• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Returnsaham Lq-45 Di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Returnsaham Lq-45 Di Bursa Efek Indonesia Chapter III V"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif

yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau antara dua

variabel atau lebih (Sugiyono, 2006: 11).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data

dari website Indonesian Stock Exchange (IDX),

finance.yahoo.com. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April 2014 sampai

dengan Juni 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

terikat (dependent variabel) yaitu return saham LQ-45.

2. Variabel bebas (independent variabel) adalah hari perdagangan, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel menjelaskan karakteristik dari objek ke

dalam elemen-elemen yang diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur

(2)

dari variabel-variabel yang diteliti. Definisi operasional variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Return Saham.

Return saham adalah tingkat keuntungan yang diterima atas investasi dalam

bentuk saham oleh investor. Return saham dapat bernilai positif, bisa juga negatif. Return saham dapat dihitung dari harga saham penutupan (closing price) dikurangi

harga pembukaan (opening price) lalu dibagi dengan harga pembukaan (opening

price). Untuk menghitung return saham dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

: Harga saham penutupan (closing price)

t-1 : Harga saham pembukaan (opening price)

3.4.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan variabel dependen. Adapun variabel-variabel

independen dalam penelitian ini meliputi hari perdagangan BEI yaitu Senin,

Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at.

(3)

atau 1. Terdapat lima kategori variabel dummy dalam penelitian ini, yaitu variabel

dummy yang menunjukkan hari Senin (DSEN), hari Selasa (DSEL), hari Rabu

(DRAB), hari Kamis (DKAM), dan Jum’at (DJUM). Nilai DSEN = 1 untuk

return saham pada perdagangan hari Senin dan 0 untuk return saham perdagangan hari yang lain. Nilai DSEL = 1 untuk return saham pada perdagangan hari Selasa dan 0 untuk return saham hari perdagangan yang lain. Nilai DRAB = 1 untuk

return saham pada perdagangan hari Rabu dan 0 untuk return saham perdagangan hari yang lain. Nilai DKAM = 1 untuk return saham pada perdagangan hari Kamis dan 0 untuk return saham hari perdagangan yang lain. Nilai DJUM = 1 untuk return saham pada perdagangan hari Jumat dan 0 untuk return saham perdagangan hari yang lain.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala rasio dan skala nominal, skala ratio digunakan untuk return saham dan skala nominal digunakan untuk hari perdagangan.

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di LQ-45

periode Agustus 2013 sampai dengan Januari 2014. Terdapat 45 emiten yang

terdaftar berdasarkan pengumuman Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2013

sampai dengan Januari 2014.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

(4)

pengamatandi LQ-45 selama periode Agustus 2013 – Januari 2014yang berjumlah

45 Emiten.

Tabel 3.1

Sampel Penelitian Nama Emiten LQ-45

No. Nama Emiten LQ45 Kode

Emiten

1 PT Astra Agro Lestari Tbk AALI

2 PT Adaro Energy Tbk ADRO

3 PT Astra International Tbk ASII

4 PT AKR Corporindo Tbk AKRA

10 PT Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN

11 PT. Bhakti Investama Tbk BHIT

18 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN

19 PT XL Axiata EXCL

20 PT Gudang Garam Tbk GGRM

21 PT Harum Energy HRUM

22 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP

23 Indomobil Sukses Makmur IMAS

24 PT International Nickel Indonesia Tbk INCO

25 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

26 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP

27 PT Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG

(5)

Lanjutan Tabel 3.1

Sampel Penelitian Nama Emiten LQ-45

No. Nama Emiten LQ45

Kode Emiten

29 PT Kalbe Farma Tbk KLBF

30 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR

31 PT PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP

32 Malindo Feedmill Tbk MAIN

33 Mitra Adi Perkasa Tbk MAPI

34 Media Nusantara Citra Tbk MNCN

35 Multipolar, PT Tbk MLPL

36 PT Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS

37 PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA

38 Pakuwon Jati, PT Tbk PWON

39 Holcim Indonesia, PT Tbk SMCB

40 PT Semen Gresik Tbk SMGR

41 Surya Semesta Internusa SSIA

42 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM

43 PT United Tractors Tbk UNTR

44 PT Unilever Indonesia Tbk UNVR

45 Wika Realty Persero, PT Tbk WIKA

Sumbe

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia tentang data laporan keuangan

perusahaan LQ-45 dari Agustus 2013 sampai dengan Januari 2014, buku-buku

referensi, internet, dan literature lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan

penelitian.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua

(6)

tahap pertama melalui studi kepustakaan (literatur) yaitu dengan menelaah

jurnal-jurnal ilmiah keuangan, artikel, serta buku-buku yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti. Metode pengumpulan data tahap kedua melalui studi

dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa sampel perusahaan yang

terdaftar di Index LQ-45 yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia selama

bulan Februari sampai dengan Juli 2013. Melalui penelusuran dengan format

elektronik yang diperoleh dari situs resmi Indonesian Stock Exchange (IDX), yait

3.9 Teknik Analisis Data

Analisa Fundamental adalah analisis yang didasarkan pada situasi dan

kondisi ekonomi, politik dan keamanan secara global dan juga tiap-tiap negara

yang mengeluarkan Index Saham yang membutuhkan kelihaian seni tersendiri

untuk memperhitungkan penting tidaknya suatu informasi menjadi faktor yang

akan berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar suatu mata uang.Teknik Analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda

tanpa intercept (multiple regression through origin) dan untuk menguji kebenaran hipotesis digunakan statistik t (uji t).

Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode

analisi statistik. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data saham perusahaan yang tetap terdaftar dalam LQ-45 pada

Agustus 2014 sampai dengan Januari 2014.

2. Menghitung return saham harian, dengan menggunakan rumus:

(7)

Dimana: Rt

P

= Return saham

t

P

= Harga saham penutupan (closing price)

t-1

3. Menghitung return saham rata-rata dalam satu periode.

= Harga saham pembukaan (opening price)

4. Mengelompokkan return saham rata-rata yang telah dihitung berdasarkan hari perdagangan, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum’at.

5. Mengelompokan return saham rata-rata pada hari Senin minggu pertama sampai ketiga dan return saham rata-rata pada hari Senin minggu keempat dan kelima.

6. Melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t berdasarkan

persamaan regresi yang telah disusun.

3.9.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah metode analisis dimana data yang

dikumpulkan dapat diinterpretasikan secara sederhana, jelas objektif sehingga

diperoleh informasi dan gambaran yang sebenarnya mengenai topic yang dibahas.

3.9.2 Metode Analisis Statistik

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel dsen, dsel, drab,

(8)

3.10 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (Situmorang dan Lufti, 2012: 100). Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data

yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis

yang tepat, yaitu memenuhi model estimasi yang Best Linier Unbiased Estimator.

Model analisis regresi linier penelitian ini mensyaratkan uji asumsi

terhadap data yang meliputi: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal yakni distribusi data dengan

bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi

normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan

(Situmorang dan Lufti, 2012: 100).

Ada tiga cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal

atau tidak, yaitu dengan pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan pendekatan

Kolmogorov-Smirnov.

