• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II pendahuluan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kertas Kardus

Kardus atau Corrugated Paper sebagai sebuah bahan dasar kemasan memiliki daur hidup yang sangat singkat, dihargai hanya selama proses distribusi produk dari produsen kekonsumen berlangsung. Material kardus untuk saat ini dipandang sebagai kebutuhan sekunder dalam suatu proses produksi industri. Kenyataannya kardus sangat rasionil dan potensial dalam satu rekayasa desain,

memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai bahan baku utama (Willy dan Yahya, 2001).

Karton dupleks adalah karton yang terdiri dari dua lapisan atau lebih. Lapisan atas berwarna putih dan mempunyai sifat cetak yang baik. Beberapa perubahan spesifikasi karton dupleks dilakukan untuk mengantisipasi kemajuan dan perkembangan baru dibidang industri kertas dan karton serta untuk memenuhi berbagai tuntutan dari konsumen. Spesifikasi karton dupleks dibuat berdasarkan hasil studi literatur, pengujian contoh karton dupleks yang ada di pasaran, spesifikasi yang diusulkan oleh pabrik kertas, dan keinginan pengguna karton dupleks (BSN, 2008).

Kardus sebagai bahan dasar kemasan yang memiliki daur hidup singkat, memiliki kelebihan dan kelemahan, diantaranya yaitu :

a. Struktur kardus olahan atau hasil recycle tidak jauh berbeda dengan kardus baru, perbedaan utamanya adalah ketebalan yang terjadi karena penambahan lapisan gelombang.

(2)

b. Proses cetak dilakukan dengan sistem cetak sablon (silk-screen printing), masking, atau hand-painting. Teknik pencetakan sablon cukup sulit untuk

diterapkan karena permukaan material ini tidak begitu rata, disebabkan alur gelombang atau flute; sehingga bagian yang cekung tidak dapat tercapai oleh screen sablon dan tinta tidak dapat tercetak dengan merata.

c. Kertas sebagai bahan dasar tidak tahan terhadap air, dan kelembaban; baik yang disebabkan oleh zat cair, atau kelembaban udara. Sehingga harus dilakukan penjemuran, atau pemanasan dengan plat lain (misalnya lampu sorot, oven dll) untuk mengembalikan kekuatan struktur material. dalam keadaan kadar air tinggi, sangat mudah terjadi perubahan permukaan, atau kekuatan struktur golombang, dan yang paling parah, terbukanya rekatan antar lapisan.

d. Ketebalan material yang tersusun dari lapisan-lapisan kardus berdampak langsung terhadap kekuatan struktur material. semakin banyak lapisan; atau semakin tebal material, maka semakin kuat pula struktur material tersebut. ketebalan material dapat disesuaikan dengan kebutuhan kekuatan struktur untuk aplikasi pembuatan produk.

e. Penyusunan lapisan dengan menggunakan sistem modul pada saat perekatan, mempermudah proses pembuatan material untuk menyesuaikan ukuran material yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk. Hal ini dapat menekan banyaknya material yang terbuang.

(3)

g. Berasal dari bahan baku yang dapat didaur ulang, dan karena penambahan unsur lain (perekat) berbasis air; maka material ini layak untuk diproses daur ulang, dan bersifat bio-degradable (dapat diurai oleh tanah).

h. Proses produksi tidak membutuhkan peralatan khusus yang mahal, dan tidak membutuhkan keahlian khusus, maka kardus olahan dapat dibuat/diproduksi dalam skala pribadi, rumah tangga, industri kecil, hingga industri besar, untuk menanggulangi kardus bekas menjadi limbah.

i. Pengolahan dapat dilakukan dengan mudah untuk menghasilkan produk dengan sistem bongkar-pasang.

(Willy dan Yahya, 2001). Papan Semen

Papan semen merupakan papan tiruan yang menggunakan semen sebagai perekat (matriks) sedangkan bahan bakunya dapat berupa partikel kayu atau partikel bahan berlignoselulosa lainnya. Seperti halnya dengan papan partikel maka bentuk partikel untuk papan semen antara lain dapat berupa selumbar (flake), serutan (shaving), untai (strand), suban (splinter), atau wol kayu (excelcior). Papan semen memiliki sifat yang lebih baik dibanding dengan partikel yaitu lebih tahan terhadap jamur, tahan air dan tahan api (Maloney, 1977).

(4)

sehingga pemanfaatan kayu dapat ditingkatkan. Industri papan semen sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi perkembangannya lambat (Sukartana et al., 2000).

