• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP ALAM SEMESTA DAN PENDIDIKAN ISLAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP ALAM SEMESTA DAN PENDIDIKAN ISLAM (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP ALAM SEMESTA DAN PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN

ISLAM

D I S U S U N

OLEH KELOMPOK IV :

FATIMAH AHMAD RAMBE

KHAIRANI

IDA SURI SAHARA

NOVIA ERIANA

A. Terminologi alam semesta

Di dalam kitab Al-Takrifat oleh Ar-Jurjany kata alam secara bahasa memiliki arti segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali. Sedangkan secara terminologi alam berarti segala sesuatu yang maujud selain Allah swt, yang dengan ini Allah dapat dikenali, baik dari segi nama maupun sifatnya.1

Alam semesta menurut Abu Al-‘ainain diistilahkan dengan al-kaun, yang berarti segala sesuatu yang diciptakan Allah, yang mencakup nama segala jenis makhluk, baik yang dapat dihitung maupun yang hanya dapat didiskripsikan. Al-kaun sebagai wujud Allah dapat dibagi dalam kategori, yaitu Alam al-syakdah yang dapat dikenali melalui panca indera seperti langit dan bumi, dan alam ghaib yang hanya dapat dikenali melalui wahyu ilahi, seperti alam malaikat dan jin.2

B. Proses Penciptaan Alam Semesta

Didalam Qur’an surah as-sajadah ayat 4 menjelaskan proses terjadinya alam semesta.

Artinya : Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu dari pada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

Pada ayat tersebut, banyak perbedaan mengenai masa atau waktu penciptaan langit dan bumi. Dimana pendapat penafsiran mengenai masa penciptaan langit dan bumi ada yang menyatakan enam hari, menurut penafsiran Qs. Al-A’raf : 54 dan Qs. Hud :7. Dalam penafsiran tersebut artinya enam hari kali 24 jam. Seorang ilmuwan Mesir yang bernama Zaghulul an-Najjar mengemukakan bahwa pada awal masa penciptaan langit dan bumi, kecepatan edar bumi dalam porosnya sangat tinggi, sehingga jumlah hari dalam setahun melebihi 2.200 hari dengan panjang

1Ali bin muhammad ar-jurjani, Kitab Al-ta’rifat.h.145.

(2)

malam dan siang hanya kurang 4 jam. Kemudian sedikit demi sedikit kecepatannya berkurang dimana sekarang ini mencapai 24 jam.3

Zaghlul an-Najjar juga menguraikan bahwa proses penciptaan alam semesta melalui enam periode, yakni :

1. Periode ar-Ratq, yakni gumpalan yang menyatu ini merupakan asal kejadian langit dan bumi. Seperti dalam surah Al-Anbiya : 30 yang berbunyi :

Artinya : Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Setelah ayat-ayat yang lalu mengemukakakan argumen tentang ke esaan Allah SWT; baik yang bersifat asli, yakni yang dapat dicerna oleh akal, maupun yang naqli, yakni yang bersumber dari kitab-kitab suci, kini kaum muslim di ajak untuk menggunakan nalar mereka guna sampai kepada kesimpulan yang sama dengan apa yang di kemukakan itu. Nalar mereka di gugah oleh ayat diatas dengan menyatakan: dan apakah orang-orang yang kafir

belum juga menyadari apa yang telah kami jelaskan melalui ayat yang lalu dan tidak melihat

yakni menyaksikan dengan mata hati dan pikiran sejelas pandangan mata, bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu kemudian kami pisahkan keduanya. Dan kami jadikan dari air yang tercurah dari langit , yang terdapat didalam bumi dan yang terpancara dalam bentuk sperma segala sesuatu hidup. Maka, apakah mereka buta

sehingga mereka tidak beriman tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT? Atau belum juga percaya bahwa tidak ada satupun dari makhluk yang terdapat di langit dan di bumi yang wajar di pertuhankan?