Uji normalitas data dengan pendekatan histogram dapat dilihat dengan

kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satunya adalah

bahwa mean, mode, dan median pada tempat yang sama. Pada pendekatan histogram variabel berdistribusi normal jika dapat ditunjukkan oleh distribusi data

(9)

Metode lain yang dapat digunakan adalah pendekatan grafik, dengan

melihat normal probability plot. Dasar pengambilan keputusan normal probability plot dalam uji normalitas yaitu:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan tidak mengkuti arah garis

diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji statistik

Kolmogorov Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan berdasarkan uji

Kolmogorov Smirnov (K-S) dapat dilihat dari:

1. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah

tidak normal.

2. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah

normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat

ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai

Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off atau batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas

(10)

Dasar pengambilan keputusan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya

multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabeldan VIF

dengan membandingkan (Situmorang dan Lufti, 2012: 140):

1. Jika nilai Tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 5, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas, artinya model regresi tersebut tidak baik.

2. Jika nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 5, maka tidak terdapat multikolinieritas, artinya model regresi tersebut baik.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang dan Lufti¸ 2012: 120). Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi

salah satunya adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson, dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu:

Tabel 3.2

Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du

(11)

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup

mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians

sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas.

Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas

(Situmorang dan Lufti, 2012: 108).

Menurut Erlina (2011: 105) menyatakan bahwa “Salah satu asumsi yang

penting dari model regresi linier adalah varian residual bersifat

homoskedastisitas atau bersifat konstan”. Dasar analisis untuk menentukan ada

atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:

1. Pendekatan grafik

Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Pendekatan Statistik

Yaitu dengan melakukan uji Glejser. Pengujian ini dilakukan dengan

men-transform data Understandardized Residual ke dalam Absut (Situmorang dan Lufti, 2012: 116). Dari hasil output akan diketahui berapa besar nilai

signifikansinya. Apabila nilai Sig. > 5%, disimpulkan model regresi tidak

(12)

3.11 Pengujian Hipotesis

Untuk dapat menguji kebenaran hipotesis maka digunakan statistik t (uji

t). Penelitian ini akan melakukan pengujian yaitu day of the week effectdan week-four effect.

1. Day of The Week Effect

Untuk menguji hipotesis pertama yaitu bahwa terdapat pengaruh hari

perdagangan terhadap return saham LQ-45 di BEI, digunakan rumus sebagai berikut:

�� =�1����+�2����+�3����+�4����+�5����+�

Keterangan:

�� = Return saham rata-rata pada hari t

�1 − �5 = Koefisien regresi untuk variable dummy Senin – Jum’at

DSEN = Variabel dummy untuk hari Senin DSEL = Variabel dummy untuk hari Selasa DRAB =Variabel dummy untuk hari Rabu DKAM = Variabel dummy untuk hari Kamis DJUM = Variabel dummy untuk hari Jum’at e = Error of term

Nilai DSEN = 1 apabila return saham rata-rata merupakan return pada

hari senin dan diberi nilai 0 pada hari lainnya. Nilai DSEL = 1 apabila return

saham rata-rata merupakan return pada hari Selasa dan diberi nilai 0 pada hari

(13)

Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%, jika nilai sig. t > 0,05,

H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas

terhadap variable terikat. Jika nilai sig. t < 0,05, maka Ha diterima, artinya ada

pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.

2. Week-Four Effect

Untuk hipotesis pengaruh hari Senin minggu kempat dan kelima

terhadap return saham LQ-45 hari Senin yang terendah, digunakan rumus sebagai berikut:

�� =�1����1,2,3+�2����4,5 +�

Keterangan:

�� = Return saham rata-rata pada hari t

�1 − �2 = Koefisien regresi variable

DSEN1,2,3

DSEN

= Variabel dummy untuk hari Senin minggu pertama, kedua, ketiga

4,5

e = Error of term

= Variabel dummy untuk hari Senin minggu keempat dan kelima

Apabila return saham rata-rata merupakan return pada hari Senin minggu

pertama, kedua dan ketiga, maka DSEN1,2,3 bernilai 1 dam DSEN4,5 bernilai

0. Begitu juga sebaliknya, apabila return saham rata-rata merupakan return

pda Senin mingu keempat dan kelima, maka DSEN4,5 bernilai 1 DSEN1,2,3

(14)

Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%, jika nilai sig. t > 0,05,

H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable bebas

terhadap variable terikat. Jika nilai sig. t < 0,05, maka Ha diterima, artinya ada

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal

atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun

1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda

untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah

ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan

seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal

mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti

perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada

pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi

bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Bursa Efek Indonesia berawal dari pendirian bursa di Batavia oleh

Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang

diperdagangkan adalah saham dan obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia

Belanda dan sekuritas lainnya. Perkembangan bursa efek di Batavia (Jakarta

sekarang) sangat pesat sehingga mendorong Pemerintah Belanda membuka Bursa

Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada

tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya

gejolak politik Eropa pada awal tahun 1939. Bursa efek pun akhirnya ditutup,

karena terjadinya Perang Dunia II, sekaligus menandai berakhirnya pasar modal di

(16)

Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat, jumlah saham yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari 24 saham pada tahun 1988 menjadi lebih dari

200 saham. Pada tahun 1995, bursa pararel Indonesia merger dengan Bursa Efek

Surabaya dan diberlakukannya sistem otomatisasi perdagangan yang

menggantikan sistem perdagangan manual di BEJ dengan sistem komputer JATS

(Jakarta Automated Trading System). Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan

mulai Januari 1996. Pada tanggal 10 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES)

dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) merger dan berubah nama menjadi Bursa Efek

Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia berpusat di Kawasan Niaga Sudirman,

Jalan Jend. Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

4.2 Gambaran Umum Perusahaan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan yang

terdaftar di sektor index LQ-45 selama periode tahun 2010-2012. Sampel yang

terpilih sebanyak 45 perusahaan. Berikut adalah nama-nama perusahaan yang

dipilih menjadi objek penelitian.

1. PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI)

PT. Astra Agro Lestari Tbk adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

terkemuka di Indonesia yang telah berdiri pada tanggal 3 Oktober 1988. Perseroan

mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 9 Desember 1997 dengan komposisi

kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 20,3%. Pada tahun 1988,

PT. Astra International Tbk selaku induk perusahaan, memutuskan menjadikan

unit bisnis perkebunan kelapa sawit sebagai entitas baru dengan nama PT.

(17)

Astra Agro Niaga. Pada tahun 1977, PT. Astra Agro Niaga merger dengan PT.

Suryaraya Bahtera dan mengubah namanya menjadi PT. Astra Agro Lestari.

2. PT. Adaro Energy Tbk (ADRO)

Adaro adalah perusahaan yang berfokus pada bisnis pertambangan

batubara yang terintegrasi melalui anak-anak perusahaannya. Lokasi utama

operasional Adaro berada di provinsi Kalimantan Selatan dimana Adaro

memproduksi Environcoal yang merupakan batubara sub bituminus dengan nilai

kalori sedang dan kandungan sulfur, abu, dan emisi Nox yang sangat rendah.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28 Juli 2004 dan mencatatkan sahamnya di

BEI pada tanggal 16 Juli 2008 dengan komposisi kepemilikan saham oleh

investor publik saat ini sebesar 49,86%.

