BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau antara dua
variabel atau lebih (Sugiyono, 2006: 11).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data
dari website Indonesian Stock Exchange (IDX),
finance.yahoo.com. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April 2014 sampai
dengan Juni 2014.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
terikat (dependent variabel) yaitu return saham LQ-45.
2. Variabel bebas (independent variabel) adalah hari perdagangan, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel menjelaskan karakteristik dari objek ke
dalam elemen-elemen yang diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur
dari variabel-variabel yang diteliti. Definisi operasional variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Return Saham.
Return saham adalah tingkat keuntungan yang diterima atas investasi dalam
bentuk saham oleh investor. Return saham dapat bernilai positif, bisa juga negatif. Return saham dapat dihitung dari harga saham penutupan (closing price) dikurangi
harga pembukaan (opening price) lalu dibagi dengan harga pembukaan (opening
price). Untuk menghitung return saham dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
: Harga saham penutupan (closing price)
t-1 : Harga saham pembukaan (opening price)
3.4.2 Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan variabel dependen. Adapun variabel-variabel
independen dalam penelitian ini meliputi hari perdagangan BEI yaitu Senin,
Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at.
atau 1. Terdapat lima kategori variabel dummy dalam penelitian ini, yaitu variabel
dummy yang menunjukkan hari Senin (DSEN), hari Selasa (DSEL), hari Rabu
(DRAB), hari Kamis (DKAM), dan Jum’at (DJUM). Nilai DSEN = 1 untuk
return saham pada perdagangan hari Senin dan 0 untuk return saham perdagangan hari yang lain. Nilai DSEL = 1 untuk return saham pada perdagangan hari Selasa dan 0 untuk return saham hari perdagangan yang lain. Nilai DRAB = 1 untuk
return saham pada perdagangan hari Rabu dan 0 untuk return saham perdagangan hari yang lain. Nilai DKAM = 1 untuk return saham pada perdagangan hari Kamis dan 0 untuk return saham hari perdagangan yang lain. Nilai DJUM = 1 untuk return saham pada perdagangan hari Jumat dan 0 untuk return saham perdagangan hari yang lain.
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala rasio dan skala nominal, skala ratio digunakan untuk return saham dan skala nominal digunakan untuk hari perdagangan.
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di LQ-45
periode Agustus 2013 sampai dengan Januari 2014. Terdapat 45 emiten yang
terdaftar berdasarkan pengumuman Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2013
sampai dengan Januari 2014.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
pengamatandi LQ-45 selama periode Agustus 2013 – Januari 2014yang berjumlah
45 Emiten.
Tabel 3.1
Sampel Penelitian Nama Emiten LQ-45
No. Nama Emiten LQ45 Kode
Emiten
1 PT Astra Agro Lestari Tbk AALI
2 PT Adaro Energy Tbk ADRO
3 PT Astra International Tbk ASII
4 PT AKR Corporindo Tbk AKRA
10 PT Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
11 PT. Bhakti Investama Tbk BHIT
18 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
19 PT XL Axiata EXCL
20 PT Gudang Garam Tbk GGRM
21 PT Harum Energy HRUM
22 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
23 Indomobil Sukses Makmur IMAS
24 PT International Nickel Indonesia Tbk INCO
25 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
26 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
27 PT Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG
Lanjutan Tabel 3.1
Sampel Penelitian Nama Emiten LQ-45
No. Nama Emiten LQ45
Kode Emiten
29 PT Kalbe Farma Tbk KLBF
30 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR
31 PT PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP
32 Malindo Feedmill Tbk MAIN
33 Mitra Adi Perkasa Tbk MAPI
34 Media Nusantara Citra Tbk MNCN
35 Multipolar, PT Tbk MLPL
36 PT Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS
37 PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA
38 Pakuwon Jati, PT Tbk PWON
39 Holcim Indonesia, PT Tbk SMCB
40 PT Semen Gresik Tbk SMGR
41 Surya Semesta Internusa SSIA
42 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM
43 PT United Tractors Tbk UNTR
44 PT Unilever Indonesia Tbk UNVR
45 Wika Realty Persero, PT Tbk WIKA
Sumbe
3.7 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia tentang data laporan keuangan
perusahaan LQ-45 dari Agustus 2013 sampai dengan Januari 2014, buku-buku
referensi, internet, dan literature lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan
penelitian.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua
tahap pertama melalui studi kepustakaan (literatur) yaitu dengan menelaah
jurnal-jurnal ilmiah keuangan, artikel, serta buku-buku yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Metode pengumpulan data tahap kedua melalui studi
dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa sampel perusahaan yang
terdaftar di Index LQ-45 yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia selama
bulan Februari sampai dengan Juli 2013. Melalui penelusuran dengan format
elektronik yang diperoleh dari situs resmi Indonesian Stock Exchange (IDX), yait
3.9 Teknik Analisis Data
Analisa Fundamental adalah analisis yang didasarkan pada situasi dan
kondisi ekonomi, politik dan keamanan secara global dan juga tiap-tiap negara
yang mengeluarkan Index Saham yang membutuhkan kelihaian seni tersendiri
untuk memperhitungkan penting tidaknya suatu informasi menjadi faktor yang
akan berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar suatu mata uang.Teknik Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda
tanpa intercept (multiple regression through origin) dan untuk menguji kebenaran hipotesis digunakan statistik t (uji t).
Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode
analisi statistik. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data saham perusahaan yang tetap terdaftar dalam LQ-45 pada
Agustus 2014 sampai dengan Januari 2014.
2. Menghitung return saham harian, dengan menggunakan rumus:
Dimana: Rt
P
= Return saham
t
P
= Harga saham penutupan (closing price)
t-1
3. Menghitung return saham rata-rata dalam satu periode.
= Harga saham pembukaan (opening price)
4. Mengelompokkan return saham rata-rata yang telah dihitung berdasarkan hari perdagangan, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum’at.
5. Mengelompokan return saham rata-rata pada hari Senin minggu pertama sampai ketiga dan return saham rata-rata pada hari Senin minggu keempat dan kelima.
6. Melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t berdasarkan
persamaan regresi yang telah disusun.
3.9.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah metode analisis dimana data yang
dikumpulkan dapat diinterpretasikan secara sederhana, jelas objektif sehingga
diperoleh informasi dan gambaran yang sebenarnya mengenai topic yang dibahas.
3.9.2 Metode Analisis Statistik
Analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel dsen, dsel, drab,
3.10 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (Situmorang dan Lufti, 2012: 100). Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data
yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis
yang tepat, yaitu memenuhi model estimasi yang Best Linier Unbiased Estimator.
Model analisis regresi linier penelitian ini mensyaratkan uji asumsi
terhadap data yang meliputi: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi
normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan
(Situmorang dan Lufti, 2012: 100).
Ada tiga cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak, yaitu dengan pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan pendekatan
Kolmogorov-Smirnov.
Uji normalitas data dengan pendekatan histogram dapat dilihat dengan
kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satunya adalah
bahwa mean, mode, dan median pada tempat yang sama. Pada pendekatan histogram variabel berdistribusi normal jika dapat ditunjukkan oleh distribusi data
Metode lain yang dapat digunakan adalah pendekatan grafik, dengan
melihat normal probability plot. Dasar pengambilan keputusan normal probability plot dalam uji normalitas yaitu:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan tidak mengkuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji statistik
Kolmogorov Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan berdasarkan uji
Kolmogorov Smirnov (K-S) dapat dilihat dari:
1. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah
tidak normal.
2. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah
normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat
ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai
Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off atau batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
Dasar pengambilan keputusan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabeldan VIF
dengan membandingkan (Situmorang dan Lufti, 2012: 140):
1. Jika nilai Tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 5, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas, artinya model regresi tersebut tidak baik.
