• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesulitan Belajar dan Faktor yang Mempen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kesulitan Belajar dan Faktor yang Mempen"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Kesulitan Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya

A. Pengertian Kesulitan Belajar

Dalam keadaan di mana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.[1] Kesulitan belajar yang dimaksud disini ialah kesukaran yang dialami siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran, kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan/ditugaskan oleh seorang guru.[2] Dalam definisi lain dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.[3]

Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasi belajarnya rendah (di bawah rata-rata kelas).[4]

Dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana anak didik tidak dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain ia mengalami kesulitan untuk menyerap pelajaran tersebut, baik kesulitan itu datang dari dirinya sendiri, dari sekitarnya ataupun karena faktor-faktor lain yang menjadi pemicunya. Dalam hal ini, kesulitan belajar ini akan membawa pengaruh negatif terhadap hasil belajarnya. Jika kadang kita beranggapan bahwa hasil belajar yang baik itu diperoleh oleh anak didik yang memiliki inteligensi di atas rata-rata, namun sebenarnya terkadang bukan inteligensi yang menjadi satu-satunya tolak ukur prestasi belajar. Justru terkadang kesulitan belajar ini juga turut berperan dalam mempengaruhi hasil belajar anak didik.

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar

Secara umum faktor – faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal ini dapat diartikan faktor yang berasal dari dalam atau yang berasal dari dalam individu itu sendiri, atau dengan kata lain adalah faktor yang berasal dari anak didik itu sendiri. Faktor-faktor yang termasuk dalam bagian ini yaitu:[5]

a) Inteligensi (IQ) yang kurang baik.

b) Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau diberikan oleh guru.

c) Faktor emosional yang kurang stabil.

d) Aktivitas belajar yang kurang. Lebih banyak malas daripada melakukan kegiatan belajar. e) Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan penguasaan ilmu hafalan pada tingkat

hafalan, tidak dengan pengertian (insight), sehingga sukar ditransfer ke situasi yang lain. f) Penyesuaian sosial yang sulit.

g) Latar belakang pengalaman yang pahit.

h) Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari).

i) Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas yang kurang baik.

(2)

k) Keadaan fisik yang kurang menunjang. Misalnya cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, hilang tangan dan kaki, dan sebagainya.

l) Kesehatan yang kurang baik.

m) Seks atau pernikahan yang tak terkendali.

n) Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai (kurang mendukung) atas bahan yang dipelajari.

o) Tidak ada motivasi dalam belajar.

Selain itu, Oemar Hamalik menambahkan beberapa faktor yang berasal dari diri sendiri yaitu:[6]

 Tidak mempunyai tujuan yang jelas.

 Kurangnya minat terhadap bahan pelajaran.

 Kecakapan mengikuti perkuliahan, artinya mengertia apa yang dikuliahkan.

 Kebiasaan belajar.

 Kurangnya penguasaan bahasa.

Selain faktor di atas, faktor lain yang berpengaruh adalah faktor kesehatan mental dan tipe-tipe belajar pada anak didik, yaitu ada anak didik yang tipe belajarnya visual, motoris dan campuran. Tipe-tipe khusus ini kebanyakan pada anak ini relatif sedikit, karena kenyataannya banyak yang bertipe campuran.[7]

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, meliputi:

a. Faktor Keluarga, beberapa faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik sebagai berikut:

1) Kurangnya kelengkapan belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu, tidak ada, maka kegiatan belajar anak pun terhenti untuk beberapa waktu. 2) Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orangtua.

3) Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di rumah. 4) Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau terlalu tinggi.

5) Kesehatan keluarga yang kurang baik. 6) Perhatian keluarga yang tidak memadai.

7) Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang.

8) Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan. Orang tua yang pilih kasih dalam mengayomi anaknya.

9) Anak yang terlalu banyak membantu orang tua.[8]

b. Faktor sekolah, faktor sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar di antaranya:

1) Pribadi guru yang kurang baik.

2) Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya.

(3)

4) Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.

5) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik. 6) Cara guru mengajar yang kurang baik.

7) Alat/media yang kurang memadai.

8) Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh anak didik.

9) Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan tak terpelihara dengan baik. 10) Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.

11) Bimbingan dan penyuluhan yang tak berfungsi.

