FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI
Pujiati
Alumni Prodi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta pujiatids@gmail.com
Abstrak: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Sektor Industri Barang Konsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan likuiditas sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif (hubungan), yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Populasi penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Terdapat 7 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian sehingga data penelitian berjumlah 42. Hasil penelitian ini adalah kepemilikan manajerial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, kesempatan investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, likuiditas mampu memoderasi kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen, likuiditas mampu memoderasi kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen, likuditas tidak mampu memoderasi kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen, dan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kesempatan investasi berpengaruh bersama-sama terhadap kebijakan dividen.
Kata kunci: kebijakan dividen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kesempatan investasi
Abstract: F actors Influencing Corporate Dividend Policy of Consumer Goods Industry.
The research examines the effect of managerial ownership, institutional ownership, and investment opportunity on dividend policy with liquidity as moderating variable. This study used a sample of consumer goods industry that distribute dividend in the period 2008-2013 are listed on the Indonesia Stock Exchange. Purposive sampling is used as sampling technique. Fourty two firms were used as research data. This research concludes that managerial ownership have positive but not significant influence toward dividend policy and liquidity moderate this influence, institutional ownership have positive and significant influence toward dividend policy and liquidity moderate this influence, investment opportunity have negative and significant influence toward dividend policy and liquidity can’t moderate this influence, managerial ownership, institutional ownership, and investment opportunity have significant influence toward dividend policy.
Keywords: dividend policy, managerial ownership, institutional ownership, investment
opportunity
PENDAHULUAN
Wewenang dalam menetapkan kebijakan dividen merupakan salah satu
keputusan tentang jumlah laba saat ini yang
akan dibayarkan sebagai dividen daripada laba yang akan ditahan untuk kemudian diinvestasikan kembali dalam perusahaan (Brigham, E.F. dan Houston, J.F, 2011: 27). Perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividen harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Keputusan kebijakan dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham terutama pemegang saham yang berorientasi pada jangka panjang bukan pemegang saham yang berorientasi pada
capital gain. Oleh sebab itu, perusahaan akan berusaha meningkatkan pembayaran dividen dari tahun ke tahun (Ratih Fitria Sari, 2010: 20).
Masalah kebijakan dividen berkaitan dengan masalah keagenan. Salah satu pihak yang menentukan kebijakan dividen adalah manajer. Perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan dividen yang rendah agar memiliki sumber dana internal yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan pendanaan melalui utang atau emisi saham baru. Kenyataannya, manajer juga terlibat dalam kepemilikan saham sehingga terkadang menginginkan return dalam
bentuk dividen. Perilaku manajer yang menyukai dividen rendah akan berakibat
pada laba ditahan yang dimiliki perusahaan menjadi relatif tinggi. Jika manajer menyukai dividen yang besar maka akan
berdampak pada sumber dana internal yang
dimiliki perusahaan akan relatif rendah. Pada situasi tersebut, jika perusahaan ingin melakukan ekspansi maka akan didanai dari sumber dana eksternal yang relatif mahal, misalnya menggunakan utang. Peningkatan penggunaan utang akan meningkatkan rasio utang yang mengakibatkan risiko kebangkrutan dan financial distress. Keputusan tersebut justru akan menimbulkan konflik baru antara manajer, pemegang saham, dan kreditur sehingga perusahaan harus secara bijak dalam menentukan kebijakan dividen karena masing-masing alternatif keputusan akan memiliki risiko (Easterbrook dalam Kartika Nuringsih, 2005: 105).
Perilaku manajer dapat diawasi oleh pemegang saham dengan mengeluarkan kos pengawasan yang disebut agency cost. Kepemilikan manajerial dipandang dapat mengurangi agency cost apabila porsinya dalam struktur kepemilikan di perusahaan ditingkatkan. Pemberian kesempatan manajer untuk terlibat dalam kepemilikan saham bertujuan untuk menyetarakan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Keterlibatan manajer tersebut mendorong manajer untuk bertindak secara hati-hati karena mereka akan turut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambilnya. Selain itu, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya
Christianty Dewi, 2008: 48). Manajer yang
memiliki saham dalam perusahaan yang dipimpin akan mempunyai peran ganda yaitu sebagai manajer sekaligus investor. Posisi manajer sebagai investor lebih menyukai pendapatan dividen yang besar (bird in the hand theory).