3. PT. AKR Corporindo Tbk (AKRA)

PT. AKR Corporindo Tbk adalah perusahaan penyedia solusi supply chain

terpadu yang beroperasi dalam distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan

kimia dasar, jasa logistik, pembuatan sorbitol, dan bahan perekat, serta

pertambangan dan perdagangan batubara. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28

November 1977 dan mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 3 Oktober 1994

dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar

41,23% dan sisanya dimiliki oleh PT. Arthakencana Rayatama sebesar 58,77%.

4. PT. Astra International Tbk (ASII)

Astra pertama kali didirikan sebagai perusahaan perdagangan di sebuah

(18)

telah berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar nasional yang diperkuat

185.580 orang karyawan di 170 perusahaan termasuk anak perusahaan,

perusahaan asoisasi dan jointly controlled entities. Pada tanggal 4 April 1990, Astra mencatatkan sahamnya di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh

investor publik saat ini sebesar 49,91%.

5. PT. Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

PT. Alam Sutera Realty Tbk didirikan pada tanggal 3 November 1993

dengan nama PT. Adhihutama Manunggal oleh Harjianto Tirtohadiguno beserta

keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan

mengganti nama menjadi PT. Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19

September 2007 No.71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta.

Pada tanggal 18 Desember 2007 perusahaan menjadi perusahaan publik dengan

melakukan penawaran umum di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh

investor publik saat ini sebesar 36,06%.

6. PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Pada tahun 1955 berdiri sebuah perusahaan yang bernama NV Perseroan

Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory sebagai cikal bakal Bank

Central Asia (BCA). Pada tahun 1957, BCA mulai beroperasi pada 21 Februari

1957 dan berkantor pusat di Jakarta. Pada 1970-an BCA memperkuat jaringan

layanan cabang. Tahun 1977 BCA berkembang menjadi Bank Devisa. Pada

tanggal 31 Mei 2000 perusahaan ini menjadi perusahaan publik dengan

melakukan penawaran umum di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh

(19)

7. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) didirikan oleh

Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1946 dan awalnya sempat berfungsi

sebagai bank sentral di Indonesia, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank

komersial sejak tahun 1955. BNI tercatat di BEI pada tanggal 25 November 1996

dan menjadi bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pertama yang

mencatatkan sahamnya di BEI. Pada tahun 2013, Pemerintah Republik Indonesia

memegang 60,61% saham BNI, sementara sisanya 39,39% dimiliki oleh

pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik, dan asing.

8. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank terbesar di

Indonesia yang sekaligus merupakan salah satu bank yang memberikan layanan

microbanking terbesar di dunia. Pendirian perusahaan pada tanggal 18 Desember 1968. Saham Perseroan telah dicatatkan di BEI pada tanggal 10 November 2003.

Pada tahun 2013, Pemerintah Republik Indonesia memegang 57,32% saham BRI,

sementara sisanya 42,68% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu

maupun institusi, domestik, dan asing.

9. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)

PT. Bank Tabungan Negara didirikan pada tanggal 9 Februari 1950

dengan nama Bank Tabungan Pos. pada tahun 1989 status bank diubah menjadi

bank komersial dan menjadi Persero di tahun 1992. Pada tahun 1994 bank mulai

(20)

pada tanggal 17 Desember 2009. Saat ini komposisi kepemilikan saham

perusahaan dimiliki oleh public sebesar 32,85%, Negara Republik Indonesia

sebesar 60,65%, dan GIC S/A Government of Singapore sebesar 6,40%.

10. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN)

Sejarah Danamon dimulai pada tahun 1956 ketika didirikan sebagai Bank

Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT.

Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan

setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di BEI pada

tanggal 6 Desember 1989. Komposisi kepemilikan saham oleh investor publik

saat ini sebesar 25,49%. Di tahun 2013, Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd

mengakuisisi Danamon, melalui konsorsium Fullerton Financial Holdings, anak

perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Temasek Holdings, dan Deutsche

Bank AG yang merupakan pemegang saham pengendali.

11. PT. Bhakti Investama Tbk (BHIT)

PT. Bhakti Investama Tbk (BHIT) adalah perusahaan yang bergerak di

bidang perdagangan dan perantara perdagangan efek, penasihat investasi,

pengelolaan investasi, penjamin emisi, originasi dan sindikasi, penasihat

keuangan, jasa riset, serta bisnis merger dan akuisisi. Didirikan pada tanggal 2

November 1989 di Surabaya, Jawa Timur, dengan nama PT. Bhakti Investments,

yang kemudian berubah nama menjadi PT. Bhakti Investama. Pada tanggal 24

November 1997 Perseroan berganti nama menjadi PT. MNC Investama Tbk di

Bursa Efek Indonesia. Komposisi kepemilikan saham tahun 2013 dimiliki oleh

(21)

12. PT. Sentul City Tbk (BKSL)

Perseroan didirikan dengan nama PT. Sentragriya Kharisma pada tanggal

16 April 1993 dan berganti nama menjadi PT. Royal Sentul Highlands pada

tanggal 9 Agustus 1993. Kemudian pada tanggal 11 Desember 1997 nama

Perseroan berubah nama menjadi PT. Bukit Sentul Tbk. Dan terakhir berganti

nama menjadi PT. Sentul City Tbk. Perseroan pertama kali menjadi perusahaan

go public pada tanggal 28 Juli 1997. Saat ini, komposisi kepemilikan saham dimiliki oleh publik sebesar 67%, sedangkan sisanya 33% dimiliki oleh pihak

asing.

13. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari

langkah pemerintah dalam merekstrukturisasi industri perbankan di Indonesia

pasca krisis moneter tahun 1998. Pada tahun 1999, empat bank milik pemerintah

Republik Indonesia, yakni Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara

(BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan

Indonesia (Bapindo) digabungkan ke dalam Bank Mandiri. Saham Perseroan telah

dicatatkan di BEI pada tanggal 14 Juli 2003. Pada tahun 2013, Pemerintah

Republik Indonesia memegang 60,00% saham Bank Mandiri, sementara sisanya

40,00% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi,

domestik, dan asing.

14. PT. Global Mediacom Tbk (BMTR)

(22)

Bimantara Citra Tbk berganti nama menjadi PT. Global Mediacom Tbk.

Perusahaan beroperasi secara komersial pada tahun 1982. Perusahaan

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pertama kali pada tanggal 17 Juli

1995. Komposisi kepemilikan saham perusahaan saat ini dimiliki oleh publik

sebesar 100%.