12) Kepemimpinan dan administrasi. Dalam hal ini berhubungan dengan sikap guru yang egois, kepala sekolah yang otoriter.

13) Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.[9] c. Faktor Masyarakat Sekitar

Dalam bagian ini, kesulitan belajar biasanya dipengaruhi oleh:

1) Media massa seperti bioskop, TV, surat kabar, majalah buku-buku, dan lain-lain.

2) Lingkungan sosial, seperti teman bergaul, tetangga, serta aktivitas dalam masyarakat.[10] Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, adapula faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar pada anak didik. Faktor-faktor ini dipandang sebagai faktor khusus. Misalnya sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Sindrom itu misalnya disleksia (dyslexia), yaitu ketidakmampuan belajar membaca, disgrafia (dysgraphia), yaitu ketidakmampuan belajar menulis, diskalkulia (dyscalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika.

Anak didik yang memiliki sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal dan bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar anak didik yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya gangguan ringan pada otak (minimal) brain

dysfunction. (Muhibbin Syah, 1999: 165).[11]

[1]Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), h. 74. [2] Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 88.

[3] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 235. [4] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., h. 89.

[5]Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 235-236.

[6]Oemar Hamalik, Metoda Belajar dan Kesulitan – Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1975), h. 139-142. [7] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., h. 80-81.

[8] Syaful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 241-243. [9]Ibid., h. 238-240.

(4)

=======Artikel

baru============================================== =====

Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Dalam Belajar

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menyongsong era globalisasi ini, dibutuhkan suatu modal agar kita dapat sukses melalui era ini. Modal yang terpenting adalah kualitas dari sumber daya manusianya sendiri, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain tingkat pendidikannya.

Dibutuhkan bermacam faktor penunjang agar dapat tercapai tingkat pendidikan optimal yang diharapkan. Selain sarana dan prasarana seperti tempat pendidikan, kondisi sosial-ekonomi, lingkungan masyarakat, dan keluarga yang menunjang tercapainya tingkat pendidikan yang baik, ada satu faktor penting lain yang berasal dari dalam sumber daya manusianya sendiri, yaitu faktor kecerdasan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak, yaitu faktor internal (dari dalam diri anak itu sendiri) dan faktor eksternal (faktor luar).

Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.

B. Tujuan

Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :

a. Mengidintifikasi berbagai permasalahan kesulitan pembelajaran. b. Mengkaji berbagai persoalan tentang permasalahan belajar. c. Alternatif mengatasi permasalahan pembelajaran

C. Rumusan Masalah 1. Apa itu kesulitan belajar ?

2. Factor apa yang mempengaruhi kesulitan belajar 3. Ciri-ciri kesulitan belajar

4. Solusi dalam kesulitan belajar

(5)

A.Pengertian Kesulitan Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon

Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. Sedangkan menurut Sunarta (1985 : 7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkahlaku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.

B. Kesulitan Belajar

1. Learning Disorder

Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2. Learning Disfunction

Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.

3. Under Achiever

Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

4. Slow Learner

Slow Learning atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities

Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

(6)

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar

Menurut Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada dua, yaitu :

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Dalam membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi 2 faktor, yaitu faktor fisilogis dan faktor psikologis

a. Factor fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berperan terhadap kemampuan bagi seseorang, anak yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan anak yang ada dalam kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk sehingga dalam kegiatan belajarnya mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran.

b. Factor psikologi

Adapun yang termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar antara lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan (Slameto, 1999 : 55)

 Perhatian - Menurut al-Ghazali (2001) dalam Slameto (2003) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal (objek) atau sekumpulan obyek.

 Bakat - Menurut Hilgard dalam Slameto (2003) bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

 Minat - Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi.

 Motivasi - Menurut Slameto (2003) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa motivasi siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.

2. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu : Kesulitan Belajar

 Keluarga, yang meliputi cara orang mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

(7)

 Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

D. Ciri-ciri kesulitan belajar dan Solusinya 1) Ciri-ciri Kesulitan Belajar

1. Prestasi belajar rendah, yaitu nilai yang capai dibawah rata-rata anak sekelas. 2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.

3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.

4. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar, seperti acuh, mudah tersinggung dll.

