• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEWENANGAN PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KEWENANGAN PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG YANG DIKAITKAN DENGAN RAHASIA

BANK

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

YESNITA GRACETRE SITOMPUL

070200020

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

KETUA DEPARTEMEN

DR.MUHAMMAD HAMDAN,S.H.,M.H NIP:195703261986011001

PEMBIMBING

Dr.Mahmud Mulyadi,S.H.,M.Hum

(2)

KEWENANGAN PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG YANG DIKAITKAN DENGAN RAHASIA

BANK

OLEH :

YESNITA GRACE TRE SITOMPUL NIM : 070200020

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

KEWENANGAN PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG YANG DIKAITKAN DENGAN RAHASIA BANK

Tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana yang timbul seiring perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memanfaatkan sistem keuangan termasuk sistem perbankan untuk menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul dana hasil tindak pidana pencucian uang. Disatu sisi kerahasiaan bank dalam melindungi nasabahnya ,dianggap merupakan faktor yang dapat proses penyidikan yang dilakukan penyidik terhadap tindak pidana pencucian uang.

Penulisan skripsi ini membahas beberapa permasalahan yaitu bagaimana pengaturan rahasia bank di Indonesia dalam peraturan perundang-undangan,bagaimana kewenangan penyidik dalam tindak pidana pencucian uang di Indonesia dan kerjasama internasional antara penyidik Indonesia dengan lembaga penyedia jasa keuangan negara lain,kemudian badan-badan apa saja yang berwenang dalam tindak pidana pencucian uang. Dalam mengkaji permasalahan tersebut menggunakan teknik pengumpulan dan penelitian kepustakaan dan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif.

Dalam Pencucian uang terdapat pihak-pihak yang sangat berperan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana tersebut,bukan hanya Kepolisian melainkan pihal Kejaksaaan,KPK,BNN dan Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sangat diperlukan dalam memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang. Beserta masih adanya Konvensi maupun Treaty kerjasama internasional yang belum diratifikasi terkait dengan pencucian uang maka kerjasama internasional di bidang kejahatan lintas negara khususnya pencucian uang. .

(4)

BAB I

Latar Belakang

Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang komunikasi telah menyebabkan terintegrasinya sistem keuangan termasuk sistem perbankan yang menawarkan mekanisme lalu lintas antar negara yang dapat dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Keadaan ini disamping mempunyai dampak positif juga membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu dengan semakin meningkatnya tindak pidana berskala nasional maupun internasioanal dengan memanfaatkan sistem keuangan , termasuk sistem perbankan untuk menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul dana hasil tindak pidana (money laundry).

Sistem kerahasiaan bank yang dianut suatu negara salah satu faktor untuk melakukan pencucian uang. Semakin ketat sistem kerahasiaan perbankan suatu negara maka semakin sering dipergunakan sebagai sarana melakukan pencucian uang. Swiss dan Austria tergolong menerapkan ketentuan perbankan secara ketat. Tidak heran penyimpanan dari banyak negara termasuk negarawan korup menggunakan jasa bank kedua bank tersebut sebagai tempat persembunyian uang kotornya.

Salah satu faktor pendukung kepercayaan nasabah pada bank adalah ketentuan rahasia bank,yaitu ketentuan mengatur kerahasiaan data keuangan nasabah. Dasar hukum ketentuan bank diatur dalam undang-undang no.7 tahun 1992 tentang perbankan yang diubah dengan undang- undang no.10 tahun 1998. Ketentuan rahasia bank diatur dalam bab vii dan bab viii pasal 40, pasal 45 , pasal 47 dan pasal 47a undang-undang no.10 tahun 1998.

(5)

kerahasiaan bank sehingga menciptakan sistem pengawasan yang baik sesuai dengan kemampuan bank bersangkutan.1

Rahasia bank adalah seluruh data dan informasi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari orang dan badan yang diketahui bank karena kegiatan usahanya.

