• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESENTRALISASI FISKAL di INDONESIA PENCA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESENTRALISASI FISKAL di INDONESIA PENCA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

DESENTRALISASI FISKAL di INDONESIA: PENCAPAIAN dan PERMASALAHAN

Fiscal Desentralization in Indonesia : Achievement and it’s problems

Isnu Rahadi Wiratama (7A Reguler/20) STAN,Tangerang Selatan, isnurahadi@gmail.com

Abstrak- Era baru desentralisasi fiskal di Indonesia dimulai setelah reformasi 1998. Daerah diberikan kewenangan untuk mengelola keuangannya masing-masing. Harapannya adalah, penggunaan sumber daya yang terbatas akan efisien dan efektif serta mengurangangi ketidakseimbangan vertikal yang pada akhirnya mampu meningkatkan pelayanan publik. Hal ini karena Pemerintah Daerah dianggap sebagai pihak yang paling tahu akan kebutuhan masing-masing. Namun demikian dalam pelaksanaannya timbul berbagai permasalahan seperti masalah pengelolaan belanja daerah, korupsi, fenomena daerah kaya dan daerah miskin, dan lainnya. Permasalahan-permasalahan tersebut timbul salah satunya karena sumber daya yang dimiliki tiap daerah berbeda. Kata Kunci : Desentralisasi Fiskal, IPM, PDB, Pertumbuhan Ekonomi

Abstract- The new era of fiscal decentralization in Indonesia began after the reform of 1998. The local goverment is given the authority to manage its finances respectively . The hope is, the use of limited resources efficiently and effectively and reduce vertical imbalance which in turn can improve public services. However, in practice arises various problems such as the problem of managing expenditure, corruption, the phenomenon of rich areas and poor areas, and more. The problems arise because of the availability resources of each area is different.

Keyword :Fiscal Desentralization, HDI, PDB, Economic Growth

A. PENDAHULUAN

Babak baru era

desentralisasi di Indonesia dimulai setelah reformasi tahun 1998 dengan ditandai dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Menurut Yustika (2008), sebagaimana dikutip Sampurna (2011), mengemukakan bahwa tuntutan

(2)

dalamnya kekuasaan yang sentralistik, harus dirubah dan digantikan dengan model baru.

Kemudian penelitian Tim Peneliti Fisipol UGM yang dikutip Sampurna (2011) menemukan alasan mengapa Desentralisasi menjadi penting untuk diterapkan di Indonesia. Beberapa alasan tersebut adalah :  Semakin langkanya sumber daya

yang dimiliki oleh pemerintah pusat untuk menyelenggarakan pelayanan publik dan pembangunan;

 Mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat dalam pelaksanaan pembangunan;

 Banyak sumber pendapatan daerah yang besar dikelola oleh pemerintah tingkat provinsi bahkan pungutan pada level pemerintah propinsi lebih besar daripada subsidi yang diberikan kepada kabupaten dan kota.

Bentuk desentralisasi yang dilakukan salah satunya adalah desentralisasi fiskal yang ditandai dengan dialokasikannya Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH) dari hasil sumber daya alam yang berada di daerah yang bersangkutan, dan 2001, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua. Dalam perspektif transfer keuangan dari pusat, Implikasi dari diberlakukannya Undang-Undang tersebut adalah adanya tambahan transfer dari pemerintah pusat bagi daerah tersebut berupa Dana Otonomi Khusus.

Selanjutnya pada tahun 2004 Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 mengalami amandemen melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 mengalami

amandemen dengan

(3)

Total belanja pemerintah perimbangan pemerintah pusat. Dari jumlah tersebut, 403 Trilyun merupakan dana perimbangan yang diterima pemerintah kabupaten/kota dan berkontribusi sebesar 73% bagi penerimaan pemerintah kabupaten/kota. Artinya, dana perimbangan yang diterima pemerintah kota/kabupaten merupakan sumber pendapatan utama bagi kota/kabupaten di Indonesia. Namun demikian, walaupun dana perimbangan yang diberikan sudah cukup besar, hasil evaluasi efektifitas pelaksanaan otonomi daerah yang dilakukan oleh Bappenas pada tahun 2011, sebagaimana dikutip oleh oswar (2011), menunjukkan bahwa pelaksanaan otonomi daerah belum mencapai tujuan yang hakiki dari otonomi daerah yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bahkan pada awal tahun

2015 gubernur Kalimantan Timur menuntut diberikan otonomi khusus agar permasalahan-permasalahan yang terjadi didaerahnya dapat terselesaikan.

Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pencapaian dan permasalahan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Desentralisasi Fiskal.

B. TINJAUAN PUSTAKA

(4)

Salah satu bentuk dari desentralisasi adalah Desentralisasi Fiskal yang merupakan komponen utama dari desentralisasi. Desentralisasi Fiskal adalah pemberian kewenangan dari pusat kepada daerah untuk mengatur sendiri keuangannya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah daerah dapat menjalankan fungsinya dengan efisien dan efektif.

Apabila Pemerintah Daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan mendapat kebebasan dalam pengambilan keputusan pengeluaran di sektor publik, maka mereka harus mendapat dukungan sumber-sumber keuangan yang memadai baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Pinjaman,

maupun Subsidi/Bantuan dari Pemerintah Pusat.

2. Instrumen Pendapatan Daerah Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang didelegasikan ke Daerah, maka daerah memerlukan sumber penerimaan yang terdiri dari beberapa instrumen pendapatan daerah. Secara garis besar adalah

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pengeritan pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

b. Transfer pemerintah pusat

Dana Perimbangan : DBH, DAU, DAK

Dana Otonomi Khusus, dana penyesuaian

c. Hibah

(5)

Sumber : DJPK

3. Maksud dan Tujuan Desentralisasi Fiskal

Menurut Mardiasmo (2009), sebagaimana dikutip Zulyanto (2010), mengungkapkan bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia sebagai salah satu instrument kebijakan pemerintah mempunyai prinsip dan tujuan antara lain :

 Mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (vertical fiscal imbalance) dan antar daerah (horizontal fiscal imbalance).

 Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi

kesenjangan pelayanan publik antar daerah.

 Meningkatkan efisiensi peningkatkan sumber daya nasional.

 Tata kelola, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan kegiatan pengalokasian transfer ke daerah yang tepat sasaran.

(6)

wilayah yang memiliki kontrol geografis yang paling minimum karena :

 Pemerintah lokal sangat menghayati kebutuhan masyarakatnya;

 Keputusan pemerintah lokal sangat responsif terhadap kebutuhan masyarakat, sehingga mendorong pemerintah lokal untuk melakukan efisiensi dalam penggunaan dana yang berasal dari masyarakat;

 Persaingan antar daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya akan mendorong pemerintah lokal untuk meningkatkan inovasinya.

Bahl dan Linn (1992), sebagaimana dikutip Zulyanto (2010) menyatakan bahwa dengan diserahkannya beberapa kewenangan ke pemerintah daerah, diharapkan pelayanan masyarakat semakin efisien dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat lokal. Karena daerah lebih mengetahui karakteristik daerahnya masing-masing, maka pengeluaran infrastruktur dan sektor sosial akan efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Kemudian dalam

makalahnya, Oswar Mungkasa menyebutkan bahwa melalui desentralisasi, kesejahteraan masyarakat di daerah akan lebih cepat terwujud karena pemerintah

daerah akan lebih fleksibel bertindak dalam respons perubahan lingkungan dan kebutuhan masyarakat di daerah. Desentralisasi juga lebih melibatkan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan ketimbang menunggu keputusan dari pemerintah pusat sehingga kehidupan demokrasi lebih terwujud, lebih memberi ruang untuk berkreasi dan berinovasi, dan menghasilkan semangat kerja, komitmen dan produktivitas yang lebih tinggi.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Otonomi khusus

papua, salah satu

pertimbangannya adalah dalam rangka integrasi bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus tetap dipertahankan dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Papua, melalui penetapan daerah Otonomi Khusus.

