• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA GURU DAN KEPUASAN MASYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KINERJA GURU DAN KEPUASAN MASYA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA GURU DAN KEPUASAN MASYARAKAT

DI SD NEGERI 05 BARENG DENGAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

Fa’iz Nur Abdillah

S2 Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No.5 Kota Malang

e-mail: faiznur34@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan kinerja pegawai menjadi pandangan oleh banyak pihak, kinerja guru akan dirasakan dan disoroti wali murid, serta masyarakat. Dari pandangan ini akan berdampak pada persepsi tentang kepuasan masyarakat terhadap layanan jasa di sekolah, termasuk di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Sekolah ini kurang mendapat respons positif berupa kepuasan dari masyarakat, dilihat dari sedikitnya orang tua di sekitar sekolah yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Peneliti mencoba menganalisis kedua aspek tersebut yaitu kinerja guru dan kepuasan masyarakat menggunkan tools Total Quality Management (TQM) yang dari berbagai literatur mempunyai kelebihan dapat meningkatkan kinerja pegawai/ guru sekaligus kepuasan masyarakat terhadap sekolah. hasil dari penelitian ini adalah diperolehnya faktor-faktor yang menyebabkan kinerja guru dan kepuasan masyarakat yang rendah, sekaligus beberapa aspek yang harus ditingkatkan oleh sekolah. Saran yang diberikan kepada sekolah adalah menerapkan hasil analisis dalam program nyata dan terkontrol dengan menerapkan prinsip-prinsip dari Total Quality Management (TQM). Kata Kunci: Kinerja Guru, Kepuasan Masyarakat, Total Quality Management.

ABSTRACT

Performance issues are highlighted by various parties, teachers' performance will be felt and highlighted by parents, students and communities. From this perspective will have an impact on the perception of public satisfaction on services in schools, including in the State Elementary School 05 Bareng Malang. This school received less positive response from the satisfaction of the community, seen from parents in schools that send their children to school. The researcher tries to analyze the two aspects: teacher performance and community

(2)

performance and low community satisfaction, as well as some aspects that must be improved by the school. The advice given to schools is to apply the results of analysis in real and controlled programs by applying the principles of Total Quality Management (TQM).

Keywords: Teacher Performance, Community Satisfaction, Total Quality Management.

Munculnya Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau dalam istilah lain disebut total quality management (TQM) menjadi sorotan yang telah lazim digunakan dalam manajemen, baik dalam industri hingga ke pendidikan. TQM mulanya dimunculkan di Amerika Serikat pada sekitaran tahun 1980, hal ini sebagai jawaban atas tuntutan persaingan dari beberapa perusahaan di dunia. TQM diakui sebagai strategi unggul dalam kompetisi akhirnya disebarkan secara luas di Negara-negara lain, termasuk sampai di Indonesia, dan saat ini sangat sedikit perusahaan mampu mengabaikan istilah TQM. Total Quality Management digunakan untuk menerapkan tata kelola manajemen secara keseluruhan. Menurut Tjiptono dan Dian (2001) manajemen merupakan sebuah sistam yang digunakan sebagai langkah jitu untuk mendapatkan kualitas secara menyeluruh dengan ukuran yang digunakan untuk mengambil kepastian sebuah produk yang disesuaikan dengan harapan dari pelanggan-pelanggannya. Kualitas dijadikan hal yang sangat penting dalam TQM. Dalam memastikan kualitas tersebut, TQM menjadikan kontribusi yang banyak bagi organisasi, baik bisnis maupun sekolah, dalam rangka mencapai tujuannya masing-masing.

Dikarenakan penerapan TQM berasal dari ekonomi dan industri, maka perlu adanya penyesuaian ketika diterapkan di dunia pendidikan. Sistem pendidikan yang dalam beberapa aspek berbeda dengan sistem perekonomian, salah satunya dalam konsep produk dan pelanggan. Sallis (2011) menyatakan Total Quality Management adalah peningkatan filosofi, yang dapat memberikan institusi pendidikan dengan seperangkat alat praktis dalam rangka pemenuhan bahkan melebihi ekspektasi dari pengguna jasa dalam waktu sekarang hingga kedepannya. Berarti bahwa TQM dicakupan pendidikan sering disebutkan sebagai sebuah sarana bagi perbaikan sekolah secara berkelanjutan. Perbaikan ini dilaksanakan dengan memberikan inovasi yang membangun organisasi dan terfokus pada hal yang terpenting sehingga dapat merubah budaya organisasinya. Budaya organisasi inilah yang dapat menjadi perantara sekolah dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

(3)

quality yang dapat diartikan secabagi kualitas. Dalam rangka umum, mutu dapat diartikan sebagai pentafsiran tingkat unggulnya suatu jasa atau barang. Pendapat lain disampaikan Crosby (1979) yang menjelaskan kualitas yaitu kondisi yang tidak statis dan selalu berubah-ubah terkait proses, jasa, dan lingkungan sehingga dapat memenihi kebutuhan dan harapan.

