI UU NO. 23 TAHUN 2014 DAN UU NO. 33 TAHUN 2004;
IV. PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH;
V. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DALAM APBD; VI. PELUANG DAN TANTANGAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ANTARA POLA
TRANSFER DENGAN PENYERAHAN URUSAN PENDIDIKAN DALAM AZAS DESENTRALISASI;
VII. STRATEGI DAN SOLUSI;
VIII. KEBIJAKAN (TRANSISIONAL) PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN (KHUSUS PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH) SETELAH DITETAPKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.
OUTLINE
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
I. AMANAT KONSTITUSI UUD ‘45
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
…membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang
melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk
memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa
, dan
ikut
melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan kemerdekaan
,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
….
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)
TUJUAN BERNEGARA
SESUAI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UUD 1945
TNI/POLRI LPNK kementerian
negara
badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan Peradilan TUN
Lingkungan Peradilan Militer
Perwakilan BPK Provinsi
Pemerintahan Daerah Provinsi
DPRD Gubernur
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Peradilan Agama
6
Lingkungan
Peradilan Umum
K E K U A S A A N P E M E R I N T A H A N
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PRESIDEN
Kementerian/LPNK
Kementerian/LPNK
Pemegang kekuasaan pemerintahan – Psl 4 (1)
UUD 1945
Pemegang kekuasaan pemerintahan – Psl 4 (1)
Otonomi Seluas-luasnya Ps 18 (5) UUD ‘45 Otonomi Seluas-luasnya
Ps 18 (5) UUD ‘45
Psl 17 UUD 1945 Psl 17 UUD 1945
Keuangan Negara Koordinator dlm penyeleng.
urusan pem. di daerah Psl 8 UU 23/2014
Termasuk Pembina LKPD (PP 58 Tahun 2005)
Koordinator dlm penyeleng. urusan pem. di daerah
Psl 8 UU 23/2014
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
8
Desentralisasi
adalah
penyerahan
wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dekonsentrasi
adalah
pelimpahan
wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai
wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu.
Tugas pembantuan adalah
penugasan
dari Pemerintah
kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan [Pasal 18 (2)**]
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **]
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan
otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang
[Pasal 18 (1)**]
PEMERINTAHAN DAERAH
KEPALA PEMERINTAH
DAERAH DPRD
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH
anggota DPRD dipilih
melalui dipilih secara
demokratis [Pasal 18 (4)**]
9
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH (Lanjutan…)
Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Hubungan keuangan
, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang
[Pasal 18 A (2)**]
[Pasal 18 A (1)**]
Hubungan wewenang
antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota,
diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah
[Pasal 18 A (1)**]
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
II. KONSEPSI DAN KEBIJAKAN
PENDIDIKAN DALAM KONTEKS
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah
didanai dari
dan
atas beban anggaran
pendapatan dan belanja daerah
;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat
di daerah didanai dari
dan
atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara
;
3) Administrasi
pendanaan
penyelenggaraan
urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara
terpisah
dari
administrasi
pendanaan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat sebagairnana dimaksud pada
ayat (2).
12
Pasal 282 UU 23/2014
•Menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara serta keutuhan NKRI
•Menjaga & mengamalkan ideologi
Pancasila & memb kehidupan demokrasi
•Memelihara stblts pol yg dinamis
•Menjaga etika dan norma
penyelenggaraan pemerintahan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
13
Pem Kab/Kota dan instansi
vertikal
Sinergitas pemb & penyelenggaraan
pemerintahan
Pemerintah Kabupaten/ Kota
Mempercepat peningkatan
kapasitas Pemerintahan
Kab/Kota
Pemerintah Kabupaten/ Kota
•Penyelenggaran Pem sesuai NSPK
U R U S A N P E M E R I N TA H A N
3. PERTAHANAN 4. KEAMANAN 5. YUSTISI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Dibagi
berdasarkan kriteria
Eksternalitas, Akuntabilitas dan Efisiensi Dibagi
berdasarkan kriteria
Eksternalitas, Akuntabilitas dan Efisiensi
NON YAN DASAR (Pasal
12 Ayat 2)
S P M
S P M
1.
Dekon
1. Dilaksanakan sendiri 2. Dilimpahkan Wew.
Kpd Ins Vert di Drh Atau Gub sbg Wkl Pem Pus Berd Asas Dekon
DESENTRALISASI
KONKUREN
PEMERINTAHAN UMUM9. perhubungan; 10.komunikasi dan
informatika; 11.koperasi, usaha
kecil, dan menengah; 12.penanaman
modal;
13.kepemudaan dan olah raga; 9. perhubungan; 10.komunikasi dan
informatika; 11.koperasi, usaha
kecil, dan menengah; 12.penanaman
modal;
13.kepemudaan dan olah raga; KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
U R U S A N P E M E R I N T A H A N K O N K U R E N
PILIHAN
1. kelautan dan perikanan; 2. pariwisata; 3. pertanian; 4. kehutanan; 5. energi dan
sumberdaya mineral;
6. perdagangan; 7. perindustrian;
dan
8. transmigrasi
1.pendidikan;
2. kesehatan;
3. pekerjaan umum & penataan
ruang;
4. perumahan rakyat & kawasan
pemukiman; 5. ketentraman &
ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat; 6. sosial.
