• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PENELITIAN

KAJIAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI

DI KABUPATEN TANAH LAUT

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh :

Ketua : Dr. Sarbaini, M.Pd Anggota : Suwoto, M.Pd Dana Saputra, S.Pd

KERJASAMA

PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PEENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DENGAN

(2)
(3)

3 KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, atas Berkah, Rahmat, Nikmat, dan KaruniaNyalah, penulisan Laporan Penelitian tentang Kajian Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan, telah dapat diselesaikan. Shalawat dan Salam, semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Laporan penelitian ini memuat tentan hasil kajian tentang Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu

a. Peringkat tertinggi capaian indikator SPM SMPN Kabupaten Tanah Laut adalah pemenuhan kualifikasi guru S1/D-IV, menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kualifikasi kepala sekolah S1/D-IV dan bersertifikat pendidik, dan sekolah mempunyai rencana kerja tahunan (97.83%).

b. Kesenjangan yang paling tinggi antara standar dengan capaian indikator SPM SMPN Kabupaten Tanah Laut sekitar 100% harus dipenuhi adalah pada setiap SMPN adalah jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh pemerintah yang disediakan oleh sekolah; jumlah guru untuk setiap mata pelajaran atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik; dan kebutuhan ruang kelas, meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel

c. Kebijakan yang diprogramkan dalam RKPD untuk mendukung tercapainya layanan prima pendidikan dasar pada satuan pendidikan SMP Negeri di Kabupaten Tanah Laut hendaknya berbasis pada sumber masalah dan dimensi permasalahan yang ditemui dalam pemenuhan SMP SMP Negeri Kabupaten Tanah Laut.

Akhirul kalam, mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pencapaian SPM SMP Negeri di tahun-tahun berikut. Segala kelebihan hanya milik Allah SWT semata, segala kekurangan, dan masukan akan membuat kami lebih belajar dan mempelajarinya kembali, untuk penyempurnaan naskah ini secara akademis.

Pelaihari, 20 Nopember 2015 Ketua,

(4)

4

A. Standar Pelayanan Minimal (SPM) ... 9

B. SPM Pendidikan Dasar ... 10

C. Penerapan SPM Pendidikan Dasar ... 17

D. Penelitian tentang Penerapan SPM Pendidikan Dasar ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A.Populasi dan Sampel ... 31

B. Teknik Pengumpulan Data ... 32

C. Teknis Analisis ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

(5)

5 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mutu dari suatu bangsa, salah satunya adalah tercemin dari mutu pendidikan yang dicapai oleh bangsa tersebut. Mutu pendidikan dari bangsa tersebut juga merefleksikan kecerdasan kehidupan dari bangsa itu. Hal sesuai dengan pengertian mutu pendidikan menurut Permendiknas No.63 tahun 2009, pasal 1, bahwa mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa, yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional.

Tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Permendiknas Nomor 63 tahun 2009 adalah mengacu pada mutu kehidupan manusia dan bangsa Indonesia yang komprehensif dan seimbang yang mencakup sekurang-kurangnya: a. mutu keimanan, ketakwaan, akhlak, budi pekerti, dan kepribadian; b. kompetensi intelektual, estetik, psikomotorik, kinestetik, vokasional, serta kompetensi kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat, potensi, dan minat masing-masing; c. muatan dan tingkat kecanggihan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang mewarnai dan memfasilitasi kehidupan; d. kreativitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan; e. tingkat kemandirian serta daya saing, dan f. kemampuan untuk menjamin keberlanjutan diri dan lingkungannya

(6)

6 oleh satuan atau program pendidikan ditujukan untuk memenuhi tiga tingkatan acuan mutu, yaitu: a. Standar Pelayanan Minimal (SPM); b. Sandar Nasional Pendidikan (SNP) ; dan c. Standar mutu pendidikan di atas SNP.

Standar Pelayanan Minimal bidang pendidikan (SPM) adalah jenis dan tingkat pelayanan pendidikan minimal yang harus disediakan oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan demikian Standar Pelayanan Minimal berlaku untuk: a. satuan atau program pendidikan; b. penyelenggara satuan atau program pendidikan; c. pemerintah kabupaten atau kota; dan d. pemerintah provinsi.

(7)

7 provinsi dipenuhi oleh pemerintah provinsi dalam waktu paling lama 5 (lima) tahun sejak ditetapkannya SPM yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan pemenuhan SPM untuk para penyelenggara, baik oleh penyelenggaran satuan atau progam pendidikan, pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi adalah menjadi tanggung jawab: baik dari satuan atau program pendidikan formal atau nonformal, para penyelenggara satuan atau program pendidikan formal atau nonformal, pihak pemerintah kabupaten atau kota maupun pihak pemerintah provinsi.

Demi menjaga mutu pendidikan tetap terkendali, maka dilakukan kegiatan penjaminan mutu pendidikan, salah satunya yang berkaitan dengan SPM adalah melakukan penetapan SPM. Dalam hal ini , Menteri menetapkan SPM yang berlaku bagi satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, dan pemerintah provinsi. Selain itu Menteri juga memetakan secara nasional pemenuhan SPM oleh satuan pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, dan pemerintah provinsi yang menyangkut satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(8)

8 Eropa sebesar Rp 600 miliar. Hasil survei di 12.980 sekolah/madrasah (dari total 55.769 SD/MI/SMPN/MTs) dilakukan pada April-Mei 2014 oleh pengawas sekolah dipublikasikan pada Kamis (11/12), di Jakarta (kompas.com, 13 Des 2014)

Hasil survei menunjukkan, antara lain, hanya 27 persen SMPN/MTs dari jumlah sekolah yang disurvei memiliki guru untuk setiap mata pelajaran. Hanya 22 persen SMPN/MTs memiliki guru berkualifikasi S-1/D-4 dan bersertifikat pendidik masing-masing 1 orang untuk Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn.

Survei MSS-CDP dilakukan di 110 kabupaten/kota di 16 provinsi yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku, Papua dan Papua Barat. Pengukuran dilakukan pada 12.980 sekolah atau madrasah dari total 55.769 SD, MI, SMPN atau MTs yang disurvei secara langsung oleh pengawas sekolah dengan menggunakan instrumen SPM. Survei dilakukan pada April hingga Mei 2014. Berdasarkan hasil survei Minimum Service Standars Capacity Development Program (MSS-CDP), pemenuhan fasilitas belajar yang meliputi kebutuhan ruang kelas, meja-kursi dan papan tulis di SD seluruh Indonesia hanya mencapai 26 persen. Sementara, di SMPN pemenuhan fasilitas belajar tersebut baru mencapai 44 persen. Persentase peserta didik yang memiliki paket buku teks seluruh mata pelajaran yang disediakan sekolah, untuk SD, hanya tercatat mencapai 24 persen dan untuk SMPN hanya mencapai angka 8 persen (CNN Indonesia, 12-12-2014).

