• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN. docx"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN

KEDISIPLINAN SISWA DI SDN 1 JARAK SIMAN

PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Kepada

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo

Untuk Memenuhi Ujian Akhir Program Strata Satu (S1)

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Guru MI

Disusun oleh :

MISBAHUL ARFIN ALBUSTANI (210612038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI ISLAM NEGERI

(STAIN) PONOROGO

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Nama : Misbahul Arfin Albustani

NIM : 210612038

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul Penelitian : Problematika Guru dalam Meningkatkan

Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak Siman

Ponorogo

Telah diujikan dalam sidang seminar proposal Prodi PGMI

dan diterima sebagai persyaratan penyusunan skripsi.

1. Penguji 1 Kharisul Wathoni M.Pd I (……….)

2. Penguji 2 Yuenti Sova P. M.Pd (……….)

Ponorogo, 22 Maret 2016 Mengesahkan

Ka Prodi PGMI

Dr. Moh. Mukhlas, M.Pd NIP.

(3)

I. JUDUL PENELITIAN

PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN

KEDISIPLINAN SISWA DI SDN 1 JARAK SIMAN PONOROGO

TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

II. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, maka pendidikan sangat dibutuhkan bagi peserta didik guna menjadi manusia yang berkualitas untuk menghadapi perkembangan dan tantangan zaman yang akan dating, karena zaman sekarang ini begitu cepat dalam perubahan, khususnya dalam dunia pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka1

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi muda yang siap menggantikan estafet generasi tua dalam rangka meraih masa depan yang cerah. Selain itu pendidikan sangat berperan mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka.2

Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedang latihan atau training lebih menekankan pada pembentukan ketrampilan atau skill.3 Pendidikan mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

1 Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 1.

2 Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), 9.

(4)

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.4

Seorang guru waktu mengajar selalu berusaha menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Suasana belajar yang menyenangkan mendorong gairah belajar yang tinggi. Salah satu masalah dalam menciptakan iklim belajar yang menyenangkan ialah masalah disiplin. Setiap kegiatan proses pembelajaran guru sering menghadapi perilaku siswa yang bermasalah.5

Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik. Jika disiplin ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Untuk itu guru dituntut memiliki keterampilan dalam membina kedisiplinan peserta didik tersebut. Disiplin merupakan suatu latihan, pikiran, atau badan, atau kemampuan moral untuk memperbaiki perilaku melalui metode-metode hukum. 6

Guru merupakan orang tua di sekolah bagi peserta didik. Oleh karenanya, guru sangat berperan sekali dalam keberhasilan membentuk perilaku peserta didik. Melalui peraturan dan tata tertib guru sebisa mungkin mampu menerapkan sikap disiplin pada setiap anak didiknya. Tidak semua peraturan dan tatatertib akan diikuti dengan baik apabila tidak ada kemauan dari pihak siswa untuk mematuhinya. Kesediaan siswa untuk mematuhi atau mengingkari peraturan dan tata tertib tersebut sangat 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 (PT. Kloang Klede putra timur bekerja sama dengan Koperasi Primer Praja Mukti 1 Departemen Dalam Negeri), 3.

5 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), 145-146.

(5)

dipengaruhi pula oleh konsekuensi atau akibatnya, baik positif atau negatif. Di dalam proses pendidikan, hadiah dan hukuman merupakan akibat dari pematuhan dan pengingkaran terhadap peraturan dan tata tertib, dan keduanya itu dikategorikan sebagai alat-alat pendidikan.7

Guru merupakan salah satu sarana pendidikan untuk membina dan mewujudkan kedisiplinan peserta didik. Akan tetapi wajar jika akan timbul berbagai masalah dalam dunia pendidikan yang disebabkan perkembangan dan kebutuhan jasmani sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan melihat sosial dan budayanya yang berubah juga akan mengubah, bahkan menimbulkan banyak masalah baru dalam dunia pendidikan.