WAJIB
Tidak berkaitan dengan pelayanan dasar
Berkaitan dengan pelayanan dasar
1. tenaga kerja; 2. pemberdayaan
perempuan dan pelindungan anak; 3. pangan;
4. pertanahan;
5. lingkungan hidup; 6. administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil; 7. pemberdayaan
masyarakat dan desa;
8. pengendalian
penduduk dan keluarga
berencana;
1. tenaga kerja; 2. pemberdayaan
perempuan dan pelindungan anak; 3. pangan;
4. pertanahan;
5. lingkungan hidup; 6. administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil; 7. pemberdayaan
masyarakat dan desa;
8. pengendalian
penduduk dan keluarga
berencana;
P E M B I N A A N D A N P E N G A W A S A N
( B e r d a s a r k a n P a s a l 7 U U N o . 2 3 T a h u n 2 0 1 4 )
P E M B I N A A N D A N P E N G A W A S A N
( B e r d a s a r k a n P a s a l 7 U U N o . 2 3 T a h u n 2 0 1 4 )
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEMERINTAH
Gubernur sbg wakil Pem. Binwas umum & teknis Pasal 8 Ayat (2), Pasal 373
Ayat (2) UU No. 23 Thn 2014 (PP 19/2010 & PP 23/2011)
Kab/Kota
16
PASAL 8 ayat (3),Pasal 373 Ayat (1) UU 23/2014
BINWAS Secara Nasional koordinasikan
Mendagri
Binwas Umum (Pasal 373 ayat 3)
1. Pembag. Urusan Pemerintahan 2. Kelembagaan Daerah
3. Kepegawaian Daerah pd Perangkat Daerah 4. Keuangan Daerah
5. Pembang. Daerah
6. Pelayanan Publik di Daerah 7. Kerjasama Daerah
8. Kebijakan Daerah 9. KDH & DPRD
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
III. POLA HUBUNGAN
KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH
SESUAI UU NO. 23 TAHUN 2014,
UU NO. 33 TAHUN 2004,
DAN PP NO. 38 TAHUN 2007
1. UUD 1945 Pasal 31, ayat (4):
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.
2. UU 20 Tahun 2003, tentang Sisdiknas, Pasal 49 ayat (1):
“Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD.”
3. Putusan Mahkamah Konstitusi tehadap UU No 20/2003:
a. No. 011/PUU-III/2005, mencabut Penjelasan Pasal 49 ayat (1) UU20/2003 mengenai pengalokasian secara betahap dana pendidikan kurang dari 20%.
b. No. 024/PUU-V/2007, menyatakan gaji pendidik pada Pasal 49 (1) inkonstutusional. Dgn demikian Dana Pendidikan selain biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD.
4. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
5. Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara;
6. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 beserta turunannya.
18
19
(psl 4) urusan pemerintahan yang
nomenklatur
Kementeriannya
secara tegas
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Ayat (2) huruf a
urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Ayat (2) huruf b
urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah.
Ayat (2) huruf c
URUSAN (psl 5)
Urusan pemerintahan meliputi urusan
luar negeri,
dalam negeri, dan
pertahanan
(Ayat (1))
Urusan pemerintahan meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan,
kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi,
informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, kelautan, dan perikanan
(Ayat (2))
Urusan pemerintahan meliputi urusan perencanaan
pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi,
investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan pembangunan kawasan atau daerah tertinggal.
(Ayat (3)
TUGAS
(psl 7)
MENYELENGGARAKAN URUSAN TERTENTU DALAM
PEMERINTAHAN UNTUK
MEMBANTU PRESIDEN DALAM MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN NEGARA
MENYELENGGARAKAN URUSAN TERTENTU DALAM PEMERINTAHAN UNTUK MEMBANTU PRESIDEN DALAM MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN NEGARA
MENYELENGGARAKAN URUSAN TERTENTU DALAM
PEMERINTAHAN UNTUK
MEMBANTU PRESIDEN DALAM MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN NEGARA
UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA
20
FUNGSI (psl 8)
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
b. pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c. pengawasan atas pelaksanaan
tugas di bidangnya; dan
d. pelaksanaan
kegiatan teknis dari
pusat sampai ke
daerah
(Ayat (1))
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
b. pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c. pengawasan atas pelaksanaan
tugas di bidangnya;
d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah; dan
e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
(Ayat(2))
a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya; b. koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; dan
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.
(Ayat (3))
SUSUNAN ORGANISA SI
(psl 9)
a. pemimpin, yaitu Menteri; b. pembantu pemimpin, yaitu
sekretariat jenderal;
c. pelaksana tugas pokok, yaitu direktorat jenderal;
d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal;
e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat; dan
f. pelaksana tugas
pokok di daerah
dan/atau perwakilan luar negeri sesuai dengan peraturanperundang-undangan.
(Ayat (1))
a. pemimpin, yaitu Menteri; b. pembantu pemimpin, yaitu
sekretariat jenderal;
c. pelaksana, yaitu direktorat jenderal; d. pengawas, yaitu inspektorat
jenderal; dan
e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat.
Diperkecualikan, Kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keuangan, dan keamanan
sebagaimana juga memiliki unsur pelaksana tugas pokok di daerah. (Ayat (2) dan (3))
a. pemimpin, yaitu Menteri; b. pembantu pemimpin, yaitu
sesmen;
c. pelaksana, yaitu deputi; dan d. pengawas, yaitu inspektorat.
(Ayat (4))
UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
21
•
Terdapat hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 dan UU Nomor 33 Tahun 2004 (?)
yang berlandaskan pada asas dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas
pembantuan.
•
Sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan pemerintahan Negara dan
daerah berasal dari APBN. Dimana dari sumber pembiayaan APBN
dimaksud dibelanjakan untuk mendanai kegiatan dekonsentrasi/TP dan
instansi vertikal yang terdiri atas:
belanja pusat di pusat (K/L) dan
belanja pusat di daerah.
•
Dari belanja APBN dimaksud juga dibelanjakan untuk Daerah guna
mendanai kegiatan desentralisasi berupa transfer ke daerah dalam bentuk
Dana Perimbangan yang terdiri dari: DBH, DAU, DAK; Dana Otsus; Dana
Keistimewaan DIY; dan Dana Transfer Lainnya.