Menurut Suprayitno dan Prayitno (1998) dalam Silaban (2006), pada dasarnya sifat-sifat papan semen partikel/serat ditentukan oleh dua komponen dasar, yaitu kayu atau bahan yang mengandung lignoselulosa sebagai bahan baku dan semen sebagi perekatnya. Selain itu beberapa faktor yang mempengaruhi sifat papan semen yaitu, jumlah air yang dicampur dalam semen, kadar semen, jenis partikel/serat, bahan tambahan (additive), waktu pengempaan, waktu pengkondisian dan besar tekanannya. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi produk akhir yang dihasilkan pada pembuatan papan semen. Dengan adanya ketetapan terhadap faktor-faktor tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar terhadap sifat suatu jenis papan semen.

Beberapa belahan dunia, papan semen digunakan sebagai pelengkap untuk dinding dan pelapis lantai bangunan. Pada bagian luar bangunan berfungsi sebagai papan untuk melapisi dan pada bagian dalam berfungsi sebagai pelindung. Papan berkerapatan tinggi digunakan untuk lantai, penutup atap, pintu tahan api, dinding penahan muatan, dan pembentuk lapisan semen (Youngquist, 1999).

(5)

Modal intensif dan pengalaman teknologi dari pabrik serat kayu semen telah dibuat sebagai rem untuk pengembangan industri pada negara-negara berkembang, kecuali ada perusahaan multinasional yang memilih mengembangkan kegiatan mereka kepada beberapa negara sebagai alasan akses pemasaran atau keuntungan dari harga produksi yang lebih rendah. Seringkali, kebanyakan bukan permasalahan papan wol kayu semen, lazimnya dan mungkin paling baik diketahui turunan komposit kayu semen. Secara jelas komposit serat kayu semen dan papan partikel semen, papan wol kayu semen dapat dibuat dalam pabrik yang kecil, pengeluaran yang rendah, dan ketahanannya terhadap kelembaban dan biodeteriorasi, khususnya serangan rayap, membuatnya secara khusus sesuai untuk bangunan di daerah tropis dan sub-tropis. Jadi, pabrik papan wol kayu semen menjadi dikembangkan pada banyak Negara berkembang. Contohnya, sekarang ini di Pilipina ada industri papan wol kayu semen yang menggunakan jenis-jenis asli cepat tumbuh (atau limbah pertanian) dan secara lokal pabrik pengembangan. Industri menghasilkan variasi yang lebar dari produk panel disesuaikan dengan pasar lokal. Ironisnya, pada beberapa penerapan, produk-produk ini dalam persaingan langsung dengan produk semen bertulang serat kayu. Ketika pengembangan industri papan wol kayu semen di negara berkembang lainnya tidak sesuai di Filipina, menariknya dalam produk dan komposit kayu semen lainnya tetap tinggi dan ada program penelitian yang berjalan untuk mendukung industri dalam kebanyakan Negara-negara yang lebih besar di wilayah Asia Pasifik (Evans, 2000).

(6)

terbatas. Menurut Moslemi dan Pfister (1987) dalam Sulastiningsih dan Sutigno (2008) diperlukan waktu yang lama bagi papan semen untuk benar-benar mengeras sebelum mencapai kekuatan yang cukup. Kelemahan lainnya adalah tidak semua jenis kayu atau bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku papan semen karena adanya zat ekstraktif seperti gula, tanin dan minyak yang dapat mengganggu pengerasan semen dengan bahan baku tersebut. Berdasarkan kesesuaian jenis kayu sebagai bahan papan semen dikenal tiga macam mutu yaitu baik, sedang dan jelek. Pengujiannya dilakukan berdasarkan uji hidratasi, yaitu mengukur suhu maksimum yang terjadi pada saat reaksi antara semen, kayu dan air. Bila suhu maksimum lebih dari 41°C termasuk baik, 36°C– 41°C termasuk sedang dan kurang dari 36°C termasuk jelek.

(7)

papan wol semen tetap berjalan untuk mendukung industri negara-negara berkembang di wilayah Asia Pasifik (Evans, 2002).

Semen

Semen adalah hasil industri dari paduan batu kapur/gamping sebagai bahan utamanya dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya sebagai bahan campuran, dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk (bulk ). Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (F2O3) dan

magnesium oksida (MgO). Dalam proses produksi semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh. Sebagian bahan digunakan untuk membentuk clinker (bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen) kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gipsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg (Ditjen Bea Cukai, 2000).