(7)

Sumber Daya Nasional yang Efisien Melalui Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah Yang Transparan, Akuntabel, dan Berkeadilan. Untuk mencapai Visi tersebut, terdapat 4 misi berikut :

1. Mengembangkan hubungan keuangan pusat dan daerah yang meminimumkan ketimpangan vertikal dan horizontal

2. Mengembangkan sistem pajak daerah yang mendukung alokasi sumber daya nasional yang efisien

3. Mengembangkan keleluasaan belanja daerah yang bertanggung jawab untuk mencapai standar pelayanan minimum

4. Harmonisasi belanja pusat dan daerah untuk penyelenggaraan layanan publik yang optimal

5. Indeks Pembangunan Manusia

Menurut BPS,

Pembangunan manusia adalah

suatu proses untuk

memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Menurut BPS, komponen Indeks Pembangunan Manusia adalah sebagai berikut :

 Angka Harapan Hidup  Angka Melek Huruf  Rata-Rata Lama Sekolah

 Pengeluaran Riil per Kapita yang disesuaikan

6. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju

keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kesejahteran

IPM Desentralisasi

Fiskal Pendidikan

(8)

nasional merupakan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah. Pertumbuhan ekonomi di daerah

merupakan laju pertumbuhan PDRB di daerah tersebut.

C. METODOLOGI PENELITIAN 1. Kerangka Berpikir

Variabel yang akan diteliti terkait pencapaian desentralisasi fiskal adalah Indeks pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi (mewakili

pencapaian pembangunan sosial dan ekonomi). Selanjutnya penulis akan mengkaitkan dengan besaran dana perimbangan yang dterima tiap daerah dengan pencapaian IPM dan pertumbuhan ekonomi.

Terdapat perbedaan antara tujuan dari desentralisasi fiskal dan kenyataan di lapangan yang disebabkan oleh beberapa faktor.

2. Metode pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data data sekunder. Data sekunder

yaitu sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

PDRB Daerah PDB Nasional

Desentralisasi Fiskal

IPM, Pertumbuhan Ekonomi Desentralisasi

Fiskal

Terdapat Permasalahan

Penyebab Penyebab

(9)

lain).. Pengumpulan data-data dalam rangka penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari teori dan informasi yang erat kaitannya dengan objek penelitian.

Beberapa data sekunder yang dikumpulkan antara lain :

1. Data pertumbuhan ekonomi dari BPS 2. Data Indeks Pembangunan Manusia

5. Data-data dari penelitian sebelumnya 3. Metode Analisis

Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan sekedar angka-angka (dedy dkk;2014). Penulis juga akan mennggunakan terknik Analisa sebab akibat dari prof.Ishikawa (Fishbone Analysis) untuk menganalisis permasalahan-permasalahan pelaksanaan desentralisasi.

D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

(10)

perimbangan yang diterima termasuk yang terkecil di Indonesia (lampiran II).

Grafik Indeks Pembangunan Manusia

1996199920022004200520062007200820092010201120122013 58

60 62 64 66 68 70 72 74 76

Indonesia (BPS)

Indonesia (BPS)

Sumber : BPS

Dari sudut pandang IPM, pencapaian pelaksanaan desentralisasi di beberapa daerah dapat dikatakan berhasil, sedangkan di daerah lain masih belum berhasil. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut akan dibahas pada bagian selanjutnya.

Tabel Peringkat IPM Provinsi di Indonesia Tahun 2013

Sumber : BPS

2. Pertumbuhan Ekonomi

(11)

Sumber : BPS

Dari tabel laju PDRB propinsi yang ada di Indonesia, 12 dari 14 peringkat tertinggi berasal dari daerah luar jawa. Bahkan di propinsi papua, pertumbuhan ekonomi mencapai 2 digit. Namun demikian, propinsi Kalimantan Timur yang memiliki APBD yang besar menempati peringkat terakhir dalam tabel pertumbuhan laju PDRB di Tahun 2013 (Lampiran III). Hal ini

menunjukkan bahwa

desentralisasi fiskal di kebanyakan daerah cukup mampu meningkatkan perekonomian daerah yang tadinya dianggap

tidak berkembang

perekonomiannya. Selanjutnya dari tabel angka kemiskinan (lampiran IV), angka presentase kemiskinan terus turun hingga 50% dari rentang waktu tahun 1998 s.d 2013.