(9)

9 nasional. Arah kebijakan pembangunan daerah harus mengacu kepada SPM yang telah ditetapkan dan beberapa prioritas lainnya. Untuk itu maka dalam Permendagri No. 27 tahun 2014 telah ditegaskan, bahwa gubernur, bupati/walikota harus menggunakan indikator dan target SPM yang telah ditetapkan dalam menyusun RKPD tahun 2016. Indikator SPM menjadi acuan dalam menyusun rencana kegiatan atas setiap jenis pelayanan dasar kepada masyarakat.

Di wilayah pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, kegiatan penyusunan data SPM untuk 15(lima belas) bidang sudah dilakukan sejak tahun 2010. Sementara itu untuk SPM bidang pendidikan dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel: 1

Capaian SPM Bidang Pendidikan Kabupaten/Kota Tahun 2010-2013 di Provinsi Kalimantan Selatan

No Kabupaten/Kota

Rerata Capaian Indikator SPM 2010 2011 2012 2013

1 Tanah Laut*) - - - -

2 Kotabaru 86.76 86.76 86.76 -

3 Banjar 71.85 74.95 77.01 53,78

4 Barito Kuala 55.48 54.02 59.61 47,79

5 Tapin*) - - - -

6 Hulu Sungai Selatan - - - 55,63

7 Hulu Sungai Tengah - - - 61,95

8 Hulu Sungai Utara 40.86 29.86 43.23 60,38

9 Tabalong 91.63 88.20 92.28 -

10 Tanah Bumbu 69.32 74.95 78.46 -

(10)

10 12 Kota Banjarmasin 87.79 88.36 89.15 61,38

13 Kota Banjarbaru 52.30 52.29 52.83 63,638 Kalimantan Selatan 47.94 47.57 58.40 57,79 Sumber: Biro Kesejahteraan Pemprov Kalimantan Selatan, 2013.

Dari tabel ini tampak, bahwa Kabupaten Tanah Laut tidak memiliki data capaian indikator SPM bidang pendidikan untuk tahun 2010, 2011, dan 2012. Sementara untuk tahun 2013 dan selanjutnya belum diperoleh informasi. Ketiadaan data capaian indikator SPM bidang pendidikan membawa implikasi lanjut tidak valid dan reliabelnya kegiatan penyusunan RKPD Kabupaten Tanah Laut, berhubung program dan kegiatan disusun tidak berdasarkan data yang akurat. Oleh sebab itu implementasi SPM di satuan pendidikan SMPN perlu dilakukan pengkajian, yang hasilnya dapat digunakan untuk penyusunan data base line, juga untuk pemetaan kinerja pencapaian SPM satuan pendidikan SMPN di tahun 2016 dan seterusnya memiliki peranan dan fungsi yang sangat vital untuk mendukung layaknya perencanaan dan program pembangunan bidang pendidikan khususnya dalam merencanakan layanan pendidikan di satuan pendidikan SMPN.

B. Rumusan Masalah

(11)

11 1. Bagaimanakah capaian indikator SPM satuan pendidikan SMPN di Kabupaten

Tanah Laut pada tahun 2015?

2. Bagaimanakah gambaran kesenjangan capaian indikator SPM satuan pendidikan SMPN di Kabupaten Tanah Laut yang menjadi kewajiban dari pemerintah daerah untuk memenuhi targetnya ?

3. Kebijakan apa saja yang harus diprogramkan dalam RKPD untuk mendukung tercapainya layanan prima pendidikan dasar pada satuan pendidikan SMPN di Kabupaten Tanah Laut ?

C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini memiliki tujuan:

1. Menganalisis capaian indikator SPM satuan pendidikan SMPN di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2015 sehingga dapat menjadi data base line sekaligus pemetaan kinerja pencapaian SMPN.

2. Mendeskripsikan gambaran kesenjangan capaian indikator SPM satuan pendidikan SMPN di Kabupaten Tanah Laut yang menjadi kewajiban dari pemerintah daerah untuk memenuhi targetnya.

3. Merumuskan kebijakan yang relevan untuk diprogramkan dalam RKPD untuk mendukung tercapainya layanan prima pendidikan dasar pada satuan pendidikan SMPN di Kabupaten Tanah Laut .

D. Manfaat Peneliti

Manfaat dari penelitian ini adalah:

(12)

12 menyusun RKPD yang berbasis pada SPM khususnya layanan bagi satuan pendidikan SMPN.

2. Bagi Kepala Daerah Kabupaten Tanah Laut, hasil penelitian ini merupakan bahan masukan dalam merumuskan kebijakan untuk upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pemenuhan target capaian SPM bidang Pendidikan Dasar, terutama satuan pendidikan SMPN.

3. Bagi para pengelola dan penyelenggara pendidikan, hasil penelitian ini merupakan informasi ke arah implementasi program layanan pendidikan yang tepat arah dan tepat sasaran di satuan pendidikan satuan pendidikan atau sekolah

(13)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah secara jelas mendelegasikan kewenangan penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Ketentuan lebih rinci mengenai pembagian kewenangan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, urusan pendidikan merupakan salah satu pelayanan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan wajib yang didesentralisasikan perlu diatur dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Aturan lebih rinci mengenai SPM ini telah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

(14)

14 pemerintah kabupaten atau kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009, pasal 1). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010, Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar atau SPM Pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota

Dapat dikemukakan bahwa SPM adalah berkaitan fungsi dan peran sebagai (a) ketentuan mengenai jenis dan mutu layanan pendidikan yang disediakan oleh Kabupaten/Kota dan Sekolah/Madrasah; (b) rambu-rambu pelaksanaan desentralisasi Penyelenggaraan Kewenangan Bidang Pendidikan; (c) tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan daerah; dan (d) pengelolaan kinerja menuju SNP secara bertahap. SPM Pendidikan ini bertujuan untuk menjamin akses dan mutu bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dari pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ukuran ukuran yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

B. SPM Pendidikan Dasar

(15)

15 sekolah dan madrasah. Penerapan SPM dimaksudkan untuk memastikan bahwa di setiap sekolah dan madrasah terpenuhi kondisi minimum yang dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya proses pembelajaran yang memadai.

Dalam pelaksanaan SPM Pendidikan Dasar terjadi beberapa perubahan dalam ketentuan perundang-undangan, dari Kepmendiknas RI Nomor 129a/U/2004 hingga Permendikbud Nomor 23 tahun 2013, menggambarkan dinamika upaya untuk mewujudkan pelayanan pendidikan dasar kepada anak-anak Indonesia yang haknya untuk memperoleh pendidikan.

Isi Kepmendiknas RI Nomor 129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) bidang Pendidikan, (1) SPM Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMPN) / Madrasah Tsanawiyah (MTs) terdiri atas :

1. 90 persen anak dalam kelompok usia 13-15 tahun bersekolah di SMPN/MTs. 2. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang

ber-sekolah.

