• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Bahasa dalam Aliran Filsafat dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fungsi Bahasa dalam Aliran Filsafat dan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

FILSAFAT BAHASA

“ Fungsi Bahasa dalam Aliran Filsafat dan Psikolinguistik”

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pembelajaran Filsafat Bahasa

Kelas : C / 2013 Oleh :

1. Arif Dian Kristiono 2. Eka Nur Rokhmaniyah 3. Nadya Afdholy

4. Sella Arif Benfica

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa bahwa kami telah berhasil membuat makalah yang berjudul “Fungsi Bahasa dalam Aliran filsafat dan psikolingusitik” sebagai tugas kelompok dalam mata kuliah Filsafat Bahasa. Makalah ini mempunyai arti penting bagi kami pada khususnya dan bagi para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Filsafat Bahasa pada umumnya.

Makalah yang kami susun ini menjelaskan tentangfungsi bahasa dalam aliran filsafat dan psikolinguistik, dimana kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental (Otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut psikolinguistik serta kedudukannya dalam studi bahasa. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu kami dan para mahasiswa dalam mempelajari materi tentang filsafat bahasa, sehingga nantinya dapat diterapkan pada peserta didik.

Tiada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini, masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran yang konstruktif agar kami dapat memperbaiki makalah ini demi kesempurnaan tugas selanjutnya.

Surabaya, 16 Desember 2013

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Halaman depan...i

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi...iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang...1

B. Rumusan masalah...2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Bahasa...3

B. Hubungan Bahasa dan Filsafat...4

C. Hubungan Bahasa dengan Filsafat...5

D. Peranan Filsafat Bahasa dalam Pengembangan Bahasa...6

E. Manfaat Filsafat Bahasa...8

F. Psikolinguistik dalam Studi Bahasa...8

G. Peran Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa...11

BAB II PENUTUP A. Kesimpulan...12

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Fungsi bahasa dibagi menjadi dua dan salah satunya adalah fungsi bahasa dalam aliran filsafat dan psikolinguistik. Bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. Sebagai sebuah istilah dalam linguistik, Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari pandangan ahli linguistik seperti Kridalaksana, bahasa ditekankan sebagai sebuah sistem lambang. Istilah sistem mengandung makna adanya keteraturan dan adanya unsur-unsur pembentuk.

Hadirnya istilah filsafat bahasa dalam ruang dunia filsafat dapat dikatan sebagai suatu hal yang baru. Istilah muncul bersamaan dengan kecendrungan filsafat abad ke-20 yang bersifat logosentris. Oleh karena itu, sangat wajar apabila ditemukan kesulitan untuk mendapatkan pengertian yang pasati mengenai apa sebetulnya yang dimaksud dengan filsafat bahasa.

Materi bahasa bisa dipahami melalui Linguistik sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, dan Kholid A. Harras (1997/1998: 2) bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan siswa sebagai pembelajar bahasa. Siswa sebagai organisme dengan segala prilakunya termasuk proses yang terjadi dalam diri siswa ketika belajar bahasa tidak bisa dipahami oleh linguistik, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitu Psikologi. Atas dasar hal tersebut muncullah disiplin ilmu yang baru yang disebut Psikolinguistik atau disebut juga dengan istilah Psikologi Bahasa.

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Bahasa ?

2. Apa Hubungan Bahasa dan Filsafat ?

3. Bagaimana Hubungan Bahasa dengan Filsafat ?

4. Bagaimana Peranan Filsafat Bahasa dalam Pengembangan Bahasa ? 5. Apa Manfaat Filsafat Bahasa ?

6. Bagaimana Psikolinguistik dalam Studi Bahasa ?

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 66) bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. Sebagai sebuah istilah dalam linguistik, Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari pandangan ahli linguistik seperti Kridalaksana, bahasa ditekankan sebagai sebuah sistem lambang. Istilah sistem mengandung makna adanya keteraturan dan adanya unsur-unsur pembentuk.

Jalaludin Rakhmat (1992:269), seorang pakar komunikasi, melihat bahasa dari dua sisi yaitu sisi formal dan fungsional. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Definisi yang diajukan Rakhmat ini tampak mencoba merangkum pengertian umum dengan pendapat linguis. Istilah sisi formal yang dikemukakan Rakhmat mirip dengan istilah sistem, sedangkan sisi fungsional sejalan dengan bahasa sebagai alat komunikasi.