•
Sedangkan dana pusat yang di kedaerahkan dari APBN sebagai berikut:
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
APBN
Belanja Untuk Daerah
DAK DAU
Dana Transfer Lainnya
DBH
Dekon / TP
PEMERINTAH PUSAT
Dana Vertikal
Melalui K/L
POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH
(UU 23/2014 dan UU 33/2004)
APBD
Pendapatan
Daerah Belanja Daerah
PAD Lain-Lain Pend. yang sah
Surplus / Defisit Daerah
Pembiayaan Daerah
Pinjaman (termasuk Obligasi Daerah) Penggunaan SILPA PEMERINTAH DAERAH
Bel Langsung
•B. Pegawai
•B. Barang &jasa
•B. Modal
Dana Otsus
6 Urusan Di luar
6 Urusan Mendanai Kegiatan
Desentralisasi
Mendanai Kegiatan Dekon/TP dan Instansi Vertikal
PELIMPAHAN URUSAN DAN WEWENANG
1
2
3
4
Pembiayaan Lainnya Bel Tdk lgsng POKJA Bel. Pusat
(Menkeu, Bappenas, K/L, Banggar)
POKJA Bel. Transf. Daerah (MDN, Menkeu, Bappenas & Banggar)
Dana Penyesuaian
• Tunj. Profesi Guru PNSD
• Tamb. Penghasilan Guru PNSD
• Bantuan Op. Sekolah
• DID
• Dana Proyek Pemda & Desen
• Dana Darurat
Desentralisasi
1. Belanja Pusat di Pusat 2. Belanja Pusat Di Daerah
DANA TRANSFER
Keistimewaan DIY
• PDRD
• Hsl Pengel Kekayaan Drh yg di pisahkan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
24
Sumber Data : Kemenkeu RIDBH 127,692.52 24.73% DAU 352,887.85 68.34% DAK 35,820.68 6.94%
Tunj. Profesi Guru
PNSD 70,252.67 67.28%
Tamsil Guru PNSD 1,096.00 1.05%
BOS 31,298.30 29.98%
DID 1,664.51 1.59%
Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)
99.58 0.10%
Otsus Papua 4,940.43 29.73%
Otsus Papua Barat 2,117.33 12.74%
Otsus Aceh 7,057.76 42.48%
Tambahan Inf. Papua 2,000.00 12.04%
Tambahan Inf. Papua Barat 500.00 3.01%
APBN 2015
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
26
Sumber Data : Kemenkeu RIKEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
27
Sumber Data : Kemenkeu RIKEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
IV. PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
ANTARA PEMERINTAH PUSAT
DAN PEMERINTAH DAERAH
Komponen
2012
2013
2014
2015*
1. Anggaran Pendidikan Melalui Belanja Pemerintah Pusat
117,2 126,2 130,3
117
2. Anggaran Pendidikan Melalui Transfer Ke Daerah
186,6 214,1 238,6
254
a. Bagian Anggaran Pendidikan Yang diperkirakan
dalam DBH
1,0
0,9
1,0
b. DAK Pendidikan
10,0
11,1
10,0
c. Bagian Anggaran Pendidikan Yang diperkirakan
dalam DAU
113,9 128,1 135,6
d. Tambahan Penghasilan Guru PNSD
2,9
2,4
1,9
e. Tunjangan Profesi guru
30,6
43,1
60,5
f. Bagian Anggaran Pendidikan Yang diperkirakan dalam
Otsus
3,3
3,7
4,1
g. Dana insentif daerah
1,4
1,4
1,4
h. Bantuan Operasional Sekolah
23,6
23,4
24,1
3. Anggaran Pendidikan Melalui Pengeluaran Pembiayaan
7,0
5,0
-
2,0
Belum Teralokasi
31,4
4. Anggaran Pendidikan (1 + 2 + 3)
310,8 345,3 368,9
404,4
5. Total Belanja Negara
1.548,3 1.726,2 1.842,5 1.800,0
RASIO ANGGARAN PENDIDIKAN (4 : 5 ) X 100%
20,1
20,0
20,0
22,5
POSTUR ANGGARAN PENDIDIKAN
Trilyun Rp *) info sementara
1. BA dalam DBH; 2. DAK Pendidikan; 3. BA dalam DAU;
Komponen Anggaran Pendidikan
Pendidikan
Anggaran
Pendidikan
Belanja
Pemerintah Pusat Transfer ke Daerah Pengeluaran Pembiayaan
1. Seluruh anggaran pada Kemendikbud;
2. Anggaran pada Kemenag;
3. Anggaran Fungsi Pendidikan pada 18 KL.
Dana Pengembangan Pendidikan.