3. 90 persen sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara nasional.

4. 80 persen sekolah memiliki tenaga kependidikan non guru untuk melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non mengajar lainnya.

5. 90 persen dari jumlah guru SMPN yang diperlukan terpenuhi.

6. 90 persen guru SMPN/MTs memiliki kualifikasi, sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara nasional.

(16)

16 9. 90 persen dari siswa yang mengikuti uji sampel mutu pendidikan standar nasional mencapai nilai “memuaskan” dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan IPS di kelas I dan II.

10.70 persen dari lulusan SMPN/ MTs melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA)/

Madrasah Aliyah (MA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Setelah Kepmendiknas RI No. 129a/U/2004 berjalan kurang lebih 6 (enam) tahun, kemudian terjadi regulasi tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar dan terbit Permendiknas Nomor 15 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal atau SPM Pendidikan Dasar. SPM Pendidikan Dasar ini bertujuan untuk peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan SD/MI dan SMPN/ MTs. SPM pendidikan dasar dapat diartikan sebagai ketentuan tentang jumlah dan mutu layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk SD dan SMPN dan Kandepag untuk MI dan MTs secara langsung maupun secara tidak langsung melalui sekolah dan madrasah

(17)

17 Rincian dari 14 indikator yang menjadi tanggungjawab kabupaten/kota untuk memberikan pelayanan pendidikan dasar adalah :

1.

tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km jalan darat/air untuk SMPN/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil;

2.

jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMPN/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis;

3.

setiap SMPN dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik;

4.

setiap SD/MI dan SMPN/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMPN/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru;

5.

setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;

6.

setiap SMPN/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;

7.

setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1

(18)

18

8.

di setiap SMPN/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%;

9.

setiap SMPN/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

10.

setiap kabupaten/kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

11.

setiap kabupaten/kota semua kepala SMPN/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

12.

setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

13.

pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan

14.

kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.

(19)

19 Sementara untuk rincian 13 indikator pelayanan pendidikan dasar yang harus menjadi tanggungjawab satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah/madrasah terdiri dari:

1.

setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Pendidikan Kewarganegaraan, dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;

2.

setiap SMPN/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik;

3.

setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA;

4.

setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMPN/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi;

5.

setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan;

6.

satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

a) Kelas I – II : 18 jam per minggu; b) Kelas III : 24 jam per minggu;

(20)

20 d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu;

7.

satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;

8.

setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya;

9.

setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;

10.

kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;

11.

setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik;

12.

kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan

13.

rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan

14.

setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).

(21)

21 Sesuai dengan sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama, SPM Pendidikan Dasar harus telah tercapai 100 persen. Oleh karena itu seluruh sekolah SD hingga SMPN di Indonesia harus telah memenuhi kualifikasi dalam SPM. Jadi SPM yang mulai diberlakukan tahun 2011 dengan tahapan rehabilitasi sarana dan prasarana sekolah pelatihan guru dan tenaga pendidik. Diharapkan dalam waktu tiga tahun atau pada tahun 2014 seluruh SD/MI dan SMPN/MTs sudah melaksanakan SPM.

C. Penerapan SPM Pendidikan Dasar

1. Peran Pemerintah dalam Penerapan SPM Pendidikan Dasar

Peran pemerintah dalam pelaksanaan SPM pendidikan dasar berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, adalah sebagai berikut:

a. Pemerintah

1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pembinaan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Pendidikan dasar;

2) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri dapat mendelegasikan pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada butir (1) kepada Gubernur selalu wakil pemerintah di daerah; 3) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengawasan teknis atas

(22)

22 4) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Petunjuk Teknis untuk

pelaksanaan SPM Pendidikan Dasar;

5) Menteri melakukan monitoring dan evaluasi teknis terhadap kinerja penerapan dan pencapaian SPM pemerintah daerah, berkoordinas dengan Menteri Dalam Negeri selaku Ketua Tim Konsultasi Penyusunan SPM;

6) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir 5, dilaksanakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun;

7) Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM dipergunakan pemerintah sebagai :

a) bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintahan daerah dalam pencapaian SPM;

b) bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM, termasuk pemberian penghargaan bagi pemerintahan daerah yang berprestasi sangat baik.

8) Pembinaan dan pengawasan umum atas penerapan dan pencapaian SPM pemerintah daerah secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.

9) Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen melakukan pembinaan dan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM pemerintahan daerah.

(23)

23 23 Tahun 2013, dibantu oleh Inspektorat Jenderal Departemen/Unit Pengawas Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

11) Dalam rangka menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi atas penerapan dan pencapaian SPM pemerintahan daerah, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen berkewajiban melakukan pengembangan kapasitas untuk mendukung penerapan dan pencapaian SPM.

12) Pendanaan yang berkaitan dengan kegiatan penyusunan, penetapan, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistem dan/atau subsistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas untuk mendukung penyelenggaraan SPM yang merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, dibebankan pada APBN masing-masing Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen.

b. Pemerintah Provinsi

1) Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah dapat melakukan pembinaan teknis dalam penerapan dan pencapaian SPM Pendidikan Dasar;

2) Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Pendidikan Dasar;

3) Gubernur menyusun laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM;

(24)

24 5) Pembinaan dan pengawasan atas penerapan SPM pemerintahan daerah kabupaten/kota dikoordinasikan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah;

6) Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah dalam melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM pemerintahan daerah kabupaten/kota sebagai dimaksud dalam butir 5, dibantu oleh Inspektorat Provinsi berkoordinasi dengan Inspektoat kabupaten/kota;

7) Pendanaan yang berkaitan dengan penerapan, pencapaian kinerja/pelaporan, monitorin dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sub sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas, yang merupakan tugas dan tanggung-jawab pemerintahan daerah dibebankan pada APBD.

c. Pemerintah Kabupaten/kota

1) Bupati/walikota bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan, sekurang-kurangnya memenuhi SPM Pendidikan Dasar yang dilaksanakan oleh perangkat daerah kabupaten/kota dan masyarakat;

2) Bupati/walikota melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pendidikan sesuai SPM Pendidikan Dasar di daerah masing-masing

3) Dinas yang membidangi pendidikan/kantor Kemenag kabupaten/kota secara operasional mengoordinasikan pelayanan pendidikan sesuai dengan SPM Pendidikan Dasar;

(25)

25 5) Pendanaan yang berkaitan dengan penerapan, pencapaian kinerja/pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan subsistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas, yang merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintahan kabupaten/kota dibebankan pada APBD.

2. Pencapaian SPM Pendidikan Dasar

Untuk menentukan tingkat pencapaian SPM Pendidikan Dasar, maka pemerintah kabupaten/kota harus terlebih dahulu menyusun rencana penerapan dan pencapaian SPM, dengan mempertimbangkan :

a. Kondisi awal tingkat pencapaian pelayanan dasar. Kondisi/data awal tingkat pencapaian pelayanan dasar pada saat awal dilakukan penghitungan/pengukuran pencapaian.

b. Target pelayanan dasar yang akan dicapai. Target pencapaian pelayanan dasar bidang pendidikan harus tercapai pada akhir tahun 2014.

