!. !. +4+0 +2+13
Penyakit Jantung Koroner (PJK) saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di dunia. Sejak tahun 1990, prevalensi PJK terus meningkat, pada tahun 2004
American Heart Association memperkirakan prevalensi PJK di Amerika Serikat mencapai 13.200.000 jiwa. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun
2013, PJK menjadi penyebab kematian terbanyak dengan mencapai jumlah 7 juta jiwa
kematian setiap tahunnya di seluruh dunia, hal ini terutama terjadi di negara
berkembang.1
Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,
prevalensi PJK mencapai 1,5 % dan termasuk dalam 10 penyebab kematian utama.2
PJK didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal yang disebabkan oleh
disfungsi jantung dan pembuluh darah. PJK bermakna didefinisikan sebagai suatu
stenosis yang lebih dari 50 % diameter pembuluh darah.3 Penyumbatan pada arteri
koroner ini dapat sebagian maupun total dari satu atau lebih arteri koroner dan atau
cabang<cabangnya. Derajat stenosis pada arteri koroner dapat terlihat dengan tindakan
angiografi koroner dan biasanya diukur dengan evaluasi visual dari persentasi
Penyakit jantung koroner menunjukkan gambaran klinis sebagai angina pektoris
(AP) stabil, iskemia miokard yang tak tampak, AP tidak stabil, infark miokard (MI),
gagal jantung, dan kematian jantung mendadak.5
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan manifestasi klinik PJK yang paling
utama dan paling sering menyebabkan kematian. Manifestasi klinis SKA antara lain dapat
berupa angina pektoris tidak stabil (APTS), infark miokard akut (IMA) tanpa elevasi
segmen ST (IMA non STE) serta IMA dengan segmen ST elevasi (IMA STE). SKA
merupakan kasus gawat yang harus didiagnosis segera, disertai manajemen yang benar
untuk menghindari morbiditas dan mortalitas. Dikarenakan angka mortalitas SKA yang
tinggi, beberapa modalitas yang berbeda telah digunakan untuk meningkatkan efektivitas
identifikasi penyakit ini lebih cepat.6
Aterosklerosis merupakan dasar penyebab utama terjadinya PJK. Aterosklerosis
merupakan suatu proses multifaktorial dengan mekanisme yang saling terkait. Proses
aterosklerosis awalnya ditandai dengan adanya kerusakan pada lapisan endotel,
pembentukan foam cell (sel busa) dan fatty streaks (kerak lemak), pembentukan fibrous plaque (lesi jaringan ikat) dan proses ruptur plak aterosklerotik yang tidak stabil.
Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi kronis dimana inflamasi memainkan
peranan penting dalam setiap tahapan aterosklerosis mulai dari awal perkembangan plak
sampai terjadinya ruptur plak yang dapat menyebabkan trombosis.7
Nyeri dada merupakan gejala umum yang muncul di rumah sakit. Namun, hanya
terbukti memiliki etiologi jantung dengan menggunakan elektrokardiografi dan
pemeriksaan troponin saat awal kejadian. Penanda jantung saat ini tidak cukup sensitif
untuk diagnosis SKA pada tahap awal, yang merupakan penyebab utama kematian.
Dokter selalu mencari penanda yang cepat dan independen untuk diagnosis SKA secara
dini dan akurat. Menjadi pertanyaan apakah penanda yang diperlukan ini harus baru dan
mahal atau suatu penanda yang terabaikan yang dapat berkontribusi terhadap patogenesis
tromboemboli.8
Dalam beberapa tahun terakhir, mulai banyak studi<studi yang mencoba
menganalisis peranan Red Cell Distribution Width sebagai suatu indikator diagnosis dan
prognosis penyakit Kardiovaskular. Red Cell Distribution Width (RDW) merupakan salah satu dari komponen pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count) yang
sering diperiksakan, dimana pemeriksaan tersebut mudah dilakukan dengan biaya yang
relative murah. RDW bukanlah suatu molekul, tetapi merupakan suatu konsep statistik
yang mengukur variasi volume sel darah merah. RDW pada awalnya diperkenalkan
sebagai alat bantu diagnosa kerja dari anemia normositik.9
Beberapa studi secara signifikan mendapatkan adanya hubungan dari pemeriksaan
Red Cell Distribution Width sebagai faktor predictor dan prognostic penyakit
kardiovaskular. Pada studi Marcello T dkk ditemukan hubungan independen antara
peningkatan kadar RDW dengan risiko kematian dan kejadian kardiovaskular pada
penderita infark miokard.10 Studi terbaru melaporkan bahwa peningkatan kadar RDW
jantung koroner dan pada populasi umum.10,11 Yin<Ling W dkk didalam penelitiannya
menunjukkan bahwa peningkatan kadar RDW dapat memprediksi peningkatan risiko
jangka pendek terhadap outcome yang buruk pada pasien SKA.12 Studi oleh Azab B dkk
menunjukkan bahwa kadar RDW yang meningkat merupakan predictor yang kuat dan
independen penderita di rumah sakit dan mortalitas jangka panjang pada pasien dengan
infark miokard akut tanpa segmen ST elevasi (non<STEMI).13 Penelitian Uyarel H dkk
melaporkan bahwa pasien dengan infark miokard akut (IMA) dengan segmen ST elevasi
(STEMI) yang menjalani PCI primer, peningkatan kadar RDW saat masuk dihubungkan
dengan risiko untuk rawat di rumah sakit, kejadian kardiovaskular jangka panjang dan
kematian.14 Penelitian lain yang dilakukan oleh Ani C dkk menunjukkan bahwa kadar
mean RDW yang lebih tinggi antara penderita stroke dibandingkan dengan yang tidak
menderita stroke.15
Sejauh pengamatan penulis, hingga saat ini, penelitian yang membahas tentang uji
diagnostik antara kadar RDW dengan Sindrom koroner akut masih sangat minim terlebih
lagi pada penderita Sindrom koroner akut di Indonesia. Berdasarkan uraian dalam latar
belakang di atas, peneliti mencoba untuk membuktikan, uji diagnostic nilai RDW
terhadap Troponin T pada penderita Sindrom Koroner Akut (SKA) di RSUP<HAM
Medan.
!. %. 0',')+1 +)+ +
!.=. *</4 )+
Nilai sensitivitas RDW > 85% pada kasus sindroma koroner akut.
!.>. ';'+1 1 *4*+1
1. Untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas RDW dalam mendeteksi
kasus sindroma koroner akut.
2. Untuk megetahui distribusi frekuensi kasus sindroma koroner akut berdasarkan
faktor resiko.
!.&. +17++4 1 *4*+1
Dengan mengetahui sensitifitas dan spesifisitas RDW pada pasien sindroma
koroner akut, maka:
- Nilai RDW dapat digunakan untuk memperkuat diagnosa sindroma koroner akut.
- RDW dapat menjadi pemeriksaan alternatif pada pasien sindroma koroner akut, bila
pemeriksaan enzim jantung tidak dapat dilakukan.
- Dapat membantu klinisi untuk memberikan penatalaksanaan yang cepat dan tepat pada
pasien sindroma koroner akut.
!.?.
Inflamasi
Aterosklerosis Peningkatan RDW