Adaptasi dari TQM dari bidang industri ke dalam bidang pendidikan menimbulkan munculnya istilah baru terkait peningkatan mutu. Aplikasi TQM pada sekolah sering disebut dengan Total Quality School (TQS), menurut Nasution (2000) menyebutkan lima cakupan, yaitu: (1) berfokus pada pengguna (Customer) baik internal dan eksternal, (2) keterlibatan semua anggota dan warga sekolah (Total Involvement), (3) ditetapkannya ukuran yang tetap (Standard) dari kualitas alumni, (4) terdapat komitmen dari semua pihak, dan (5) perbaikan yang terus menerus dan berkesinambungan. Kelima cakupan dalam TQM inilah yang menjadi perhatian untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Adanya penerapan kelima aspek inilah yang nantinya meningkatkan daya jual sekolah dari segi peningkatan mutunya.

Mengingat sudah banyaknya lembaga pendidikan, dalam hal ini meningkatkan persaingan antara sekolah satu dengan sekolah lain menjadi masalah yang sudah pasti terjadi. Persaingan yang terjadi mengakibatkan sekolah harus mampu meningkatkan daya jualnya di masyarakat. Tingkat kompetisi yang tinggi dan mendunia menuntut sekolah untuk terus memperbaiki kualitas dan tingkat persaingan yang menurut Tjiptono dan Dian (2001) dipengaruhi 4 faktor yaitu: (1) kualitas, (2) penyesuaian lingkungan, (3) waktu kerja, dan (4) rendahnya pembiayaan. Salah satu faktor penentu dari unggulnya sekolah dalam persaingan adalah mutu dari sekolah yang terpercaya dan menyeluruh (terpadu). Untuk itu, total quality management dipandang perlu untuk dapat menjamin keseluruhan aspek dalam sekolah dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa, dalam hal ini siswa beserta walinya.

(4)

Aspek pelanggan internal dalam TQM di dunia pendidikan terkait dengan guru dan warga sekolah lain. Kualitas guru adalah salah indikator dari mutu dari sebuah lembaga pendidikan, seperti halnya studi yang dilakukan Supeni (2014) yang meneliti pengaruh antara TQM dengan kinerja guru tingakt SMU di Kota Madiun. Beliau menemukan adanya signifikansi pengaruh TQM yang diterapkan pada sekolah dengan kinerja guru yang meningkat. Total quality management yaitu pendekatan kerja yang memaksimalkan tingkat persaingan dengan jalan perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement) pada proses, sistem, jasa, hingga lingkunganya.

Lembaga pendidikan yang telah menggunakan TQM sehingga sukses dalam peningkatan kinerja guru dan pegawai sekolah lain, terutama guru yang berperan sebagai orang yang bertanggung jawab utama pada pembelajaran di ruang kelas. Namun di beberapa sekolah belum mampu menerapkan TQM secara maksimal, sekolah-sekolah tersebut masih bisa membuat masyarakat yang berinteraksi dengan lembaga pendidikan tersebut. Salah satunya adalah di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Total jumlah siswa di SD Negeri Bareng 05 Kota Malang sejumlah 89 murid dalam enam rombongan belajar di sekolah tersebut. Pada tiga tahun terakhir, jumlah penerimaan siswa baru di sekolah tersebut tidak mencapai 20 siswa. Menurut Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang penerimaan siswa baru menyebutkan jumlah penerimaan siswa didik baru pada jenjang sekolah dasar di dalam satu kelas jumlah peserta didik paling sedikit ialah 20 dan paling banyak ialah 28 peserta didik. Hal tersebut berbanding terbalik dengan jumlah pennerimaan siswa baru di sekolah dasar terdekat dengan SD Negeri Bareng 05, yaitu SD Negeri 02 dan SD Negeri 03 Kota Malang. Menurut data Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2017, jumlah siswa di SD Negeri Bareng 02 sebanyak 433 dengan 15 rombongan belajar dan 83 siswa baru, sedangkan jumlah siswa di SD Negeri Bareng 03 sebanyak 502 dengan 18 rombongan belajar dan 84 siswa baru. Perbedaan yang besar yang dapat dilihat dari data tersebut mengindikasikan rendahnya minat masyarakat menyekolahkan anaknya di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang.