(dikelola oleh LPDP - Lembaga Pengelola Dana Pendidikan)
30
N
O
KOMPONEN ANGGARAN
Jumlah (Rp. Miliyar)
I
Belanja Pemerintah Pusat
130.279.572.499
1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 80.863.026.701 2 Kementerian Agama 42.566.934.669 3 K/L Lainnya: 7.053.611.075 - Kementerian Keuangan 676.219.200 - Kementerian Pertanian 55.610.000 - Kementerian Perindustrian 471.638.189 - Kemnterian ESDM 79.500.000 - Kementerian Perhubungan 1.700.000.000 - Kementerian Kesehatan 1.320.890.000 - Kementerian Kehutanan 57.537.000 - Kementerian Kelautan dan Perikanan 252.455.000 - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 250.000.000 - Badan Tenaga Nuklir Nasional 17.000.000 - Kementerian Pemuda dan Olah Raga 1.105.569.000 - Kementerian Pertahanan 131.016.596 - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 428.500.000 - Perpustakaan Nasional RI 310.000.000 - Kementerian Koperasi dan UKM 215.000.000 - Kementerian Komunikasi dan Informatika 31.865.200
Komponen Anggaran Pendidikan dlm APBN TA 2014
Komponen Anggaran Pendidikan dlm APBN TA 2014
NO
KOMPONEN ANGGARAN (APBN 2014)
Jumlah (Rp. Miliyar)
II
Tranfer Daerah
238.619.487.084
1 Bagian Anggaran Pendidikan yang diperkirakan dalam DBH 982.482.550
2 DAK Pendidikan 10.041.300.000
3 Bagian Anggaran Pendidikan yang diperkirakan dari DAU 135.644.273.026
4 Dana Tambahan Penghasilan Guru (DTPG) PNSD 1.853.600.000
5 Tunjangan Profesi Guru (TPG) 60.540.700.000
6 Bagian Anggaran Pendidikan yang diperkirakan dalam Otsus 4.094.031.908
7 Dana Insentif Daerah (DID) 1.387.800.000
8 Bantuan Operasional Sekolah 24.074.700.000
Sumber: Kemendikbud, 2014
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
V. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
DALAM APBD
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PERDEFINISI
PEMBIAYAAN/ANGGARAN
PENDIDIKAN DALAM APBD :
1. Urusan Pendidikan :
•
Belanja Langsung (BL)
•
Belanja Tidak Langsung (BTL)
2. Fungsi Pendidikan :
Urusan Pendidikan+BanKeu+Hibah/Bansos yang
target kinerjanya berkorelasi dengan urusan
pendidikan
Tren Belanja APBD Lima Tahun Terakhir
(triliun rupiah)
Catatan:
Tahun 2014 terdiri dari 538 Prov/Kab/Kota tidak termasuk Kab. Karo
PROV/KAB/KOTA PROVINSI KAB/KOTA
Tren Belanja APBD dan Proporsi Belanja Pegawai
Lima Tahun Terakhir
TOTAL BELANJA BELANJA PEGAWAI
triliun rupiah
42% 40% 38%
Catatan:
Tahun 2014 terdiri dari 538 Prov/Kab/Kota tidak termasuk Kab. Karo
Sumber Data: Diolah dari Perda APBD Ditjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, TA 2014
44% 45%
TREN URUSAN PENDIDIKAN
TA 2010 - 2014
TREN URUSAN PENDIDIKAN
TA 2010 - 2014
Keterangan:
*) Menggunakan data 34 Provinsi dan 459 Kabupaten/Kota yang terinformasi;
triliun rupiah
KAB/KOTA PROVINSI PROV/KAB/KOTA
Tren Urusan Pendidikan dan Proporsi Belanja Terhadap Total Belanja
TA 2010 - 2014
Keterangan:
*) Menggunakan data 459 Kabupaten/Kota yang terinformasi;
**) Menggunakan data 34 Provinsi dan 459 Kabupaten/Kota yang terinformasi;
Persentase Anggaran Urusan Pendidikan terhadap Total Belanja APBD
Provinsi TA 2010 - 2014
01. Aceh 10. Lampung 19. Kalimantan Selatan 29. N.T.B 02. Sumatera Utara 11. DKI Jakarta 20. Kalimantan Timur 30. N.T.T 03. Sumatera Barat 12. Jawa Barat 21. Kalimantan Utara 31. Maluku 04. Riau 13. Banten 22. Sulawesi Barat 32. Maluku Utara 05. Kepulauan Riau 14. Jawa Tengah 23. Sulawesi Utara 33. Papua 06. Jambi 15. D.I. Yogyakarta 24. Gorontalo 33. Papua 07. Bengkulu 16. Jawa Timur 25. Sulawesi Tengah 34. Papua Barat 08. Sumatera Selatan 17. Kalimantan Barat 26. Sulawesi Selatan
09. Bangka Belitung 18. Kalimantan Tengah 27. Sulawesi Tenggara
28. Bali
11,31
10,80 UUD ‘45
9,11 9,03 8,44
Persentase Anggaran Urusan Pendidikan terhadap Total Belanja APBD
Provinsi TA 2014
Sumber Data: Diolah Dari Perda APBD, Ditjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, TA 2014
Angka di atas TIDAK TERMASUK Fungsi Pendidikan (program/kegiatan, bantuan keuangan, hibah, bansos dan anggaran
Persentase Anggaran Urusan Pendidikan terhadap Total Belanja APBD
Kabupaten/Kota per Provinsi TA 2014
Sumber Data: Diolah Dari Perda APBD, Ditjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, TA 2014
PERSENTASE RATA-RATA
ANGGARAN PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA
TA 2010 - 2014
Catatan:
1. Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2010 adalah 30,17% 2. Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2011 adalah 36,33% 3. Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2012 adalah 35,71% 4. Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2013 adalah 31,84% 5. Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2014 adalah 32,87%
UUD ‘45
Tahun 2014 Menggunakan Data 459 Daerah Kabupaten/Kota; Sumber Data: Ditjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri.
Persentase Urusan Anggaran Pendidikan terhadap Total Belanja APBD
Kabupaten/Kota TA 2010
Catatan:
Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2010 adalah 30,17%
30,17
UUD ‘45
Sumber Data: Ditjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri.
Persentase Urusan Anggaran Pendidikan terhadap Total Belanja APBD
Kabupaten/Kota TA 2011
Catatan:
Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2011 adalah 36,33%;
36,33
UUD ‘45
Sumber Data: Ditjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri.
Persentase Urusan Anggaran Pendidikan terhadap Total Belanja APBD
Kabupaten/Kota TA 2012
Catatan:
Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2012 adalah 35,71%
UUD ‘45 35,71
Sumber Data: Ditjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri.
Persentase Urusan Anggaran Pendidikan terhadap Total Belanja APBD
Kabupaten/Kota TA 2013
Catatan:
Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2013 adalah 31,84%
UUD ‘45 31,84
Sumber Data: Ditjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri.
Persentase Urusan Anggaran Pendidikan terhadap Total Belanja APBD
Kabupaten/Kota TA 2014
UUD ‘45
32,87
Sumber Data: Ditjen Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri.