Kata Ratqaan dari segi bahasa berarti terpadu, sedang kata fataqnahuma terambil dari kata fataqa yang berarti terbelah/terpisah. Berbeda-beda pendapat ulama tentang maksud firman-Nya ini. Ada yang memahaminya dalam arti langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang terpadu. Hujan tidak turun dan bumipun tidak ditumbuhi pepohonan, kemudian Allah membelah langit dan bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tumbuuh-tumbuhan di bumi. Ada lagi yang berpendapat bahwa langit dan bumi tadinya merupakan sesuatu yang utuh tidak berpisah kemudian Allah pisahkan dengan mengengkat langit ke atas dan membiarkan bumi tetap ditempatnya berada dibawah lalu memisahkan keduanya dengan udara.

Thabathaba’i memahami kandungan ayat ini sebagai bantahan terhadap penyembah berhala yang memisahkan antara penciptaan dan pengaturan alam raya menurut mereka, Allah adalah pencipta, sedang tuhan-tuhan yang mereka sembah adalah pengatur. Nah, ayat ini menyatukan penciptaan dan pengaturan dibawah satu kendali, yakni kendali Allah SWT. “sampai sekarang-tulis ThabaThaba’i-kita masih terus menyaksikan pemisahan bagian-bagian bumi didarat dan di udara; pemisahan aneka jenis tumbuhan dari bumi, aneka binatang dari binatang, manusia dari manusia, dan tampak bagi kita yang berpisah itu lahir dalam bentuk

(3)

yang baru serta ciri-ciri yang berbeda setelah terjadinya pemisahan. Langit dengan segala benda-benda angkasa yang terdapat disana, keadaannya pun seperti keadaan satuan-satuan yang disebut di atas. Benda-benda langit dan bumi tempat kita berpijak demikian juga halnya. Hanya saja, karena keterbatasan usia, kita tidak dapat menyaksikan keadaan langit dan bumi seperti apa yang kita saksikan pada bagian-bagian kecilnya. Kita tidak dapat menyaksikan pembentukan dan kehancuran tetapi betapa pun demikian, harus di akui baik planet-planet di langit dan bumi serta bagian-bagiannya yang terkecil semua adalah materi sehingga semua –yang kecil atau yang besar-secara umum sama dalam hukum-hukumnya. Demikian lebih kurang Thathaba’i yang kemudian berkesimpulan bahwa terulangnya berkali-kali apa yang kita lihat pada perincian benda-benda atau kehidupan dan kematian apa yang terdapat di bumi dan dilangit, menunjukkan bahwa suatu ketika langit dan bumi pernah merupakan satu-kesatuan (gumpalan) tanpa pemisahan bumi dari langit kemudian atas kehendak Allah, keduanya dipisahkan atas kehendak dan dibawah pengaturan dan kendali Allah sang pencipta Agung itu.

Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan salah satu mukjizat Al-quran yang mengungkapkan peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat yang menyatakan bahwa langit dan bumi merupakan satu gumpalan atau yang diistilahkan oleh ayat ini dengan Ratqan, lalu gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit. Memang, kita tidak dapat memperataskan nama Al-quran mendukung teori tersebut. Namun, agaknya tidak ada salahnya teori-teori itu memperkaya pemikiran kita untuk memahami maksud firman Allah diatas.

Lalu dalam tafsir Al-Muntaqhab dikemukakan dua diantara sekian banyak teori tersebut.

Teori pertama, berkaitan terciptanya tata surya. Disini disebutkan bahwa kabut disekitar matahari menyebar dan melebar pada ruangan yang dingin. Butir-butir kecil gas yang membentuk kabut bertambah tebal pada atom-atom debu yang bergerak amat cepat. Atom-atom itu kemudian mengumpul akibat terjadinya benturan dan akumulasi dengan membawa kandungan sejumlah gas berat. Seiring dengan berjalannya waktu, akumulasi itu semakin bertambah besar hingga membentuk planet-planeet, bulan, dan bumi dengan jarak yang sesuai. Penumpukan itu sendiri, mengakibatkan bertambah kuatnya tekanan yang pada gilirannya membuat temperatur bertambah tinggi. Dan pada saat kulit bumi mengkristal karena dingin, dan melalui proses sejumlah letusan larva yang terjadi setelah itu, bumi memeroleh sejumlah besar uap air dan karbondioksida akibat surplus larva yang mengalir. Salah satu faktor yang membantu terbentuknya oksigen yang segar diudara setelah itu adalah aktivitas dan interaksi sinar matahari melalui asimilasi sinar bersama tumbuhan generasi awal dan rerumputan.