(7)

Dengan melihat deretan definisi tentang bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa cukup banyak dan bervariasi definisi tentang bahasa yang bisa kita temui. Variasi itu wajar terjadi karena sudut pandang keilmuan mereka yang juga berbeda. Meskipun demikian, variasi tersebut terletak pada penekanannya saja, akan tetapi hakikatnya sama. Ada yang menekankan bahasa pada fungsi komunikasi, ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem, ada pula yang memposisikan bahasa sebagai alat. Meskipun demikian, ada persamaan dalam hal-hal prinsip, yang oleh Alwasilah (1993: 82-89) disebut dengan hakikat bahasa, sebagaimana akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.

B. Hubungan Bahasa dan Filsafat

Sebagaimana kita tahu bahwa terdapat beberapa fungsi bahasa, namun demikian bahasa tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia, bahkan bahasa mampu mengubah seluruh kehidupan umat manusia. Artinya, bahwa bahasa merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Sekelompok manusia atau bangasa yang hidup dikurun waktu tertentu tidak akan jika dalam bangsa tersebut tidak terdapat bahasa. Kearifan Melayu mengatakan : “Bahasa adalah sebuah cerminbudaya bangsa, hilang budaya maka hilang bangsa”. Jadi bahasa adalah sine qua non, sesuatu yang mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat.

(8)

C. Hubungan Bahasa dengan Filsafat

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa di antara fungsi bahasa ialah sebagai alat untuk mengkomunikasikan suatu gagasan kepada orang lain. Setiap gagasan yang dihasilkan seseorang tidak akan diketahui oleh khalayak manakalah tidak dikomunikasikan melalui bahasa. Bahasa tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia, tetapi jangan lupa, bahasa pun mampu mengubah seluruh kehidupan manusia. Artinya, bahwa bahasa merupakan aspek terpenting dari kehidupan manusia. Sekelompok manusia atau bangsa yang hidup dalam kurun waktu tertentu tidak akan bias bertahan jika dalam bangsa teresbut tidak ada bahasa. Kearifan Melayu mengatakan : “Bahasa adalah cermin budaya bangsa, hilang budaya maka hilang bangsa”. Jadi bahasa dalah sine qua non, suatu yang mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia. Karena itu, siapa pun orang akan senantiasa melakukan relasi yang erat dengan bahasa. Seorang filosofi, misalnya, ia akan senantiasa bergantung kepada bahasa. Fakta telah menunjukkan bahwa ungkapan pikiran dan hasil-hasil perenungan filosofis seseorang tidak dapat dilakukan tanpa bahasa. Bagaimanapun alat paling utama dari filsafat adalah bahasa. Tanpa bahasa, seorang filosof (ahli filsafat) tidak mungkin bias mengungkapkan perenungan kefilsafatannya kepada orang lain. Tanpa bantuan bahasa, seseorang tidak akan mengerti tentang buak pikiran kefilsafatan.

Louis O. Katsooff berpendapat bahawa suatu system filsafat sebenarnya dalam arti tertentu dapat dipandang sebagai suatu bahasa, dan perenungan kefilsafatan dapat dipandang sebagai suatu upaya penyusunan bahasa tersebut. Karena itu filsafat dan bahasa senantiasa akan beriringan, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ia bagaikan gula dengan manisnya. Keduanya memiliki cinta yang sejati, sebuah cinta yang tidak mengetengahkan dimiliki dan memiliki. Hal ini karena bahasa pada hakikatnya merupakan sistem symbol-simbol. Sedangkan tugas filsafat yang utama adalah mencari jawab dan makna dari seluruh symbol yang menampakkan diri di alam semesta ini. Bahasa juga adalah alat untuk membongkar seluruh rahasia symbol-simbol tersebut.

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau relasi yang sangat erat, dan sekaligus merupakan hokum kausalitas (sebab musabbab dan akibat) yang tidak dapat ditolak kehadirannya. Sebab itulah seorang filosof (ahli filsafat), baik secara langsung maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya yang tidak akan terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi bagaimanapun.