(5)

masih banyaknya siswa yang terlambat masuk sekolah, seragam yang tidak rapi, dan halaman masih belum bersih dari sampah, tidak membawa alat tulis secara lengkap. Input siswa yang dimikian pula menyebabkan sulitnya guru untuk melakukan proses dan hasil pembelajaran, terutama sebagai transfer ilmu. Guru perlu memfokuskan perhatian pada siswa yang kurang memahami pembelajaran, disisi lain siswa lain juga membutuhkan perhatian yang sama. Hasilnya banyak proses belajar yang menghasilkan kurang maksimalnya hasil belajar, terutama membuat siswa cerdas dan paham tentang bidang ilmu yang disampaikan.

Rendahnya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang utamanya ditimbulkan oleh tingkat kepuasan masyarakat tentang proses dan hasil belajar masih rendah. Menurut salah WR dan K yang diwawancarai tanggal 23 Februari 2018 dan bertempat tinggal dekat dengan SD Negeri 05 Bareng, keduanya menyatakan alasan yang serupa terkait alasannya tidak menyekolahkan anaknya di SD Negeri 05 Bareng. Kedua orang tersebut menyebutkan bahwa banyak siswa yang tidak disiplin di SD Negeri 05 Bareng, guru dan Kepala Sekolah kurang tegas dalam membina peserta didiknya, dan mereka khawatir anak mereka tidak dapat menjadi apa yang diharapkannya setelah sekolah di sekolah tersebut.

Permasalahan utama yang diangkat oleh peneliti adalah rendahnya minat masyarakat (pelanggan) untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri 05 Bareng. Salah satu fungsi dari TQM adalah memfokuskan layanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, maka dapat disimpulkan sekolah belum mampu untuk menerapkan TQM secara maksimal. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan analisis terkait Kepuasan Masyarakat di SD Negeri 05 Bareng sesuai dengan prinsip-prinsip dan langkah kerja TQM di SD Negeri 05 Bareng. Fokus penelitian lain dari penelitian ini adalah berdasarkan prinsip TQM yang melibatkan secara menyeluruh dan perbaikan berkelanjutan di internal sekolah, dalam hal ini guru. Dari fungsi tersebut, maka peneliti mengangkat masalah lain yaitu terkait kinerja guru di SD Negeri 05 Masalah kinerja guru dan kepuasan masyarakat yang ditinjau dari prinsip-prinsip TQM yang dibahas secara rinci dalam artikel ini.

METODE

(6)

benchmarking untuk menelusuri apa kelebihan sekolah lain terkait masalah kinerja guru dan kepuasan masyarakat. Setelah membandingkan SD Negeri 05 Bareng kota Malang dengan sekolah lain di sekitarnya (SD Negeri 02 dan SD Negeri 03 Bareng), peneliti melakukan brainstorming untuk mengetahui apa penyebab masalah tersebut secara lebih luas. Langkah selanjutnya adalah menganalisis medan dan analisis SWOT, yaitu mencari kekuatan organisasi dan apa yang mengambatnya. Setelah mengetahui kondisi lingkungan sekolah, peneliti melakukan proses chart untuk mengetahui kesiapan organisasi dalam menerapkan perbaikan program. Secara lengkapnya disajikan dalam diagram alir sebagai ciri khas TQM pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Diagram Alir Penerapan TQM di SD Negeri 05 Bareng

HASIL

Hasil pada penelitian ini diperoleh data dari setiap aktivitas TQM yang dilaksanakan di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Aktivitas yang dimaksud adalah dari aktivitas Benchmarking, Force-Field Analysis, Analisis SWOT,dan Process-Chart. Setiap aktivitas

MULAI

MASALAH

BENCH MARKI

NG

PERBANDINGAN SEKOLAH

FORC EFIEL

D

KONDISI

LINGKUNGAN SWOT

PROCE SS -CHART

RANCANGA N PERBAIKAN

(7)

yang dilakukan pada kegiatan perbaikan mutu sekolah melalui tools TQM ini disajikan dalam sub-bab berikut:

Benchmarking

Kegiatan benchmarking dilakukan untuk memberikan acuan awal sekolah yang dianggap baik dalam menarik minat masyarakat dan dinilai baik dalam kinerja gurunya. Aktivitas benchmarking dilaksanakan peneliti pada hari jum’at 02 Maret 2018 di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Fungsi dari kegiatan ini adalah memiliki perbandingan apa yang dimiliki oleh sekolah lain, dan apa saja yang tidak dimiliki oleh SD Negeri 05 Bareng. Peneliti memilih SD Negeri 02 dan SD Negeri 03 Bareng Kota Malang sebagai patokan dari kinerja dan minat masyarakat. Pemilihan ini didasarkan pada lokasi sekolah yang berdekatan dan kondisi masyarakat sekitar sekolah yang kurang lebih serupa dikarenakan memang dalam satu daerah kelurahan.