Kedisiplinan menjadi hal yang yang penting dalam menciptakan perilaku peserta didik yang tidak menyimpang dari tata tertib di sekolah. Karena kedisiplinan terkait erat dengan pengetahuan dan perilaku yang positif, seperti kebenaran, kejujuran, tanggung jawab tolong menolong, kasih sayang, patuh atau taat, hormat kepada guru, dan sebagainya.8

Dalam suatu aktivitas di suatu lembaga sekolah, tidak selalu berjalan dengan lancar, terkadang dijumpai berbagai hambatan, problem, dan tantangan, baik internal maupun eksternal. Dan termasuk dalam kontek kedisiplinan siswa. Hal ini selain disebabkan karena adanya perubahan dan tuntutan kehidupan di zaman modern, juga karena adanya perkembangan social, budaya dan teknologi yang berkempang di kehidupan saat ini.

7Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta, 1980), 114.

(6)

Berdasarkan pengalaman awal, peneliti mendapati adanya problematika yang dijumpai guru dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di SDN 1 Jarak kecamatan Siman kabupaten Ponorogo. Problema yang dijumpai diantaranya banyak siswa yang susah diatur, sering bolos, kurangnya papan tata tertib yang memungkinkan bisa dibaca dan diketahui oleh siswa, kurangnya pendidikan non formal yang diikuti siswa, kurangnya motivasi dari orang tua.

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian si SDN 1 Jarak, Siman, Ponorogo dengan judul “Problematika Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016”

III. FOKUS PENELITIAN

Agar diperoleh gambaran yang jelas dan terhindar

dari interpretasi, serta mengingat kemampuan penulis,

baik waktu, tenaga materi, fasilitas, ilmu pengetahuan

yang relative terbatas, maka dalam penelitian ini penulis

membahas tentang problematika guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman

Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016 yang meliputi (1)

Problematika yang ditemui guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman Ponorogo tahun

pelajaran 2015/2016 (2) Factor-faktor yang mempengaruhi

timbulnya problematika dalam peningkatan kedisiplinan

(7)

2015/2016 (3) Upaya guru dalam menyikapi problematika

peningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman

Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016.

IV. RUMUSAN MASALAH

1. Problematika apa yang ditemui guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak

siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya

problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa

di SDN 1 Jarak siman Ponorogo tahun pelajaran

2015/2016?

3. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi

problematika peningkatkan kedisiplinan siswa di SDN

1 Jarak Siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?

V. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan fokus pembahasan, maka

tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui problematika yang ditemui guru

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1

Jarak siman Ponorogo.

2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi

timbulnya problematika dalam peningkatan

kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman Ponorogo. 3. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi

problematika peningkatkan kedisiplinan siswa di SDN

1 Jarak Siman Ponorogo.

(8)

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

memberi manfaat sebagai berikut : A. Secara teoretis

Secara teoritik penelitian ini bisa bermanfaat

untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi

peneliti selanjutnya dan bisa bisa dijadikan bahan

rujukan penelitian bagi pihak yang berkepentingan

dalam rangka penelitian yang lebih lanjut dan

berkembang. B. Secara praktis

1. Bagi sekolah

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

mengetahui probematika yang dihadapi guru

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 2

Jarak Siman Ponorogo, sehingga dapan member

solusi dalam meningkatkan kediplinan siswa.

2. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi

problematika yang dihadapi guru dalam

meningkatkan kedisiplinan. 3. Bagi siswa

Dapat menambah motivasi dan semangat siswa

sehingga sikap kedisiplinan akan meningkat. 4. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan

(9)

pengalaman lebih baik terhadap ilmu

pengetahuan terutama dalam dunia pendidikan.

VII. KAJIAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU

A. Kajian Teori

1) Peran guru dalam Mendisiplinkan Peserta Didik

Tugas guru dalam pembelajaran tidak

terbatas pada penyampaian materi

pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus

membentuk kompetensi dan peribadi peserta

didik. Oleh karena itu, guru harus senantiasa

mengawasi perilaku peserta didik, terutama

pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi

penyimpangan perilaku atau tindakan yang

indisiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam

rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus

mampu menjadi pembimbing, contoh atau

teladan, pengawas, dan pengendali seluruh

perilaku peserta didik.