Masyarakat akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila dari bank ada jaminan,bahwa pengetahuna bank tentang simpanan dan keuangan nasabah tidak akan disalah gunakan. Dengan ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus memegang teguh rahasia bank. Namun disisi lain ketentuan rahasia bank menimbulkan benturan kepentingan misalnya berkaitan dengan pemberantasan kriminal seperti kejahatan pencucian uang (money laundry).

Sehubungan dalam rangka penegakan hukum sesuai dengan sistem peradilan pidana terpadu, kepolisian republik Indonesia bertugas melakukan penyidikan yang dilaksanakan oleh penyidik/ penyidik pembantu pada fungsi intelijen dalam bidang keamanan maupun fungsi operasional kepolisian Republik Indonesia lainnya yang diberi wewenang melakukan penyidikan serta melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap pejabat pegawai negeri sipil. Pasal 74 UU No.8 tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang berbunyi “ Penyidikan tindak pidana pencucian uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan perundangan kecuali ketentuan lain menurut undang-undang ini”.

Berkenaan dengan tugas penyidikan,polisi harus memperoleh alat bukti alat bukti yang akan diajukan pada jaksa untuk selanjutnya diungkapkan di persidangan dan untuk perkara penncucian uang bukan hal mudah apalagi harus dikaitkan dengan kejahatan asalnya. Polisi harus menemukan fakta untuk

1

(6)

dibuktikan jaksa yang meliputi unsur subjektif dan unsur objektif. Kedua unsur tersebut berkaitan dengan unsur terdakwa “mengetahui bahwa dana tersebut berasal dari hasil kejahatan” dan “terdakwa mengetahui tentang atau maksud untuk untuk melakukan transaksi”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah:

a. Bagaimana pengaturan rahasia bank di Indonesia dalam peraturan Perundang-undangan Indonesia

b. Badan-badan Penyidik apa saja yang berwenang dalam Tindak Pidana Pencucian Uang

c. Bagaimana kewenangan penyidik dalam tindak pidana pencucian uang di Indonesia dan bentuk kerjasama internasional antara penyidik Indonesia dengan Lembaga Penyedia Jasa Keuangan di Negara lain

Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah:

1. Mengetahui pengaturan rahasia bank dalam sistem hukum perbankan nasional.

2. Mengetahui Badan-badan Penyidik apa saja yang berwenang dalam Tindak Pidana Pencucian Uang

(7)

BAB II

Pengaturan Rahasia Perbankan di Indonesia

1.Undang-Undang No.6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia

Peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia adalah sebagai Pengawas dan Pembina bagi Bank-bank lain untuk meningkatkan keyakinan dari setiap orang yang mempunyai kepentingan dengan bank, mengenai pengawasan dan pembinaan diatur dalam Undang No.23 tahun 1999 jo. Undang-undang No.3 Tahun 2004 jo.Undang-Undang-undang No.6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia,dalam hal pengawasan Bank Sentral melakukannya secara langsung maupun tidak langsung ,menurut undang-undang Bank Indonesia yang dimadsud dengan pengawasan langsung adalah dalam bentuk pemeriksaan yang disertai dengan tindakan perbaikan. Sedangkan yang dimadsud dengan pengawasan tidak langsung terutama dalam bagian penjelasan dari ketentuan Pasal 29 ayat (1),(2),dan (3) diatas,di kemukakan bahwa yang dimadsud dengan pembinaan dalam ayat (1) adalah upaya-upaya yang dilakukan dengan cara menetapkan peraturan yang menyangkut aspek kelembagaan ,kepemilikan ,kepengurusan,kegiatan usaha,pelaporan serta aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan operasional bank. Informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian nasabah dimadsudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan kondisi bank menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjadi adanya transparansi dalam dunia perbankan . Informasi tersebut dapat memuat keadaan bank,termasuk kecukupan modal dan kualitas aset. Sedangkan dalam penjelasan dari ketentuan pasal 29 ayat (5) dikemukakan bahwa pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia anatara lain:

1.Ruang lingkup pembinaan dan pengawasan; 2.Kriteria penilaian tingkat kesehatan;

(8)

4.Pedoman pemberian informasi kepada nasabah.