Aktivitas ini dilaksanakan bersama dengan satu orang guru, dan kepala sekolah.

Benchmarking dalam penelitian ini diperoleh data tentang bagaimana kinerja guru di kedua sekolah tersebut sebagai pembanding SD Negeri 05 Bareng Kota Malang dan dikategorikan kedalam prinsip TQM menurut Sallis (2011). Data tersebut ditampilkan dalam tabel di bawah.

Tabel 1. Hasil Benchmarking Kinerja Guru

No. Aspek SD Negeri 02 SD Negeri 03

1. Fokus pada pelanggan Guru menggunakan media

pembelajaran yang bervariasi, sesuai kebutuhan siswanya.

Sekolah mampu meningkatkan minat dan keingintahuan murid pada suatu hal dibahas melalui apersepsi yang baik.

2. Obsesi terhadap Kualitas

Siswa yang kurang mampu menguasai pelajaran diberikan soal remidial.

Ditambahnya materi dalam jam belajar, melaksanakan ujian, dan tersedianya waktu tambahan bagi murid pada hari jumat.

3. Pendekatan Ilmiah Pembelajaran terbimbing oleh guru yang menekankan pada proses penemuan konsep mandiri.

Kegiatan terencana dan sistematis melalui penerapan RPP.

4. Komitmen Jangka Panjang

Adanya kegiatan evaluasi rutin 2 kali dalam seminggu.

Ekstrakulikuler dibina oleh guru untuk menampung minat siswa secara berkelanjutan.

5. Kerja Sama Tim Saling koordinasi terkait tema antara

guru kelas dengan guru mata pelajaran. Guru yang berhalangan hadir digantikan oleh guru lain 6. Perbaikan Sistem

Secara

Berkesinambungan

Dibentuknya grup whatapps antara wali murid dan guru kelas untuk perbaikan kualitas pembelajaran.

Diperbaikinya pembelajaran secara berkelanjutan pada bagian yang masih kurang dan perlu disempurnakan.

7. Pendidikan dan Pelatihan

Mengikuti musyawarah gugus secara rutin.

Guru dikirim untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.

8. Kebebasan yang

Terkendali Guru diberikan kewenangan penuh dalam memberikan pembelajaran di kelas, namun dikontrol oleh kepala sekolah.

(8)

9. Kesatuan Tujuan Visi, misi, dan tujuan sekolah dipaparkan jelas di sekolah agar guru selalu mengingatnya.

Visi, misi, dan tujuan sekolah dipaparkan jelas di sekolah agar guru selalu mengingatnya. 10. Adanya Keterlibatan

dan Pemberdayaan.

Adanya musyawarah antar-guru merancang program tahunan dan program semester.

Mengadakan pertemuan komite setiap akan ada event atau keperluan lain.

Pada aktivitas benchmarking tersebut ditemukan bahwa kinerja guru di SD Negeri 02 Bareng dan SD Negeri 03 Bareng Kota Malang dilaksanakan memang sudah baik, namun data tersebut dapat saja bias dikarenakan pada saat kegiatan benchmarking ini tidak diikuti oleh stakeholder dari kedua sekolah tersebut. Data tersebut diperoleh dari informasi yang diperoleh oleh kepala sekolah dan guru menurut pengamatan dan pengalaman guru selama berinteraksi dengan kedua sekolah sasaran benchmark tersebut. Selanjutnya untuk memperoleh data bagaimana kepuasan masyarakat terhadap SD Negeri 02 Bareng dan SD Negeri 03 Bareng Kota Malang guna keperluan benchmarking, peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar, yaitu kelurahan Bareng Kota Malang. Hasil

Benchmarking dengan Guru dan Kepala Sekolah disajikan data dan dikategorikan sesuai indikator kepuasan masyarakat Gaspersz (2000) yang ditampilkan pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Benchmarking Kepuasan Masyarakat

No. Aspek SD Negeri 02 Bareng SD Negeri 03 Bareng

1. Tampilan fisik (tangibles).

Tampilan fisik sekolah bagus dan tertata rapih.

Tampilan fisik sekolah bagus dan bersih.

2. Keterandalan

(reliability). Pelaksanaan kedisiplinan di sekolah baik, dengan adanya peraturan yang ketat.

Pelaksanaan kedisiplinan di sekolah baik, dengan adanya peraturan yang ketat. 3. Kredibilitas

(credibility).

Masyarakat percayaan terhadap pengelolaan sekolah dapat mendidik siswa.

Masyarakat percayaan terhadap pengelolaan sekolah dapat mendidik siswa.

4. Kompetensi (competence).

Masyarakat yakin terhadap kompetensi guru yang dapat mencerdaskan siswa.

