• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA

Dr. Dedi Rianto Rahadi

BAB 1

KONSEP EVALUASI KINEJA

Kinerja adalah istilah yang populer didalam manajemen, yang mana istilah kinerja didefinisikan dengan istilah hasil kerja, prestasi performance. Samsudin (2005: 159)

menyebutkan bahwa: “kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan mengunakan kemampuan yang ada batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan”. Sedangkan menurut siagian (1995: 225-226 )

menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja adalah: suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai dimana terdapat berabagi faktor seperti:

1. Yang dinilai ialah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan & kekurangan,

2. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan seseorang serta criteria yang ditetapkan dan diterapkan sercara obyektif, 3. Hasil penilaian harus disampaikan pada pegawai yang dinilai dengan tiga maksut:

A. Dalam hal penilaian tersebut positif, menjadi dorongan kuat bagi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi dimasa yang akan datang sehingga kesempatan menitih kararir lebih terbuka baginnya,

B. Bila penilaianya tersebut brsifat negatif, pegawai yang bersangkutan mengetahui kelemahannya dan dengan sedemikian rupa mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut,

C. Jika seseorang merasa mendapat penilaian yang tidak obyektif, kepadannya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan sehingga pada akhirnnya iya dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnnya,

(2)

prawirosentono (1999: 2) yang mengertikan kinerja sebagai: hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mendapat tujuan organisasi. Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan,dibutuhkan penilaian kinerja. Penilaian yang adil membutuhkan setandar, patokan yang dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap kinerja antar karyawan, simamora (2004), semakin jelas setandar kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian kinerjannya, kinerja pegawai harus dikelola atau dimana, terutama untuk mencapai produktifitas dan eefektifitas dalam rangka merancang bangun kesuksesan baik secara individu maupun organisasi. Kedua pendapat diatas mengisyaratkan secara implisit bahwa tinggi rendahnya kinerja pegawai tergantung kepada keyakinan mereka terhadap kepemimpinan,sasaran, dan pekerjaan mereka sendiri. Hal ini berati faktor kepemimpinan memiliki peranan yang sangat besar terhadap pegawai.

Manajemen kinerja merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap pencapaian kinerja dan dikomunikasikan secara terus menerus oleh pimpinan kepada karyawaan, antara karyawan dan pimpinannya langsung. Dengan asumsi membangun harapan:

1. Fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para pegawai

2. Seberapa besar melakuakan pekerjaan pegawai bagai pencapaian tujuan organisasi 3. Bagai mana karyawaan dan atasanya langsung bekerja sama, mempertahankan,

memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja karyawan yang sekarang sudah ada. 4. Bagaimana prestasi kinerja akan diukur

5. Mengenai Berbagai hambatan kinerja dan menyingkirkannya.

(3)

BAB II

PENILAIAN KINERJA PNS

Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi atau instansi. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kopetensi tinggi karena keahlian atau kopetensi akan dapat menungkung peningkatan prestasi kinerja karyawan. Selama ini umumnya diinstansi pemerintahan belum mempunyai pegawai dengan kopetensi yang memadai, ini dibuktikan dengan rendahnya produktivitas pegawai dan sulitnya mengukur kinerja pegawai dilingkup instansi pemerintahan.

Penilaian kinerja untuk pegawai negri sipil (PNS) selama ini menggunakan DP3 (Daftara Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yang didalamnya terdapat 8 (delapan) unsur penilaian yaitu kejujuran, kesetiaan, ketaatan, prestasi kerja, tanggung jawab, kerjasama, kepemimpinana dan prakarsa.

Jika dicermati sebenarnya format DP3 tersebut masih akan memunculkan keraguan bahwa DP3 tersebut bisa mengambarkan secara akurat kinerja PNS. Format DP3 juga terkesan kurang fleksibel untuk mengekspresikan hal-hal yang menjadi karakter khusus yang membedakan suatu profesi dengan profesi lainnya, unsur-unsur yang dinilainya pun item-itemnya banyak yang tumpang tindih, dan setandarnya juga kurang jelas dan imerpretable. Penilaian DP3 tersebut juga rentan terjadinya bias subyektifitas. Apalagi hasil penilaian tersebut tidak pernah

didiskusikan/dievaluasi bersama untuk mendapatkan feedback dari pegawai.

Idealnya sebagai abdi negara, seorang PNS harus melaksanakan tugas-tugas negara dan mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Sedangkan sebagai abdi masyarakat, mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan tugasnya seorang PNS harus tetap berusahan melayanin kepentingan masyarakat dan memperlancar segala urusan anggota masyarakat.