(4)

jari-jarinya tidak lebih dari 3 juta mil. Lanjutan firman Allah yang berbuunyi

”...fataqlahuma...” merupakan isyarat tentang apa yang terjadi dari pada cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya keseluruh penjur, yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.

Firmannya waja’alnaa min al-maa’i kulli syai in hayyin / kami jadikan dari air segala sesuatu hidup diperselisihkan juga maknanya. Ada yang memahaminya dalam arti segala yang hidup membutuhkan air atau pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan air atau kami jadikan dari cairan yang terpancar dari sulbi (sperma) segala yang hidup dari jenis binatang.

Para pengarang tafsir almuntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah dibuktikan kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel), misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsur yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air dapat berfungsi sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri. Sedangkan, fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing orgaan dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian. 4

2. Periode al-Fatq, yakni masa terjadinya dentuman dahsyat yang disebut dengan teori Big Bang, sehingga mengakibatkan terjadinya awan atau kabut asap.

3. Periode terciptanya unsur-unsur pembentukan langit yang terjadi melalui gas hidrogen dan helium.

Didalam Q.S. Al-Baqarah ayat 29, Quraish shihab menyatakan dalam tafsir Al-Misbah

Dia-lah (Allah ), yang menciptakan segala yang ada dibumi untuk kamu kemudian Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Bagaimana kalian kafir, padahal Allah bukan hanya menghidupkan kamu didunia, tetapi juga menyiapkan sarana kehidupan didunia, Dia-lah Allah SWT. Yang menciptakann untuk kamu apa yang ada dibumi. Semua sehingga semua yangn kamu butuhkan uuntuk kelangsungan dan kenyamanan hidup kamu terhampar, dan itu adalah bukti kemahakuasaan-Nya. Yang Kuasa melakukan itu pasti kuasa untuk menghidupkan yang mati.

Kemudian Dia berkehendak menuju ke langit. Kata kemudian dalam ayat ini bukan dalam arti selang masa, tetapi dalam arti peringkat, yakni peringkat sesuatu yang disebut sesudahnya yaitu langit dan apa yang ditampungnya lebih agung, lebih besar, indah, dan misterius daripada bumi. Maka Dia, yakni Allah, menyempurnakan mereka yakni menjadikan

tujuh langit dan menetapkan hukum-hukum yang mengatur perjalanannya masing-masing, serta menyiapkan sarana yang sesuai bagi yang berada disana, apa dan atau siapapun. Itu semua diciptakan-Nya dalam keadaan sempurna dan amat teliti. Dan itu semua mudah baginya karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

(5)

Firman-Nya : Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada dibumi untuk kamu

difahami oleh banyak ulama sebagai menunjukkan bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang dibumi ini dapat digunakan oleh manusia, kecuali jika ada dalil yang melarangnya. Sebagian kecil ulama tidak memahami demikian. Mereka mengharuskan adanya dalil yang jelas untuk memahami boleh atau tidaknya sesuatu , bahkan ada juga yang berpendapat bahwa pada dasarnya segala sesuatu terlarang kecuali kalau ada dalil yang menunjukkan izin menggunakannya.

Kata Istawa pada mulanya berarti tegak lurus, tidak bengkok, selanjutnya, kata itu difahami secara majasi dalam arti menuju kesesuatu dengan cepat dan penuh tekad bagaikan yang berjalan tegak lurus tidak menoleh kekiri dan kekanan. Makna Allah menuju langit adalah kehendak-Nya untuk mewujudkan sesuatu seakan –akan kehendak tersebut serupa dengan seseorang yang menuju kesesuatu untuk mewujudkannya dalam bentuk seagung dan sebaik mungkin. Karena itu pula lanjutan ayat itu menyatakan fasawwa hunnal

lalu dijadikan-Nya yakni bahwa langit itu dijadikan-Nya dalam bentuk sebaik mungkin, tanpa sedikit aib atau kekurangan pun. Dalam Q.S. Al-Mulk :7:3 dinyatakan-Nya : “(Allah) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”.