Masyarakat yakin terhadap kompetensi guru yang mencerdaskan siswa. 5. Pemahaman terhadap

kebutuhan konsumen (understanding the customer).

Di kegiatan pertemuan wali murid yang berisi masukan-masukan untuk sekolah terkait kebutuhan wali murid.

Di kegiatan pertemuan wali murid yang berisi masukan-masukan untuk sekolah terkait kebutuhan wali murid.

6. Komunikasi

(communication). Dibentuknya grup whatapps antara wali murid dan guru kelas untuk perbaikan kualitas pembelajaran.

Sering diadakan pertemuan komite sekolah.

7. Responsif (responsiveness). 8. Kesopanan

(courtesy). Mempersilahkan masyarakat untuk ikutserta dalam event sekolah. Sikap guru ramah terhadap kritikan dari masyarakat. 9. Keamanan (security). Terdapat tenaga kependidikan khusus

penjaga sekolah.

Terdapat pagar yang memberi batasan orang luar masuk. 10. Akses (access). Dekat dengan jalan utama, tidak masuk

(9)

oleh stakeholder dari kedua sekolah tersebut. Data tersebut diperoleh dari informasi yang diperoleh oleh kepala sekolah dan guru menurut pengamatan dan pengalaman guru selama berinteraksi dengan kedua sekolah sasaran benchmark tersebut.

Kesimpulan terhadap aktivitas benchmarking ini, kedua sekolah yang dapat dikatakan sebagai kompetitor SD Negeri Bareng 05 Kota Malang dalam aspek kinerja guru dan kepuasan masyarakat sudah cukup baik dalam menerapkan TQM dalam budaya sekolahnya. Data tersebut diperoleh dari masukan-masukan selama diskusi membahas aspek kinerja guru dan kepuasan masyarakat sebagai pembanding dan acuan dari pengembangan sekolah dalam penerapan Total Quality Management.

Force-Field

Sebelum melaksanakan Force-field analysis, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa masyarakat di sekitar sekolah untuk mendapatkan gambaran lingkungan eksternal sekolah. Menurut Sallis (2011) Force-field analysis merupakan pengumpulan gagasan yang mendasari yaitu adanya dua kekuatan yang berlawanan untuk berubah. Satu set kekuatan mendorong perubahan, sementara yang lain menolak. Analisis didasarkan pada proposisi sederhana yang memperkuat kekuatan promosi dapat membawa perubahan atau menetralisir kekuatan penolak kemudian diberikan skor sesuai hasil diskusi rentangan 1-5. Data yang dicari yaitu pendapat masyarakat terkait kinerja guru di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang, dan mengapa SD Negeri 05 Bareng Kota Malang kurang diminati masyarakat. Force-field analysis dilaksanakan pada hari kamis tanggal 08 Maret 2018 di kantor Kepala Sekolah SD Negeri 05 Bareng. Aktivitas ini dilaksanakan bersama dengan satu orang guru, dan kepala sekolah. Hasil dari aktivitas Force-field analysis yang masih dalam cakupan tools TQM yang dipakai untuk peningkatan mutu sekolah ditampilkan pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Force-field Analysis SD Negeri 05 Bareng No. Kekuatan Pendorong Sko

r Kekuatan Penolak Skor

1. Dukungan pemerintah daerah dan

Kementerian dalam melengkapi sarana dan prasarana.

4 Prosedur pengajuan bantuan yang terlalupanjang dan rumit. 3

2. Tuntutan masyarakat terhadap lulusan yang

berkualitas. 3 Sumber daya (SDM dan materil) yang kurang memadai. 5 3. Dukungan orang tua tinggi dibuktikan

dengan bantuan pembiayaan dan pemikiran. 3

Masih banyak keperluan yang kurang

mencukupi untuk peningkatan kualitas. 3 4. Sekolah sudah cukup dikelola dengan baik,

ditunjukan dengan akreditasi terakhir A. 3 Sekolah kompetitor lebih baik pengelolaannya. 5 5. Wali murid cukup puas dengan pendidikan di

sekolah 2 Promosi kurang gencar dilakukan kepada masyarakat sekitar, hanya dari mulut ke mulut

4

6. Sudah tersedia komputer, dan LCD di sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai

media pembelajaran. 2

Beberapa guru terutama guru senior belum bisa memanfaatkan teknologi

(10)