Sebagai pembimbing, guru harus

berupaya untuk membimbing dan

mengarahkan perilaku peserta didik ke arah

yang positif, dan menunjukkan pembelajaran.

(10)

memperlihatkan perilaku disiplin yang baik

kepada peserta didik, karena bagaimana

peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya

tidak menunjukkan sikap disiplin. Sebagai

pengawas, guru harus senantiasa mengawasi

seluruk perilaku peserta didik, terutama pada

jam-jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi

pelanggaran terhadap disiplin dapat segera

diatasi. Sebagai pengendali, guru harus

mampu mengendalikan seluruh perilaku

peserta didik di sekolah. Dalam hal ini guru

harus mampu secara efektif menggunakan alat

pendidikan secara tepat waktu dan tepat

sasaran, baik dalam memberikan hadiah

maupun hukuman terhadap peserta didik.9

2) Kedisiplinan

a.Pengertian Disiplin

Istilah disipin berasal dari bahasa Latin

Diciplina” yang dipakai dalam kegiatan belajar

mengajar di lingkungan pendidikan dan istilah

tersebut juga dipakai dalam bahasa inggris

yakni “Disciple” yang mempunyai arti patuh

kepada seorang pemimpin. Ketika ini dikaitkan

(11)

dengan kegiatan belajar mengajar maka ada

unsur bawahan yaitu siswa yang harus patuh

dengan berbagai peraturan-peraturan yang

telah dibuat oleh lembaga atau lebih pada

tertib yang mana orang-orang yang tergabung

dalam suatu organisasi tunduk pada

peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang

peserta didik di sekolah dikatakan mempunyai

disiplin tinggi manakala mau duduk tenang

10 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa (Jakarta: PT Grasindo, 2004), 30-31.

11 Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 268.

(12)

sambil memperhatikan uraian guru ketika

sedang mengajar. Peserta didik diharuskan

mengiyakan saja terhadap apa yang

dikehendaki guru, dan tidak boleh membantah.

Dengan demikian, guru bebas memberikan

tekanan kepada peserta didik, dan memang

harus menekan peserta didik. Dengan

demikian, peserta didik takut dan terpaksa

mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.

2) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep

permissive. Menurut konsep ini, peserta didik

haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di

dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di

sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat

kepada peserta didik. Peserta didik dibiarkan

apa saja sepanjang itu menurutnya baik.

3) Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan

konsep kebebasan yang terkendali atau

kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin

demikian, memberikan kebebasan

seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat

apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan ia,

(13)

ini juga lazim dikenal dengan kebebasan

terbimbing.13

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Adapun faktor yang mempengaruhi

kedisiplinan adalah sebagai berikut:

1) Faktor Dalam (Intern)

Faktor dari dalam ini berupa kesadaran dalam

diri seseorang yang mendorong seseorang

tersebut untuk menerapkan disiplin pada

dirinya sendiri.

2) Faktor Luar (Ekstern)

Faktor dari luar ini berasal dari selain faktor

dalam, yakni meliputi:

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga ini sangat penting

terhadap perilaku seseorang termasuk tingkat

kedisiplinannya. Karena keluarga disini

merupakan lingkungan yang paling dekat pada

(14)

diri seseorang dan tempat pertama kali

seseorang berinteraksi.

Ki Hajar Dewantara dalam Moh. Shochib

menyatakan bahwa keluarga merupakan

“pusat pendidikan” yang pertama dan

terpenting karena sejak timbulnya adab

kebiasaan sampai kini, keluarga selalu

mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti

tiap-tiap manusia. Sehubungan dengan ini, disiplin

diri sangat diperlukan bagi anak agar ia

memiliki budi pekerti yang baik. Bantuan yang

diberikan oleh orang tua adalah lingkungan

kemanusiaan yang yang disebut pendidikan

disiplin diri.14

b) Lingkungan Sekolah

Selain lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah juga mempengaruhi kedisiplinan

seorang anak. Di sekolah banyak cara yang

dilakukan dalam menegakkan kedisiplinan.