15. PT. Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

PT. Bumi Serpong Damai Tbk merupakan bagian dari perusahaan Sinar

Mas Land, didirikan pada tanggal 16 Januari 1984 dan mulai beroperasi secara

komersial pada tahun 1989. Perusahaan bergerak terutama pada bisnis properti

dan perusahaan ini mencatatkan sahamnya pertama kali di Bursa Efek Indonesia

pada tanggal 6 Januari 2008. Komposisi kepemilikan saham perusahaaan saat ini

dimiliki oleh publik sebesar 50%, PT. Ekacentra Usahamaju sebesar 25%, dan PT.

Paraga Arta Mida sebesar 25%.

16. PT. Bumi Resources Tbk (BUMI)

PT. Bumi Resources Tbk didirikan pada tanggal 26 Juni 1973 dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1982. Perusahaan ini merupakan bagian

dari Bakrie Group. Perusahaan bergerak di bidang eksplorasi dan eksplorasi bahan

tambang. Pada tanggal 30 Juni 2013, perusahaan ini memiliki jumlah tenaga kerja

tetap sebanyak 7.180 karyawan. Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di Bursa

Efek Indonesia pertama kali pada tanggal 30 Juli 1990. Komposisi kepemilikan

saham saat ini dimiliki oleh publik sebesar 70,82% dan Vallar Investments UK

(23)

17. PT. BW Plantation Tbk (BWPT)

PT. BW Plantation Tbk adalah perusahaan investasi asing (PMA) dan

bergerak di bidang industri perkebunan kelapa sawit dengan minyak sawit sebagai

produk utama yang didirikan dengan nama PT. Bumi Perdana Prima International.

Pada tahun 2007, Perusahaan mengubah nama menjadi PT. BW Plantation Tbk.

Pada tanggal 27 Oktober 2009, perusahaan melaksanakan Penawaran Umum

Perdana dengan mencatatkan saham di BEI. Komposisi kepemilikan saham oleh

publik sebesar 32,43% sedangkan sisanya 67,57% dimiliki oleh pihak asing.

18. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

PT. Charoen Pokphand Indonesia didirikan di Indonesia dengan nama PT.

Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co. Limited, berdasarkan akta

pendirian yang dimuat dalam Akta No. 6 tanggal 7 Januari 1972, yang dibuat

dihadapan Drs. Gde Ngurah Rai, SH, Notaris di Jakarta. Kegiatan utama usaha

adalah industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta

pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi.

Kegiatan penunjang adalah mengimpor dan menjual bahan-bahan baku dan

bahan-bahan farmasi, memproduksi dan menjual karung atau kemasan plastik.

Pada tanggal 18 Maret 1991 perusahaan ini menjadi perusahaan publik di BEI

dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik pada tahun 2013

sebesar 44,47%.

19. PT. XL Axiata Tbk (EXCL)

(24)

umum. Pada tahun 1996, XL memasuki sektor telekomunikasi setelah

mendapatkan izin operasi GSM 900 dan secara resmi meluncurkan layanan GSM.

Dengan demikian, XL menjadi perusahaan swasta pertama di Indonesia yang

menyediakan layanan telepon seluler. Perseroan mengubah nama menjadi PT.

Excelcomindo Pratama, sesuai dengan perjanjian kerja sama antara Grup Rajawali

dan tiga investor asing (NYNEX, AIF, dan Mitsui). XL kemudian melakukan

Penawaran Saham Perdana (IPO) pada tanggal 29 September 2005 dan

mendaftarkan sahamnya di BEI. Pada tahun 2009, PT. Excelcomindo Pratama

Tbk berganti nama menjadi PT. XL Axiata Tbk. Pada tahun 2013, komposisi

kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 33,51%.

20. PT. Gudang Garam Tbk (GGRM)

Gudang Garam berdiri pada tanggal 26 Juni 1958. Gudang Garam adalah

produsen rokok kretek terkemuka, rokok kretek identik dengan Indonesia yang

merupakan salah satu sentra utama perdagangan rempah di dunia. Gudan Garam

memiliki tiga anak perusahaan utama yaitu PT. Surya Pemenang, yang

memproduksi kertas karton untuk kemasan rokok Gudang Garam, PT. Surya

Madistrindo, sebagai distributor tunggal produk Perseroan, dan PT. Surya Air

sebagai penyedia layanan jasa penerbangan tidak berjadwal. Saham Perseroan

pertama kali tercatat di BEI pada tanggal 27 Agustus 1990. Pada tahun 2013,

komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 24,45%.

21. PT. Harum Energy Tbk (HRUM)

Harum Energy didirikan pada tanggal 12 Oktober 1995 dengan nama PT.

(25)

investasi. Perusahaan melakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Jakarta

pada tanggal 6 Oktober 2010. Komposisi kepemilikan saham saat ini yang

dimiliki oleh publik sebesar 29,37% sedangkan sisanya 70,63% dimiliki oleh PT.

Karunia Bara Perkasa.

22. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk didirikan pada tanggal 2

September 2009 Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan makanan dan

minuman dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan go public

pada tanggal 7 Oktober 2010. Komposisi kepemilikan saham saat ini yang

dimiliki oleh publik sebesar 20% sedangkan sisanya 80% dimiliki oleh PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk.

23. PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)

PT. Indomobil Sukses International Tbk merupakan perusahaan yang

bergerak di sektor aneka industri dengan produk yang dihasilkan yaitu otomotif

dan suku cadang, yang telah berdiri sejak tanggal 20 Maret 1987. Perseroan

mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 15 November 1993. Komposisi

kepemilikan saham saat ini dipegang oleh PT. Cipta Sarana Duta Perkasa sebesar

52,35%, PT. Tritunggal Intipermata sebesar 18,05%, dan Publik sebesar 29,60%.

24. PT. International Nickel Indonesia Tbk (INCO)

PT. International Nickel Indonesia Tbk atau disebut juga PT. Vale

Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi nikel dalam matte dari

(26)

Pulau Sulawesi. Seluruh produksi dijual berdasarkan kontrak jangka panjang

dalam denominasi dollar AS. Didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dan terdaftar

pada tanggal 16 Mei 1990 di Bursa Efek Indonesia. Komposisi kepemilikan

saham oleh publik saat ini sebesar 21,18%, Vale Canada Limited 58,73%, dan

Sumitomo Metal Mining Co Ltd 20,09%.

25. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

Didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT. Panganjaya

Intikusuma. Pada tahun 1994, berganti nama menjadi PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk dan di tahun yang sama mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal

14 Juli 1994. Pada tahun 2103, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik

sebesar 49,95%. Kegiatan operasional perusahaan mencakup seluruh tahapan

proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga

menjadi produk akhir yang tersedia di pasar.

26. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah perusahaan yang

memproduksi semen, yang juga memiliki beberapa anak perusahaan yang

memproduksi beton siap pakai serta mengelola tambang agregat dan trass. Berdiri

sejak 16 Januari 1985, Perseroan merupakan penggabungan dari enam perusahaan

semen yang saat itu memiliki delapan pabrik dan mulai beroperasi secara

operasional pada tahun 1985. Indocement pertama kali mencatatkan sahamnya di

BEI pada 5 Desember 1989. Sejak 2001, mayoritas saham Perseroan dimiliki oleh

(27)

kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 35,97%, PT. Mekar Perkasa

sebesar 13,035, dan Birchwood Omnia Limited sebesar 51%.

27. PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

PT. Indo Tambangraya Megah Tbk merupakan perusahaan produsen

batubara Indonesia terkemuka untuk pasar energi dunia. Berdasarkan akta No. 30

tertanggal 11 Mei 2009 dan Akta No. 24 tertanggal 14 Agustus 2009, dibuat

dihadapan Notaris Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, SH, maksud dan

tujuan perusahaan adalah berusaha dalam bidang pertambangan, pembangunan,

pengangkutan, perbengkelan, perdagangan, perindustrian, dan jasa. Indo

Tambangraya Megah berdiri pada tanggal 2 September 2007. Pada tanggal 18

Desember 2007 mencatatkan sahamnya di BEI sebagai perusahaan go public.

Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar

35,00%.

28. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)

Kegiatan utama usaha PT. Jasa Marga (Persero) Tbk adalah menjalankan

perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan/atau pemeliharaan

jalan tol, mengusahakan lahan di ruang milik jalan tol (Rumijatol) dan lahan yang

berbatasan dengan Rumijatol untuk tempat istirahat dan pelayanan, berikut

dengan fasilitas-fasilitas dan usaha lainnya, serta bidang jasa dan perdagangan

untuk layanan konstruksi, pemeliharaan, dan pengoperasian jalan tol. Berdiri pada

tanggal 1 Maret 1978. Pada tanggal 12 November 2007, Jasa Marga menjadi

(28)

Pemerintah Republik Indonesia sebesar 70,00%, sedangkan sisanya 30,00%

dimiliki oleh publik.

29. PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Sejarah Kalbe Farma diawali dengan garasi pendiri Perseroan tahun 1966

sebagai perusahaan produk kesehatan dengan prinsip-prinsip dasar: inovasi,

merek yang kuat dan manajemen prima. Dengan pedoman “Panca Sradha Kalbe”

sebagai nilai dasar Perseroan, Kalbe berhasil meraih pertumbuhan yang solid dan

mencatatkan sebagai perusahaan publik pada tanggal 30 Juli 1991 di BEI. Pada

tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 40,03%.

30. PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

PT. Lippo Karawaci Tbk pada awalnya bernama PT. Tunggal

Reksakencana yang didirikan pada tanggal 15 Oktober 1990. Perseroan memulai

proyek kota mandirinya pertama kali di Tangerang dengan nama Lippo Village.

Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 28

Juni 1996. Komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 82,12%

sedangkan sisanya 17,88% dimiliki oleh Pacific Asia Holding Ltd.

31. PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP)

Pada tahun 1906, melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan

perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan

London-Sumatera, yang kemudian dikenal dengan nama “Lonsum”, berkembang menjadi

salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di dunia. Di awal kemerdekaan

(29)

kemudian beralih ke kelapa sawit di era tahun 1980. Pada akhir dekade

berikutnya, kelapa sawit telah menggantikan karet sebagai komoditas utama

Perseroan. Di tahun 1994, Harrisons & Crosfield menjual seluruh kepemilikan

sahamnya di Lonsum kepada PT. Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang

kemudian mencatatkan Lonsum sebagai perusahaan publik melalui pencatatan

saham di BEI pada tanggal 5 Juli 1996. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan

saham oleh investor publik sebesar 40,52%.

32. PT. Malindo Feedmill Tbk (MAIN)

PT. Malindo Feedmill Tbk didirikan pada tanggal 10 Juni 1997 dan

merupakan bagian dari perusahaan Leong Hup Holdings Berhad dan Emivest

Berhad milik Malaysia. Perusahaan beroperasi secara operasional pada tahun

1998. Pada tanggal 30 Juni 2013 perusahaan memiliki tenaga kerja tetap sebanyak

2.991 karyawan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahan go public pada tanggal 27 Juni 2006. Komposisi kepemilikan saham perusahaan dimiliki oleh public sebesar 41% dan Dragon Amity Ltd 59%.

33. PT. Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)

PT. Mitra Adiperkasa Tbk didirikan pada tanggal 23 Januari 1995 sebagai

perusahaan yang beroperasi di bidang perdagangan, jasa, manufaktur, transportasi,

perkebunan, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Pada tanggal 10 November

2004 Mitra Adiperkasa mencatatkan sahamnya sebagai perusahaan publik. Pada

tanggal 30 Juni 2013 total jumlah tenaga kerja perusahaan sebanyak 19.310

karyawan. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik

(30)

34. PT. Multipolar Tbk (MLPL)

PT. Multipolar TBk merupakan perusahaan investasi strategis dengan

cakupan bisnis tidak hanya di Indonesia tetapi juga mancanegara seperti China.

Perseroan merupakan induk dari anak perusahaan pemimpin bisnis terkemuka di

Indonesia dalam berbagai bidang usaha meliputi usaha ritel, TI, multimedia,

pengarsipan, dan usaha-usaha lain. Multipolar berdiri pada tanggal 4 Desember

1975, dan pada tanggal 6 November 1989 mencatatkan sahamnya di Bursa Efek

Indonesia sebagai perusahaan publik. Perusahaan mulai beroperasi secara

komersial pada tanggal 4 Desember 1975. Pada tahun 2013, komposisi

kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 67,98%, Cyport Limited sebesar

26,97%, dan Grandhill Asia Limited sebesar 5,05%.

35. PT. Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)

MNC didirikan pada tanggal 17Juni 1997 sebagai perusahaan induk di

bidang media berbasis iklan dan konten. Perusahaan mulai beroperasi secara

komersial pada bulan Desember 2001. Pada tanggal 30 Juni 2013 jumlah tenaga

kerja perusahaan sebanyak 6.564 karyawan. Perusahaan ini terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tanggal 22 Juni 2007, dengan komposisi kepemilikan saham

oleh investor publik 35,32%, sedangkan sisanya PT. Global Mediacom 64,68%

36. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau sering disebut PGN

merupakan sebuah perusahaan milik negara yang dirintis sejak tahun 1859, ketika

masih bernama Firma L.J.N Eindhoven & Co. Gravenhage. Pada 13 Mei 1965,

(31)

Perusahaan Negara atau dikenal sebagai Perusahaan Gas Negara (PGN). Ruang

lingkup usaha menyediakan tenaga gas dan industri gas. Saham perseroan telah

dicatatkan di BEI pada tanggal 15 Desember 2003. Pada tahun 2013, kepemilikan

saham oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 56,96% dan sisanya 43,04%

dimiliki oleh investor publik.

37. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk melakukan usaha di bidang pertambangan,

perdagangan, pengolahan, dan pemanfaatan batubara. Didirikan pada tanggal 2

Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1980. Mulanya PT.

Bukit Asam (Persero) Tbk bernama PN TABA sejak tangggal 1 Maret 1981,

kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Tambang

Batubara Bukit Asam (Persero). Pada tanggal 23 Desember 2002, Perseroan

mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di BEI. Pada tahun 2013, kepemilikan

saham oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 65,02% dan sisanya 34,98%

dimiliki oleh investor publik.

38. PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON)

PT. Pakuwon Jati Tbk didirikan pada tanggal 20 September 1982 dan

mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1986. Kegiatan perusahaan

bergerak di bidang pusat perbelanjaan, perhotelan, dan real estate. Pada tanggal 30

Juni 2013, perusahaan ini memiliki total karyawan sebanyak 1.954. Perseroan

terdaftar sebagai perusahaan go public pada tanggal 9 Oktober 1989. Komposisi kepemilikan saham perusahaan saat ini dimiliki oleh publik sebesar 51,94% dan

(32)

39. PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

PT. Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

industri dasar dan kimia dengan produknya yaitu semen, yang telah berdiri sejak

tanggal 15 Juni 1971. Pada tanggal 1 Januari 2006 perusahaan ini berganti nama

dari PT. Semen Cibinong Tbk menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk. Pada tanggal

30 Juni 2013, perusahaan memiliki total tenaga kerja sebanyak 2.974 karyawan.

Perseroan mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 5 Desember 1989.

Komposisi kepemilikan saham saat ini dipegang oleh Holderfin BV sebesar

80,64%, dan Publik sebesar 19,36%.

40. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, sebelumnya bernama PT. Semen

Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri

semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI

pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8

Juli 1991 saham semen Gresik tercatat di BEI serta merupakan BUMN pertama

yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Pada tahun 1995, akuisisi perusahaan semen dalam negeri, PT. Semen Padang (Persero)

dan PT. Semen Tonasa (Persero). Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham

oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01% dan sisanya 48,99% dimiliki

oleh publik.

41. PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)

PT. Surya Semesta Internusa Tbk didirikan pada tanggal 15 Juni 1971

(33)

bergerak pada sejumlah bidang industri, perdagangan, konstruksi, properti, dan

real estate. Pada tanggal 27 Maret 1997 perusahaan mencatatkan sahamnya di

Bursa Efek Indonesia dan komposisi saham perusahaan saat ini dimiliki publik

sebesar 87%, PT. Arman Investment Utama sebesar 8%, dan HSBC Private Bank

(Suisse) SA Singapore sebesar 5%.

42. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)

Pada tahun 1991, nama PT. PERUMTEL berubah menjadi PT.

Telekomunikasi Indonesia atau Telkom dengan operasi bisnis terbagi atas dua

belas wilayah telekomunikasi (WITEL). WITEL tersebut kemudian dirombak

menjadi tujuh divisi regional (DIVRE) yaitu divisi I Sumatera, Divisi II Jakarta

dan sekitarnya, Divisi III Jawa Barat, Divisi IV Jawa Tengah dan Yogyakarta,

Divisi V Jawa Timur, Divisi VI Kalimantan, dan Divisi VII Indonesia Bagian

Timur. Pada tahun 1974 PN. Telekomunikasi dibagi menjadi dua divisi, yaitu PT.

Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) yang memproduksi perangkat

telekomunikasi dan Perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) untuk

melayani jasa telekomunikasi domestik dan internasional. TELKOM

melaksanakan penawaran saham perdana publik (Initial Public Offering) pada tanggal 14 November 1995 di BEI. Pada tanggal 26 Mei 1995, TELKOM

mendirikan entitas anak yang menangani bisnis telepon selular, Telkomsel. Pada

tahun 2013, komposisi pemegang saham oleh Pemerintah Republik Indonesia

(34)

43. PT. United Tractors Tbk (UNTR)

United Tractors didirikan pada 13 Oktober 1972 sebagai distributor

tunggal alat berat Komatsu, UD Trucks, Scania, Bomag, Komatsu Forest, dan

Tadano serta sebagai kontraktor penambangan dan pertambangan batubara di

Indonesia. Pada tanggal 19 September 1989, Perseroan mencatatkan saham

perdana di BEI. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham mayoritas

dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar 59,50% dan sisanya sebesar

40,50% dimiliki oleh publik.

44. PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

Unilever berdiri dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. di Angke,

Jakarta. Unilever merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumers

Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia. Bidang usaha mencakup produksi,

pemasaran, dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen,

margarin, makanan berinti susu, es krim, produk-produk kosmetik, minuman

dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah. Tanggal pendirian perusahaan 5

Desember 1933, dan pencatatan saham di BEI pada tanggal 11 Januari 1982. Pada

tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh publik sebesar 15,01%.

45. PT. Wijaya Karya Persero (Tbk) (WIKA)

PT. Wijaya Karya Persero (Tbk) didirikan pada tanggal 29 Maret 1961

dengan semula nama perusahaan PN Widjaja Karja. Pada tanggal 22 Juli 1971,

PN. Widjaja Karja ditranformasikan ke perusahaan Negara (Persero), kemudian

perusahaan berganti nama menjadi PT. Wijaya Karya, pada tanggal 20 Desember

(35)

bangunan. Pada tanggal 30 Juni 2013, perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja

sebanyak 1.654 karyawan dan mencatatkan sebagai perusahaan go public pada tanggal 29 Oktober 2007. Komposisi kepemilikan saham perusahaan saat ini

dimiliki oleh publik sebesar 34,85% dan Negara Republik Indonesia sebesar

65,15%.

4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu analisis dimana data yang dikumpulkan

dapat diinterpretasikan secara sederhana, jelas, dan objektif sehingga diperoleh

informasi dan gambaran yang sebenarnya mengenai topik yang dibahas. Berikut

ini adalah tabel analisis deskriptif return saham rata-rata harian pada bulan Agustus 2013 sampai dengan Januari 2014.

Tabel 4.1

Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Senin 45 -.0324 .3223 .005631 .0490112

Selasa 45 -.0320 .0875 .000269 .0154459

Rabu 45 -.0171 .3503 .010504 .0529190

Kamis 45 -.0100 .0684 .004102 .0113656

Jumat 45 -.0315 .0669 .000209 .0130388

Valid N (listwise) 45

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

(36)

hari Selasa return saham rata-rata mengalami penurunan dan memiliki nilai yang positif sebesar 0,000269%. Pada hari Rabu return saham rata-rata mengalami kenaikan dan memiliki nilai yang positif sebesar 0,10504%. Return saham rata-rata pada hari Rabu merupakan return saham rata-rata tertinggi. Pada hari Kamis

return saham rata-rata mengalami penurunan dan memiliki nilai yang positif sebesar 0,04102%. Pada hari Jumat return saham rata-rata kembali mengalami penurunan dan memiliki nilai yang positif sebesar 0,000209%.

Standar deviasi merupakan penyimpangan dari nilai rata-rata (mean). Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa standar deviasi paling tinggi terjadi pada

hari Rabu yaitu sebesar 0,0529190 dan paling rendah terjadi pada hari Kamis

yaitu sebesar 0,0113656, sehingga dapat dijelaskan bahwa return saham rata-rata pada hari Rabu memiliki risiko tertinggi dibanding hari perdagangan lainnya dan

return saham rata-rata pada hari Kamis memiliki risiko terkecil dibandingkan hari perdagangan lainnya.