Berdasarkan ketentuan diatas dapat dikemukakan bahwa kewajiban penyampaian keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu bank Kepada Bank Indonesia diperlukan mengingat keterangan tersebut dibutuhkan untuk memantau keadaan suatu bank dalam rangka melindungi dana masyarakat menjaga keberadaan lembaga perbankan, serta menemukan informasi mengenai adanya penyimpangan yang berindikasi terjadinya tindak pidana,khususnya mengenai tinda pidana pencucian uang. Walaupun informasi tersebut bersifat rahasia, Bank Indonesia menurut pasal 42 ayat (1) undang-undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan menentukan bahwa: “Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana,Pimpinan Bank Indonesiadapat memberikan ijin kepada polisi,jaksa,atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank”

Jelaslah disini bahwa Bank Indonesia sebagai Bank sentral diantara bank-bank lainnya mempunyai kewenangan untuk memberikan informasi kepada pihak penyidik apabila berkaitan mengenai adanya tindak pidana yang menyangkut bidang Perbankan. Walaupun kerahasiaan bank adalah suatu hal yang penting sekali dalam hal menjaga kerahasiaan dari orang-orang yang mepercayakan uangnya kepada bank.

2. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

(9)

Berdasarkan ketentuan diatas,dapat dikemukakan bahwa makna yang terkandung didalam pengertian rahasia bank adalah larangan-larangan bagi perbankan untuk memberi keterangan atau informasi kepada siapa pun juga mengenai keadaan keuangan dan hal-hal lainnya, untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan dari bank itu sendiri. Selanjutnya ketentuan pasal 1 angka 16 tersebut diubah menjadi pasal 1 angka 28 UU No. 10 tahun 1998,yang mengemukakan bahwa yang dimadsud dengan yrahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Sedangkan pasal 40 ayat (1) UU No.10 tahun 1998,yang mengemukakan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,kecuali dalam hal sebagaimana dimadsud dalam pasal 41,41A,pasal 42,pasal 43,pasal 44 dan pasal 44 A.

Berdasarkan ketentuan diatas,menunjukkan bahwa pengertian dan ruang lingkup mengenai rahasia bank yang diatur dalam UU No.10 tahun 1992 dan UU No.10 tahun 1998 adalah berbeda. Dalam UU No. 7 tahun 1992 ketentuan rahsia bank lebih luas,karena berlaku bagi setiap nasabah dengan tidak membedakan antara nasabah penyimpan dan nasabah peminjam. Sedangkan ketentuan rahasia bank yang ditentukan dalam UU No. 10 tahun 1998 lebih sempit karena hanya berlaku bagi nasabah penyimpan dan simpanannya saja.

3.Undang-Undang 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Hubungan antara bank dengan nasabahnya tidaklah sebatas hubungan kontraktual biasa,tapi dalam hubungan tersebut terdapata pula kewajiban bagi bank untuk tidak membuka rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain manapun kecuali jika ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku2

Menurut pasal 1 angka 14 Undang-Undang Perbankan Syariah, yang dimadsud dengan rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan megenai nasabah penyimpan dan simpanannya serta nasabah investor dan

2

(10)

investasinya. Dari pengertian yang diberikan pasal 1 ayat 14 dan pasal lainnya,dapat ditarik unsur-unsur dari rahasia bank itu sendiri antara lain:

1. Rahasia Bank tersebut dengan keterangan mengenai nasabah penyimpasn dan simpanannya

2. Hal tersebut wajib dirahasiakan oleh bank,kecuali termasuk ke dalam kategori berdasarkan prosedur peraturan, peraturan perundang-undangan dan yang berlaku