(9)

Bahkan akhir-akhir ini “bahasa” telah dijadikan sebagai objek yang sangat menarik bagi perenungan, pembahasan dan penelitian dunia filsafat. Hal ini selain bahasa memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek penelitian filsafat, ia juga memiliki kelemahan-kelemahan tertentu sehubungan dengan fungsi dan perannya yang begitu luas dan kompleks. Salah satu kelemahannya yaitu tidak mengetahui dirinya secara tuntas dan sempurna, sebagaimana mata tidak dapat melihat dirinya sendiri.

Realitas semacam itulah, barangkali yang mendorong para filosof dari tradisi realisme di Inggris mengalihkan orientasi kajian kefilsafatannya pada analisis bahasa seperti yang telah dilakukan oleh George More (1873-1958), Bertrand Russel (1872-1970), Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Alfref Ayer (1910- ), dan yang lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok ini sering dikelompokkan sebagai aliran baru dalam filsafat, yaitu aliran filsafat analisis bahasa atau filsafat analitis. Sebagaimana dijelaskan bahwa filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab, asal, dan hukumnya. Hubungan bahasa dengan filsafat telah lama menjadi perhatian para filsuf bahkan sejak zaman Yunani. Para filsuf mengetahui bahwa berbagai macam problem filsafat dapat dijelaskan melalui suatu analisis bahasa.

D. Peranan Filsafat Bahasa dalam Pengembangan Bahasa

Kegunaan (peranan) filsafat bahasa itu sangat penting pada pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa itu adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakekat bahasa, sebab, asal, dan hukumnya. Jadi pengetahuan dan penyelidikan itu terfokus kepada hakekat bahasa, juga sudah termasuk perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan filsafat analitika bahasa meliputi tiga aliran yang pokok yaitu atomisme logis, positivisme logis, dan filsafat bahasa biasa. Aliran filsafat bahasa biasa inilah yang memiliki bentuk yang paling kuat bilamana dibandingkan dengan aliran yang lain, dan memiliki pengaruh yang sangat luas, baik di Inggris, Jerman dan Perancis maupun di Amerika. Aliran ini dipelopori oleh Wittgenstein. Aliran filsafat bahasa biasa juga mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain : 1. Kekaburan makna

(10)

Untuk mengatasi kelemahan dan demi kejelasan kebenaran konsep-konsep filosofis maka perlu dilakukan suatu pembaharuan bahasa, yaitu perlu diwujudkan suatu bahasa yang sarat dengan logika sehingga ungkapan-ungkapan bahasa dalam filsafat kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Kelompok filsuf ini adalah Bertrand Russell. Menurut kelompok filsuf ini tugas filsafat yaitu membangun dan mengembangkan bahasa yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam bahasa sehari-hari ini. Dengan suatu kerangka bahasa yang sedemikian itu kita dapat memahami dan mengerti tentang hakikat fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan dasar tentang struktur metafisis dan realitas kenyataan dunia yang menjadi perhatian yang terpenting adalah usaha untuk membangun dan memperbaharui bahasa itu membuktikan bahwa perhatian filsafat itu memang berkenaan dengan konsepsi umum tentang bahasa serta makna yang terkandung di dalamnya. Sebagai suatu bidang filsafat khusus, filsafat bahasa mempunyai kekhususannya, yaitu masalah yang dibahas berkenaan dengan bahasa. Jadi peranan filsafat bahasa jelas sangat penting, atau berpengaruh terhadap pengembangan ilmu bahasa. Namun berbeda dengan ilmu bahasa atau lingkungan yang membahas ucapan tata bahasa, dan kosa kata, filsafat bahasa lebih berkenaan dengan arti kata atau arti bahasa (semantik). Masalah pokok yang dibahas dalam filsafat bahasa lebih berkenaan dengan bagaimana suatu ungkapan bahasa itu mempunyai arti, sehingga analisa filsafat tidak lagi dimengerti atau tidak lagi dianggap harus didasarkan pada logika teknis, baik logika formal maupun matematik, tetapi berfilsafat didasarkan pada penggunaan bahasa biasa. o1eh karena itu mempelajari bahasa biasa menjadi syarat mutlak bila ingin membicarakan masalah-masalah filsafat, karena bahasa merupakan alat dasar dan utama untuk berfilsafat.