Kepemilikan institusional dianggap dapat memonitor kinerja manajemen. Kepemilikan institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat
membatasi perilaku opportunistic manajer, yaitu manajer melaporkan laba secara
oportunis untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya Jensen dan Meckling (1976: 372-373). Selain itu, pengawasan yang efektif dari investor institusional akan memaksa manajer untuk mendistribusikan arus kas sebagai dividen. Dividen dapat digunakan sebagai kompensasi investor institusional atas kegiatan pengawasan mereka terhadap manajerial perusahaan (Shleifer, Andrei dan Vishny Robert W, 1986: 478).
Setiap investor pasti mengharapkan pertumbuhan perusahaan agar dapat memperoleh pengembalian seperti yang
diinginkan atas partisipasinya dalam bentuk penyertaan saham. Di sisi lain, pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas yang berjumlah terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, menambah
investasi, maupun melunasi utang (Michell Suharli dan Megawati Oktorina, 2005: 288-
289). Terlebih jika kondisi perusahaan dalam keadaan yang baik, maka pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen bagi pemegang saham dalam jumlah yang tinggi (Michell Suharli, 2007: 12). Oleh karena itu, semakin besar investasi yang dikeluarkan pada periode tertentu maka semakin kecil dividen yang akan dibayarkan.
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama manajer dalam menentukan besaran kebijakan dividen. Bagi perusahaan, dividen merupakan kas keluar sehingga semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Syarat perjanjian utang sebagai pelindung dalam kesepakatan obligasi atau perjanjian pinjaman sering kali meliputi batasan untuk pembayaran dividen. Batasan tersebut ditentukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan membayar utang. Ketika larangan tersebut diberlakukan maka akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan (Van Horne, James C dan
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Berdasar jenis data dan analisis yang digunakan, penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif karena mengacu pada perhitungan data berupa angka.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2008-2013.
Pengambilan data dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs website www.idx.co.id. Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan Desember - Maret 2015.
Target/Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Metode pengambilan sampel melalui purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode purposive
sampling, maka terdapat tujuh perusahaan sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 yang dijadikan sampel.
Data, Intrumen, dan Teknik Pengum- pulan
a) Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yakni dengan mengumpulkan dokumen secara online dengan mengambil data melalui website resmi Bursa Efek Indonesia.
b) Teknik Analisis Data 1) Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik- karakteristik variabel penelitian utama serta demografi jika ada (Indrianto dan Supomo, 2009: 170). Pengukuran yang digunakan adalah nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi.
2) Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedasti- sitas, dan uji linearitas.
3) Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dengan
tabel 2 menunjukkan hubungan yang
Min Max Std. normal. Besarnya nilai Kolmogorov-imu imu Deviati Smirnov (K-S) untuk Unstandardized N m m Mean on Residual adalah 0,701, 0,732, 1,095, dan
DP 42 0,10 0,92 0,48814 0,22596 0,794 dengan probabilitas signifikansi sederhana, analisis regresi nilai
selisih mutlak, dan analisis regresi linear berganda.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Variabel yang diukur dalam penelitian ini diproksikan dengan Kebijakan Dividen (DPR), Kepemilikan Manajerial (MNJR), Kepemilikan Institusional (INST), Kesempatan Investasi (capital expenditur to book value of asset/CAPBVA), dan Likuiditas (CR).
Analisis Statistik Deskriptif
Hasil statistik deskriptif dari variabel tersebut dapat diamati pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Stastistik Deskriptif
Uji Asumsi Klasik
Berikut adalah persamaan regresi dalam
penelitian ini:
1: Y = α + β1 MNJR + ε 2: Y = α + β2 INST + ε 3: Y = α + β3 CAPBVA + ε
4: Y = α + β1 ZMNJR + β4 ZCR + β5 AbsMNJR - CR + ε
5: Y = α + β2 ZINST + β4 ZCR + β6 AbsINST - CR + ε
6: Y = α + β3 ZCAPBVA + β4 ZCR + β7 AbsCAPBVA - CR + ε
7: Y = α + β1 MNJR + β2 INST + β3 CAPBVA + ε
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada
R 791 56 0,710, 0,658, 0,182, dan 0,554 berada di atas
MN 42 0,00 0,17 0,00308 0,00428 α = 0,05. Hal ini berarti (H0) diterima dan
JR 001 44 (Ha) ditolak. Hasil uji normalitas atas
INS 42 0,24 0,96 0,74187 0,17022 seluruh model regresi di atas diamati pada
T 132 09 tabel 2 sebagai berikut:
CA 42 - 0,44 0,03509 0,06993
PB 0,02 89
VA 65
Unstandardized Residual
Persamaan
Regresi 1,2,3,7 4 5 6
Kolmogorov-Smirnov
0,701 0,732 1,095 0,794
Asymp. Sig.