3. Pihak yang dilarang membuka rahasia bank adalah bank itu sendiri dan/atau pihak terafiliasi3.yang dimadsaud pihak terafiliasi antara lain:

a. Komisaris,Direksi,atau Kuasanya,Pejabat,dan Karyawan Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS b. Pihak yang memberikan jasanya kepada bank syariah atau

UUS,antara lain Dewan Pengawas Syariah,Akuntan Publik,Penilai,Konsultan Hukum; dan atau

c. Pihak yang menurut penilaian bank Indonesia serta mempengaruhi pengelolaan bank syariah atau UUS,baik langsung maupun tidak langsung ,antara lain pengendali bank,pemegang saham dan keluarganya,keluarga komisaris dan keluarga direksi.

Beberapa pengaturan mengenai rahasia bank dalam UU Perbankan Syariah yang agak berlainan dengan UU Perbankan konvensional, antara lain:

1) Tidak diaturnya pengecualian rahasia bank untuk kepentingan piutang yang sudah diserahkan kepada BUPLN/PUPN, seperti halnya yang diatur dalam UU Perbankan konvensional. Dengandemikian pengecualian rahasia bank yang dapat dimintakan izinnya ke BI terbatas hanyauntuk kepentingan perpajakan, dan kepentingan peradilanndalam perkara pidana.

3

(11)

Disamping itu terdapat pengecualian lainnya yang tidak memerlukan izin dari BI, yaitu dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, dan atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah, serta bagi ahli waris yang sah dalam hal nasabah telah meninggal dunia.

2) Pengaturan mengenai penyidik diperluas, tidak hanya terbatas pada jaksa atau polisi, tetapi berlaku juga bagi penyidik lain yang diberi wewenang berdasarkan UU (Pasal 43).Dengan demikian para penyidik di luar polisi atau jaksa dapat meminta keterangan mengenai rahasia bank, namun permintaan tersebut tetap diajukan oleh pimpinan instansi/departemen atau setingkat menteri. Hal tersebut menunjukkan sikap masih dipertahankannya sifat kerahasiaan bank, walaupun diperluas kepada penyidik diluar polisi atau jaksa, tetapi hanya tingkat pimpinan instansi/departemen yang dapat mengajukan permintaan izin dimaksud.

4.Peraturan Bank Indonesia nomor 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Ijin Tertulis Membuka Rahasia Bank

Ketentuan mengenai rahasia bank diatur dalam UU Perbankan dan kemudian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Ijin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Berdasarkan ketentuan tersebut ,pada prinsipnya setiap bank dan afiliasinya wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Sedangkan keterangan mengenai nasabah selain sebagai nasabah penyimpan, tidak wajib dirahasiakan.

(12)
(13)

BAB III

BADAN-BADAN PENYIDIK YANG BERWENANG DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

A.Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia

Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), salah satu institusi yang diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia. Selain dalam KUHAP, kewenangan polisi sebagai penyelidik dan penyidik untuk mengungkap tindak pidana, ditegaskan kembali dalam Pasal 1 angka 8 dan 9, dan Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang- Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan: melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

B. Peran Kejaksaan dalam Kepentingan Penuntutan

Bahwa kewenangan melakukan penyelidikan terhadap atau untuk Tindak Pidana,bagi Penyidik Kejaksaan didasarkan pada Pasal 30 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Selanjutnya dasar hukum untuk melaksanakan Penyidikan untuk Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari Tindak Pidana yang penyidikannya ditangani oleh Penyidik Kejaksaan merujuk pada Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia dan selebihnya mengacu pada KUHAP.

Penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan di sidang peradilan serta pelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap terhadap tindak pidana sebagaimana yang dimadsud dalam Undang-Undang ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.4

4

Pasal 68 Undang-Undang RI No. 8 t ahun 2010 Tent ang Pencegahan dan

(14)

C. Peran Komisi Pemberantasan Korupsi

Bahwa kewenangan melakukan penyelidikan terhadap atau untuk Tindak Pidana Korupsi,bgi penyidik KPK didasarkan pada pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tenyang Komisi Pemberantasan Korupsi. Selanjutnya dasar hukum untuk melaksanakan Penyidikan untuk Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari tindak pidana korupsi yang penyidikannya ditangani oleh Penyidik KPK merujuk pada Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantsan Tindak Pidana Korupsi dan selebihnya mengacu pada KUHAP.

Penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan serta pelaksanaan putusan yang telah mempperoleh kekuatan hukum tetap terhadap Tindak Pidana sebagaimana dimadsud dalam undang-undang ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

D. Peran Badan Narkotika Nasional

Bahwa kewenangan melakukan penyelidikan terhadap atau untuk tindak pidana narkotika,bagi penyidik BNN didasarkan pada pasal 71 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Selanjutnya dasar hukum untuk melaksanakan Penyidikan untuk Tindak Pidana Pencucian Uang yang bersal dari Tindak Pidana Narkotika yang Penyidikannya ditangani oleh Penyidik BNN merujuk pada undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan selebihnya mengacu pada KUHAP.

E. Peran Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Pasal 74 UU PPTPPU menyebutkan bahwa penyidikan TPPU dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari pasal ini dapat dipahami bahwa penyidikan TPPU yang tindak pidana asalnya adalah tindak pidana perpajakan menjadi kewenangan dari

(15)
(16)

BAB IV

KEWENANGAN PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

A. Wewenang dan Kewajiban Penyidik dalam KUHAP

Proses penyelesaian suatu perkara pidana berdasarkan KUHAP dibagi ke dalam4 (empat) tahap yaitu:5

1. Penyelidikan 2. Penangkapan 3. Penahanan

4. Pemeriksaan di muka sidang pengadilan.

Wewenang dan kewajiban penyelidik diatur dalam Pasal 5 KUHAP yang berbunyi:

a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana

2) Mencari keterangan dan barang bukti

3) Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa identitas tanda pengenal diri.

4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan , penyitaan.

2) Pemeriksaan dan penyitaan surat

5

(17)

3) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

4) Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri sipil tertentu yang diberi kewenangan Khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

B .Tugas dan Fungsi Penyidik dalam Tindak Pidana Khusus

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Penyidik harus melakukan proses hukum yang dimulai dari menerima hasil analisis dari PPATK, penyidik kepolisian selanjutnya melakukan penyelidikan dan penyidikan. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana pencucian uang dengan mendasarkan pada Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana seperti proses penanganan tindak pidana lainnya, kecuali yang secara khusus diatur dalam UU TPPU. Ketentuan-ketentuan khusus ini tentu memberikan keuntungan atau kemudahan bagi penyidik, yaitu

1. Dari hasil analisis PPATK yang bersumber dari berbagai laporan atau informasi, seperti LTKM, LTKT dan laporan pembawaan uang tunai ke dalam atau ke luar wilayah RI, akan sangat membantu penegak hukum dalam mendeteksi upaya penjahat untuk menyembunyikan atau menyamarkan uang atau harta yang merupakan hasil tindak pidana korupsi pada sistem keuangan atau perbankan. Hal ini karena hasil analisis tersebut merupakan filter dari seluruh laporan-laporan yang ada dan memberikan informasi mengenai indikasi hasil tindak pidana, perbuatan pidana, dan pelaku serta jaringan pidana yang terkait.

(18)

hartanya termasuk keluarganya. 3. Adanya pembuktian terbalik, yaitu terdakwa di

sidang pengadilan wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana. (Pasal 35 UU TPPU). 4.Dalam penyidikan, dapat memanfaatkan FIU/PPATK untuk memperoleh keterangan dari FIU negara lain atau memanfaatkan data base dan hasil analisis yang dimiliki FIU/PPATK.Di samping ketentuan yang telah diuraikan di atas, pasal 30 sampai dengan 38 UU TPPU secara khusus telah mengatur proses hukum tindak pidana pencucian uang sejak penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Ketentuan mengenai hukum acara (proses hukum) tersebut sengaja dibuat secara khusus karena tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana baru yang memiliki kharakteristik tersendiri dibandingkan dengan tindak pidana pada umumnya.