5. Anak didik bertingkah laku yang tidak seperti biasanya, seperti murung, sedih, menyendiri dari temannya dll.

6. Anak didik mendapatkan penurunan yang drastis dari prestasi yang diperoleh sebelumnya. 7. Anak didik sering tidak masuk tanpa keterangan.

8. Anak sering meninggalkan pelajaran tanpa alasan / bolos

E. Solusi dalam Kesulitan belajar

Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu : Kesulitan Belajar

1. Pengumpulan data - Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi sehingga perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut pengumpulan data.

2. Pengolahan data - Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.

3. Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data.

4. Prognosis, merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapt membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.

5. Perlakuan, yang merupakan pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.

6. Evaluasi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah perlakuan yang telah diberikan berhasil dengan baik, artinya ada kemampuan atau bahkan gagal sama sekali. (Ahmadi dan Widodo, 2000: 96) Kesulitan Belajar

BAB III PENUTUP

Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik pembelajaran.

Klinik Pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

(8)
(9)

=======Artikel

baru============================================== =====

Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar anak

Anak merupakan individu yang unik, karena memiliki perbedaan dalam kemampuan kognitif, kepribadian, mapun ketrampilan fisik. Jika keunikan itu dipahami dan dihargai, maka kemampuan anak dapat berkembangkan secara optimal. Berkenaan dengan perbedaan individu, seyogyanya pelayanan pendidikan dan pembelajaran di sekolah berorientasi pada perkembangan siswa melalui praktik dan aktifitas pendidkan untuk dapat mengakomodasi perbedaan individu (Individual differences), dalam artian metode belajar yang disajikan pada siswa mampu mengungkap tahap-tahap perkembangan dan pemahaman individu tersebut, antara lain kematangan mental, kemampuan intelektual, minat belajar, serta keterampilan sosialisasi dan emosinya.

Sejalan dengan bertambahnya usia anak, lingkungan kehidupannya juga bertambah luas. Oleh karena itu persoalan-persoalan yang akan timbul baik di keluarga, sekolah, tempat bermain menjadi tidak sesederhana yang kita bayangkan. Sebab dalam kehidupan sehari-hari terkadang manusia mengalami hambatan dalam belajar baik dalam lingkungan keluarga maupun aktivitas belajar mengajar dalam diri pribadi anak itu sendiri (M. Said Mursi, 2001)

Setiap individu tidak ada yang sama, perbedaan individu ini yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa. Dalam keadaan apapun, dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar pada anak disebabkan oleh kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga. Karena itu sendiri merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak dan memberikan pengalaman pendidikan pertama (Koestoro P., 1996).

Secara umum anak yang mengalami kesulitan belajar mempunyai banyak perbedaan satu dengan yang lain dibandingkan dengan kesamaan di antara mereka (Bassett et al, 1996 ; Chalfant, 1989 ; National Joint Committee On Learning Disabelities, 1994) mereka biasanya memiliki kelebihan tetapi mereka juga mengalami tantangan-tantangan.

(10)

faktor yang berkaitan dengan faktor sosial seperti perilaku guru, tekanan dari keluarga, dll. Dimana aktivitas belajar individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar, kadang lancar kadang tidak. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi tapi kadang sulit konsentrasi (Abu Ahmadi dan Widodo, 1991).

Keluarga merupakan tempat permulaan bagi suatu proses pendidikan yang dialami individu. Pendidikan yang berlandaskan pada kasih sayang, perhatian, penghargaan, dan kesabaran akan menimbulkan rasa aman bagi anak. Jika hubungan orang tua dan anak terjalin dengan baik maka anak akan merasa nyaman berada dekat dengan orang tua serta memudahkan orang tua memberikan hadiah atau hukuman yang sepadan, anak juga akan merasa mudah menerima dan meniru nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua.