Perbandingan Anggaran Fungsi Pendidikan Tahun 2013-2014
Sumber: Kemendikbud, 2014
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
VI. PELUANG DAN TANTANGAN
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
ANTARA POLA TRANSFER
DENGAN PENYERAHAN URUSAN
PENDIDIKAN DALAM AZAS
DESENTRALISASI
URUSAN Pemerintahan
Daerah
HAK
KEWAJIBAN
• Pendapatan
• Belanja
• Pembiayaan
• Pendapatan
• Belanja
• Pembiayaan
ESENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
• Wajib PMDN 13/2006 PMDN 59/2007 PMDN 21/2011 PMDN 64/2013
1. Memungut Pajak & Retribusi 2. Memperoleh Dana
Perimbangan
3. Melakukan Pinjaman
1. Sinkronisasi program pusat & daerah 2. Mengelola anggaran secara efisien dan
efektif
3. Menyampaikan Laporan Keuangan yang akuntabel
Pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasos dan fasum, jaminan sosial...
Tujuan OTDA, al:
• Efisiensi dan efektivitas sumber daya daerah
• Pelibatan
masyarakat dlm penyusunan kebijakan daerah
• Peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat
KMDN 29/02
misal: SAP, dstnya
PP 58/2005
(Omnibus Regulation)
PERMENDAGRI 59/07
UU 5/74
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PERMENDAGRI 21/11
PERMENDAGRI 32/11 & 39/12
PERMENDAGRI 64/13 PP 71/10 PP 24/05
LANDASAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TERMASUK BIDANG PENDIDIKAN (BGN DARI 32 URUSAN)
Pentahapan RPJPN 2005-2025 (UU 17/2007)
RPJMN-I
(2005-2009)
Menata kembali NKRI, menbangun Indonesia yang aman dan damai,yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan
yang lebih baik
RPJMN-II
(2009-2014)
Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan
kualitas SDM, membangun kemampuan IPTEK,
memperkuat daya saing perekonomian
RPJMN-III
(2015-2019)
Memantapkan pembangunan secara
menyeluruh dengan menekankan pembangunan
keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis pada SDA yang
tersedia, SDM yang berkualitas serta kemampuan IPTEK.
RPJMN-IV
(2020-2024)
Mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri,maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala
bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif
...Menjamin keberlanjutan/kesinambungan program
dan kegiatan pembangunan…
TEMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
2005-2009
2010-2014
2015-2019
2020-2024
Peningkatan
Kapasitas &
Modernisasi
Penguatan
Pelayanan
Peningkatan
Daya Saing Regional
Peningkatan
Daya Saing
Internasional
53
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
VII. STRATEGI DAN SOLUSI
1.
Realokasi sebagian dana transfer menjadi dana
blockgrants
guna memperkuat
desentralisasi pendidikan pada APBD sesuai dengan tingkatan pemerintahan
yang di
earmarked
dengan pertimbangan:
a.
Bahwa urusan pendidikan telah menjadi kewenangan daerah sesuai azas
desentralisasi;
b.
Khusus untuk belanja pusat di pusat berdasarkan azas dekonsentrasi
dibiayai dari dan atas beban APBN sesuai dengan pasal 282 UU 23/2014;
c.
Penggunaan pendekatan transfer pusat ke daerah lebih mengedepankan
aspek sumber pembiayaan, namun belum sepenuhnya berorientasi pada
penyerahan urusan. Pada tataran implementasi, pembiayaan pendidikan
belum berbanding lurus dengan efektivitas, efisiensi dan ekonomis bagi
percepatan dan peningkatan kualitas pendidikan di daerah;
d.
Mengurangi kelemahan pada tataran implementasi baik berupa
penyusunan perencanaan anggaran di daerah (kesesuaiannya dengan
siklus
APBD),
pelaksanaan,
penatausahaan,
akuntansi,
pertanggungjawaban dan pelaporan terutama menyangkut laporan
keuangan konsolidasian atas dana transfer dari berbagai jenis belanja,
sebagai misal: dana BOS dan DAK pendidikan, utamanya konsolidasian
atas belanja modal dan keterlambatan penyaluran dan efektifitas
penyerapan yang berimplikasi menjadi SiLPA di daerah.
STRATEGI DAN SOLUSI
2. Dengan cara itu sebaliknya pemerintah (pusat)/
Kemendikbud fokus kepada penyiapan Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria (NSPK) dalam kebijakan
pendidikan (Binwastek oleh Kemendikbud).
3. Sedangkan Kementerian Dalam Negeri dapat intens
melakukan sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan
belanja transfer pusat ke daerah maupun penguatan dan
penajaman program pendidikan melalui Pedoman
Umum Penyusunan APBD yang setiap tahunnya pada
bulan April diterbitkan bersama-sama dengan K/L
terkait termasuk Kemendikbud.
4. Pembagian Peran Pusat Dan Daerah.
Pusat
fokus pada AKSES
Daerah
fokus pada KUALITAS/MUTU
STRATEGI DAN SOLUSI
AKSES
=
f
(
ketersediaan
+
keterjangkauan
)
1. Paudisasi: Peningkatan layanan PAUD yang berkualitas
2. Pemerataan Dikdas yang Berkualitas
3. Pendidikan Menengah Universal
4. Peningkatan akses PT,
termasuk pemanfaatan Daring 5. Layanan Sekolah Indonesia di
Luar Negeri dan CLC
…satuan pendidikan (tempat layanan pendidikan) yang tersedia dan merata di
semua wilayah yang ada WNI..
..layanan pendidikan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi
status sosial-ekonomi…
1. Peningkatan bantuan dan Pemanfaatan BOS
2. Peningkatan alokasi dan pemanfaatan BOPTN
3. Penyediaan Bantuan Siswa/ Mahasiswa Miskin
Penambahan dan Pemerataan
Daya Tampung Penyediaan Biaya Operasional Sekolah/PT
dan Bantuan Personal Siswa Miskin: kebijakan
kebijakan
MUTU
=
f
(
Pendidik
+
Kurikulum +
Sarana
)
1. Sertifikasi Pendidik 2. Kualifikasi Pendidik 3. SM3T
4. Pendidika Profesi Guru (PPG) dan Pelatihan berkelanjutan
5. Reformasi/penataan ulang LPTK
…Pendidik yang profesional
dan merata di semua
wilayah..