(2-tailed)
0,710 0,658 0,182 0,554
Persa- maan Regresi
Model
Tole-rance
VIF
1, 2, 3, 7 MNJR 0,958 1,044
INST 0,951 1,052
CAPBVA 0,976 1,025
4 Zscore
(MNJR)
0,586 1,707
Zscore (CR)
0,498 2,006
AbsMNJR_ CR
0,350 2,855
5 Zscore
(INST)
0,865 1,156
Zscore (CR)
0,859 1,164
AbsINST_ 0,751 1,331
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Normalitas ZCR
6 Zscore
(CAPBVA)
Zscore (CR)
AbsCAPB VA_CR
0,183 5,457
0,330 3,033
0,163 6,144
Hasil Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas atas seluruh model regresi di atas diamati pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas pada tabel 3
menunjukkan bahwa nilai Tolerance yang dimiliki oleh seluruh variabel independen tersebut di atas 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antarvariabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama bahwa nilai VIF yang dimiliki oleh seluruh variabel independen adalah di bawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas dan model regresi layak untuk digunakan.
Hasil Uji Autokorelasi
Unstandardized Residual Persa-
maan Regresi
1,2,3,
7 4 5 6
Test
Value
- 0,034 1
- 0,022 7
- 0,043 4
- 0,032 1
Assymp
. Sig
(2-
tailed)
0,274 0,27 4
0,63 9
0,27 4
Persa- maan Regresi
Model
Tole-rance
VIF
1, 2, 3, 7 MNJR 0,576 0,568
INST -1,145 0,259
CAPBVA -1,782 0,083
4 Zscore
(MNJR)
0,986 0,330
Zscore (CR) 1,276 0,210
AbsMNJR_ CR
-1,758 0,087
5 Zscore
(INST)
-1,003 0,322
Zscore (CR) 1,376 0,177 AbsINST_Z
CR
-0,060 0,952
6 Zscore
(CAPBVA)
0,697 0,490
Zscore (CR) 1,971 0,056
AbsCAPBV A_CR
-1,433 0,160 Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Autokorelasi penelitian ini tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas atas seluruh model regresi di atas diamati pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji
Heteroskedastisitas
Hasil uji autokorelasi pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai Test adalah - 0,0341, -0,0227, -0,0434, dan -0,0321 dengan probabilitas 0,274, 0,274, 0,639, dan
0,274 lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan sebelumnya (5%). Dengan demikian hipotesis Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antarnilai residual.
Hasi Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heterokedastisitas melalui uji Glejser pada tabel 5 menunjukkan hasil bahwa tidak ada satu pun variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai
Varia bel
Kons- tanta
Koefi- sien Re- gresi
r2 t
hitung
Sig.
MNJR 0,465 1,481 0,065 1,666 0,104 Hasil Uji Linearitas
Hasil uji linearitas atas seluruh model
regresi di atas diamati pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Linearitas
dari distribusi normal akan menyebabkan uji statistik menjadi tidak valid.
Hasil Uji Hipotesis Pertama
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Pertama
Model R2 c2
hitung c2
tabel MNJR2, INST2,
CAPBVA2
0,005 0,021 58,11
ZMNJR2, ZCR2, 0,060 2,52 58,11
AbsMNJR_CR2 ZINST2, ZCR2, AbsINST_CR2
ZCAPBVA2, ZCR2,
AbsCAPBVA_CR2
0,117 4,914 58,11
0,164 6,888 58,11
Berdasarkan tabel 7 di atas, persamaan regresi sebagai berikut:
DPR = 0,465 + 1,481 MNJR
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar 1,666 jika dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi 0,05
Hasil uji linearitas melalui uji Lagrange Multiplier pada tabel 6 menunjukkan bahwa nilai c2 hitung dari seuluruh model lebih
kecil dari c2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa model yang benar adalah model linear.