(26)

26 keberadaannya menunjang pelaksanaan SPM secara keseluruhan, diantaranya kondisi geografis, demografis, pendapatan daerah, sarana prasarana umum dan sosial ekonomi. Potensi daerah adalah ketersediaan sumber daya yang dimiliki, baik yang telah dieksploitasi maupun yang belum dieksplitasi yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pencapaian SPM.

Faktor kemampuan dan potensi daerah digunakan untuk menganalisis:

1) Penentuan status awal yang terkini dari pencapaian pelayanan dasar di daerah;

2) Perbandingan antara status awal dengan target pencapaian dan batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan oleh pemerintah;

3) Perhitungan pembiayaan atas target pencapaian SPM, analisis standar belanja kegiatan berkaitan dengan SPM dan harga satuan, serta;

4) Perkiraan kemampuan keuangan dalam pemenuhan target SPM sesuai batas waktu pencapaiannya dan melakukan pentahapan yang diperlukan dalam pemenuhannya.

Analisis kemampuan, potensi dan kondisi daerah digunakan untuk menyusun skala prioritas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan pencapaian dan penerapan SPM pendidikan dasar di kabupaten/kota.

3. Pengintegrasian Rencana Pencapaian SPM dalam Dokumen Perencanaan dan Penganggaran

(27)
(28)

28 Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM pendidikan dasar penyusunan RKA-SKPD yang menggambarkan secara rinci dan jelas program dan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian dan penerapan SPM pendidikan dasar di kabupaten/kota. Pengintegrasian SPM ke dalam RAPBD ini dapat dilihat pada gambar 2, seperti gambar di bawah ini

(29)

29 a. Pemerintah kabupaten/kota menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing jenis pelayanan dalam rangka pencapaian SPM dengan mengacu pada indikator kinerja dan batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan oleh pemerintah. b. Pemerintah kabupaten/kota daerah menetapkan batas waktu pencapaian SPM

untuk daerahnya dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara nasional, kemampuan dan potensi daerah masing-masing.

c. Pemerintah kabupaten/kota menetapkan target tahunan pencapaian SPM mengacu pada batas waktu yang sudah ditentukan oleh masing-masing daerah. d. Pemerintah kabupaten/kota membuat rincian belanja untuk setiap kegiatan

dengan mengacu pada rincian belanja yang sudah ditetapkan oleh masing-masing daerah.

e. Pemerintah kabupaten/kota dapat mengembangkan jenis kegiatan dari masing-masing jenis pelayanan yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan kebutuhan daerahnya dalam pencapaian SPM di daerah masing-masing.

f. Pemerintah kabupaten/kota menggunakan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM pendidikan dasar untuk melihat kondisi dan kemampuan keuangan daerahnya dalam mencapai SPM pendidikan dasar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

(30)

30 Mekanisme perencanaan pembiayaa SPM Pendidikan Dasar di kabupaten/kota juga dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini

D. Penelitian tentang Penerapan SPM Pendidikan Dasar

(31)

31 memenuhi SPM yang telah ditetapkan, untuk selanjutnya diteruskan secara bertahap memenuhi standar-standar yang ditentukan oleh Standar Pendidikan Nasional.

Nurlatifah Hidayati, R. Gunawan Sudarmanto, Irwan Suntoro (2012) telah melakukan penelitian terhadap Pelaksanaan SPM Pendidikan di SDN 2 Dono Arum Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah, menunjukkan hasil sebagai berikut;

1. SPM di sekolah dasar telah berjalan berdasarkan peraturan yang ditetapkan, rata-rata memenuhi kriteria untuk menentukan SPM sesuai tercanum dalam Permendik No.15 Tahun 2010;

2. Evaluasi pelaksanaan SPM di sekolah dasar telah melibatkan seluruh pemangku kepentingan;

3. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan SPM adalah partisipasi masyarakat yang kurang aktif dan kurangnya komunikasi antara orang tua dan sekolah;

4. Partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan SPM di sekolah dasar kurang maksimal, sementara dukungan utama dalam bentuk dukungan moral dan material maksimum.

Penelitian yang berhubungan dengan SPM, khususnya tentang pencapaiannya dilakukan oleh Herwin, ST dibimbing oleh Prof.Dr. Elfindri, Se, MA dan Prof.Dr.Nasri Bachtiar, SE, MS (2010/2011) yakni Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar, Studi Kasus Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan, menghasilkan temuan, yakni :

(32)

32 terkesan boros. Ruang kelas SD cukup sampai 2015, dan perlu tambahan 6 lokal untuk SMPN.

2. Jumlah guru tahun 2010 masih berlebih sampai tahun 2015. Namun kualifikasi guru masih sangat jauh dari pemenuhan SPM.

3. Kualifikasi kepala sekolah juga masih belum memenuhi SPM.

4. Fasilitas-fasilitas pendukung masih terdapat kekurangan, demikian juga dengan buku dan alat peraga.

5. Analisis terhadap pembiayaan operasional nonpersonalia menunjukkan masih kecilnya pangsa anggaran untuk anggaran ini, demikian juga alokasi untuk alat tulis sekolah dan bahan/alat habis pakai, belum memenuhi standar.

Penelitian yang relevan dengan pelaksanaan SPM, tetapi secara khusus penelitian yang melakukan evaluasi, dilakukan oleh Khoirina Nuryani (2014) yaitu Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar SD unggulan Muhammadiyah Kretek Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2013/2014, dengan temuan penelitian, antara lain :

1. Pelaksanaan SPM Pendidikan Dasar oleh SD Unggulan Muhammadiyah Kretek berdasarkan indikator pencapaian telah memenuhi SPM sebesar 72,42%, dan yang belum memenuhi 27,58%. SPM yang belum terpenuhi adalah ketersediaan peraga IPA, penerapan RPP, pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dan Rencana Tahunan Sekolah;

(33)

33 dan prasarana, khususnya peraga IPA, kualitas SDM baik guru maupun kepala sekolah, masing kurang, dan kurangnya efektivitas pelaksanaan program sekolah; 3. Solusi yang dapat dilakukan, yaitu sosialisasi mengenai SPM, sekolah harus

mampu menyusun skala prioritas dan pengadaan sarana dan prasarana, mengoptimalkan peran kepala sekolah dan peran guru, sekolah harus menyusun, memonitoring, dan mengevaluasi Rencana Kegiatan Sekolah, yang terdiri dari Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah dan Rencana Kerja Tahunan

Sementara itu hasil kajian terhadap Status Quo atau ‘Status Quo Assessment’ (SQA) yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Uni Erofa di 110 kabupaten/kota di 16 provinsi, membuktikan umum pendidikan di Indonesia Timur masih rendah, dan data yaang dihasilkan menjadi basis untuk mengukur kemajuan pencapaian SPM. Hasil kajian juga menyebutkan masih ada beberapa indikator SPM pendidikan, belum sepenuhnya tercapai. Misalnya, penyediaan laboratorium ilmiah, dan jumlah buku di perpustakaan yang masih belum bisa dipenuhi. Sementara untuk indikator yang sudah berhasil dicapai, yaitu jumlah guru yang dibutuhkan.(http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/13/05025511/Standar.Pelayana n. Minimal.Belum.TerpenuhI).