3. Permasalahan Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal

a. Korupsi di Daerah

(12)

memimpin jalannya pelaksanaan desentralisasi, justru banyak yang bermasalah dengan hukum. Hal ini bisa menghambat jalannya pembangunan di Daerah. Faktor yang menyebabkan banyaknya kasus korupsi ini adalah karena mahalnya biaya kampanye pilkada dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan desentralisasi.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Bambang Suprayitno, S.E sebagaimana dikutip Dedi,dkk., dalam artikel ilmiah yang berjudul Desentralisasi Fiskal dan Korupsi: Fakta dalam Otonomi Daerah di Indonesia, menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh positif terhadap korupsi artinya semakin tinggi tingkat desentralisasi fiskal daerah tersebut maka meningkatkan korupsi pada daerah yang bersangkutan.

b. Daerah kaya dan Daerah Miskin Fenomena yang timbul dari desentralisasi fiskal selanjutnya adalah adanya daerah miskin dan daerah kaya. Hal ini karena potensi PAD yang dimiliki setiap daerah pada hakekatnya memang berbeda. Faktor selanjutnya yang menyebabkan perbedaan adalah karena potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap daerah juga berbeda. Daerah yang memiliki sumber daya alam yang besar akan menerima DBH yang besar.

Perbedaan sumber pendapatan di tiap daerah dapat mengakibatkan perbedaan tingkat pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi yang dapat berakhir dengan kecemburuan antar daerah. Ketimpangan ini oleh pemerintah pusat diselesaikan melalui mekanisme pemberian DAU. Daerah yang memiliki PAD besar/DBH yang besar, akan mendapatkan DAU yang lebih sedikit daripada daerah lain.

Contoh dari daerah kaya adalah Pemda DKI yang pada tahun 2014 hanya meneriman DAU sebesar 86 Milyar dikarenakan PAD yang dimiliki sudah sangat besar.

c. Pengelolaan Keuangan Daerah Desentralisasi Fiskal yang memberikan keweangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangannya sendiri banyak menimbulkan masalah pada tahap pelaksanaannya. Berikut beberapa masalah terkait dengan pengelolaan keuangan daerah (DJPK;2011) :

 Alokasi Belanja

(13)

per pegawai per tahun cukup bervariasi antar daerah. Rata-rata mencapai Rp51 juta per pegawai per tahun (sekitar Rp3,9 juta per bulan). Namun demikian ada

beberapa daerah yang belanja pegawai tidak langsung per pegawai per tahunnya mencapai hingga lebih dari Rp100 juta (sekitar Rp7,7 juta per bulan).

Tabel Proporsi Alokasi Belanja Pegawai

Dengan semakin tingginya porsi belanja pegawai, maka porsi belanja modal semakin tergerus dari tahun ke tahun. Hal ini berakibat pada minimnya pembangunan infrastruktur yang produktif yang efeknya memperlambat pertumbuhan ekonomi.

 Penyerapan belanja modal

Permasalahan hukum kerap menghantui aparat pemerintah terkait dengan pelaksanaan kegiatan belanja modal. Hal ini menyebabkan aparat tersebut enggan untuk melaksanakan kegiatan belanja modal. Belum lagi resiko terkait dengan pemenang lelang yang kadang tidak sesuai dengan harapan. Pada akhirnya banyak anggaran belanja modal yang tidak terserap diakhir tahun dan pemerintah.

4. Solusi atas Permasalahan

a. Pemerintah pusat perlu mengatur sistem pemilukada langsung yang hemat biaya politik. Selain agar

biaya politik yang timbul tidak besar, agar pemimpin daerah yang terpilih merupakan yang terbaik. Dalam kaitannya untuk meminimalisir politik dinasti, pemerintah juga perlu untuk memperketat persyaratan pencalonan kepala daerah.

b. Pemerintah pusat sebagai regulator perlu mengupayakan agar pemerintah daerah dapat mengalihkan porsi belanja lebih besar untuk peningkatan infrastruktur yang produktif sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

c. Perlu dibuat mekanisme pengukuran kinerja dengan Balanced Scrore Card

(14)

dalam rangka pemberian reward dan punishment terkait dengan evaluasi efektivitas pengelolaan keuangan daerah. Hal ini perlu dilakukan untuk mendorong pemerintah daerah mengelola keuangan daerahnya dengan lebih baik dan profesional. E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal

cukup efektif dilaksanakan di beberapa daerah seperti DIY, DKI Jakarta, Riau dan Kepulauan Riau yang ditunjukkan peringkat pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia yang relatif tinggi. Sementara daerah lain seperti papua belum dapat diakatakan berhasil. Walaupun pertumbuhan ekonomi di daerah papua sangat tinggi, namun indeks pembangunan manusia masih yang terendah. Sementara daerah Kalimantan Timur sebagai salah satu daerah kaya, memiliki indeks pembangunan manusia yang baik. Namun pertumbuhan ekonomi tahun 2013 di

Kalimantan Timur adalah yang terendah.