Uji Hipotesis
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Uji regresi baik uji t, uji nilai selisih mutlak, maupun uji F sangat dipengaruhi oleh nilai residual yang mengikuti distribusi normal sehingga apabila asumsi ini menyimpang
yakni sebesar 1,6820 maka thitung lebih rendah daripada ttabel (1,666 < 1,6820). Nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,104 menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,104 > 0,05). Berdasarkan hasil uji hipotesis
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kepemilikan Manajerial (MNJR) memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen (DPR).
Varia- bel
Kons- tanta
Koe- fisien Re- gresi
r2 thitung Sig.
INST 0,190 0,400 0,094 2,035 0,048 Nuringsih (2005). Hasil penelitian tersebut
memberi kesimpulan bahwa tingkat Kepemilikan Manajerial yang tinggi akan menyebabkan aset yang dimiliki tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga manajerial menginginkan return atas opportunity cost yang besar yaitu dengan pembagian dividen yang semakin besar. Selain itu, struktur kepemilikan perusahaan di Indonesia relatif terkonsentrasi atau dikuasai oleh keluarga sehingga cenderung membagikan dividen yang lebih besar. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki Kepemilikan Manajerial rendah menunjukkan diversifikasi yang optimal sehingga cenderung lebih menyukai
retained earning dan kemudian akan membayar dividen dalam jumlah yang rendah.
Hasil Uji Hipotesis Kedua
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Kedua
Berdasarkan tabel 8 di atas, persamaan regresi sebagai berikut:
DPR = 0,190 + 0,400 INST
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar 2,035 jika dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi 0,05
yakni sebesar 1,682 maka thitung lebih tinggi daripada ttabel (2,035 > 1,6820). Nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,048 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,048 ≤
0,05). Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut maka dapa disimpulkan bahwa variabel Kepemilikan Institusional (INST) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen (DPR).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Thanatawee, Yordying (2012). Hasil penelitian tersebut mengambil kesimpulan bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Semakin besar kepemilikan saham institusional maka Kebijakan Dividen yang ditetapkan akan semakin besar. Keberadaan pemilik institusional diharapkan mampu melaksanakan fungsi monitoring yang efektif terhadap manajemen perusahaan. Fungsi monitoring tersebut bertujuan agar manajemen bertindak dengan tujuan mementingkan kemakmuran para pemegang
saham, bukan mengutamakan
Varia bel
Kons- tanta
Koe- fisien Re- gresi
r2 thitung Sig.
CAPB VA
0,524 -1,003 0,096 -2,058 0,046 pemegang saham yakni dengan pembagian
dividen yang besar pula. Selain itu, pembayaran dividen dapat dikatakan efektif sebagai insentif dari upaya monitoring yang telah dilaksanakan pemilik insitusional terhadap manajemen perusahaan.
Hasil Uji Hipotesis Ketiga
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Ketiga
Berdasarkan tabel 9 di atas, persamaan regresi sebagai berikut:
DPR = 0,524 - 1,003 CAPBVA
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa
nilai thitung sebesar -2,058 jika dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi 0,05 yakni sebesar -1,682 maka thitung lebih rendah daripada ttabel (-2,058 ≤ -1,6820). Nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,046 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,046 ≤
0,05). Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kesempatan Investasi (CAPBVA)
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen (DPR).
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Marpaung, Elyzabet Indrawati dan Bram Hadianto (2009) serta Titik Suwarti (2010). Hasil penelitian tersebut memberi kesimpulan bahwa Kesempatan Investasi tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan
Varia- bel
Kons- tanta
Koe- fisien Re- gresi
R2 t
hitung Sig.
ZMNJR
ZCR
AbsMN
JR_CR
0,612 0,121 0,168 -0,143
0,289 3,114 3,985 -2,877
0,003 0,000 0,007
Varia- bel
Kons- tanta
Koe- fisien Re- gresi
R2 thitung Sig.