Survei yang dilakukan untuk mengukur kondisi awal standar SPM tahun 2014

yang dilakukan di 110 kabupaten/kota, terhadap 12.980 seklah/madrasah, dikelola Bank

Pembangunan Asia, dilakukan oleh pengawas, dan dipublikasikan pada tanggal 11

Desember 2014. Hasil survei menunjukkan meski angka partisipasi murni jenjang

pendidikan dasar hampir mencapai 100%, namun sekolah di berbagai daerah masih

(34)

34

ketersediaan dan kompetensi guru. Temuan lain dari survei adalah hanya 27%

SMPN/MTs dari jumlah sekolah yang disurvei memiliki guru untuk setiap mata

pelajaran, hanya 22% SMPN/MTs memiliki guru berkualifikasi S1/D4, dan

bersertifikat pendidik masing-masing 1 orang untuk Matematika, IPA, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn. (

http://www.kompasiana.com/andi-

priyanto/pengoptimalan-standar-pelayanan-minimal-untuk-memenuhi-standar-nasional-pendidikan-di-sekolah-sek).

Berdasarkan hasil survei Minimum Service Standards Capacity Development

Prgram (MSS-CDP), guru SD dengan kualifikasi S1 hanya mencapai 62%, hingga

Desember 2014, sementara untuk SMPN sudah mencapai 90%, pemenuhan fasilitas

belajar yang meliputi kebutuhan ruang kelas, meja-kursi dan papan tulis di SD seluruh

Indonesia hanya mencapai 26%, sementara di SMPN pemenuhan fasilitas belajar

tersebut baru mencapai 44%. Sedangkan persentase peserta didik yang memiliki paket

buku teks seluruh mata pelajaran yang disediakan sekolah, untuk SD, hanya tercatat

mencapai 24%, dan untuk SMPN hanya mencapai angka 8%.

(35)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini meliputi seluruh satuan pendidikan SMPN yang aktif terdaftar di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tanah Laut, semua sekolah dijadikan sampel penelitian. Jumlah sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.

Jumlah Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2015 No Kecamatan Satuan Pendidikan SMPN Jumlah

1 Batu Ampar 5 5

2 Bati-Bati 5 5

3 Pelaihari 7 7

4 Kurau 2 2

5 Tambang Ulang 2 2

6 Jorong 6 6

7 Takisung 5 5

8 Panyipatan 3 3

9 Kintap 5 5

10 Bumi Makmur 2 2

11 Bajuin 4 4

46 46

(36)

36 2. Teknik Pengumpulan Data

Dilihat dari jenis datanya, data yang dikumpulkan untuk penelitian ini lebih banyak data sekunder dan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data sekunder diperolah setelah data primer dikumpulkan melalui suvei per individu sekolah. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada umumnya adalah survei dengan angket dan daftar isian. Tenaga pengumpul data atau surveyor melibatkan pengawas sekolah yang telah dijamin independensinya, dan telah berulangkali diikutsertakan sebagai surveyor penelitian-penelitan sebelumnya. Prosedur pengumpulan data atau surveinya mengikuti yang lazim dilakukan yakni pengumpul data mendatangi responden di sekolah dengan membawa kuesioner yang telah disiapkan. Berikutnya kuesioner yang telah diisi dan dikonfirmasikan, baru diserahkan ke tim peneliti, untuk dicek kebenaran pengisiannya. Jika perlu tim peneliti menghubungi kembali kepala sekolah yang diperlukan kembali datanya.

3. Teknik Analisis

(37)

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Capaian indikator SPM satuan pendidikan SMPN di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2015.

1. Jumlah SMPN yang semua rombongan belajarnya tidak melebihi 36 orang Tabel 1. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 40 86.96

2 0 6 13.04

3 86,96 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 86,96%.

2. Jumlah SMPN yang telah memenuhi kebutuhan ruang kelas, meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombongan belajar

Tabel 2. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 0 0

2 0 46 100

3 0 Kabupaten

(38)

38 3. Jumlah SMPN yang memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan

meja dan kursi untuk 36 peserta didik

Tabel 3. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 6 13.04

2 0 40 86.96

3 13.04 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 13.04%

4. Jumlah SMPN yang memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik

Tabel 4. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 0 0

2 0 46 100

3 0 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten masih 0% 5. Jumlah SMPN yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan

kursi untuk setiap orang guru dan staf kependidikan lainnya Tabel 5. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 24 52.17

2 0 22 47.83

3 52.17 Kabupaten

(39)

39 6. Jumlah SMPN yang memiliki ruang kepala sekolah/madrasah yang terpisah dari

ruang guru dan dilengkapi meja dan kursi

Tabel 6. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 30 65.22

2 0 16 34.78

3 65.22 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 65.22 %

7. Jumlah SMPN yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran Tabel 7. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 0 0

2 0 46 100

3 0 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten masih 0% 8. Jumlah SMPN yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV ≥ 70%

Tabel 8. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 45 97.83

2 0 1 2.17

3 97.83 Kabupaten

(40)

40 9. Jumlah SMPN yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV dan telah

memiliki sertifikat pendidik ≥ 35%

Tabel 9. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 37 80.43

2 0 9 19.57

3 80.43 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 80.43 %

10. Jumlah SMPN yang memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik, masing-masing 1 (satu) orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn

Tabel 10. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 23 50.00

2 0 23 50.00

3 50.00 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 50.00 %

11. Jumlah Kepala SMPN berkualifikasi akademik S-1/D-IV, bersertifikat pendidik Tabel 11. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Kepala Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 45 97.83

2 0 1 2.17

(41)

41 Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 97.83 %

12. Jumlah SMPN yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan

dan setiap kunjungan selama ≥ 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan Tabel 12. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 2 4.35

2 0 44 95.65

3 4.35 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 4.35 %.

13. Jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah

Tabel 13. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah/Set Buku/Serdik Jumlah (F) Prosentase (%)

1 21 – 40 3 6.52

2 1 – 20 8 17.39

3 0 35 76.09

4 3.28 312/9524 (Kabupaten)

(42)

42 14. Jumlah SMPN yang telah memenuhi Indikator Pencapaian (IP) jumlah set buku

teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah

Tabel 14. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 0 0

2 0 46 100

2 0 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten masih 0%. 15. Jumlah SMPN yang telah memenuhi jumlah buku pengayaan dan referensi

Tabel 15. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 13 28.26

2 0 33 71.74

3 28.26 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 28.26 %.