Misalnya melalui kegiatan upacara yang

dilakukan setiap hari tertentu kemudian

(15)

dilanjutkan dengan pemeriksaan kebersihan

dan potong kuku, pengecekan ketertiban sikap

dalam mengikuti upacara dapat digunakan

sebagai upaya penegakan kedisiplinan.15

d. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin di Sekolah

Ada teknik dalam membina disiplin

1) Teknik external control

Merupakan teknik yang mana disiplin

peserta didik haruslah dikendalikan dariluar

peserta didik. Menurut teknik ini, peserta

didik di dalam kelas harus terus-menerus

didisiplinkan dan jika perlu ditakuti dengan

hukuman dan hadiah. Hukuman diberikan

kepada peserta didik yang tidak disiplin,

sedangkan hadiah diberikan kepada

peserta didik yang disiplin.

2) Teknik Internal control

Merupakan teknik yang mana kebalikan

dari teknik external control, yaitu

mengusahakan agar peserta didik

mendisiplinkan diri sendiri. Kunci sukses

15M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa

(16)

teknik ini adalah ada pada keteladanan

guru dalam berdisiplin.

3) Teknik Cooperative control

Merupakan teknik yang mana antara guru

sebagai manajer dengan peserta didik

harus saling bekerja sama dengan baik

dalam menegakkan disiplin.16

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pembentukan Disiplin

1) Teladan

Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih

besar pengaruhnya dibandingkan dengan

kata-kata. Karena itu, contoh dan teladan

disiplin dari atasan, keala sekolah, dan

guru-guru, serta penata usaha sangat

berpengaruh terhadap disiplin para siswa.

Mereka lebih mudah meniru apa yang

mereka lihat, dibandingkan apa yang

mereka dengar. Disini factor telaadan

disiplin sangat penting bagi disiplin siswa.

2) Lingkungan berdisiplin

(17)

Seseorang juga dapat dipengaruhi oleh

lingkungan. Bila berada dilingkungan

berdisiplin, seseorang dapat terbawa oleh

lingkungan tersebut. Salah satu cirri

manusia adalah kemampuan beradaptasi

dengan lingkungan. Dengan potensi

adaptasi ini, ia dapat mempertahankan

hidupnya.

3) Latihan berdisiplin

Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui

proses latihan dan kebiasaa. Artinya,

melakukan disiplin secara berulang-ulang

dan membiasakan dalam praktek-praktek

disiplin sehari-hari. Dengan latihan dan

membiasakan diri, disiplin akan terbentuk

dalam diri siswa. Disiplin telah menjadi

kebiasaan.17

B. Telaah Hasil Penelitian terdahulu

Selain peneliti telah menjelaskan landasan teori

yang dipakai sebagaimana tersebut diatas, peneliti

juga melakukan telaah pustaka terhadap hasil-hasil

penelitian terdahulu yang relevan.

(18)

Yang pertama saya mengambil dari skripsi

terdahulu dengan penyusunnya adalah Mohamad

Sofi, alumni STAIN Ponorogo, NIM 210308039,

dengan judul “Upaya meningkatkan kedisiplinan

murid kelas VII dan VIII melalui kegiatan

kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda

Mayak Tonatan Ponorogo tahun ajaran 2011-2012” Adapun hasil penelitian ini adalah (a) Pelaksanaan

kegiatan kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah Darul

Huda Mayak Tonatan Ponorogo berjalan cukup baik

sudah terorganisasi dengan cukup baik dan kegiatan

yang diagendakan bisa berjalan dengan baik. (b)

Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

kedisiplinan murid kelas VII dan VIII melalui kegiatan

kepramukaan diantaranya adalah : pemberian materi

kepramukaan, memberikan keteladanan, peraturan,

pemberian hukuman, upacara, perkemahan,

penjelajahan, Gladian Pimpinan Regu, dan

pelantikan.