ZINST ZCR AbsIN ST_CR
0,670 0,059 0,122
-0,158
0,332 1,839 3,785
-3,133
0,074 0,001
0,003 Hasil Uji Hipotesis Keempat
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Keempat
Berdasarkan tabel 10 di atas, persamaan regresi sebagai berikut:
DPR = 0,612 + 0,121 MNJR + 0,168 CR - 0,143 |MNJR-CR|
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai thitung variabel interaksi antara Kepemilikan Manajerial dan Likuiditas (AbsMNJR_CR) sebesar -2,877 jika
dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi 0,05 (uji 2 sisi) yakni sebesar -
2,0181 maka t hitung lebih rendah daripada
ttabel (-2,877 ≤ 2,0181). Nilai probabilitas
signifikansi variabel interaksi antara Kepemilikan Manajerial dan Likuiditas
(AbsMNJR_CR) sebesar 0,007
menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,007 ≤ 0,05). Berdasarkan hasil uji hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa variabel Likuiditas mampu memoderasi pengaruh
Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen.
Kepemilikan Manajerial lebih memprioritaskan laba pada laba ditahan dibandingkan untuk membayar dividen. Hal tersebut karena alasan keefektifan penggunaan dana internal dibandingkan dana eksternal. Terlebih jika memiliki Likuiditas yang baik, pihak manajemen perusahaan akan menggunakan potensi Likuiditas yang ada untuk melunasi utang atau mendanai operasi perusahaan. Oleh karena itu, manajemen tidak perlu khawatir akan adanya peningkatan financial distress dan kebangkrutan akibat penggunaan utang tinggi karena baik operasi maupun investasi dapat dibiayai dengan potensi Likuiditas yang ada. Dengan demikian, Likuiditas mampu memoderasi pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen.
Hasil Uji Hipotesis Kelima
Berdasarkan tabel 11 di atas, persamaan regresi sebagai berikut:
DPR = 0,670 + 0,059 INST + 0,122 CR - 0,158 |INST-CR|
Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai thitung variabel interaksi antara Kepemilikan Institusional dan Likuiditas (AbsINST_CR) sebesar -3,133 jika dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi 0,05 (uji 2 sisi) yakni sebesar -
2,0181 maka thitung lebih kecil daripada ttabel (-3,133 < -2,0181). Nilai probabilitas
pemegang saham. Oleh karena dividen
merupakan arus kas keluar maka semakin kuat posisi Likuiditas perusahaan akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Oleh karena itu, Likuiditas mampu memoderasi hubungan positif antara Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen.
Hasil Uji Hipotesis Keenam
Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Keenam signifikansi variabel interaksi antara
Kepemilikan Institusional dan Likuiditas (AbsINST_CR) sebesar 0,003 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai pada tingkat
Varia- bel
Kons- tanta
Koe-
fisien Re-
gresi
R2 thitung Sig.
signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,003 ≤ 0,05). Berdasarkan hasil uji hipotesis maka dapat
disimpulkan bahwa variabel Likuiditas mampu memoderasi pengaruh Kepemilikan
ZCAPB
VA
ZCR
AbsCA
PBVA_
CR
0,586 0,079 0,153 -0,103
0,214 1,306 2,699 -1,557
0,307 0,010 0,128
Institusional terhadap Kebijakan Dividen. Adanya Kepemilikan Institusional akan memiliki dampak dalam perusahaan termasuk dalam hal Kebijakan Dividen. Tingginya Kepemilikan Institusional akan menekan manajerial untuk mensejahterakan dan mengutamakan kepentingannya yakni mendapatkan dividen dalam jumlah yang besar. Posisi Likuiditas perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada
Berdasarkan tabel 12 di atas, persamaan regresi sebagai berikut:
DPR = 0,586 + 0,079 CAPBVA + 0,153 CR - 0,103 |CAPBVA-CR|
(-1,557 > -2,0181). Nilai probabilitas
signifikansi variabel interaksi antara Kesempatan Investasi dan Likuiditas (AbsINST_CR) sebesar 0,128 menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,128 > 0,05). Berdasarkan hasil uji hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa variabel Likuiditas tidak mampu memoderasi pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Titiek Suwarti (2010) yang menjelaskan bahwa Likuiditas tidak mampu
memperkuat pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Michell Suharli (2007) yang menjelaskan bahwa likuiditas mampu memperkuat pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen. Likuiditas diartikan sebagai kemampuan melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya dan mendanai operasionalnya. Perusahaan yang memiliki Likuiditas lebih baik maka akan mampu membayar dividen lebih banyak. Pada perusahaan yang menggunakan dana untuk investasi lebih banyak akan menyebabkan dana untuk pembayaran dividen berkurang. Likuiditas yang baik mampu meminimalisir keadaan tersebut karena saat itu perusahaan dapat menunda pembayaran hutang jangka pendeknya. Dengan demikian, perusahaan
yang memiliki Likuiditas baik mampu
memanfaatkan Kesempatan Investasi serta
mampu membayarkan dividen dalam jumlah yang tinggi.