Sayyid Quthub dalam tafsirnya berkomentar tentang ayat ini lebih kurang sebagai berikut : ”banyak sekali uraian para mufassir dan teolog tentang penciptaan langit dan bumi. Mereka berbicara tentang sebelum penciptaan dan sesudahnya, juga tentang arti Istawwal berkehendak menuju. Mereka lupa bahwa sebelum dan sesudah adalah dua istilah yang digunakan manusia dan keduanya tidak menyentuh sisi Allah SWT. Mereka juga lupa bahwa

Istawwa adalahh istilah kebahasaan yang disiini hanya menggambarkan bagi manusia makhluk terbatas ini, satu gambaran tentang sesuatu yang tidak terbatas. Perdebatan yang terjadi dikarenakan teolog muslim menyangkut ungkapan-ungkapan Al-Qur’an itu, tidak lain kecuali salah satu dampak buruk dari sekian dampak buruk filsafat yunani dan uraian –uraian tentang ketuhanan orang yahudi dan Nasrani yang bercampur dengan akal Islam yang murni. Tidaklah wajar bagi kita dewasa ini terjerumus dalam kesalahan tersebut sehingga merperburuk keindahan aqidah Islam dan keindahan Al-Qur’an. Pesan ayat ini adalah bumi diciptakan buat manusia. Dan kata Buat manusia perlu digaris bawahi, yakni bahwa Allah menciptakannya agar manusia berperan sebagai khalifah, berperan aktif dan utama dipentas bumi ini; berperan utama dalam perisiwa-peristiwanya serta pengembangannya. Dia adalah pengelola bumi dan pemilik alat, bukan dikelola oleh bumi dan menjadi hamba yang diatur atau dikuasai oleh alat. Tidak juga tunduk pada perubahan dan perkembangan-perkembangan yang dilahirkan oleh alat-alat, sebagaimana diduga bahkan dinyatakan oleh faham materialisme. “ demikian sayyid Quthub”.

(6)

yang menghamparkan bumi manusia dan menyerasikan langit agar kehidupan didunia menjadi nyaman.

Semua itu tidak ada tempatnya untuk dibahas karena keterbatasan akal manusia sekaligus karena membahasnya dan mengetahuinya sedikitvpun tidak berkaitan dengan tujuan penciptaan manusian sebagai hamba Allah dan khalifah didunia.5

4. Periode terciptanya bumi dan benda-benda angkasa dengan terpisahnya awan berasap itu serta memandatnya akibat daya tarik.

5. Periode adalah masa penghamparan bumi serta pembentukan kulit bumi lalu pemecahannya, pergerakan oasis dan pembentukan benua-benua dan gunung-gunung serta sungai-sungai dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan dalam Qs. An-Naziat : 30-33, yang berbunyi :

Artinya : Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhnya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, semua itu untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternak.

6. Periode keenam adalah periode pembentukan kehidupan dalam bentuk yang sederhana, hingga penciptaan manusia.6

C. Tujuan Penciptaan Alam Semesta

Alam diciptakan Allah swt untuk kemaslahatan umat manusia. Dari kekayaan alam yang terdapat di hutan belantara, laut, perut bumi, dan ruang angkasa pada dasarnya diperuntukkan manusia.7

Seperti yang tertera dalam Qs. Al-Baqarah:29, yang berbunyi :

Artinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tidak tertera jumlah kekayaan alam yang bersumber baik dari lautan, hutan belntara maupun perut bumi yang diciptakanm Allah untuk kehidupan manusia. Manusia memanfaatkan kekayaan itu dengan sebaik-baiknya akan menjadi makmur, akan terhindar dari bencana kemiskinan. Sebagai contoh, Negara kita sendiri, indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam seperti pertambangan yang dihasilkan dari perut bumi, luasnya lautan yang memberikan berbagai jenis ikan dan tumbuhan laut serta pemandangan yang begitu indah, dan hutan belantara yang banyak terdapat di pulau sumatera dan Pulau Kalimantan yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi manusia.