Yang kedua saya mengambil skripsi terdahulu

yang disusun oleh Ali Mustofa, NIM 243042008,

dengan judul Upaya peningkatan kedisiplinan siswa

melalui scoring (studi kasus di SMKN 1 Badegan

(19)

Adapun hasil penelitian ini adalah (a) Dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah, pikah

SMKN 1 Badegan Ponorogo menerapkan sistem

scoring, yaitu pemberian skor pada setiap

pelanggaran. Hasil dari penerapan scoring ini dapat

dirasakan oleh SMKN 1 Badegan, yaitu dengan

adanya sistem tersebut pihak guru dan staf lebih

bertanggung jawab serta lebih aktif. Pihak siswa juga

lebih disipin sehingga dalam mengikuti proses belajar

mengajar bisa lebih focus. (b) Sistem scoring di

SMKN 1 Badegan meningkatkan kedisiplinan siswa.

Siswa di SMKN 1 Badegan sangat mentaati peraturan

sekolah karena adanya system scoring. (c)

Pelaksanaan scoring di SMKN 1 badegan ini menjadi

tanggung jawab sekolah secara umum tetapi secara

khusus dan structural ini menjadi tanggung jawab BP,

team tatib, dan wali kelas.dan yang mendukung

system scoring ini adalah semua pihak termasuk

orang tua, wali siswa, dan masyarakat sekitar

sekolah.

Yang ketiga saya mangambil telaah penelitian

terdahulu dari skripsi dari Nofia Nur Laili dengan

(20)

Kedisiplinan Peserta Didik di MI Tholabiyah Ngeterp

Jiwan Madiun Th. Pelajaran 2013/2014.

Adapun hasil kesimpulannya adalah (1) Proses

pembentukan keisiplinan peserta didik di MI

Tholabiyah adalah : (a) Sebuah upaya ditak akan

terealisasikan tanpa usaha. (b) Kepala madrasah dan

guru berusaha memberikan contoh dan menjadi

tauladan. (c) Kepala madrasah sebagai orang yang

bertanggung jawab mengontrol guru dan siswa. (d)

Kepala madrasah selalu member support dan kritik

saran yang mendukung. (2) Upaya kepala madrasah

untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di MI

Tholabiyah adalah : (a) Menyusun berbagai upaya

dan program maupun peraturan yang sekiranya

dapat menumbuhkan disiplin. Upaya tersebut

seperti : sholat berjamaah, membiasakan berjabat

tangan, menjaga kbersihan, proses KBM sesuai

jadwal, ekstrakurikuler, seragam beserta atribut,

pemberian hukuman bagi yang melanggar dan

memberikan ganjaran bagi yang berprestasi,

pelatihan adzan, senam jum’at pagi, membaca

Al-Qur’an sebelum KBM, dan menjaga tata karma dan

(21)

disusun berdasarkan atas asas kegamaan,

kedisiplinan, ketertiban, kesehatan, akademis,

non-akademis, dan social.

Adapun perbedaan penelitian yang peneliti lakukan

dengan penelitian sebelumnya adalah jika penelitian yang

dilakukan Mohammad Sofi terfokus pada upaya dalam

meningkatkan kedisiplinan melalui kegiatan pramuka yang

ada di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mayak Tonatan

Ponorogo tahun ajaran 2011-2012, adapun pada penelitian

ini peneliti menekankan pada problem apa yang terjadi

dalam mengupayakan sebuah kedisiplinan pada siswa

Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Jarak, kecamatan Siman,

kabupaten Ponorogo, sehingga diharapkan semua siswa

pada SD Negeri 01 Jarak, kecamatan Siman, kabupaten

Ponorogo mampu melaksanakan semua peraturan dengan

disiplin.

Sedangkan perbedaan penelitian Ali Mustofa dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah jika penelitian Ali

Mustofa menekankan pada pemberian scoring terhadap

siswa SMKN 1 Badegan Ponorogo sebagai upaya

peningkatan kedisiplinan bagi siswa SMKN 1 Badegan

Ponorogo dan sebagai efek jera terhadap pelanggaran

(22)

lakukan lebih terfokus pada problematika apa yang ditemui

pendidik dalam menegakkan kedisiplinan di SD Negeri 01

Jarak, kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo, yang mana

problematika tersebut dapat teratasi dengan solusi yang

ditawarkan peneliti dalam penelitian ini.