Hasil Uji Hipotesis Ketujuh
Tabel 13. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Ketujuh
Varia- bel
Kons- tanta
Koe- fisien Re- gresi
R2 Fhitung Sig.
MNJR INST CAPB VA
0271 1,066 0,309 -0,840
0,199 3,156 0,036
Berdasarkan tabel 13 di atas, persamaan regresi sebagai berikut:
DPR = 0,271 + 1,066 MNJR + 0,309 INST - 0,840 CAPBVA
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 3,156 dengan
dan Kesempatan Investasi (CAPBVA)
secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen (DPR).
Peningkatan Kepemilikan Manajerial akan menyetarakan kepentingannya dengan pemegang saham sehingga dapat bekerja lebih hati-hati karena keputusan yang diambil pada nantinya mereka juga akan merasakan dampaknya. Kinerja manajer akan selalu diawasi oleh investor institusional. Investor institusional akan melakukan fungi monitoring agar manajemen perusahaan bekerja untuk tujuan memakmurkan pemegang saham dan investor institusional juga mengaharapkan
dividen yang tinggi sebagai return atas pengorbananya menanamkan saham di perusahaan. Selain itu, dividen dianggap sebagai insentif atas fungsi monitoring yang telah dilakukannya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
a. Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Hal ini ditunjukkan dengan Berdasarkan tabel 30 dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar 1,666 jika dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi 0,05 yakni sebesar 1,6820 maka thitung lebih rendah daripada ttabel
(1,666 < 1,6820). Nilai probabilitas
signifikansi sebesar 0,104 menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,104 > 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Manajerial (MNJR) memiliki pegaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen (DPR).
b. Kepemilikan Institusional berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Berdasarkan tabel 31 dapat dilihat bahwa
nilai thitung sebesar 2,035 jika dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi 0,05 yakni sebesar 1,682 maka thitung lebih tinggi daripada ttabel (2,035 ≥ 1,6820). Nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,048 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,048 ≤ 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Institusional (INST) memiliki pegaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen (DPR). c. Kesempatan Investasi berpengaruh
Berdasarkan tabel 32 dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar -2,058 jika dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi 0,05 yakni sebesar -1,682
maka thitung lebih rendah daripada ttabel (-
2,058 ≤ -1,6820). Nilai probabilitas
signifikansi sebesar 0,046 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,046 ≤ 0,05).
d. Likuiditas mampu memoderasi pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Berdasarkan tabel 33 dapat diketahui bahwa nilai t hitung variabel interaksi antara Kepemilikan Manajerial dan Likuiditas (AbsMNJR_CR) sebesar - 2,877 jika dibandingkan dengan tabel pada tingkat signifikansi 0,05 (uji 2 sisi) yakni sebesar -2,0181 maka t hitung lebih rendah daripada tabel (-2,877 ≤
2,0181). Nilai probabilitas signifikansi variabel interaksi antara Kepemilikan Manajerial dan Likuiditas (AbsMNJR_CR) sebesar 0,007 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,007
≤ 0,05).
e. Likuiditas mampu memoderasi pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap
Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Berdasarkan tabel 34 dapat diketahui bahwa nilai thitung variabel interaksi antara Kepemilikan Institusional dan Likuiditas (AbsINST_CR) sebesar -3,133 jika
dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi 0,05 (uji 2 sisi) yakni sebesar -2,0181 maka thitung lebih kecil daripada
ttabel (-3,133 ≤ -2,0181). Nilai probabilitas signifikansi variabel interaksi antara Kepemilikan Institusional dan Likuiditas (AbsINST_CR) sebesar 0,003 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,003
≤ 0,05).