Prestasi belajar sangat ditentukan oleh oleh tingkat intelegensi dan lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah dalam suatu proses belajar anak. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak untuk mencapai suatu keberhasilan. Dengan tingkat intelegensi yang tinggi dan dukungan lingkungan yang baik dapat menambah semangat seorang anak untuk dapat lebih berprestasi yang baik dalam belajar, dan sebaiknya seorang anak memiliki intelegensi rendah dan tidak ada dukungan keluarga maka dapat mengakibatkan keterlambatan atau kesulitan dalam belajar (Abu dan Widodo, 1991 )

Orang tua hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan anaknya di sekolah serta berusaha mengetahui taraf kemampuan yang dimiliki anaknya (Liem Hwieiehio, 1990). Selain faktor dalam diri anak dan faktor dari luar, faktor kepribadian juga mempengaruhi seperti emosional, putus asa akan sangat mengganggu belajar. Kemampuan belajar anak sangat penting karena dengan memberikan penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat (Sumiati Ibnu Umar, 1994 )

(11)

=======Artikel

baru============================================== =====

BELAJAR dan PERMASALAHANNYA

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian, para ahli banyak yang membuat definisi tentang belajar yang berbeda, karena perbedaan sudut pandangnya.

Di bawah ini akan dikemukakan definisi belajar menurut beberapa ahli, di antaranya :

1. Skinner dalam Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology : The Teaching Learning Process, belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progressif.

2. Chaplin (1972) dalam Dictionary Psychology membatasi belajar dengan 2 macam :

a. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.

b. Belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.

3. Hintzman (1987) dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

4. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning belajar adalah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai suatu hasil.

5. Reber (1989) dalam Dictionary of Psychology. Menurutnya ada 2 definisi tentang belajar, yaitu :

(12)

b. Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa proses belajar meliputi :

a. Perubahan yang secara umum menetap (relatively permanent)

b. Kemampuan bereaksi (response potentiality)

c. Dapat diperkuat (Reinforced)

d. Melalui praktek dan latihan (Practice)

2. Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan dalam Belajar

Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu :

a. Faktor Intern Belajar

Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sendiri, misalnya kematangan, kecerdasan, motivasi dan minat.

b. Faktor Ekstern Belajar

Faktor ekstern erat kaitannya dengan faktor sosial atau lingkungan individu yang bersangkutan. Misalnya keadaan lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat , guru dan alat peraga yang dipergunakan di sekolah.

a.1 Faktor Intern

* Kematangan

Karena kematangan mentalnya belum matang, kita akan sukar mengajarkan konsep-konsep ilmu Filsafat kepada siswa sekolah dasar. Pemberian materi tertentu akan tercapai apabila sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu atau siswa. Oleh karena itu, baik potensi jasmani maupun rohaninya perlu dipertimbangkan lagi kematangannya.

* Kecerdasan (IQ)

(13)

tertentu. Tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan kurang mendukung, maka pengetahuan yang telah dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti olehnya. Demikian pula dalam hal-hal yang lain, seperti dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, misalnya memasak dan membuat mainan sederhana, dalam tingkat yang sama tidak semuanya individu mampu mengerjakannya dengan baik.

* Motivasi

Motivasipun menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar individu yang bersangkutan, seperti peran orang tua, teman dan guru.

* Minat

Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat dominan dalam pengaruhnya pada kegiatan belajar, sebab kalau dari dalam diri individu tidak mempunyai sedikitpun kemauan atau minat untuk belajar, maka pelajaran yang telah diterimanya hasilnya akan sia-sia. Otomatis pelajaran tersebut tidak masuk sama sekali di dalam IQ-nya.

b.1 Faktor Ekstern

* Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga pun sangat menentukan keberhasilan belajar. Status ekonomi, status sosial, kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga ikut serta mendorong terhadap keberhasilan belajar. Suasana keluarga yang tentram dan damai sangat menunjang keharmonisan hubungan keluarga. Hubungan orang tua dan anak akan dirasakan saling memperhatikan dan melengkapi. Apabila anak menemukan kesulitan belajar, dengan bijaksana dan penuh pengertian orang tuanya memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap penyelesaian masalah belajar anaknya.

* Lingkungan Masyarakat

(14)

didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih mudah diserap oleh individu daripada pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat akan dapat merubah tingkah laku individu dalam proses belajar.

* Guru

Peran guru dapat mempengaruhi belajar. Bisa dilihat dari cara guru mengajar kepada siswa, hal ini sangat menentukan dalam keberhasilan belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar, dan kemampuan menyelami alam pikiran setiap individu siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, guru sebagai motivator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru sebagai konduktor masalah-masalah individu siswa, perlu menjadi acuan selama proses pendidikan berlangsung.

