• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DERAJAT DESENTRALISASI DAN Pengaruh PAD, DAU, DAK, Derajat Desentralisasi dan Ketergantungan Keuangan terhadap Belanja Modal (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Wilayah Jawa Tengah T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DERAJAT DESENTRALISASI DAN Pengaruh PAD, DAU, DAK, Derajat Desentralisasi dan Ketergantungan Keuangan terhadap Belanja Modal (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Wilayah Jawa Tengah T"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DERAJAT DESENTRALISASI DAN

KETERGANTUNGAN KEUANGAN TERHADAP BELANJA MODAL

(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Wilayah Jawa Tengah Tahun 2013-2015)

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

DESY NURJANAH

B 200130281

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PENGARUH PAD, DAU, DAK, DERAJAT DESENTRALISASI

DAN KETERGANTUNGAN KEUANGAN TERHADAP

BELANJA MODAL

(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Wilayah Jawa Tengah Tahun 2013-2015)

Abstrak

Dalam pembelanjaan daerah tidak lepas dari sumber penerimaan, baik berupa dana perimbangan, pinjaman daerah, maupun pendapatan asli daerah. Dana perimbangan merupakan pendanaan yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendanaan yang bersumber dari daerah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 kabupaten dan 6 kota di Provinsi Jawa Tengah dengan 3 tahun amatan. Sehingga total sampel yang diteliti adalah 105. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PAD, DAK dan Derajat Desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Sementara itu variabel DAK dan Ketergantungan Keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

Kata Kunci: PAD, DAU, DAK, Derajat Desentralisasi, Ketergantungan Keuangan dan Belanja Modal.

Abstract

In the local expenditure can’t be loose from acceptance source, either balance of fund, regional loan, or regional income. Balance of fund is a funding sourced from APBN consisting of divide income fund, general allocation fund, and special allocation fund, while regional income is a funding sourced from regional. This research used quantitative research. In this research used taking sample method is saturation sample that is all of population made a research sample. Sample of this research amount to 29 regencies and 6 cities in Central Java Province with 3 years of observation. So the total sample studied was 105. The analysis tool used is the Multiple Linear Regression Analysis.The results of this study indicate that the PAD, DAK and significant effect on the degree of decentralization of Capital Expenditure. While the variable DAK and Financial Dependence no significant effect on Capital Expenditure.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Seiring dengan perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Baru menuju

Orde Reformasi, pola hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah

Pusat mengalami perubahan, dimana sebelum reformasi sistem pemerintahan

yang dianut bersifat sentralistik, kemudian semenjak tahun 1999 berubah menjadi

sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era otonomi daerah

(Novianto dan Hanfiah, 2015). Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah didanai atas beban anggaran pendapatan dan belanja

daerah yang disusun secara tahunan dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Derajat desentralisasi atau biasa di sebut dengan derajat otonomi fiskal

daerah merupakan aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan otonomi daerah

secara keseluruhan. Hal ini disebabkan derajat otonomi fiskal merupakan

gambaran kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah seperti

pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan

terselenggaranya pembangunan nasional mengingat Indonesia yang mempunyai

banyak kekayaan budaya dan adat istiadat yang berbeda disetiap daerah.

Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat

(36)belanja daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi/kabupaten/kota.

Hubungan dalam bidang keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

adalah pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Dana

perimbangan tersebut terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU),

dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Dwirandra dan Putra (2015) menyatakan bahwa pemerintah daerah

dituntut untuk bisa lebih mandiri dalam mengelola penerimaaan daerah yang

ditujukan untuk proses pembangunan daerah. Meningkatkan belanja daerah

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu

daerah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong pemerintah daerah untuk

(7)

3

fasilitas, infrastruktur dan sarana prasarana yang ditujukan untuk kepentingan

publik. Agar pemerintah daerah mampu menyediakan pelayanan publik yang

memadai, disinilah diperlukan alokasi belanja modal yang lebih tinggi.

Dalam pembelanjaan daerah tidak lepas dari sumber penerimaan, baik

berupa dana perimbangan, pinjaman daerah, maupun pendapatan asli daerah.