(11)

E. Manfaat Filsafat Bahasa

Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran (realitas yang sesungguhnya) tentang segala sesuatu dengan cara berfikir serius. Kecakapan berfikir serius sangat diperlukan oleh setiap orang. Banyak persoalan yang tidak dapat diselesaikan sampai saat ini. Hal ini dikarenan persoalan tersebut tidak ditangani secara serius, hanya diwacanakan saja. Korupsi misalnya, sampai saat ini yang menjadi penyakit bangsa yang belum bisa diselesaikan secara tintas. Begitu juga penyakit-penyakit social lainnya.

Mempelajari filsafat (termasuk Filsafat Bahasa) adalah berlatih secara serius untuk mampu menyelesaikan suatu persoalan yang sedang dihadapi dengan cara mencari jawaban secara radik (tuntas) dan logis. Seseorang tidak akan memiliki kemampuan seperti ini jika ia tidak melatihnya.

Selain manfaat yang telah disebutkan, terdapat beberapa manfaat lain yang bisa dirasakan jika kita mempelajari filsafat (termasuk didalamnya filsafat bahasa). Diantaranya :

1. Menambah pengetahuan baru. 2. Mampu berpikir logis.

3. Biasa berpikir analitik dan kritis.

4. Terlatih untuk menyelesaikan masalah secara kritis, analistis dan logis. 5. Melatih berfikir jerih dan cerdas.

6. Melatih berfikir objektif.

F. Psikolinguistik dalam Studi Bahasa

(12)

Ketika kita membicarakan psikolinguistik dalam studi bahasa, kita harus membedakan bahasa yang menjadi objek kajian linguistik dengan berbahasa yang menjadi objek dalam kajian psikolinguistik, yakni kegiatan manusia dalam memproduksi dan meresepsi bahasa itu sendiri. Di dalam proses berbahasa, berbagai perasaan seperti senang atau sedih dapat diekspresikan dengan kata-kata. Walaupun dapat dikatakan bahwa objek psikolinguistik adalah bahasa juga, tetapi bahasa yang menjadi objek yang berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dalam gejala jiwa yang terlihat ketika orang yang sedang marah akan lain perwuju dan bahasa yang digunakan dengan orang yang sedang bergembira. Namun, Titik berat psikolinguistik adalah bahasa, dan bukan gejala jiwa. itu sebabnya dalam batasan-batasan psikolinguistik yang telah dikemukakan selalu ditonjolkan proses bahasa yang terjadi pada otak, baik proses yang terjadi di otak pembicara dengan pendengar, maupun proses yang terjadi di otak penulis dengan pembaca, dan pastinya segala sesuatu berada dalam kesadaran.

Dewasa ini, psikolinguistik lebih diarahkan untuk pendidikan bahasa. Psikolinguistik dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa yang diarahkan agar siswa dapat menggunakan bahasa yang diajarkan dengan baik kepadanya. Peranan psikolinguistik dalam pengajaran bahasa bukan saja berhubungan dengan akuisisi bahasa, tetapi juga untuk kepentigan belajar bahasa pertama dan bahasa kedua. Dewasa ini siswa bukan saja mempelajari satu bahasa tetapi harus diajarkan bahasa yang bukan bahasa ibunya. Oleh karena itu, diperlukan gabungan teori linguistik dan psikologi yang tergabung dalam sub disiplin linguistik yang disebut Psikolinguistik. Dalam hal ini, Psikolinguistik dalam studi bahasa mempelajari empat topik utama, antara lain

1. komprehensi, yaitu proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud;

2. Produksi, yaitu proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seprti apa yang kita ujarkan;

3. landasan biologis yang membuat manusia dapat berbahasa; dan

4. Pemerolehan bahasa, yakni bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.

(13)

Edward sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurutnya, psikologi dapat memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mengkaji hubungan bahasa dengan pemikiran. dari kajian tersebut berkesimpulan bahwa bahasa merupakan unsur yang menentukan struktur pemikiran manusia. Selain itu, seorang pakar psikologi berkebangsaan Amerika telah mengkaji bahasa dan perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistik bahasa kanak-kanak berdasarkan psikologinya. Beliau menyarankan agar penggolongan psikologi akan kata-kata yang diucapkan kanak-kanak dilakukan berdasarkan makna seperti yang dipahami kanak-kanak, dan bukan seperti yang dipahami orang dewasa dengan bentuk-bentuk tata bahasa orang dewasa. Jadi, dengan demikian kita dapat menentukan kecendrungan akal kanak-kanak yang dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan linguistik.