Dan perbedaan penelitian Nofia Nur Laili dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah jika penelitian Nofia

Nur Laili membahas tentang upaya yang dilakukan Kepala

Sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di

MI Tholabiyah Ngeterp, Jiwan, Madiun tahun pelajaran

2013/2014 dengan memberikan contoh dan menjadi

tauladan kepada siswa MI Tholabiyah Ngeterp, Jiwan,

Madiun tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan dalam

penelitian yang peneliti lakukan fokus pembahasannya

kepada menguraikan problem yang ditemui guru dalam

upaya meningkatkan kedisiplinan di SD Negeri 01 Jarak,

Siman, Ponorogo, sehingga adanya solusi dalam mengatasi

problem tersebut dan terwujudnya kedisiplinan di SD

Negeri 01 Jarak, Siman, Ponorogo.

VIII. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

(23)

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena yang dialami oleh subyek penelitian.

Dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan

Peneliti Lapangan adalah Studi Kasus yaitu uraian dan

penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek

seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi

(komunitas), suatu program atau suatu situasi sosial.

Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak

mungkin data menegani subjek yang diteliti. 18

Jenis penelitian studi kasus ini digunakan karena

peneliti dapat meneliti terkait tentang kejadian aktivitas di

SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.

B. Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari

pengamatan berperanserta, namun peranan penelitilah

yang menentukan keseluruhan skenarionya. Sehingga

dalam penelitian ini, seorang peneliti bertindak sebagai

instrumen kunci sekaligus pengumpul data. Sedangkan

instrumen yang lain sebagai penunjang.19

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SDN 1 Jarak Siman

Kabupaten Ponorogo dan di lokasi ini layak diteliti

18Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2003), 201.

(24)

karena di SD ini masih banyak siswa yang kurang

disiplin.

D. Sumber Data

Data penelitian kualitatif ini data yang kami butuhkan

adalah :

1. Data tentang problematika yang dihadapi guru

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya

problematika dalam peningkatan kedisiplinan

peserta didik di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo 3. Data tentang upaya guru dalam mengatasi

problematika dalam meningkatkan kedisiplinan

peserta didik.

Sedangkan sumber data utama dalam penelitian

ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya

adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala Sekolah SDN 1 Jarak Siman Ponorogo 2. Bapak Ibu Guru SDN 1 Jarak siman Ponorogo

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

meliputi wawancara, observasi, dokumentasi dan

triangulasi. 1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

(25)

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 20

Wawancara kualitatif merupakan salah satu

teknik untuk mengumpulkan data dan informasi.

Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan.

Pertama, dengan wawancara, peneliti dapat

menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami

subjek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi

jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang

ditanyakan pada informan bisa mencakup hal-hal

yang bersifat lintas waktu, yang berkaiatan dengan

masa lampau, masa kini dan juga masa mendatang.

Wawancara yang digunakan adalah wawancara

kualitatif. Artinya, peneliti mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa

terikat oleh suatu suasana pertanyaan yang telah

dipersiapkan sebelumnya. 21

2. Teknik pengamatan

Ada beberapa alasan mengapa dalam

penelitian kualitatif pengamatan dimanfaatkan

sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh

Guba dan Lincoln (1981:191-193)22 sebagai berikut

20Lexy Moleong, Metodologi Penenlitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 135.

21Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 176.

(26)

ini. Pertama pengamatan didasarkan atas

pengalaman secara langsung, kedua pengamatan

memungkinkan penelitian untuk melihat dan

mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan

kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan

sebenarnya ,ketiga pengamatan memungkinkan

peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang

berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun

pengetahuan yang langsung diperoleh dari data ,

keempat sering terjadi ada kekurangan pada

peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya

ada yang keliru atau biasa , kelima teknik

pengamatan memungkinkan peneliti mampu

memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam,

dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik

komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,

pengamatan dapat menjadi alat yang sangat

bermanfaat. Teknik ini digunakan untuk memperoleh

data:

1)Problem kediplinan yang ada di SDN 1 Jarak,

Siman Ponorogo.