16. Jumlah guru tetap yang rata-rata jam kerja per minggu ≥ 37,5 jam Tabel 16. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah/Guru Tetap

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 6 13.04

2 50-86 4 8.70

3 0 36 78.26

4 26.07 157/588 (Kabupaten)

(43)

43 17. Jumlah SMPN yang telah memenuhi IP Jumlah guru tetap yang rata-rata jam kerja

per minggu ≥ 37,5 jam

Tabel 17. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 5 10.87

2 0 41 89.13

3 10.87 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 10.87 %.

18. Jumlah SMP yang rombongan belajarnya memenuhi standar Tabel 18. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah/Jml Rombel

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 15 32.61

2 0 31 67.39

3 32.42 118/364 (Kabupaten)

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 32.42 %.

19. Jumlah SMPN yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran kelas VII-IX selama 27 jam per minggu

Tabel 19. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 15 32.61

2 0 31 67.39

(44)

44 Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 32.61 %.

20. Jumlah SMPN yang menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Tabel 20. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 45 97.83

2 0 1 2.17

3 97.83 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 97.83 %.

21. Jumlah guru yang menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya

Tabel 21. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah/Guru

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 32 69.57

51-99 12 26.09

2 1-50 1 2.17

3 0 1 2.17

3 89.80 687/7675 (Kabupaten)

(45)

45 22. SMPN yang telah memenuhi IP Jumlah guru yang menerapkan RPP berdasarkan

silabus untuk mata pelajaran yang diampunya

Tabel 22. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 32 69.57

0-99 14 30.43

3 69.57 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 69.57 %.

23. Jumlah guru yang mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik

Tabel 23. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah/Guru

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 30 65.22

2 51-99 12 26.08

3 1-50 2 4.35

3 0 2 4.35

3 86.41 661/765 (Kabupaten)

(46)

46 24. Jumlah SMPN yang telah memenuhi IP Jumlah guru yang mengembangkan dan

menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik

Tabel 24. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 30 65.22

2 0 -99 16 34.78

3 65.22 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 65.22 %.

25. Jumlah SMPN yang kepala sekolahnya melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester

Tabel 25. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 23 50.00

2 92.86 1 2.17

3 0 22 47.83

3 50.00 Kabupaten

(47)

47 26. Jumlah guru yang menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil

penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester Tabel 26. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah/Guru

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 31 67.39

2 51-99 12 26.09

3 1-50 1 2.17

4 0 2 4.35

5 87.97 673/765 (Kabupaten)

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 87.97 %.

27. Jumlah SMPN yang telah memenuhi IP Jumlah guru yang menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester

Tabel 27. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 31 67.39

2 0-99 15 32.61

3 67.39 Kabupaten

(48)

48 28. Jumlah SMPN yang menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS)

dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik

Tabel 28. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 43 93.48

2 0 3 6.52

3 93.48 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 93.48 %.

29. Jumlah SMPN yang menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan atau Kantor Kemenag kabupaten/kota pada setiap akhir semester

Tabel 29. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 25 54.35

2 0 21 45.65

3 54.35 Kabupaten

(49)

49 30. Jumlah SMPN yang memiliki rencana kerja tahunan

Tabel 30. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 45 97.83

2 0 1 2.17

3 97.83 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 97.83 %.

31. Jumlah SMPN yang memiliki laporan tahunan

Tabel 31. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

Jumlah (F) Prosentase (%)

1 100 39 84.78

2 0 7 15.22

3 84.78 Kabupaten

Data di atas menunjukkan capaian indikator SPM di tingkat kabupaten sebesar 84.78 %.

32. Jumlah SMPN yang memiliki komite sekolah yang berfungsi baik Tabel 32. Capaian Indikator SPM

No Capaian Indikator (%) Sekolah

(50)

50 Berdasarkan paparan beberapa capaian indikator SPM dari SMP Negeri di Kabupaten Tanah Laut dapatlah disusun peringkat capaian indikator masing-masing indikator pencapaian (IP) SPM SMP Negeri Kabupaten Tanah Laut

Tabel 32. Peringkat Capaian Indikator SPM SMPN Kabupaten Tanah Laut No Indikator Pencapaian SPM SMPN Capaian Indikator (%)

1 Jumlah SMPN yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau

D-IV ≥ 70% (untuk daerah khusus ≥ 40%) 97.83

2 Jumlah SMPN yang menerapkan kurikulum sesuai dengan

ketentuan yang berlaku

97.83

3 Jumlah Kepala SMPN yang berkualifikasi akademik S-1 atau

D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik

97.83

4 Jumlah SMPN yang memiliki rencana kerja tahunan 97.83

5 Jumlah SMPN yang menyampaikan laporan hasil Ulangan

Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik

93.48

6 Jumlah guru SMPN yang menerapkan RPP berdasarkan

silabus untuk mata pelajaran yang diampunya 89.80

7 Jumlah guru SMPN yang menyampaikan laporan hasil

evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester

87.97

8 Jumlah SMPN yang semua rombongan belajarnya tidak

melebihi 36 orang

86.96

9 Jumlah guru SMPN yang mengembangkan dan menerapkan

program penilaian untuk membantu meningkatkan

kemampuan belajar peserta didik

86.41

10 Jumlah SMPN yang memiliki laporan tahunan 84.78

11 Jumlah SMPN yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau

D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik ≥ 35% 80.43

12 Jumlah SMPN yang memiliki komite sekolah yang berfungsi

baik

78.26

13 Jumlah SMPN yang telah memenuhi IP jumlah guru

menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya

69.57

14 Jumlah SMPN yang telah memenuhi IP jumlah guru

menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester

67.39

15 Jumlah SMPN yang memiliki ruang kepala sekolah/madrasah

yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja dan kursi

65.22

16 Jumlah SMPN yang telah memenuhi IP Jumlah guru yang

mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik

65.22

17 Jumlah SMPN yang menyampaikan rekapitulasi hasil tes

tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan kabupaten pada setiap akhir semester

54.35

18 Jumlah SMPN yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi

dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru dan staf

(51)

51

19 Jumlah SMPN yang kepala sekolahnya melakukan supervisi

kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali

dalam setiap semester 50.00

20 Jumlah SMPN yang memiliki guru dengan kualifikasi

akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik, masing-masing 1 (satu) orang untul mata pelajaran

Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn 50.00

21 Jumlah SMPN yang menyelenggarakan proses pembelajaran

di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan

pembelajaran kelas VII-IX selama 27 jam per minggu 32.61

22 Jumlah rombongan belajar yang memenuhi standar alokasi

waktu proses pembelajaran 32.42

23 Jumlah SMPN yang telah memenuhi jumlah buku pengayaan

dan referensi 28.26

24 Jumlah guru tetap yang rata-rata jam kerja per minggu ≥ 37,5

jam 26.70

25 Jumlah SMPN yang memiliki ruang laboratorium IPA yang

dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik 13.04

26 Jumlah SMPN yang telah memenuhi IP Jumlah guru tetap

yang rata-rata jam kerja per minggu ≥ 37,5 jam 10.87

27 Jumlah SMPN yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu

kali setiap bulan dan setiap kunjungan selama ≥ 3 jam untuk

melakukan supervisi dan pembinaan 4.35

28 Jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan

kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah 3.28

29 Jumlah SMPN yang telah memenuhi kebutuhan ruang kelas,

meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel 0

30 Jumlah SMPN yang memiliki satu set peralatan praktek IPA

untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik 0

31 Jumlah SMPN yang memiliki guru untuk setiap mata

pelajaran atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap

rumpun mata pelajaran 0

32 Jumlah SMPN yang telah memenuhi IP Jumlah set buku teks

mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh

Pemerintah yang disediakan oleh sekolah 0

(52)

52 didik; ketersediaan guru untuk setiap mata pelajaran; dan pemenuhan jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh pemerintah yang disediakan sekolah.

B.Gambaran kesenjangan capaian indikator SPM satuan pendidikan SMPN di Kabupaten Tanah Laut yang menjadi kewajiban dari pemerintah daerah untuk memenuhi targetnya.

1. Kesenjangan Capaian Indikator SPM SMPN untuk rombongan belajarnya tidak melebihi 36 orang

Tabel 1. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 86.96% 13.04%

46 sekolah 40 sekolah 6 sekolah

Untuk capaian indikator SPM rombongan belajar SMPN di Kabupaten Tanah Laut, masih terdapat kesenjangan, karena capaian indikator rombongan belajar menunjukkan angka 96.96% atau baru 40 sekolah yang memenuhinya, sementara masih terdapat 13.04% atau 6 sekolah, yang belum memenuhi capaian indikator SMPN untuk rombongan belajar. Karena masih terdapat rombongan belajar yang melebihi 36 orang.

2. Kesenjangan Capaian Indikator pemenuhan kebutuhan ruang kelas, meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombongan belajar

Tabel 2. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 0% 100%

(53)

53 Dalam hal pemenuhan SPM kebutuhan ruang kelas, meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombongan belajar, maka capaian indikator SPM masing 0%, atau belum ada satupun SMPN di Kabupaten Tanah Laut yang memenuhi SPM. Hal demikian disebabkan terutama karena jumlah meja/kursi berada di bawah jumlah standar yang ditetapkan, yaitu 36 buah.

3. Kesenjangan ketersediaan ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik

Tabel 3. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 13.04% 86.96%

46 sekolah 6 sekolah 40 sekolah

(54)

54 4. Kesenjangan pemilikan satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan

eksperimen peserta didik.

Tabel 4. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 0% 100%

46 sekolah 0 sekolah 46 sekolah

Capaian indikator SPM pemilikan satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperiman peserta didik menunjukkan 0%, artinya belum ada satu SMPN pun di Kabupaten Tanah Laut mencapai standar indikator capaian. Jadi masih terdapat 46 SMPN yang belum memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen bagi peserta didik.

5. Kesenjangan ketersediaan ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru dan staf kependidikan lainnya

Tabel 5. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 52.17 % 47.83%

46 sekolah 24 sekolah 22 sekolah

(55)

55 6. Kesenjangan pemilikan ruang kepala sekolah/madrasah yang terpisah dari ruang

guru dan dilengkapi meja dan kursi

Tabel 6. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 65.22 % 34.78%

46 sekolah 30 sekolah 16 sekolah

Kesenjangan antara capaian dan standar pada indikator SPM untuk ketersediaan ruaang kepala sekolah dan kelengkapannya pada SMPN di Kabupaten Tanah Laut nampaknya juga terjadi. Karena angka capaian indikator SPMnya menunjukkan 65.22% atau 30 sekolah yang memenuhi standar, sementara masih terdapat 34,78% atau 16 sekolah yang belum memenuhi standar indikator SPM, karena belum tersedianya ruang kepala sekolah, dan/atau belum memiliki meja, kursi dan kursi tamu.

7. Kesenjangan pemilikan guru untuk setiap mata pelajaran di sekolah Tabel 7. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 0 % 100 %

46 sekolah 0 sekolah 46 sekolah

(56)

56 8. Kesenjangan pemilikan guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV ≥ 70% di sekolah

Tabel 8.Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 97.83 % 2.17 %

46 sekolah 45 sekolah 1 sekolah

Capaian indikator SPM pemilikan guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV ≥ 70% di SMPN Kabupaten Tanah Laut menunjukkan angka 97.83% atau 45 sekolah, hanya 2.17% atau 1 sekolah. Karena masih ada guru yang belum berkualifikasi S1 atau D-IV, atau kurang dari 70%.

9. Kesenjangan guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat

pendidik ≥ 35% di sekolah

Tabel 9. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 80.43 % 19.57 %

46 sekolah 37 sekolah 9 sekolah

Capaian indikator SPM SMPN untuk guru dengan kualifikasi S1/D-IV dan telah bersertifikat pendidikan ≥ 35% menunjukkan angka 80.43% atau 37 sekolah, hanya 19.57% atau 9 sekolah yang belum memenuhi capaian indikator standar. Karena masih ada guru yang belum bersertifikat pendidik.

(57)

57 Tabel 10. Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 50.00 % 50.00 %

46 sekolah 23 sekolah 23 sekolah

Capaian indikator SPM SMPN di Kabupaten Tanah Laut dalam hal memiliki guru berkualifikasi sertifikat pendidik, masing-masing 1 orang untuk guru mata pelajaran Matematika, , IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan PKn mencapai angka 50.00% atau 23 sekolah, artinya separuh dari seluruh SMPN di Kabupaten Tanah Laut telah memilikinya, sementara 50.00% atau 23 SMPN lainnya belum mempunyai. Jadi masih terdapat kesenjangan sebanyak 50.00% di 23 SMPN. 11. Kesenjangan kepala SMPN yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah

memiliki sertifikat pendidik

Tabel 11. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 97.83 % 2.17 %

46 sekolah 45 sekolah 1 sekolah

Angka kesenjangan capaian indikator SPM kepala SMPN yang berkualifikasi S1/D-IV dan bersertifikat pendidik kecil sekali, karena capaian indikator SPMnya menunjukkan 97.83% atau 45 sekolah, hampir semua kepala SMPN di Kabupaten Tanah Laut telah memenuhi persyaratan berkualifikasi S1/D-IV dan bersertifikat pendidik, karena hanya 2.17% atau 1 kepala SMPN yang belum memenuhi persyaratan, belum berkualifikasi S1/D-IV.