C. Tugas dan Wewenang Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

PPATK saat ini bertugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Kewenangan PPATK juga diperluas, antara lain dengan ditambahkan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang terindikasi tindak pidana pencucian uang. Kewenangan PPATK diatur dalam pasal 39 sampai dengan pasal 46 Undang-Undang 8 Tahun 2010, sedangkan fungsi PPATK diatur pada pasal Pasal 40 yang berbunyi sebagai berikut :

a) Pencegahan dan pemberantasan tidak pidana pencucian uang b) Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK c) Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor dan,

(19)

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 UU PPTPPU tersebut, PPATK mempunyai wewenang sebagaimana yang diuraikan dibawah ini :

1. meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu;

2. menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan; 3. mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang

dengan instansi terkait;

4. memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang;

5. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;

6. menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencucian uang; dan menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

(2) Penyampaian data dan informasi oleh instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta kepada PPATK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan.

(20)
(21)

BAB V

KESIMPULAN

A.Kesimpulan

1) Pengaturan rahasia bank dalam sistem hukum perbankan nasional masih perlu disempurnakan,walaupun didalam pasal 1 angka (28) Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998,telah dikatakan Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,namun kurang memberikan kepastian hukum bagi pihak-pihak terkait. Ketidakpastian ini menimbulkan inefisiensi. Terhadap Bank Indonesia adalah Pihak yang tidak termasuk ke dalam pengecualian untuk dapat memperoleh informasi dari bank mengenai keadaanp keuangan nasabah-nasabah bank tersebut, hanya ditafsirkan secara gramatikal. Mengingat bahwa tujuan dari ketentuan Pasal 30 tersebut adalah agar Bank Indonesia dapat menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan bank sebagaimana mestinya, maka sudah barang tentu segala keterangan dan penjelasan serta pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada dibank harus dapat diakses secara bebas oleh Bank Indonesia.

(22)
(23)

DAFTAR PUSTAKA

Atmasasmita,Romli. Bunga Rampai Hukum Acara Pidana, Cet.-1, (Bandung: Binacipta,1983).

Sutedi,Adrian.Tindak Pidana Pencucian Uang, (Bandung:PT.Citra Aditya Bakti, 2008)

---, Hukum dan Perbankan suatu tinjauan Pencucian Uang,merger,likuidasi dan kepailitan,(Jakarta:Sinar Grafika,2008)

Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pemeriksaan mutu bahan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap dan didukung oleh perkembangan Teknologi Daur Ulang sekarang ini, maka

Berdasarkan ketentuan Pasal 105 huruf a ditegaskan yang pada intinya adalah pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun, maka hak

50 Cita-cita ini yang akan tergerus diganti dengan cita-cita ideologi yang lain (FPI). Kedua, dampak sosiologis merupakan proses perubahan pola prilaku, interaksi

Hasil evaluasi kuantitas penggunaan antibiotik pada pengobatan pasien demam tifoid di Instalasi rawat inap RSUD Kraton Pekalongan tahun 2019 yaitu antibiotik yang sering

Batas deteksi adalah konsentrasi analit paling kecil yang terdapat dalam sampel yang masih dapat diukur yang ditunjukkan oleh nilai absorbansi yang lebih besar dari pada

ternak yang paling banyak 2000 ekor burung puyuh menghasilkan telur sebanyak 80 kardus dalam satu kali panen, harga telur yang dibeli bakul Rp. Sedangkan ternak yang

BPR dan BPRS harus memiliki kebijakan dan prosedur perencanaan kapasitas untuk dapat memastikan bahwa perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan BPR atau BPRS

Pembelajaran Pertemuan Ketiga (120 Menit).. Materi pokok pertemuan ketiga membahas tentang jaminan perlindungan hak dan kewajiban asasi manusia dalam UUD Negara Republik