7. Fasilitas perpustakaan tersedia dengan cukup

banyak buku. 4

Guru kurang memanfaatkan dan mendorong siswa untuk menambahkan minatnya dalam membaca. 5 8. Hampir semua guru berstatus PNS. 3 Guru kurang memanfaatkan gaji untuk

pemberdayaan pembelajaran. 3 9. Masyarakat menuntut budaya di sekolah

yang kondusif. 2 Beberapa siswa yang belajar di sekolah merupakan siswa yang tidak naik dari

sekolah lain 5

10. Adanya kegiatan ekstrakulikuler di sekolah dan difasilitasi oleh guru. 4

Hanya ada dua kegiatan ekstrakuler

yaitu sepak bola dan pramuka. 2

Total Pendorong 30 Total Penolak 38

Dari aktivitas ini ditemukan faktor pendorong dan penghambat mutu organisasi dalam aspek kinerja guru dan kepuasan masyarakat. Faktor pendorong mendapatkan skor 30, sedangkan faktor pengahmbat mendapatakan skor 38. Dari skor tersebut dapat terlihat bahwa sekolah mendapatkan penghambat yang lebih besar dari faktor pendorongnya, hal ini sekolah perlu melakukan tindakan untuk memperbaiki mutu sekolah. Faktor-faktor penghambat tersebut perlu diperhatikan untuk dapat memperbaiki mutu sekolah. Seperti harapan masyarakat terhadap sekolah untuk menciptakan budaya yang kondusif dan aman yang namun dihambat oleh siswa yang kurang dikelola guru dengan baik dan input dari siswa yang merupakan dari siswa yang tidak naik kelas ataupun yang tidak diterima di sekolah lain.

SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui lingkungan dan kondisi sekolah, baik lingkungan internal dalam organisasi sekolah, maupun lingkungan eksternal. Hasil analisis ini menyajikan data internal organisasi berupa kekuatan (strenghs) dan kelemahan (weakness), serta lingkungan ekternal organisasi berupa peluang (opportunities) dan ancaman (treats) yang digunakan untuk menyusun strategi peningkatan mutu pendidikan. Berikut tabel 4 yang menjabarkan hasil analisis lingkungan internal organisasi.

Tabel 4. Analisis Lingkungan Internal SD Negeri Bareng 05 (SW)

No. Strenghs No. Weakness

1. Motivasi guru untuk mengajar tinggi, dibuktikan dengan jarangnya ada kelas kosong.

1. Rekruitmen guru baru dari unsur keluargaan.

2. Siswa antusias dalam pembelajaran yang melibatkan banyak aktivitas fisik

2. Penerimaan siswa baru tidak dilakukan dengan tes, tanpa adanya seleksi.

3. Hubungan baik antar guru. 3. Belum bisa mencukupi kebutuhan operasional sekolah, seperti pembiayaan PTK.

4. Hubungan baik siswa-guru. 4. Gedung sekolah perlu perbaikan, beberapa bangunan sejak tahun 2001.

5. Beberapa siswa memiliki kemampuan belajar yang rendah

(11)

pada kekuatan. Selanjutnya untuk memperlengkap data analisis lingkungan, maka dianalisis faktor peluang dan ancaman dari lingkungan ekstenal sekolah. Data tersebut diperoleh dari wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas IV SD Negeri 05 Bareng. Untuk memperjelas, disajikan dalam tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Analisis Lingkungan Eksternal SD Negeri Bareng 05 (OT)

No. Opportunity No. Treats

1. Dukungan dari pemerintah pusat dan

daerah berupa BOS dan BOSDA. 1. Masyarakat sekitar yang mempunyai pandangannegatif terhadap karakter siswa. 2. Lokasi yang strategis di daerah padat

penduduk.

2. Masyarakat sekitar menganggap kompetensi guru untuk mengajar masih rendah, banyak siswa yang tidak melanjutkan.

3. Dukungan berupa materil dari wali murid

cukup tinggi. 3. Kerja sama dengan lembaga eksternal masihrendah. 4. Memiliki teknologi untuk menunjang

pembelajaran.

4. Pergaulan siswa yang memberikan dampak negatif bagi pembelajaran, (anjal, pengamen) Dari data di atas diperoleh beberapa hal yang dapat berpengaruh pada kinerja guru dan kepuasan masyarakat dilihat dari lingkungan eksternal sekolah. peluang-peluang tersebut perlu untuk dimanfaatkan dengan maksimal oleh sekolah. Masalah-masalah yang timbul akibat ancaman telah dapat dirasakan langsung oleh sekolah, seperti rendahnya minat masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Dari banyak yang ditunjukan dari lingkungan internal dan eksternal tersebut, perlu untuk menyusun langkah perbaikan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pada aspek kinerja guru dan kepuasan masyarakat.