2. Indikator keberhasilan dari pelaksanaan desentralisasi fiskal yang lain adalah :

 Tingkat pembangunan ekonomi yang sudah tidak sentralistik (Jawa). Tetapi didominasi daerah luar Jawa.

 Peringkat 10 besar terbaik indeks pembangunan manusia didominasi daerah luar Jawa.  Rasio penduduk miskin yang

terus menurun semenjak diberlakukannya desentralisasi fiskal

3. Bagi daerah yang belum berhasil menerapkan desentralisasi fiskal disebabkan antara lain karena :

 Korupsi di daerah yang cukup tinggi

 Sumber PAD yang terbatas sehingga sangat tergantung dari besaran dana perimbangan

(15)

4. Solusi yang bisa dilakukan oleh pemerintah antara lain :

 Perbaikan sistem pilkada

 Regulasi mengenai pengelolan keuangan daerah

(16)

F. DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2011. Strategi Peningkatan Efektivitas Belanja Daerah dalam Kebijakan Transfer ke Daerah tahun 2012.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Grand Design Desentralisasi Fiskal Indonesia.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Data APBD di Indonesia. Diakses melalui : www.depkeu.djpk.go.id

Badan Pusat Statistik. Data Angka Kemiskinan, Data Indeks Pembangunan Manusia, Data Laju Pertumbuhan PDRB. Diakses melalui : www.bps.go.id

Direktorat Jenderal Keuangan Daerah. Data Keuangan Daerah. Diakses melalui : www.kemendagri.go.id

Dedi, dkk. STAN. 2014. Perwujudan Desentralisasi Fiskal Yang Efisien Dan Efektif Menuju Kemandirian Daerah Di Indonesia.

Sampurna Budi Utama. 2011. Seri Desentralisasi Fiskal. Diakses melalui : https://percikgagasan.wordpress.com/tag/desentralisasi-fiskal/

Oswar Mungkasa. Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia:Konsep, Pencapaian

dan Agenda Kedepan. Diakses melalui :

http://www.academia.edu/2759012/Desentralisasi_dan_Otonomi_Daerah_di_Indon esia_Konsep_Pencapaian_dan_Agenda_Kedepan

Aan Zulyanto. UNDIP. 2010. Tesis : Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bengkulu.

Gambar

Grafik Indeks Pembangunan Manusia
Tabel Proporsi Alokasi Belanja Pegawai

Referensi

Dokumen terkait

Ciri sebagai kerajaan Islam dapat dilihat dari adanya jabatan pengulu dan abdi dalem ngulama dalam birokrasi kerajaan, berlakunya peradilan surambi yang didasarkan

The country of origin is declared free from Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) prior to shipment. For the duck meat come from farm declared free from duck viral hepatitis

Menimbang, bahwa tanpa mengulang menguraikan unsur-unsur tersebut diatas, Pengadilan Tinggi sependapat dengan pendapat Hakim Anggota I yang pada pokoknya menyatakan bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variasi kadar perekat phenol formaldehida, serta mengetahui kadar perekat terbaik terhadap kualitas papan partikel dari

▪ Mengidentifikasi ciri hidup pada sel yang ditunjuk oleh proses yang berlangsung di dalam sel sebagai unit terkecil kehidupan.. ▪ Menjelaskan ciri hidup pada sel

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan perlu mempercepat dalam proses penetapan zonasi Ketiga, akses masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap ibu rumah tangga di Surabaya terhadap film kartun Spongebob Squarepants setelah membaca berita online

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan kelekatan sebagai ikatan emosional antara anak dengan orang terdekatnya dalam bentuk interaksi, komunikasi yang