4.3.2 Analisis Statistik 4.3.2.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah

distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi

data dengan bentuk seperti lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai

pola residual data seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak

menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Dalam penelitian ini menggunakan

(37)

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas (Histogram)

Histogram pada Gambar 4.1 terlihat bahwa kurva seimbang ke kiri dan

ke kanan atau tidak menceng ke kiri atau ke kanan, serta kurvanya berbentuk

seperti lonceng. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

(38)

Kurva P-P Plot pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa penyebaran

titik-titik plot data berada disepanjang garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Hal

ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 45

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .00415161

Most Extreme Differences Absolute .073

Positive .073

Negative -.069

Kolmogorov-Smirnov Z .487

Asymp. Sig. (2-tailed) .971

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Hasil uji normalitas data dengan uji statistik non-parametric yaitu One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testpada Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Asym. Sig.

(39)

analisis histogram dan grafik normal probability plot yang menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Heteroskedastisatas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka terjadi homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut

heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji Glejser.

Tabel 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .003 .000 8.270 .000

Senin -.019 .008 -.358 -2.322 .126

Selasa .058 .025 .348 2.293 .227

Rabu .002 .007 .036 .242 .810

Kamis -.011 .033 -.046 -.320 .750

Jumat -.044 .030 -.223 -1.454 .154

a. Dependent Variable: absut

(40)

Pada Tabel 4.3 terlihat tidak ada satupun variabel independen yang

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut (absut),

karena probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Hal ini berarti

bahwa model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Gejala autokorelasi dideteksi

dengan menggunakan Durbin Watson test. Hasil pengujian autokorelasi dapat tampak pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson test)

Model S ummaryb

a. Predictors: (Constant), Jumat, Kamis, Rabu, Selasa, Senin b. Dependent Variable: Return

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Pada hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.4 menunjukkan nilai statistik

Durbin Watson (DW) sebesar 2,505. Berdasarkan tabel Durbin Watson diperoleh nilai du sebesar 1,805 dengan ketentuan du < DW< 4 – du, maka diperoleh hasil

pengujian 1,5346 < 1,638 < 2,362. Dari hasil tersebut, maka pengujian

autokorelasi memenuhi kriteria yang berarti tidak terjadi autokorelasi positif atau

(41)

4. Uji Multikolinieritas

Uji mulitkolinieritas bertujuan untuk membuktikan atau menguji ada

atau tidaknya hubungan yang linier antara variabel independen satu dengan

variabel independen lainnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan nilai

Variance Inflation Factor (VIF). Dengan ketentuan jika nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 5, maka tidak terdapat gejala multikolinieritas. Hasil pengujian statistik

multikolinieritas terlihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.001 .001 -1.553 .128

Senin 1.039 .015 .763 70.635 .000 .850 1.176

Selasa .135 .046 .031 2.945 .005 .876 1.142

Rabu .891 .013 .707 67.068 .000 .894 1.118

Kamis .943 .059 .161 15.910 .000 .974 1.027

Jumat 1.032 .055 .202 18.816 .000 .864 1.157

a. Dependent Variable: Return

(42)

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada Tabel 4.5, bahwa semua

variabel independen memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 5. Hal ini menujukkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas.

4.3.2.2 Analisis Data 1. Hipotesis Pertama

Analisis data hipotesis pertama yaitu pengaruh hari perdagangan

terhadap return saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia menggunakan uji t dengan bantuan SPPS 18. for windows.Dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%,

jika nilai sig. t > 0,05, Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan

antara variabel independen terhadap variabel dependen dan jika nilai sig. t < 0,05,

maka Ha

Tabel 4.6

diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel

(43)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.086 .037 -2.340 .024

DSEN .082 .033 .785 2.505 .017

DSEL .004 .023 .029 2.166 .019

DRAB .084 .027 .639 3.067 .004

DKAM .085 .040 .649 2.119 .040

DJUM .082 .040 .628 2.050 .047

a. Dependent Variable: Return_Saham

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.6, maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai

berikut:

Rt = -0,086 + 0,082DSEN + 0,004DSEL + 0,084DRAB + 0,085DKAM + 0,082DJUM

Dimana:

Rt = Return saham rata-rata

DSEN = Variabel dummy untuk hari Senin

DSEL = Variabel dummy untuk hari Selasa

DRAB = Variabel dummy untuk hari Rabu

(44)

e = Error of term

Dan dari persamaan regresi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar -0,086. Hal ini menunjukkan bahwa apabila seluruh

variabel independen yaitu DSEN, DSEL, DRAB, DKAM, dan DJUM

dianggap konstan atau nol, maka nilai dari variabel dependen Return saham rata-rata adalah sebesar -0,086.

2. Koefisien regresi variabel dummy untuk hari Senin sebesar 0,082 yang menunjukkan bahwa apabila variabel dummy untuk hari Senin adalah 1 (satu) dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return saham indeks LQ-45 sebesar 0,082.

3. Koefisien regresi variabel dummy untuk hari Selasa sebesar 0,004 yang menunjukkan bahwa apabila variabel dummy untuk hari Selasa adalah 1 (satu) dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return

saham indeks LQ-45 sebesar 0,004.

4. Koefisien regresi variabel dummy untuk hari Rabu sebesar 0,084 yang menunjukkan bahwa apabila variabel dummy untuk hari Rabu adalah 1 (satu) dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return saham indeks LQ-45 sebesar 0,084.

5. Koefisien regresi variabel dummy untuk hari Kamis sebesar 0,085 yang menunjukkan bahwa apabila variabel dummy untuk hari Kamis adalah 1 (satu) dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return

saham indeks LQ-45 sebesar 0,085.

(45)

dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return saham indeks LQ-45 sebesar 0,082.

Pada Tabel 4.6 juga dapat diketahui hasil uji signifikansi masing-masing

hari perdagangan, sebagai berikut:

1. Nilai thitung hari Senin adalah 2,505 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga

thitung> ttabel dan nilai signifikansi 0,017 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05

sehingga hari Senin berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

2. Nilai thitung hari Selasa adalah 2,166 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga

thitung> ttabel dan nilai signifikansi 0,019 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05

sehingga hari Selasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

3. Nilai thitung hari Rabu adalah 3,067 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga

thitung> ttabel dan nilai signifikansi 0,004 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05

sehingga hari Rabu berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

4. Nilai thitung hari Kamis adalah 2,119 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga

thitung> ttabel dan nilai signifikansi 0,040 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05

sehingga hari Kamis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

5. Nilai thitung hari Jumat adalah 2,050 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga

(46)

sehingga hari Jumat berpengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

2. Hipotesis Kedua

Analisis data hipotesis kedua menggunakan uji t dengan bantuan program

SPSS 18 for windows untuk melihat pengaruh hari Senin minggu pertama, kedua, ketiga dan Senin minggu keempat kelima terhadap return saham LQ-45 yang terendah.