PEMBAHASAN

Pembahasan pada artikel ini berisi perencanaan strategi yang akan dilakukan oleh SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. strategi tersebut disajikan dalam setiap aspek yaitu kinerja guru dan kepuasan masayrakat. Agar lebih mencirikan proses Total Quality Management

(TQM) Strategi tersebut meggunakan tools Process-chart yaitu seperti gambar di bawah ini:

(12)

Inti dari process-chart ini adalah memastikan bahwasanya lembaga pendidikan paham terhadp lingkungan internalnya yang digunakan pada layanannya (Sallis:2011). Dalam artikel ini, pelanggan dan sumber daya yang dimiliki akan dibahas pada dalam beberapa bagian menurut fokus masalah dalam artikel ini. Lebih jelasnya disajikan dalam sub-bab di bawah ini.

Kinerja Guru

Kinerja guru di SD Negeri bareng 05 berdasarkan pelanggan sekolah yaitu masyarakat terutama orang tua/wali siswa. Berdasarkan analisis medan (force-field analysis) dan SWOT dinyatakan beberapa hal yang perlu ditingkatkan dari segi kinerja guru, sekaligus menjawab kebutuhan orang tua sebagai pelanggan sebagai supplier sekaligus costumer untuk lulusan yang berkualitas secara akademik. Strategi yang dapat diterapkan: (1) pembelajaran berbasis teknologi, (2) pembiasaan membaca pada siswa, (3) budaya sekolah yang kondusif, (4) mendorong siswa untuk melanjutkan ke SMP, (5) penambahan kegiatan ekstra kurikuler, (6) rekruitmen guru yang lebih terbuka, (7) pemberian layanan khusus bagi siswa dengan kemampuan belajar kurang. Ketujuh masalah dan strateginya yang telah diidentifikasi dengan

Tools TQM ini merupakan masalah-masalah yang yang harus dihadapi dan ditingkatkan. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kelebihan-kelebihan di sekolah pesaing dan perlu diterapkan di SD Negeri 05 Kota Malang yang diperoleh dari kegiatan Benchmarking.

(13)

Komitmen manajemen oleh kepala sekolah dan melakukan perbandingan dengan lembaga pendidikan yang lebih maju bisa jadi strategi untuk menerapkan TQM di SD Negeri Bareng 05 Kota Malang. Menurut Retnaningrum dan Nasron (2013) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konstruk TQM dibentuk oleh lima dimensi yaitu: dimensi komitmen manajemen puncak, benchmarking, fokus keryawan, pelatihan, dan fokus pelanggan. Dalam artian dalam penerapan TQM bukan hanya pelanggan yang menjadi fokus program perbaikan, akan tetapi guru yang kinerjanya berdampak langsung pada pembelajaranpun perlu diperhatikan.

Beberpa sekolah telah menjadi bukti penerapan TQM dapat meningkatkan kinerja sehingga berdampak pada kepuasan masyarakatnya. Menurut Eryılmaza, dkk. (2016) institusi pendidikan tinggi Turki telah menunjukkan kemajuan besar selama ini dan beberapa tahun terakhir, salah satunya dengan menggunakan berusaha untuk semaksimal mungkin dalam mengajar dan berusaha tidak ada kesalahan pada setiap pembelajaran. prinsip ini diasumsikan Eryilmaza sebagai kutipan dari prinsip Zero-defect yang merupakan prinsip TQM. Apabila secara menyeluruh lembaga pendidikan, termasuk di SD Negeri Bareng 05 Kota Malang dapat menerapkan prinsip ini, diyakini peneliti dapat meningkatkan kinerja pula.

Kepuasan Masyarakat

(14)

pilihan dalam menuntaskan masalah tersebut adalah dengan menggunakan prinsip-prinsip

total quality management.

Penggunaan TQM untuk meningkatkan kepuasan pelanggan sangat baik untuk dicoba oleh sekolah, apalagi dengan persangan antar sekolah yang cukup menekan proses tersebut. menurut Militaru, dkk (2013) TQM bisa memfasilitasi institusi pendidikan dalam mengontrol perkembangan dan membangun inovasi dirinya sendiri sehingga dapat menanggulangi penekanan dari eksternal persaingan baru. Beliau menambahkan sekolah yang menerapkan TQM mempunyai ciri-ciri: (1) optimaliasasi aktivitas PTK, (2) perataan vertikal (memahami seluruh peraturan) dan horizontal (semua staf sampai kepala sekolah punya beban yang sama), (3) perintah berpusat kepada kepala sekolah. Penerapan TQM memang membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat seketika rampung, namun komitmen dari seluruh staf sangatlah mempengaruhi keberhasilan penerapan TQM tersebut.