12. Kesenjangan kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan

(58)

58 Tabel 12. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 4.35 % 95.65 %

46 sekolah 2 sekolah 44 sekolah

Capaian indikator SPM SMPN di Kabupaten Tanah Laut dalam hal kunjungan pengawas satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan selama selama ≥ 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan menunjukkan kesenjangan yang besar, karena capaian indikator SPMnya sebesar 4.35% atau 2 SMPN saja, masih 95.65% atau 44 SMPN belum memenuhi standar capaian indikator SPM. Karena kunjungan pengawas ke sekolah belum satu kali setiap bulan, dan setiap kunjungan belum memenuhi kualifikasi waktu yang menjadi standar.

13. Kesenjangan jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah dibanding jumlah seluruh peserta didik di sekolah

Tabel 13. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 3.28 % 96.72 %

9524 peserta didik 312 set buku teks mata pelajaran

9.212 buku teks mata pelajaran

Kesenjangan capaian indikator SPM jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah dibanding

jumlah seluruh peserta didik di sekolah menunjukkan “gap” yang besar. Karena

(59)

59 Artinya masih terdapat angka kesenjangan sebesar 96.72% atau 9.214 set buku tekss mata pelajaran yang harus dipenuhi oleh sekolah untuk 9.524 peserta didik.

14. Kesenjangan jumlah SMPN yang telah memenuhi Indikator Pencapaian (IP) jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah

Tabel 14. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 0 % 100 %

46 sekolah 0 sekolah 46 sekolah

Capaian indikator SMP SMP dalam pemenuhan jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah nampaknya belum memenuhi standar capaian indikator SPM, karena belum ada satu SMPN di Kabupaten Tanah Laut yang memenuhinya, yakni 0%, sehingga kesenjangan antara standar capaian indikator dan realiasi capaian mencapai 100%. 15. Kesenjangan Jumlah SMPN yang telah memenuhi jumlah buku pengayaan dan

referensi

Tabel 15.Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 28.26 % 71.74 %

46 sekolah 13 sekolah 33 sekolah

(60)

60 SPM SMPN, karena masih belum terpenuhinya standar jumlah buku pengayaan dan referensi di sekolah.

16. Kesenjangan jumlah guru tetap yang rata-rata jam kerja per minggu ≥ 37,5 jam Tabel 16. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 26.70 % 73.30 %

588 guru tetap 157 guru tetap 432 guru tetap

Capaian indikator SPM jumlah guru SPM jumlah guru tetap yang rata-rata jam kerja

per minggu ≥ 37,5 di SMPN Kabupaten Tanah Laut mencapai angka 26.70% atau

157 orang guru tetap telah melakukan jam kerja sesuai standar, namun terdapat 73.30% atau 432 orang guru tetap yang belum memenuhi standar capaian indikator SPM untuk rata-rata jam kerja per minggu ≥ 37,5 jam.

17. Kesenjangan SMPN yang telah memenuhi jumlah guru tetap yang rata-rata jam kerja

per minggu ≥ 37,5 jam

Tabel 17. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 10.87 % 89.13 %

46 sekolah 5 sekolah 41 sekolah

(61)

61 18. Kesenjangan jumlah rombongan belajar yang memenuhi standar proses

pembelajaran

Tabel 18. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 32.42 % 67.58 %

364 rombel 118 rombel 246 rombel

Capaian indikator SPM SMPN di Kabupaten Tanah Laut untuk jumlah rombongan belajar yang memenuhi standar masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar, karena angka capaian indikator SPM jumlah rombongan belajar yang memenuhi standar baru mencapai 32.42% atau 118 rombongan belajar, masih terdapat 27.58% atau 246 rombongan belajar yang belum memenuhi standar proses pembelajaran 19. Kesenjangan SMPN yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama

34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran kelas VII-IX selama 27 jam per minggu

Tabel 19. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 32.61 % 67.39 %

46 sekolah 15 sekolah 31 sekolah

(62)

62 20. Kesenjangan SMPN yang menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

Tabel 20. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 97.83 % 2.17 %

46 sekolah 45 sekolah 1 sekolah

Kesenjangan antara capaian indikator SPM SMPN di Kabupaten Tanah Laut dalam hal menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan kondisi nyata, kecil sekali, karena capaian indikator SPMnya sebesar 97.83% atau 45 sekolah telah menerapkan kurikulum standar, hanya 2.17% atau 1 sekolah yang belum.

21. Kesenjangan jumlah guru yang menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya

Tabel 21. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 89.80 % 10.10 %

765 guru 687 guru 78 guru

(63)

63 22. Kesenjangan SMPN yang gurunya menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata

pelajaran yang diampunya

Tabel 22. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 69.57 % 30.43 %

46 sekolah 32 sekolah 14 sekolah

Kesenjangan capaian indikator SPM SMPN di Kabupaten Tanah Laut dalam hal guru telah menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya di sekolah menunjukkan angka yang cukup kecil, yakni sebesar 30.43% atau 14 sekolah yang belum memenuhi indikator SPMnya, akan tetapi masih terdapat 69.57% atau 32 sekolah yang telah memenuhi standar indikator SPMnya. 23. Kesenjang jumlah guru SMPN yang mengembangkan dan menerapkan program

penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik Tabel 23. Kesenjangan Capaian Indikator SPM

Standar Capaian Indikator Kesenjangan

100% 86.41 % 13.59 %

765 guru 661 guru 104 guru

Gambar

gambar di bawah ini
Tabel 2.
Tabel 2. Capaian Indikator SPM
Tabel 5. Capaian Indikator SPM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini diketahui bahwa tanaman kacang tanah varietas Kancil, Panther, Sima dan Singa lebih tahan (resisten) dibandingkan dengan varietas lokal, Jerapah dan

Mengetahui proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode paired story telling pada mata pelajaran SKI di kelas IV.. Mengetahui hasil belajar siswa

Berdasarkan pembelahan awal mulai dari mikrospora, ada empat model lintasan androgenesis yang menghasilkan embrio atau tanaman secara in vitro yaitu: (1)

Volume Perdagangan tidak berpengaruh positif terhadap Kinerja Pasar Hasil pengujian menjelaskan bahwa nilai koefisien yang diperoleh memiliki nilai positif sebesar 0,027 dengan

Empat kompetensi yang harus dikuasai oleh kepala sekolah tersebut adalah pertama kompetensi kepribadian yang akan menjadi fokus pada makalah ini, kedua

Hasil pengujian nilai CBR sebelum pencampuran Kapur Cangkang Kerang sebesar 4,6 %, dan setelah pencampuran kapur didapat nilai sebesar 9 %, maka disini terjadi kenaikan

mempengaruhi prestasi belajar menurut Ahmadi (1992:130), menjelaskan bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

Manajemen akan dinilai tidak bisa menjalankan perusahaan dengan baik, oleh karena itu pihak perusahaan terdorong untuk melakukan Internet Financial Reporting untuk