Selain tujuan penciptaan alam semesta untuk kemashlahatan umat manusia, penciptaan alam semesta semesta juga bertujuan sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah swt, sebagaimana tertera dalam Qs. Fushshilat : 53 yang berbunyi :

Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami segala di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri. Hingga jelas bagio mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

Di dalam buku falsafah Pendidikan Islam karya Bapak Prof. Dr. Al-Rasyidin, M.Ag. Dalam kehidupannya, manusia berinteraksi dengan alam semesta. Untuk itu manusia harus mengenal alam

5 Tafsir al-misbah , h.166-168 6Ibid,h.359.

(7)

semesta berikut karakter atau wataknya. Secara umum, alam itu bisa dibedakan ke dalam dua jenis : (1) alam Syahadah dan (2) alam ghaib. Alam syahadah adalah wujud yang konkrit dan karenanya dapat diindera. Alam syahadah tunduk kepada hukum evolusi, dalam arti berkembang dan berubah-ubah. Karenanya, ia adalah fenomena. Sedangkan alam ghaib adalahh wujud yang tidak tampak pada indera dan karenanya ia adalah noumena. Dari sisi ini, karakternya hampir sama dengan manusia, yaitu materi dan non materi. Keduanya merupakan wilayah pengkajian atau penyelidikan manusia. Karenanya, pengetahuan itu tidak hanya menyangkut hal-hal yang empirik, tetapi juga supra empirik.8

D. Implikasi Terhadap Pendidikan Islam

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan Kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Qs. Ali-imran: 190-191)

2. Alam Dijadikan Objek Penyelidikan

Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia tinggalkan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bagaimana ia hamparkan? (Qs. Al-Ghasiyah:17-20)

Objek penelitian pada ayat itu hewan (unta), alam(gunung), dan bumi. Penelitian itu melahirkan ilmu pengetahuan dan pengetahuan dan sekaligus menambah iman dan takwa manusia. Melalui penelitian terhadap alam akan banyak terbuka rahasia alam yang dapat digunakan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Selain itu, akan semakin tersingkap kebesaran Allah swt dan hal ini akan menambah iman dan takwa.

3. Diperlukan Adanya Institusi Pendidikan

Untuk melaksanakan penelitian dan studi terhadap alam diperlukan lembaga pendidikan. Lembaga berfungsi memberi pelatihan dan pendidikan kepada pria peserta didik yang bertugas melakukan penelitian dan studi terhadap alam.

4. Alam adalah Ayat Kauniyyah

Ayat kauniyyah maksudnya adalah ayat yang terlihat pada alam semesta. Hukum alam yang terdapat di alam semesta merupakan ayat-ayat Allah swt. Melalui ayat kauniyyah ini dapat pula dijadikan pembuktian tentang adanya Allah swt serta sifat-sifatnya yang terpuji.

5. Umat Islam Mesti Mempelajari ilmu Pengetahuan Yang Berhubungan Dengan Alam

Karena ilmu Pengetahuan Alam itu sangat penting untuk mensejahterakan umat islam dan membuat manusia menjadi mudah, maka umat islam mestilah mempelajarinya.

7. Rancangan Kurikulum

(8)

Kedudukan Ilmu Pengetahuan Alam dalam konsep Pendidikan Islam sangat penting sehingga Ilmu Pengetahuan Alam dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Lembaga Pendidikan Islam, mulai tingkat dasar sampai tingkat tinggi.9

Referensi

Dokumen terkait

Karena nelayan memilih untuk mempertahankan bentuk yang lama, maka perlu dilakukan analisa khususnya stabilitas kapal supaya performa kapal akan tetap baik meskipun

perubahan keempat ini adalah Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden

Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan intrakurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Isolasi dan identifikasi bakteri termofilik penghasil kitinase dari sumber air panas Danau Ranau Suma- tera Selatan, diperoleh 2 isolat yang mampu meng- hasilkan kitinase dengan

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penguasaan pengetahuan laundry melalui penggunaan video pembelajaran pada peserta didik SMKN

Keuntungan yang didapat apabila mengikuti program Tax Amnesty adalah sebagai berkut: (1) penghapusan pajak yang seharusnya terutang, (2) tidak dikenai sanksi administrasi

Rekapitulasi kadar antibodi spesifik terhadap rabies (Ab 3 ) serum kelinci yang diperiksa dengan metode ELISA

ku Cahyani Edi Warsito, nenek mimih Kasnah, kakek Tarun, abah Sukma Dasuki dan ibu Tursinah dan seluruh keluarga besar penulis, yang selalu memberikan doa yang begitu