Dana perimbangan merupakan pendanaan yang bersumber dari APBN yang

terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana

Alokasi Khusus (DAK), sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

pendanaan yang bersumber dari daerah. Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

menegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah,

pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan kepada pemerintah daerah.

Berlakunya otonomi daerah dimaksudkan agar daerah otonom memiliki

hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur sendiri urusan pemerintah dan

kepentingan masyarakat. Dengan demikian pemerintah daerah dapat

mengembangkan potensi daerah, serta diberi kewenangan untuk mengeksplorasi

sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut secara efektif dan efisien, agar

dapat mengoptimalkan kinerja keuangannya tanpa bergantungan dengan

pemerintah pusat.

Dengan adanya peningkatan PAD, masyarakat mengharap adanya

peningkatan pelayanan terutaman di sektor publik. Peningkatan layanan publik ini

diharapkan mampu meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha

di kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah. Harapan ini bisa terwujud apabila ada

upaya dari pemerintah memberikan fasilitas pendukung investasi. Apabila

investor mau menanamkan modalnya di kabupaten/kota di Jawa Tengah, maka

(8)

4 2. METODE PENELITIAN

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah data PAD, DAU, DAK, derajat

desentralisasi, ketergantungan keuangan dan belanja modal kota dan kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah yang meliputi 29 daerah kabupaten dan enam daerah kota

sehingga total populasi adalah 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.Sampel

dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode Non Propabillity

Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk menjadi

sampel dalam penelitian. Metode Non Propabillity Sampling yang digunakan

adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2009:122) sampling jenuh yaitu

teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel penelitian.

Definisi dan Operasional Variabel Variable Dependen

Belanja Modal

Dalam penelitian ini yang dipakai sebagai variabel independen adalah

belanja modal. Alokasi belanja modal adalah alokasi pengeluaran anggaran untuk

perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu

periode akuntansi, dibandingkan dengan total belanja dalam APBD. Indikator

belanja modal dapat diukur dengan:

Belanja modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja Gedung

dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan + Belanja Aset Lainnya

Variabel Independen Pendapatan Asli Daerah

PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD terdiri dari

hasil pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dari laba perusahaan daerah dan

lain-lain pendapatan yang sah, yang dirumuskan:

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan

(9)

5 Dana Alokasi Umum

DAU merupakan salah satu transfer dana pemerintah kepada pemerintah

daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU untuk daerah provinsi maupun

daerah kabupaten/kota dapat dinyatakan sebagai berikut:

DAU = Celah Fiskal + Alokasi Dasar

Dalam hal ini celah fiskal dapat diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan

fiskal dengan kapasitas fiskal.

Dana Alokasi Khusus

Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah, Dana Alokasi Khusus selanjutnya disebut DAK adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu

dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan

urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. Maksud dari kebutuhan khusus

sendiri adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan

rumus alokasi umum juga memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN.

Derajat Desentralisasi

Derajat desentralisasi menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total

penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi

kemampuan daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Derajat desentralisasi

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Error! Reference source not found. Ketergantungan Keuangan

Ketergantungan keuangan dihitung dengan membandingkan jumlah

pendapatan transfer dengan total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini

maka semakin besar ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat/ propinsi.

Ketergantungan keuangan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(10)

6 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda (Multiple

Linier Regression Method). Analisis ini digunakan untuk menganalisis seberapa

besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.Model persamaan

regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah:

ABM =Error! Reference source not found. Keterangan:

ABM = Alokasi Belanja Modal α = Konstanta

= Koefisien regresi

PAD = Pendapatan Asli Daerah

DAU = Dana Alokasi Umum

DAK = Dana Alokasi Khusus

DD = Derajat Desentralisasi

KK = Ketergantungan Keuangan

Error! Reference source not found. = Kesalahan Residual

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji

multikolineritas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Maka,

dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.

Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji

Kolmogrov-Smirnov dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil Kolmogrov-Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,554

dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,919. Hal ini

menunjukkan bahwa persamaan model regresi dalam penelitian memiliki sebaran

data normal

Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat

besarnya Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF pada

hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua variabel independennya

kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan demikian,

(11)

7 Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser.