Witney dan Washa (1954) dalam Fatimah (1989) menyatakan bahwa semen terdiri dari mineral penyusun C3S, C2S, C3A, dan C4AF, disamping adanya

MgO dan CaO bebas. Dengan C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, dan F = Fe2O3.

Apabila semen dicampur dengan air maka terbentuk massa koloidal tipis yang plastis. Plastisitas semakin lama, semakin hilang menjadi massa yang kaku dan semakin lama semakin keras.

(8)

1. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.

2. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite limestone) murni.

3.Semen sumur minyak (oil well cement) adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

4. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatu jika dicampur air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus:

(%SiO2 + %Al2O3 + %Fe2O3) : (%CaO + %MgO)

(9)

teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1-1,9 dan 1-2,15 (Ditjen Bea Cukai, 2000).

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Proses basah yaitu dengan mencampur semua bahan baku yang ada dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak (bunker crude oil). Peoses ini jarang digunakan karena keterbatasan energi bahan bakar minyak.

2. Proses kering yaitu dengan menggunakan teknik penggilingan dan pencampuran, kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu:

a. Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku dimesin pengering (rotary dryer) dan mesin penggiling bahan (roller meal).

b. Peoses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.

c. Proses pembakaran bahan mentah (rawa meal) untuk menghasilkan terak. d. Proses pendinginan terak.

e. Proses penggilingan akhir antara clinker dan gipsum yang digiling dengan cement mill.

(10)

Natrium Silikat

Natrium atau sodium adalah memiliki simbol Na dan lunak, keperakan, dan seperti lilin, yang termasuk ke terdapat dalam senyawa alam (terutam berwarna kuning harus disimpan dalam ditemukan dalam bent

Sifat utama natrium sama seperti logam alkali lainnya, natrium adalah unsur reaktif yang lunak, ringan, dan putih keperakan, yang tak pernah berwujud sebagai unsur murni di alam. Natrium mengapung di air, menguraikannya menjadi gas meledak dalam air secara spontan. Namun, biasanya ia tidak meledak di bersuhu di bawa

Sodium silikat diperoleh dengan melebur pasir dan sodium karbonate atau sodium sulphate. Bentuk bubuk atau kristal tidak berwarna, seperti kaca (waterglass) atau sebagai larutan cair yang agak lekat, digunakan sebagai bahan pengisi untuk sabun silikat, bahan perekat kertas karton, mengawetkan telur, pengeras semen, anti karat dan sebagainya (TPMPBC, 2007)

Kualitas Papan Semen Menurut JIS A 5414-1993

(11)

berdasarkan JIS A 5414-1993 disajikan pada Tabel 1 sedangkan kriteria uji ketahanan papan semen terhadap serangan rayap disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Standar uji papan semen menurut JIS A 5414-1993

No Macam pengujian Satuan Standart JIS A 5414-1993 1

Tabel 2. Kriteria ketahanan papan semen terhadap serangan rayap No Kehilangan berat (%) Kelas ketahanan

Gambar

Tabel 2. Kriteria ketahanan papan semen terhadap serangan rayap No Kehilangan berat (%) Kelas ketahanan

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan mengakses informasi peternak tidak berpengaruh terhadap kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah, karena informasi yang diperoleh peternak lebih banyak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai tingkat konservatisme perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI (Bursa

Menurut saya versi nugget seperti ini kurang nendang rasanya dibandingkan dengan nugget yang terbuat dari daging ayam cincang yang ditambahkan

yang tidak merata dari anggota mitra... TEKNOLOGI PEMBUATAN TEPUNG AMPAS TAHU T]NTUK PRODUKSI ANEKA MAKANAN BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA DI KEL. GUNUNGPATI,

MikroTik RouterOS™ adalah sistem operasi dan yang dapat digunakan untuk menjadikan komputer manjadi router network yang handal, mencakup berbagai fitur lengkap untuk network

In this labelling process, a polygon mesh or a soup of polygons (Fig- ure 1) serves as input and generates a model, whereby the dif- ferent spatial features (walls, terrain, roofs

Menurut Sulastiyono (1999) pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tahapannya (langkah-langkah yang telah ditetapkan) secara berkesinambungan, dan

PHP sendiri sebagai bahasa yang bersifat scripting yang banyak sekali digunakan untuk membangun web berbagai lapisan dunia karena kedinamisannya dan kompleksitas dalam berbagai