Kesempatan Investasi dan Likuiditas
(AbsINST_CR) sebesar 0,128 menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,128 > 0,05).
g. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kesempatan Investasi berpengaruh bersama-sama terhadap Kebijakan Dividen. Berdasarkan tabel 36 dapat diketahui bahwa nilai F hitung
sebesar 3,156 dengan probabilitas 0,036 menunjukkan nilai yang lebih rendah dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya yakni 0,05 (0,036
≤ 0,05).
Saran
a. Bagi investor
Investor harus bijak dalam memutuskan investasi di suatu perusahaan. Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan adalah terkait dengan persentase Kepemilikan Institusional dalam perusahaan yang dituju karena berdasarkan hasil penelitian ini, semakin besar kepemilikan
institusional semakin besar pula kebijakan dividennya. Pertimbangan kedua adalah Kesempatan Investasi yang dimiliki perusahaan, berdasarkan hasil penelitian ini semakin besar kesempatan investasi maka semakin kecil kebijakan dividennya. Pertimbangan ketiga adalah Likuiditas, investor hendaknya
mempertimbangkan posisi likuiditas
perusahaan karena posisi likuiditas yang baik menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola keuangannya dengan baik.
b. Bagi perusahaan
1) Perusahaan hendaknya mampu mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya sehingga mendapat loyalitas investor institusional serta menarik minat investor institusional
lainnya. Dengan demikian, diharapkan pembayaran dividen akan tetap tinggi. 2) Perusahaan hendaknya mampu
memilih Kesempatan Investasi yang tepat sehingga dana yang dikeluarkan dapat optimal. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan perusahaan tetap mampu membayarkan dividen kepada pemegang saham karena pengelolaan dana yang baik.
c. Bagi peneliti selanjutnya
1) Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian serupa namun dengan sektor yang berbeda dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga mampu memperkuat hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
2) Penelitian ini hanya menggunakan satu proksi dari Kesempatan Investasi yaitu Capital Expenditure to Market
diharapkan dapat menggunakan
proksi lain seperti Market to Book Value of Equity Ratio (MBVE), Market to Book Value of Asset Ratio
(MBVA), Price to Earning Ratio (PER), Property, Plant, and Equipment to Book Value of Asset
Ratio (PPEBVA), Capital Expenditure to Market Value Asset
(CAPMVA), Current Assets to Net
Sales (CAONS), atau Variance of Total Return (VARRET) agar dapat lebih menggambarkan variabel Kesempatan Investasi.
3) Penelitian ini hanya menggunakan Likuiditas sebagai variabel pemoderasi. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel lain seperti
leverage agar mendapatkan hasil yang lebih beragam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E.F. dan Houston, J.F. (2011).
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. (Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto). Jakarta: Salemba Empat.
Ratih Fitria Sari. (2010). “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Sisca Christianty Dewi. (2008). “Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 10(1), hlm. 47- 58.
Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. (1976).
“Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics, 3(4), pp. 305-360.
Shleifer, Andrei dan Vishny, Robert N. (1986). “The Journal of Political
Economy”, 94(3), pg. 461-488.
Kartika Nuringsih. (2005). “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi 1995-1996”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 2(2), hlm. 103-123.
Michell Suharli dan Megawati Oktorina. (2005). “Memprediksi Tingkat Pengembalian Investasi pada Equity Securities Melalui Rasio Profitabilitas, Likuiditas, dan Hutang pada Perusahaan Publik di Jakarta”. Simposium Nasional
Akuntansi VIII Solo, hlm. 288-296. Michell Suharli. (2007). “Pengaruh
Akuntansi dan Keuangan, 9(1), hlm. 9- 17.
Van Horne, James C dan Wachowicz, John M. (2007). Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Indriantoro, N. dan Supomo, B. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Thanatawee, Yordying. (2013). “Ownership Structure and Dividend Policy: Evidence from Thailand”. International
Journal of Economics and Finance, 5(1), pg. 121-131.
Imanda Firmantyas Putri dan Mohammad Nasir. (2006). “Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang, dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Simposium Nasional
Akuntansi IX Padang.