Daftar penilaian pelaksanan pekerja (DP3) tersebut merupakan panjabaran dari undang-undang nomor 8/1974 sampai Uu no. 43/ 1999 pasal 20 tentang pokok-pokok kpegawaian yang

berbunyi: “ untuk lebih mnjamin obyektiviitas dalam mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangakat diadakan penilaian prestasi kerja’’. Sedangkan dalam

implementasinya, pemerintah mengeluarkan praturan yaitu pp nomor. 10/1979 tentang penilaian pelaksanaan kerja PNS. Serta utuk lebih menjamin adanya keseragaman dalam pelaksanaannya, maka BAKN mengeluarkan pentunjuk teknis dalam pelaksanaan penilaian pekerja PNS

(4)

Penyempurnaan yang dilakukan dimaksudkan untuk meningkatkan kapasita dari berbagai kekuatan yank dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada sekaligus untuk menghindari berbagai ancaman dan untuk meminimalisir bahkan mengelimir berbagai kelemahan yang dimiliki. Melalui sistem penilaian yang sempurna, diharapkan apa yang menjadi tujuan dari penilaian itu sendiri bisa tercapai secara efektif, sehingga bisa dihasilkan aparatur negara yang sempurna dan seimbang lahir maupun batinya, yang ditandai dengan adanya tingkat kopetensi yang tinggi dan perilaku yang mencerminkan seorang abdi negara, dan abdi masyarakat. Untuk mewujudkan akuntabilitas publik atau akuntabilitas kinerja intansi pemerintah agar dapat berjalan sesuai yang diinginkan dan dicitacitakan bersama, berdasarkan informasi tanggal 10 february 2009 bahwa kementrian negara pendaya guna aparatur negara akan segera mengajukan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), pengganti pp, 10 tahun 1979 tentang penilaian

pelaksanaan pekerja pegawai negri sipil.

BAB III

SISTEM MANAJEMEN SDM

Pengembangan pribadi yang bermutu unggul secara sistematis boleh jadi merupakan salah satu setrategi yang mesti diusung ketika suatu perusahaan bermimpi menjadi yang terbaik. Dalam kaitannya dengan hal ini beberapa tahun akhir merebak pendekatan baru dalam menata kinerja manusia, yang sering disebut sebagai competency-based HR management (CBHRM), atau manajemen pengelolaan SDM berbasis kompetensi. Dalam pendekatan ini, kosa kata kopetensi menjadi elemen kunci. secara general, kopetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah

(5)

bahwa tidak semua aspek-aspek pribadi dari seseorang pekerja itu merupakan kompetensi. Hanya aspek pribadi yang mendorongknya untuk mencapai pekerja yang superiorlah yang merupakan kompetensi yang dimilikinya. Selain itu Model kompetensi didefinisikan sebagai suatu rangkaian kompetensi yang penting bagi kinerja yang superior dari sebuah pekerjaan atau dari sebuah perkelompokan pekerjaan, model kompetensi ini memberikan sebuah peta yang menbantu seseorang memahami cara mencapai keberhasilan dalam keberhasilan dalam

memahami cara mengatasi situasi tertentu (LOMA ,S COMPETENCY DICTIONARY, 1998) . Menurut kamus kompetensi loma 1998 aplikasi dari model kompetensi pada Sistem

Mnajemen Sumber Daya Manusia muncul pada area area berikut: a) STAFFING

Strategi rekrumen dan tes-tes yang digunakan untuk seleksi yang digunakan didasarkan atas kompetensi-kompetensi kritikal dari pekerjaan.

b) EVALUASI KINERJA

Penilaian kinerja dari pekerja didasarkan atas kompetensi yang dikaitkan dengan target-target yang penting dari organisasi.

c) PELATIHAN

Program-program pelatihan dirancang untuk menjembati kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki pekerja dan kompetensi yang diharapkan dimiliki pekerja

d) PENGEMBANGAN

Para pekerja pertama kali diukur untuk mengenali kesenjangan kompetensinnya, kemudian mereka dibimbing untuk menbuat rencana-rencana pengembangan untuk menutupi kesenjangan yang ada,

e) REWARD & RECOGNITION

Para pekerja diberikan kompensasi untuk prestasi-prestasi dan tingkah laku yang mencerminkan tingkat keterampilan mereka pada kompetensi-kompetensi kunci Hal diasat sejalan dengan pendapat dari Michael Amstrong dalam handbook of human resources management ptactice (2001) yang mengemukakan bahwa penerapan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penulis, bahwasanya upaya penanggulangan tindak pidana korupsi penyalahgunaan wewenang dalam jabatan melalui jalur non penal (pencegahan) dapat dilakukan

representatives shall have any liability whatsoever (in negligence or otherwise) for any loss whatsoever arising from the use of this document or its contents or otherwise arising

Dalam rangka masukan perbaikan dalam penyusunan rancangan standar mutu gaharu (SNI 7531:2011), parameter kadar resin dan komposisi kimia dimasukkan dalam penentuan kelas

Jurnal penutup yaitu jurnal yang digunakan untuk menutup semua akun nominal (pendapatan dan beban) pada akhir periode, dilakukan dengan cara menjurnal akun-akun

Stratifikasi Sosial Terbuka merupakan stratifikasi sosial dimana setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk naik ke  pelapisan sosial yang lebih

Waste transportation adalah jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream. Berdasarkan Tabel I.4 diketahui

Namun penelitian Vu yang dilakukan di Vietnam menemukan hal lain, yaitu wanita yang mempunyai pekerjaaan cenderung untuk menikah lebih lambat dibandingkan wanita

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian (Ha) yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara kematangan emosi dan