..jaminan sarana prasarana
yang memenuhi standar
nasional pendidikan …
1. Rehabilitasi ruang kelas 2. Penguatan e-edukasi 3. Penyediaan Laboratorium,
Workshop, dan Perpustakaan
Peningkatan Kualitas dan
Pemerataan Pendidik Penyediaan Sarana Prasarana Pendidikan sesuai SNP
kebijakan
1. Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013
2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan Ujian Nasional
3. Peningkatan relevansi pendidikan
Kurikulum 2013
...Implementasi
Kurikulum 2013…
1. Peningkatan Kualifikasi dosen (S2 dan S3) 2. Penguatan Kualitas dan
Relevansi Penelitian
3. Peningkatan keselarasan PT dengan dunia kerja
Peningkatan kualitas dan relevansi PT
kebijakan kebijakan
VIII. KEBIJAKAN (TRANSISIONAL)
PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN (KHUSUS
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
MENENGAH) SETELAH DITETAPKANNYA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERIKEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Kebijakan (Transisional) Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
(Khusus Pengelolaan Pendidikan Menengah)
setelah ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah terjadi beberapa perubahan mendasar terkait dengan penyelenggaraan urusan
pemerintahan di daerah :
1. Pasal 404 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyatakan bahwa serah terima
personel, pendanaan, sarana dan prasarana, serta dokumen (P3D) sebagai akibat
pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah Pusat, daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota yang diatur berdasarkan Undang-Undang ini dilakukan paling lama 2
(dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
2. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 404 diatas, siklus anggaran dalam APBN dan
APBD, serta untuk menghindari stagnasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
berakibat terhentinya pelayanan kepada masyarakat, maka penyelenggaraan urusan
pemerintahan konkuren yang bersifat pelayanan kepada masyarakat luas dan masif, yang
pelaksanaannya tidak dapat ditunda dan tidak dapat dilaksanakan tanpa dukungan P3D,
tetap dilaksanakan oleh tingkatan/susunan pemerintahan yang saat ini menyelenggarakan
urusan pemerintahan konkuren tersebut sampai dengan diserahkannya P3D.
60
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3. Urusan pemerintahan konkuren meliputi penyelenggaraan sub urusan:
a. pengelolaan pendidikan menengah;
b. pengelolaan terminal penumpang tipe A dan tipe B;
c. pelaksanaan rehabilitasi di luar kawasan hutan negara;
d. pelaksanaan perlindungan hutan di hutan lindung dan hutan
produksi;
e. pemberdayaan masyarakat di bidang kehutanan;
f. pelaksanaan penyuluhan kehutanan provinsi;
g. pelaksanaan metrologi legal berupa tera, tera ulang dan pengawasan;
h. pengelolaan
tenaga
penyuluh
KB/petugas
lapangan
KB
(PKB/PLKB);
i. pengelolaan tenaga pengawas ketenagakerjaan;
j. penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional; dan
k. penyediaan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu,
pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik belum berkembang,
daerah terpencil dan perdesaan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4. Penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren di luar urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilaksanakan oleh susunan/tingkatan
pemerintahan sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
5. Masa transisi pengalihan urusan pemerintahan dimaksud hingga Oktober
tahun 2016 sesuai batas waktu serah terima P3D yang diatur dalam pasal 404
UU No. 23/2014 sampai dapat diterbitkannya turunan berupa PP/produk
perundangan lainnya selambat-lambatnya 2 tahun terhitung sejak
diberlakukannya UU No. 23/2014.
6. Dengan demikian Kebijakan APBD TA 2015 terkait dengan urusan
pengelolaan pendidikan menengah tidak ada yang berubah (As It Is). Begitu
juga halnya dengan TA 2016.
7. Penataan/perubahan
perangkat
daerah
untuk
melaksanakan
urusan
pemerintahan konkuren hanya dapat dilakukan setelah ditetapkannya hasil
pemetaan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
8. Untuk itu Gubernur, bupati dan walikota :
Menyelesaikan secara seksama inventarisasi P3D antar tingkatan
/susunan
pemerintahan
sebagai
akibat
pengalihan
urusan
pemerintahan konkuren paling lambat tanggal 31 Maret 2016 dan
serah terima personel, sarana dan prasarana serta dokumen (P2D)
paling lambat tanggal 2 Oktober 2016.
Hasil inventarisasi P3D tersebut menjadi dokumen dan dasar
penyusunan RKPD, KUA/PPAS dan Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD Provinsi / Kabupaten/Kota TA 2017.
Gubernur, bupati/walikota segera berkoordinasi terkait dengan
pengalihan urusan pemerintahan konkuren.
Melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait yang
membidangi masing-masing urusan pemerintahan dan dapat
difasilitasi oleh Kementerian Dalam Negeri;
9.
Kesimpulan :
Prinsip penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi dan
pelaporan pada
APBD TA 2016
terkait dengan pengelolaan
pendidikan menengah tidak dikenal dengan istilah “cut off” pada
posisi 2 Oktober 2016 sebagai akibat pemberlakuan Pasal 404 UU
No. 23 Tahun 2014. Dengan argumen bahwa DAU, DAK dan Dana
Transfer Lainnya (Tunj. Profesi Guru PNSD, Tamb. Penghasilan
Guru PNSD) pada tahun dimaksud tidak dapat dilakukan
pengalihan/pemotongan begitu saja dari semula kewenangan
Kab/Kota (belanja 9 bulan) beralih kepada Pemerintah Provinsi
(belanja 3 bulan). Dimana terhadap alokasi anggaran dimaksud telah
ditetapkan dengan UU APBN maupun Perpres.
Dengan demikian beralihnya kewenangan dan penganggaran dari
Kab/Kota dalam urusan pengelolaan pendidikan menengah kepada
Provinsi berlaku
efektif terhitung sejak 1 Januari 2017
.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Rancangan Permendagri Ttg Pedoman penyusunan APBD TA 2016 terkait
dengan pengelolaan pendidikan menengah yang sedang disiapkan oleh
Menteri Dalam Negeri terbit
selambat-lambatnya April atau Mei 2015
.