Berdasarkan hasil uji glejser yang dilakukan, nilai signifikansi menunjukkan lebih

besar dari 0,05 maka diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas

dengan nilai mutlak residual sehingga menunjukkan tidak adanya masalah

heterokedastisitas dalam model regresi.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi sehingga dapat lebih efisien. Asumsi autokorelasi diuji dengan

menggunakan Uji Durbin Watson. Nilai Durbin Watson merupakan dasar untuk

menentukan apakah telah terjadi autokorelasi atau tidak. nilai DW terletak

diantara dU dan 4 – dU (dU<DW< 4 – dU), hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada autokorelasi positif/negatif.

Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja modal

Pendapatan Asli Daerahmemiliki tingkat signifikansi< 0,05 yaitu sebesar

0,000. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah

berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa

semakin besar pendapatan asli daerah (PAD) yang dihasilkan suatu daerah, maka

berarti semakin besar daerah tersebut mampumemenuhi kebutuhan belanjanya

sendiri, tanpa harus tergantung pada pemerintah pusat.

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal

Dana Alokasi Umummemiliki tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar

0,794. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dana alokasi umum tidak

berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa

peningkatan dana transfer (DAU) pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,

maka akan semakin meningkatkan ketergantungan pemerintah daerah terhadap

dana transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat dalam rangka membiayai

pembangunan infrastruktur maupun sarana dan prasarana yang menjadi alokasi

(12)

8

Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap belanja modal

Dana Alokasi Khusus memiliki tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar

0,000. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dana alokasi khusus berpengaruh

signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa,peningkatan dana

transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka membiayai

kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas

nasional telah digunakan secara tepat untuk peningkatan sarana dan prasarana

maupun pembangunan infrastruktur melaui peningkatan belanja modal.

Pengaruh Derajat Desentralisasi terhadap belanja modal

Derajat Desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap belanja modal

dimana nilai signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,016 namun memiliki Standardized

Coefficients Beta -6518,990 sehingga arah pengaruhnya negatif. Dalam penelitian

ini menunjukkan bahwa derajat desentralisasi yang semakin tinggi menunjukkan

bahwa kontribusi PAD yang dimiliki pemerintah daerah juga semakin tinggi.

Perhitungan rasio derajat desentralisasi adalah PAD dibagi dengan total

pendapatan daerah dikali 100% hasilnya berupa presentase. Hasil presentase

deraajat desentralisasi yang meningkat tidak menentukan belanja modal juga

meningkat. Transfer yang terjadi dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah

berupa dana perimbangan memang cukup besar, namun penggunannya dalam

belanja modal belum menjadi prioritas.

Pengaruh Ketergantungan Keuangan terhadap belanja modal

Ketergantungan Keuangan memiliki tingkat signifikansi > 0,05 yaitu

sebesar 0,091. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ketergantungan

keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini

membuktikan bahwa, dengan ketergantungan yang rendah, maka semakin kecil

ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat/provinsi, yang berarti

kemampuan keuangan pemerintah daerah lebih baik, sehingga dapat

(13)

9 4. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka hasil penelitian

ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: PAD, DAK, Derajat Desentralisasi

berpengaruh terhadap belanja modal sedangkan DAU, dan Ketergantungan

Keuangan tidak berpengaruh terhadap belanja modal.

Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan diantaranya adalah

sebagai berikut: (1) Penelitian hanya menggunakan objek penelitian pada

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah. (2) Penelitian hanya berdasarkan

data kuantitatif, yaitu data realisasi anggaranpada akhir tahun anggaran selain itu

tidak melibatkan variabel non keuangan. (3) Penelitian ini hanya menggunakan

variabel independen yang terbatas.