* Bentuk Alat Pelajaran

Bentuk alat pelajaran bisa berupa buku-bukun pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis menulis dan sebagainya. Kesulitan untuk mendapatkan atau memiliki alat-alat pelajaran secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa. Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh alat-alat pelajaran yang memadai. Alat pelajaran tersebut akan menunjang proses pemahaman anak. Misalnya, melalui praktek sederhana dari materi pelajaran yang telah mereka pelajari.

* Kesempatan Belajar

Kesempatan belajar merupakan faktor yang sedang diupayakan Pemerintah melalui Wajib Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai dicanangkan tahun pelajaran 1994/1995. Pencanangan Wajar tersebut merupakan alternatif pemberian kesempatan kepada para siswa, terutama bagi mereka yang orang tuanya berekonomi kurang mampu.

(15)

ekonomi yang cukup, maka akan menemukan kendala yang relatif serius. Begitu pula sebaliknya, seorang anak dari keluarga yang mampu, memiliki intelegensi yang tinggi, bersekolah di sekolah favourit, dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang serba ada, belum tentu dapat belajar dengan baik, sebab masih ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak tersebut untuk belajar dengan baik, seperti motivasi belajar, keharmonisan lingkungan keluarga, jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh sehingga melelahkan, perhatian khusus dari guru kelas, serta hal-hal lain yang memungkinkan ketidak berhasilan siswa tersebut.

3. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Beberapa cara mengatasi kesulitan dalam belajar dapat dilakukan dengan cara belajar yang efektif dan efisien. Cara demikian merupakan problematika yang perlu mendapatkan perhatian cukup serius. Orang tua dan Guru Kelas kerap kali memberikan saran-saran kepada siswa agar rajin belajar karena rajin adalah pangkal cerdas. Orang cerdas akan mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan zaman yang serba kompleks.

Berikut ini beberapa alternatif dalam kesulitan belajar :

1. Observasi Kelas

Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi kelas dalam kegiatan belajar, cukup nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak. Kalau suasana kelas sangat nyaman, tenang dan sehat, maka itu semua dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih semangat lagi.

2. Pemeriksaan Alat Indera

Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan siswa khusus mengenai alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah melakukan tes atau pemeriksaan kesehatan di Puskesmas / Dokter, karena tingkat kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik pula. Maka dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut dapat menstimulasikan bahan pelajaran langsung ke diri individu.

(16)

Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah seorang murid. Di sana seorang guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid berikut semua yang ada di sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan wawancara dengan orang tuanya mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain. Selain itu juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan situasinya dengan masyarakat secara langsung.

4. Tes Diagnostik Kecakapan/Tes IQ/Psikotes

Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat dilihat dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana. Dengan latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai kepribadian siswa secara praktis dari segi dasar, logika dan privasi seseorang.

5. Menyusun Program Perbaikan

Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu. Seorang pengajar harus menjadi seorang yang konsevator, transmitor, transformator, dan organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa alat peraga atau alat yang lainnya yang menunjang pengajaran lebih baik, karena dengan kelengkapan-kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi belajarpun akan dengan mudah didapat oleh para siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara dan membagikan kuesioner kepada 136 konsumen rumah tangga di Perumahan Tlogosari dan 107 konsumen rumah tangga di Perumahan

Menurut majelis GMIM Kanaan Pinabetengan perubahan kotak persembahan dari tertutup menjadi kotak kaca atau transparan merupakan sesuatu hal yang baik, sehingga

Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Juncto dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 telah menempatkan Retribusi

Kelas XI yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas mendesain busana melalui media berbasis komputer. Penelitian ini meliputi empat tahap yaitu: Perencanaan,

code, sebenarnya yang dilakukan adalah “memilih” 2 k buah n-tuple yang “tersedia” dalam GF q ( ) n untuk menjadi codeword dalam BCH code yang dikehendaki sedemikian

Bagi calon investor yang ingin menanamkan modal di perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ 45 di BEI, khususnya dalam membeli saham dengan mengharapkan return

Gowa atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Sungguminasa, telah mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian

Kegiatan IUU-Fishing di Perbatasan Kedua Negara Khususnya Laut Sulawesi 2014- 2016”, Journal of International Relations, volume 3, Nomor 4, 2017, hal 138-146.. 27 Tulisan ini