Perlu dipertimbangkan oleh Kemendikbud kebijakan pendidikan menengah
yang diacu pada RPJMN 2015-2019 untuk dapat
diakomodasi
dalam
Pedoman dimaksud.
Pedoman penyusunan APBD TA 2017 terkait dengan pengelolaan
pendidikan menengah yang disiapkan oleh Menteri Dalam Negeri
selambat-lambatnya
April atau Mei 2016
sudah dalam bentuk
implementasi kebijakan alokasi anggaran pendidikan menengah yang
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi untuk TA 2017 pada APBD.
Dengan catatan bahwa daerah telah dapat menyelesaikan secara seksama
inventarisasi P3D antar tingkatan/susunan pemerintahan sebagai akibat
pengalihan urusan pemerintahan konkuren paling lambat tanggal 31 Maret
2016 dan serah terima personel, sarana dan prasarana serta dokumen (P2D)
paling lambat tanggal 2 Oktober 2016.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LAMPIRAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
I. MATRIKS PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN
NO SUB URUSAN
PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI standar nasional pendidikan.
b. Pengelolaan pendidikan tinggi
a. Pengelolaan pendidikan dasar.
b. Pengelolaan pendidikan anak usia dini dan pendidikan non-formal
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
NO
SUB
2
Kurikulum.
Penetapan kurikulum
nasional pendidikan
menengah,
pendidikan dasar,
pendidikan anak usia
dini, dan pendidikan
nonformal.
Penetapan
kurikulum muatan
lokal pendidikan
menengah dan
muatan lokal
pendidikan khusus.
Penetapan
kurikulum muatan
lokal pendidikan
dasar, pendidikan
anak usia dini, dan
pendidikan non
formal.
3
Akreditasi.
Akreditasi perguruan
tinggi, pendidikan
menengah, pendidikan
dasar, pendidikan anak
usia dini, dan
pendidikan nonformal.
---
---
Lanjutan…
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI
NO
SUB
KABUPATEN/
KOTA
formasi pendidik,
pemindahan
pendidik,dan
pengembangan
karier pendidik.
b. Pemindahan
pendidik dan tenaga
kependidikan lintas
Daerah provinsi.
Pemindahan
pendidik dan
tenaga
kependidikan lintas
Daerah
kabupaten/kota
dalam 1 (satu)
Daerah provinsi.
Pemindahan
pendidik dan tenaga
kependidikan dalam
Daerah
kabupaten/kota.
Lanjutan…
69
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT
DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5
5 Perizinan
Pendidikan.
a. Penerbitan izin perguruan tinggi swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat.
b. Penerbitan izin penyelenggaraan satuan pendidikan asing.
a. Penerbitan izin
pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh masyarakat.
b. Penerbitan izin
pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh masyarakat.
a. Penerbitan izin pendidikan dasar yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
b. Penerbitan izin pendidikan anak usia dini dan
pendidikan non formal yang
diselenggarakan oleh masyarakat
Pembinaan bahasa dan sastra yang penuturnya lintas Daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
Pembinaan bahasa dan sastra yang penuturnya dalam Daerah
kabupaten/kota.
Lanjutan…
LOGO
No Sub
Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota
1. Kebudayaa
n
a. Pengelolaan kebudayaan yang masyarakat
pelakunya lintas Daerah Provinsi.
a. Pengelolaan kebudayaan yang masyarakat pelakunya lintas Daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
a. Pengelolaan kebudayaan yang masyarakat
pelakunya dalam Daerah kabupaten/kota
b. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) komunal di bidang kebudayaan.
b. Pelestarian tradisi yang masyarakat penganutnya lintas Daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
b. Pelestarian tradisi yang masyarakat penganutnya dalam
Daerahkabupaten/kota.
c. Pelestarian tradisi yang masyarakat penganutnya lintas Daerah provinsi.
c. Pembinaan lembaga adat yang penganutnya lintas Daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi
c. Pembinaan lembaga adat yang penganutnya dalam Daerah kabupaten/kota.
d. Pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
LOGO
No Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota
2. Perfilman Nasional
Pembinaan perfilman nasional
--- ---
3. Kesenian Tradisiona
Pembinaan kesenian yang masyarakat pelakunya lintas Daerah provinsi.
Pembinaan kesenian yang masyarakat pelakunya lintas Daerah kabupaten/kota
Pembinaan kesenian yang masyarakat pelakunya dalam Daerah kabupaten/kota
4. Sejarah Pembinaan sejarah nasional Pembinaan sejarah lokal provinsi Pembinaan sejarah lokal kabupaten/kota
5. Cagar Budaya a. Registrasi nasional cagar budaya
b. Penetapan cagar budaya peringkat nasional
c. Pengelolaan cagar budaya peringkat nasional
d. Penerbitan izin membawa cagar budaya ke luar negeri
a. Penetapan cagar budaya peringkat provinsi
b. Pengelolaan cagar budaya Peringkat provinsi
c. Penerbitan izin membawa cagar budaya ke luar Daerah provinsi
a. Penetapan cagar budaya peringkat Kabupaten/Kota b. Pengelolaan cagar budaya
Peringkat Kabupaten/Kota c. Penerbitan izin membawa
cagar budaya ke luar Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi
6. Permuseuman a. Penerbitan register museum b. Pengelolaan museum
nasional
Pengelolaan museum provinsi Pengelolaan museum kabupaten/kota
gxÜ|Åt ^tá|{
gxÜ|Åt ^tá|{
LAMPIRAN
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Anggaran
Pendidikan 142.202 154.185 208.286 225.228 266.940 289.957 386.848 368.899
APBN 752.373 989.493 1.000.843 1.126.146 1.520.751 1.435.406 1.683.011 1.667.140
Rasio Anggaran Pendidikan
18,90% 15,38% 20,81% 20,00% 20,21% 20,20% 20,01% 22,13%
Total Anggaran Pendidikan 2007 sd 2014 mencapai Rp.1.992 Trilyun.