Kerjasama antar lembaga pendidikan sangat penting untuk meningkatkan daya saing di masyarakat. Buktinya menurut penelitian Anastasiadou (2015) dalam penerapan TQM di Yunani menunjukan adanya faktor kerja sama dan pemanfaatan sumber daya yang baik dapat menjamin kepuasan masyarakat terhadap sistem di lembaga pendidikan. Maka dari itu, sekolah perlu untuk menerapkan TQM dengan salah satu strateginya yaitu meningkatkan kerja sama dengan sekolah lain, belajar dari sekolah lain yang dalam aspek kepuasan pelanggan lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(15)

dalam Total quality managment dapat dijadikan alat untuk mengetahui permasalahan mutu sekolah, sedangkan prinsipnya digunakan untuk perbaikan masalah tersebut

Saran

Berdasarkan simpulan yang dijelaskan di atas, maka disampaikan beberapa saran yaitu: (1) Kepala lembaga sekolah perlu menerapkan program perbaikan kinerja guru dan kepuasan masyarakat beserta guru dan stakeholder sekolah lainya, (2) Kepala sekolah, guru, dan seluruh stakeholder sekolah hendaknya mempertimbangkan prinsip-prinsip TQM dan menerapkannya di sekolah, (3) Sekolah perlu menentukan target-target pencapaian mutu yang harus diperoleh melalui implementasi TQM di SD Negeri 05 Bareng.

DAFTAR RUJUKAN

Anastasiadou, S.D. 2015. Roadmaps of Total Quality Management in the Greek Education System According to Deming, Juran, and Crosby in Light of the EFQM Model.

Procedia Economics and Finance (33) 562 – 572. (online) http://sciencedirect.com/. Diunduh tanggal 16 Maret 2018.

Crosby, P.B. 1979. Quality Is Free. New York : New American Library. (online pdf) http:freebook.com. diunduh tanggal 26 Februari 2018.

Eryilmaz, M. E. Dkk. 2016. Total Quality Management in the Turkish Higher Education Institutions: Preliminary Findings. Procedia. Social and Behavioral Sciences (229) 60 – 69. (online) http://sciencedirect.com/. Diunduh tanggal 16 Maret 2018.

Gaspersz, Vincent, 2000, Penerapan Total Management In Education (TQME) Pada Perguruan Tinggi Di Indonesia, Jurnal Pendidikan Jilid 6 (11) Hal 23-41 (online). http://www.ut.ac.id. Diakses tanggal 26 Febuari 2018.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah. (online) http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/. Diunduh tanggal 03 Maret 2018.

Militaru, M. Ungureanu, G. Chenic, A.S. 2013. The prospects of implementing the principles of Total Quality Management (TQM) in education. Procedia - Social and Behavioral Sciences (93) 1138 – 1141. (online) http://sciencedirect.com/. Diunduh tanggal 16 Maret 2018.

Nasution, M. 2000. Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 tentang penerimaan siswa baru. (online) http://kemdikbud.go.id/ diunduh tanggal 3 Februari 2018.

(16)

Sallis, E. 2011. Total Quality Management In Education. Terj. Ahmad Ali Riyadi, Cet. Ke-4. Yogyakarta: Ircisod.

Supeni, B.S. 2014. Pengaruh Total Quality Management (TQM) dan Kedisiplinan Guru terhadap Kinerja Guru SMA/SMK di Kota Madiun. ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.3 No.2, halaman 75-82. (online) http://portalgaruda.org/archive/... Diunduh tanggal 03 Maret 2018.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Penerapan TQM di SD Negeri 05 Bareng
Tabel 1. Hasil Benchmarking Kinerja Guru
Tabel 2. Hasil Benchmarking Kepuasan Masyarakat
Tabel 3 Force-field Analysis SD Negeri 05 Bareng
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian Edih (2014) dengan menggunakan pupuk N, P, K, Mg dengan dosis pupuk target produksi 15 ton diperoleh padi gabah netto kering dengan dosis yang ditentukan

Dalam buku ini saya mengandaikan dalam rangka analisis bahwa pembaca adalah prinsipal atau si pembuat kebijakan — oleh karena itu tentulah bertindak demi kepentingan umum..

Untuk memperoleh H 2 dalam konsentrasi yang tinggi, gas yang dihasilkan dari. absorber biodesulfurisasi dialirkan ke unit pemisahan CO 2 yaitu ke absorber

Selain penelitian tersebut, penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Pipit Sumanti (2011) yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif

Grafik rataan jumlah koloni bakteri pada perlakuan tanpa bakteri selama enam hari pengamatan ... Grafik rataan jumlah koloni bakteri pada perlakuan Bacillus

Tujuan Penelitian ini adalah (i) untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil cabe rawit terhadap pemberian beberapa dosis pupuk kandang kotoran ayam di tanah

dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada

Berdasarkan output Gambar 4 hasil uji Colliniearity Statistics (VIF) – Outer VIF Value diatas menunjukkan untuk manajemen laba (X), perencaanaan biaya modal