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Hipotesis Kedua

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .018 .028 .641 .525

Senin_1.2.3 -.017 .025 -.159 -.669 .507

Senin_4.5 -.002 .025 -.022 -.093 .926

a. Dependent Variable: Return_Saham

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Pada Tabel 4.7 dapat diketahui hasil uji signifikansi hari Senin tiga

minggu pertama dan dua minggu terakhir sebagai berikut:

1. Nilai thitung hari senin minggu pertama, kedua, dan ketiga adalah -0,669 dan

(47)

besar dari nilai alpha (α) 0,05 sehingga hari Senin minggu pertama, kedua,

dan ketiga berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham LQ-45 yang terendah pada hari Senin.

2. Nilai thitung hari senin minggu keempat dan kelima adalah -0,093 dan ttabel

adalah 2,018 sehingga thitung < ttabel dan nilai signifikansi 0,926 lebih besar

dari nilai alpha (α) 0,05 sehingga hari Senin minggu keempat dan kelima berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham LQ-45 yang terendah pada hari Senin.

4.4 Pembahasan

Hasil uji hipotesis pertama dalam penelitian ini diketahui bahwa hari

Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham rata-rata LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hari perdagangan yang terdiri dari 5 (lima) hari, empat

diantaranya yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat berpengaruh

signifikan terhadap return saham rata-rata indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia, namun hari Senin berpengaruh tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa

hari perdagangan (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat) berpengaruh signifikan dan

masing-masing hari memiliki pengaruh yang berbeda pada retun saham rata-rata indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis pertama

(48)

Berdasarkan nilai thitung maka hari Jumat memiliki nilai yang paling

rendah sebesar 2,050. Hal ini menunjukkan bahwa return saham rata-rata terendah sering ditemukan pada hari Jumat. Berdasarkan nilai thitung maka hari Rabu

memiliki nilai yang tertinggi sebesar 3,067. Hal ini menunjukkan bahwa return

saham rata-rata tertinggi sering ditemukan pada hari Rabu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Mahdi (2006),

Erliyaningrum (2007), dan Rita (2009) bahwa hari perdagangan memiliki

pengaruh terhadap return saham harian, yang ditunjukkan dengan perbedaan signifikan antara rata-rata return 5 (lima) hari perdagangan di bursa.

Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama pada hari Senin berpengaruh

negatif terhadap return saham rata-rata indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Sehingga return negatif pada hari Senin disebut sebagai Monday Effect. Salah satu alasan yang mengakibatkan terjadi fenomena Monday Effect adalah bahwa pada umumnya perusahaan yang ingin menyampaikan infomasi buruk (bad news) akan menunggu waktu yang tepat, yakni pada akhir pekan. Tujuan emiten

menyampaikan bad news pada akhir pekan adalah agar para investor mempunyai waktu luang selama hari libur bursa (Sabtu dan Minggu) untuk mengevaluasi

kembali kinerja emiten terhadap informasi yang ada tersebut.

Harapannya agar reaksi pasar tidak terlalu panik terhadap penyampaian

bad news tersebut. Hasil ini memberikan implikasi bagi investor agar melakukan pembelian saham pada waktu sebelum penutupan pasar pada hari Senin dan

(49)

menunjukkan bahwa terjadi perbedaan signifikan antara variabel return saham rata-rata hari Senin denganreturn saham rata-rata hari Selasa.

Hasil uji hipotesis kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hari

Senin minggu pertama, kedua, dan ketiga berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap return saham rata-rata indeks LQ-45 pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia. Dan juga hasil yang sama diperoleh pada hari Senin minggu keempat

dan kelima berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham rata-rata indeks LQ-45 pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan nilai

thitungmaka hari Senin minggu pertama, kedua, dan ketiga memiliki nilai terendah

-0,669, yang menunjukkan bahwa return terendah pada hari Senin lebih banyak ditemukan pada minggu pertama, kedua, dan ketiga. Berdasarkan nilai

signifikansi, maka hari Senin minggu keempat dan kelima memiliki return saham rata-rata tertinggi pada hari Senin sebesar -0,093 dibanding hari Senin minggu

pertama, kedua, dan ketiga.

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara return saham rata-rata di hari Senin minggu pertama, kedua, dan ketiga dengan hari Senin minggu

keempat dan kelima. Dan return saham rata-rata pada hari Senin minggu pertama, kedua, dan ketiga memiliki nilai terendah dan negatif dibanding minggu keempat

dan kelima, return hari senin minggu keempat dan kelima memiliki nilai lebih tinggi dan negatif dibanding minggu pertama, kedua, dan ketiga. Dengan

demikian hipotesis kedua diterima, yaitu tidak terdapat pengaruh hari Senin

(50)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mahdi

(2006) yang menemukan fenomena week-four effect pada indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rita (2009) dan Maria (2013) yang tidak menemukan fenomena

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan

sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hari perdagangan (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap return saham indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

2. Hari Senin minggu keempat dan kelima berpengaruh terhadap return saham indeks LQ-45 yang terendah pada Hari Senin di Bursa Efek Indonesia.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi investor sebaiknya menahan diri untuk tidak melakukan pembelian

saham di hari Senin di setiap minggunya, mengingat adanya kerugian di hari

perdagangan yaitu hari Jumat sebelumnya, karena berdasarkan nilai

thitungreturn saham rata-rata pada hari Jumat memiliki nilai terendah dari hari perdagangan lainnya. Dan sebaiknya para investor melakukan pembelian

saham pada hari Senin baik pada minggu pertama sampai minggu terakhir

untuk setiap bulannya, kemudian dapat menahan atau menjualnya pada

(52)

saham saat harga mengalami penurunan dan melakukan penjualan saham saat

harga sedang naik.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar dalam melakukan penelitian sejenis dapat

menggunakan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi return saham, misalnya Monday Effect,ukuran perusahaan, tingkat suku bunga, dan dapat melakukan penelitian tidak hanya pada indeks LQ-45 tetapi pada sektor-sektor

lain yang tercantum di Bursa Efek Indonesia. Kemudian dengan penggunaan

rentang waktu penelitian yang lebih panjang, akan dapat dihasilkan

Gambar

Tabel 3.1 Sampel Penelitian Nama Emiten LQ-45
Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas (P-P Plot)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan

[r]

Pengkajian Hijauan Pakan Ternak pada pastura alami di Kabupaten Samosir meliputi, penentuan titik lokasi penelitian berdasarkan ketinggian tempat, pengambilan sampel

Namun pada kenyataannya berat batu dapat sangat berbeda seperti dapat dilihat pada kasus tiga pelabuhan di Pantai Selatan Jawa yaitu Pelabuhan Logending Kebumen,

Pangsa Pasar minyak Kunci Mas pada tahun kedua akan mengalami penurunan dari 20% pengguna menjadi 16,85% dengan kemungkinan 14,55% akan tetap menggunakan minyak merek Kunci Mas,

pada pastura alami yang terdapat di Pulau Samosir Kabupaten Samosir.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subkhanahu Wata’alla, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah_Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan skripsi

Sampel yang dipakai dapat diambil dari hijauan yang dipotong pada saat mengukur produksi atau unit contoh yang secara spesifik dipakai untuk mengukur komposisi dari