2)Faktor-faktor pengaruh munculnya problem

(27)

3) Upaya guru dalam mengatasi problematika

kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak, Siman,

Ponorogo.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk

mengumpulkan data sumber non insani. Sumber ini

terdiri dokumen dan rekaman, “Rekaman” sebagai

setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan

oleh individu atau organisasi dengan tujuan

membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan

“Dokumentasi” digunakan untuk mengacu atau

bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan

secara khusus untuk tujuan, seperti surat-surat,

buku catatan harian khusus, foto dan sebagaimana.23

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data :

1) Profil, visi dan misi, struktur pengurus di SDN 1

Jarak Siman Ponorogo

2) Nama Kepala Sekolah, Guru dan Pengurus di

SDN 1 Jarak Siman Ponorogo

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, di

lakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan

(28)

setelah selesai pengumpulan data dalam periode

tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah

melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang di wawancarai setelah

di analiss terasa belum memuaskan, maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tetentu, di

peroleh data yang di anggap kredibel. Miles dan

Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif di lakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh.24

Analisis data kualitatif, dapat di lakukan melalui

langkah-langkah berikut:

1. Reduksi data, data yang di peroleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu

di catat secara teliti dan rinci. Semakin lama

peneliti kelapangan, maka jumlah data akan

semakin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu

perlu segera di lakukan analisis data melalui

reduksi data. Adapun data yang peneliti

reduksikan meliputi sejarah SDN 1 Jarak Siman

Ponorogo, Problematika dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo,

(29)

serta solusi yang dilakukan guru dalam

mengatasi problematika tersebut.

2. Display/penyajian data, setelah data direduksi,

maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan

antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan

data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif”. Adapun data yang

peneliti sajikan meliputi bagaimana

problematika yang dihadapi guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa dan bagaimana

solusi yang dilakukan guru dalam menangani

problematika tersebut

3. Mengambil kesimpulan/verifikasi, langkah ketiga

dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang di kemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak di

temukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

(30)

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali kelapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang di

kemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.25 Adapun data yang peneliti simpulkan

meliputi segala problematika yang di hadapi guru

dalam meningkatkan kedisiplinan dan bagaimana

solusi yang dilakukan guru dalam menanggani

problematika tersebut.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang

diperbarui dari konsep kesahihan validitas dan

keandalan realibilitas.26 Dalam keabsahab data

diadakan pengecekan denagn teknik :

1. Pengamatan yang tekun

Ketekunan pengatan yangdimaksud

dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat

relevan dengan persoalan dan isu yang sdang

dicari.

2. Pengecekan sejawat

25 Ibid, 247-252.

(31)

Yaitu mengekspos hasil sementara atau

hasil akhir yang diperoleh dalm bentuk diskusi

analitik dengan rekan-rekan sejawat.

3. Kecukupan referensial

Referensi yang cukup adalah sebagai alat

untuk menampung dan menyesuaikan kritik

tertulis untuk keperluan evaluasi, yaitu dengan

menyimpan informasi yang tidak direncanakan

sebagai alternative juka berhalangan tidak

tersedia alat rekam suara.

Teknik triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan atau yang

memanfaatkan sesuatu yang diluar data atau

untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Ada 4

triangulasi sebagai titik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik dan teori.27 Dari sini hal yang ingin

dapat dicapai peneliti dengan jalan :

1. Membandingkan data hasil

mpengamatan dengan data hasil

wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan

orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

(32)

3. Membandingkan apa yang dikatakan

orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya.