George A. Miller dalam artikelnya berjudul “The Psycholinguistics” (1965) menyatakan bahwa kelahiran disiplin psikolinguistik tidak dapat dielakan karena para ahli psikologi telah lama mengakui bahwa otak (akal) manusia itu menerima simbol-simbol linguistik, sedangkan para ahli linguistik mengakui bahwa sejenis motor-psiko-sosial telah dapat dipastikan menggerakan mesin tata bahasa dan leksikon. Maka, Psikolinguistik mempunyai kedudukaan yang bertugas untuk menganalisis proses-proses psikologi yang berlaku apabila manusia menggunakan kalimat-kalimat. Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar siswa merasa nyaman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan bahasanya dengan baik dan benar adalah sebagai berikut:

1. Pendidik menerima peserta didik secara positif;

2. Pendidik menciptakan suasana di mana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain;

3. Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku peserta didik;

(14)

G. Peran Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa

Siswa adalah subjek dalam pembelajaran. Karena itu, dalam hal ini siswa dianggap sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Garnham (Nababan, 1992: 60-61) terhadap aktivitas berbicara ditemukan berbagai berbicara yang menyimpang (kurang benar). Nababan (1992: 60-61) Menurut Garnham penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembicara di antaranya adalah kesaratan beban (overloading), yaitu perasaan was-was (menghadapi ujian atau pertemuan dengan orang yang ditakuti) atau karena penutur kurang menguasai materi, terpengaruh oleh perasaan afektif, kesukaran melafal kata-kata, dan kurang menguasai topik. Dari penyebab kesalahan-kesalahan tadi, dapat kita klasifikasikan berdasarkan ranah Psikologi. Penyebab kesalahan berupa perasaan was-was berkaitan dengan ranah afektif.

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian materi makalah ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. Sebagai sebuah istilah dalam linguistik, Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari pandangan ahli linguistik seperti Kridalaksana, bahasa ditekankan sebagai sebuah sistem lambang.Hadirnya istilah filsafat bahasa dalam ruang dunia filsafat dapat dikatan sebagai suatu hal yang baru. Istilah muncul bersamaan dengan kecendrungan filsafat abad ke-20 yang bersifat logosentris.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

http://aibnoe.blogspot.com/2012/01/bahasa-dan-filsafat-bahasa.html

http://echax85atc-muhsyanursyahrir.blogspot.com/2011/02/filsafat-bahasa-hubungan-filsafat.html

http://lakubijakbajik.wordpress.com/dirasat/psikolingusitika/psikolinguistik-dalam-pembelajaran-bahasa/

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Pemberdayaan Pemuda dan Perempuan Dalam Pencegahan Terorisme Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), dengan tagline #Di bawah sang merah putih (lomba

Selain itu tidak diperolehnya jaringan untuk pemeriksaan patologi, sering menimbulkan disuria pasca bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung miksi spontan

Sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada pada tema minimalis, maka rancangan bangunan baru bebas dari ornamen-ornamen yang tidak diperlukan dan memiliki bukaan sebagai sumber cahaya

Berdasarkan hasil penelitian serta analisis neraca air dengan peluang 75% di wilayah Dumoga Kabupaten Bolaang Mongondow maka di peroleh awal masa tanam tanaman kedelai

Pra rancangan industri batik tulis ini barang jadi yang dihasilkan bempa kain sutera ATBM yang sudah dibatik tulis dan dicelup dengan zat wama reaktif dingin, kemudian barang

Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

Mba-mba kosan Jakarta ( Nci, Mba Widya, Mba Susan, Mba Arin, Mba Reni, dan Mba Santi) atas bantuan selama penulis ngekos di Jakarta. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak bisa