Pada tahun 2014, anggaran pendidikan sebesar Rp.368 Triliyun, terbagi
atas:
130 T belanja pemerintah pusat dan 238 T transfer daerah.
Komponen Anggaran Pendidikan Tahun 2007-2014
Sumber: Kemenkeu, 2014
12,79 T
Rasio Anggaran Urusan Pendidikan Terhadap
Total Belanja APBD Empat Tahun Terakhir
P
rovinsi Kabupaten/KotaSumber: Kemendagri, 2014
NO
ANGGARAN
TAHUN 2013
Tahun 2014
(Rp. M)
APBN (Rp. M)
APBN-P (Rp. M)
I
Total Belanja
Negara (APBN)
1.683.011,1
1.726.191,3
1.842.895,2
II
Anggaran
Pendidikan : (20%
dari APBN)
336.849,0
345.335,1
368.499,0
a Anggaran
Pendidikan Melalui
Belanja Pusat
117.776,7
Pendidikan Melalui
Transfer derah
214.072,3
Anggaran Fungsi Pendidikan Thn 2014 (UU 23/2013)
Sumber: Kemendikbud, 2014
Perbandingan Anggaran Fungsi Pendidikan Tahun 2013-2014
Sumber: Kemendikbud, 2014
DAK hanya diperuntukan pembangunan sarana dan prasarana fisik
pendidikan.
Penyerapannya sangat rendah
TAHUN ALOKASI
(jutaan Rp)
Penyerapan (jutaan Rp)
% Penyerapan
Sisa di Kas Daerah (jutaan Rp)
2010 9.334.880 4.090.159,5 43,8 5.244.720,4
2011 10.041.300 3.442.615,4 34,3 6.598.684,5
2012 10.041.300 7.709.777,9 76,8 2.331.522,1
2013 11.090.774 851.433,5 7,7 10.239.340,4
Total 40.508.254 16.093.986,3 40,65 24.414.267,4
DAK Bidang Pendidikan
DAK Bidang Pendidikan: Alokasi dan Jlh Drh Penerima 10 Tahun Terakhir
Pemerintah dan Pemda wajib beri layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat dikdas (SD/SMP) serta satuan pendidikan
lain yg sederajat. UU No.20 Tahun 2003
Ttg Sistem Pendidikan Nasional
Setiap WN berusia 7-15 tahun wajib ikut pendidikan dasar Pemerintah dan Pemda jamin wajib belajar minimal jenjang pendidikan dasar tanpa biaya.
Amanat orientasi program BOS, dari perluasan
akses menuju peningkatan kualitas. Sejak Juli 2005, berperan secara
signifikan dalam percepatan pencapaian program Wajar 9 tahun.
Peru-bahan Semula
Implementasi BOS
Meringankan beban masy thdp pembiayaan pendidikan dlm rgk WAJAR 9 Tahun yg bermutu.
UMUM
KHUSUS
Membebaskan pungutan bagi siswa SD/SDLB dan SMP/
SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah
Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan di sekolah negeri dan swasta;
Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
BOS: Tujuan dan Dasar Pelaksanaan
PERMENDAGRI
Ttg Pedoman
Pengelolaan BOS
PERMENDIKBUD
Ttg Juknis
Penggunaan &
Pertngjwbn Dana BOS
PERMENKEU
Ttg Pedoman Umum
Menteri Keuangan
Rekening Kas Umum Negara
Rekening Kas Umum Daerah Provinsi
sudah ditetapkan
belum ditetapkan
Menetapkan Pergub sebagai dasar pengeluaran BOS
penandatanganan NPHD BOS
APBD
Rekening Satuan Pendidikan Dasar
Menteri Keuangan
Rekening Kas Umum Negara
Rekening Kas Umum Daerah Provinsi
Rekening Satuan Pendidikan Dasar
Triwulan I
Plg lambat 14 hari kerja stlh Permenkeu diundangkan
Triwulan II Plg lambat 7 hari kerja
pada awal April
Triwulan III Plg lambat 7 hari kerja
pada awal Juli
Triwulan IV Plg lambat 7 hari kerja
pada awal Oktober
7 hari kerja setelah BOS diterima di Kas Umum Daerah
Apabila menghasilkan aset tetap Kasat. Dikdas negeri melaporkan ke bupati/walikota melalui kepala SKPD pendidikan kab/kota;
Kasat. Dikdas bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan hibah yang diterimanya.
Daerah Tidak Terpencil Daerah Terpencil
Semester I
Paling lambat 14 hari kerja stlh Permenkeu
diundangkan
Semester II
Paling lambat 7 hari kerja pada awal Juli
Tunjangan Profesi Guru (TPG)
TPG
Tunjangan yang diberikan kepada guru dan guru yang
diangkat dalam jabatan pengawas yang telah memiliki
sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya
Guru: Guru PNS dan Guru bukan PNS yang diangkat oleh pemerintah daerah atau yayasan/masyarakat penyelenggara
pendidikan baik yang mengajar di sekolah negeri maupun sekolah swasta
NRG.
TPG dibayarkan paling byk 12 bulan/thn. TPG diberikan kepada guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas terhitung mulai awal TA berikut setelah ybs
dinyatakan lulus sertifikasi dan memperoleh NRG.
1. Masih aktif mengajar dibawah binaan Kemendikbud kecuali guru agama;
2. Diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan dengan ketentuan:
bagi pengawas selain dari guru yg diangkat sblm PP 74 /2008 ttg Guru, atau
bagi pengawas selain dari guru yg diangkat setelah PP 74 /2008 ttg Guru harus pernah memiliki pengalaman formal sebagai guru.
3. Guru bukan PNS pada sekolah swasta yg memiliki SK sebagai guru tetap dari
penyelenggara pendidikan (guru tetap yayasan), sedangkan Guru Bukan PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK dari Bupati/Walikota atau dinas pendidikan provinsi/
kabupaten/kota;
4. Belum memasuki usia 60 tahun;
5. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).