Saran

Atas dasar simpulan serta keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka

penulis mengajukan rekomendasi sebagai berikut:(1) Penelitian mendatang

diharapkan dapat menggunakan ruang lingkup secara lebih luas agar diperoleh

hasil penelitian yang lebih baik tidak hanya dengan data secara statistik dan

informasi tertulis tentang APBD saja. (2) Penelitian selanjutnya disarankan dapat

menambah variabel independen lainnya dan juga variabel moderating maupun

intervening sebagai bagian dari interaksi yang diduga mampu menjelaskan secara

maksimal variasi terhadap variabel dependen.(3) Penelitian selanjutnya

diharapkan tidak hanya menggunakan data sekunder laporan data sensus terbaru

dan termutakhirkanyang didapatkan dari data realisasi anggaran Kemendagri dan

juga masing-masing pemerintah daerah, tetapi juga melalui metode observasi atau

pengamatan terhadap obyek secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

10

Arsa, Setiawina. 2015. “Pengaruh Kinerja Keuangan Pada Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bali Tahun 2006-2013”. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015.

Bastian, Indriyanto. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 1, BPFE: Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Kelima.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Irawan. 2016. “Pengaruh PAD, DAU, DAK dan DBH Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Provinsi di Indonesia”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Martini, Dwirandra. 2015. “Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Pada Alokasi

Belanja Modal di Provinsi Bali”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,

Vol 10 No. 2 Hal. 426-443, ISSN: 2302-8556.

Novianto, Hanafiah. 2015. “Pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan Kinerja KeuanganTerhadap Alokasi Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

di Provinsi Kalimantan Barat”. Jurnal Ekonomi, Vol. 4 No. 1, ISSN:

2302-7169.

Pelealu. 2013. “Pengaruh DAK dan PAD Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Manado Tahun 2003-2012”. Jurnal Emba, Vol. 1 No. 4 Hal, 1189-1197, ISSN: 2303-1174.

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2011 tentang Dana Alokasi

Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Permatasari, Mildawati. 2016. “Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Belanja

Modal Pada Kabupaten/Kota Jawa Timur”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,

Vol. 5 No. 1 Januari 2016, ISSN: 2460-0585.

Putra, Dwiranda. 2015. “DAU, DBH, DAK, dan PAD Daerah Provinsi Bali”.

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 13 No. 3 Desember 2015, ISSN: 2303-1018.

(15)

11

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Edisi kesepuluh. CV. Alfabeta. Bandung.

Sularso, Restianto. 2011. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja

Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah”. Media

Riset Akuntansi, Vol. 1 No. 2 Agustus 2011, ISSN: 2088-2106.

Sumartini, Yasa. 2014. “Pengaruh PAD dan DAU Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Melalui Belanja Modal di Provinsi Bali”. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol. 4 No. 4 Hal. 258-271, ISSN: 2303-0178.

Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi 4, BPFE: Yogyakarta.

Supriyanto. 2009. Metodologi Riset Bisnis. Edisi 1, Bahasa Indonesia.

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Yuwana, Sony. Suheiry Zein. dan A.R. Azrafiany. 2008. Memahami APBD dan Permasalahannya. Edisi 1, Bayumedia. Malang.

Referensi

Dokumen terkait

pada pemilihan opini sebagai kajian karena di dalam opini politik di internet. memuat pendapat, gagasan, pandangan masyarakat dan

Sistem Hukum Eropa Continental dan Anglo Saxon (Struktur) Eropa Continental Anglo Saxon • Mengenal pembidangan hukum publik. (HTN dan HAN) dan private (Perdata, dagang, Acara Perdata)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi nasabah terhadap keputusan pengajuan pembiayaan musyarakah, untuk mengetahui dan

penelitian maka judul penelitian ini adalah “ PENGARUH PENGELOLAAN KELAS DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survey Pada

Sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung paling lambat hari Senin tanggal 20 Mei 2013 Pukul 15.30 WIB. PANITIA PENGADAAN

Terlihat pada QQ plot, sebaran titik terdapat titik yang menjauhi garis linear normal. Sehingga data tersebut kemungkinan tidak

Oleh karena itu masalah abu terbang batubara harus segera diselesaikan agar tidak terjadi penumpukan dalam jumlah yang besar baik di Indonesia maupun di Wilayah

Proyeksi timbulan sampah pada tahun 2027 akan digunakan untuk menghitung potensi daur ulang sampah rumah tangga Kecamatan Sangkapura serta untuk mengetahui berapa