4. Membandingkan hasilwawancara dengan

isi suatu dokumen yang berkaitan

H. Tahapan – Tahapan Penelitian

Tahap-tahap peelitian dalam penelitian ini ada tiga

tahapan dan di tambah dengan tahap akhir dari

penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil

penelitian. tahap-tahap penelitian tesebut adalah:

1. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun

rancangan penelitian, memilih lapangan

penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan

menilai keadaan lapangan, memilih dan

memanfaatkan informan, menyiapkan

perlengkapan penelitian dan persoalan etika

penelitian:

2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:

memahami latar penelitian dan persiapan diri,

memasuki lapangan dan berperan serta sambil

mengumpulkan data. 3. Tahap analisis data,28

4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.

IX. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

(33)

Sitematikan pembahasan pada penelitian kualitatif

ini terdiri lima bab yang berisi:

Bab satu merupakan awal pembahasan skripsi yang

terdiri dari : latar belakang masalah rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian

dan sistematika pembahasan.

Bab dua berisi landasan teori atau telaah pustaka

yang berisi tentang landasan teori tentang peran guru

dalam mendisiplinkan peserta didik, kedisiplinan,

pengertian disiplin, macam-macam disiplin, factor yang

mempengaruhi disiplin, teknik dalam pembinaan disiplin

siswa, dan factor yang berpengaruh dalam pembentukan

kedisiplinan.

Bab tiga, merupakan paparan data hasil penelitian

yang terdiri dari latar belakang obyek penelitian yang

meliputi : sejarah berdirinya, letak geografis SDN 1 Jarak

Siman Ponorogo

Bab empat, merupakan hasil analisis masalah yang

meliputi analisis tentang : problematika yang dijumpai guru

dalam meningkatkan kedisiplinan, faktor-faktor pengaruh

munculnya problem kedisiplinan di SDN 1 Jarak, Siman,

Ponorogo, serta analisis tentang upaya yang dilakukan

(34)

Bab kelima penutup, yang berisi kesimpulan dan

saran, bab ini dimaksudkan agar pembaca dan penulis

(35)
(36)

e. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam

Pembentukan Disiplin

BAB III : DATA PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

B. Analisis tentang faktor-faktor pengaruh munculnya

(37)

XI. DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Arikunto Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineks Cipta, 1980

Basrowi dan Suwandi. Memahami penelitian kwalitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008.

Djatisidi Indra. Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru. Jakarta: Radar Jaya, 2001.

Ghony Djunaidi & Almanshur Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Hamalik Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001.

Hidayatullah M. Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.

Imron Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.

(38)

Meleong Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. cet. 31. Bandung : PT Remaja Rusdakarya, 2013.

---. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

---. Metodologi Penenlitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.

Muhaimin. Konsep Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991.

Mulyana Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2003.

Mulyasa E. Menjai Guru Profesional. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA. 2009

Nurjan Syarifan dkk Karakteristik Sekolah Unggul. CV Duta Graha Pustaka, 2002.

Sahertian Piet A.. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2008.

Shochib Moh.. Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Sugiyono. Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R & D. cet. 19.

Bandung: Alfabeta, 2013.

(39)

Tu’u Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa. Jakarta: PT. Grasindo. 2004.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1. PT. Kloang Klede putra timur bekerja sama dengan Koperasi Primer Praja Mukti 1 Departemen Dalam Negeri, 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.. Dibutuhkan orang tua yang perhatian pada anaknya dalam

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.. harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. 5 Perencanaan memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas

Mulyasa.. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang baik atau harmonis dengan bawahannya serta menciptakan lingkungan yang kondusif

Strategi Yang Dilakukan Guru PAI Dalam Menciptakan Kelas Yang Kondusif. Pengelolaan kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk memperlancar ataupun

6 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek , (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm.. suatu pekerjaan, jabatan atau karier tertentu. Inti dari KBK adalah

lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , PT.Remaja Rosda Karya, Bandung 2002. Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional , ( Jogjakarta: Ar Ruzz Media,

(b) menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menye- nangkan (c) memberi penilaian. Kendala dan solusi guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan motivasi

Peran guru Pendidikan Agama Kristen dalam mengatasi perilaku ketidakdisiplinan siswa melalui pendekatan kualitatif untuk menciptakan suasana kelas