2. Jika nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 5, maka tidak terdapat multikolinieritas, artinya model regresi tersebut baik.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang dan Lufti¸ 2012: 120). Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
salah satunya adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson, dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu:
Tabel 3.2
Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians
sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas.
Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas
(Situmorang dan Lufti, 2012: 108).
Menurut Erlina (2011: 105) menyatakan bahwa “Salah satu asumsi yang
penting dari model regresi linier adalah varian residual bersifat
homoskedastisitas atau bersifat konstan”. Dasar analisis untuk menentukan ada
atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Pendekatan grafik
Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Pendekatan Statistik
Yaitu dengan melakukan uji Glejser. Pengujian ini dilakukan dengan
men-transform data Understandardized Residual ke dalam Absut (Situmorang dan Lufti, 2012: 116). Dari hasil output akan diketahui berapa besar nilai
signifikansinya. Apabila nilai Sig. > 5%, disimpulkan model regresi tidak
3.11 Pengujian Hipotesis
Untuk dapat menguji kebenaran hipotesis maka digunakan statistik t (uji
t). Penelitian ini akan melakukan pengujian yaitu day of the week effectdan week-four effect.
1. Day of The Week Effect
Untuk menguji hipotesis pertama yaitu bahwa terdapat pengaruh hari
perdagangan terhadap return saham LQ-45 di BEI, digunakan rumus sebagai berikut:
�� =�1����+�2����+�3����+�4����+�5����+�
Keterangan:
�� = Return saham rata-rata pada hari t
�1 − �5 = Koefisien regresi untuk variable dummy Senin – Jum’at
DSEN = Variabel dummy untuk hari Senin DSEL = Variabel dummy untuk hari Selasa DRAB =Variabel dummy untuk hari Rabu DKAM = Variabel dummy untuk hari Kamis DJUM = Variabel dummy untuk hari Jum’at e = Error of term
Nilai DSEN = 1 apabila return saham rata-rata merupakan return pada
hari senin dan diberi nilai 0 pada hari lainnya. Nilai DSEL = 1 apabila return
saham rata-rata merupakan return pada hari Selasa dan diberi nilai 0 pada hari
Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%, jika nilai sig. t > 0,05,
H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
terhadap variable terikat. Jika nilai sig. t < 0,05, maka Ha diterima, artinya ada
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.
2. Week-Four Effect
Untuk hipotesis pengaruh hari Senin minggu kempat dan kelima
terhadap return saham LQ-45 hari Senin yang terendah, digunakan rumus sebagai berikut:
�� =�1����1,2,3+�2����4,5 +�
Keterangan:
�� = Return saham rata-rata pada hari t
�1 − �2 = Koefisien regresi variable
DSEN1,2,3
DSEN
= Variabel dummy untuk hari Senin minggu pertama, kedua, ketiga
4,5
e = Error of term
= Variabel dummy untuk hari Senin minggu keempat dan kelima
Apabila return saham rata-rata merupakan return pada hari Senin minggu
pertama, kedua dan ketiga, maka DSEN1,2,3 bernilai 1 dam DSEN4,5 bernilai
0. Begitu juga sebaliknya, apabila return saham rata-rata merupakan return
pda Senin mingu keempat dan kelima, maka DSEN4,5 bernilai 1 DSEN1,2,3
Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%, jika nilai sig. t > 0,05,
H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable bebas
terhadap variable terikat. Jika nilai sig. t < 0,05, maka Ha diterima, artinya ada
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun
1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah
ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan
seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal
mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti
perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi
bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Bursa Efek Indonesia berawal dari pendirian bursa di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang
diperdagangkan adalah saham dan obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia
Belanda dan sekuritas lainnya. Perkembangan bursa efek di Batavia (Jakarta
sekarang) sangat pesat sehingga mendorong Pemerintah Belanda membuka Bursa
Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada
tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya
gejolak politik Eropa pada awal tahun 1939. Bursa efek pun akhirnya ditutup,
karena terjadinya Perang Dunia II, sekaligus menandai berakhirnya pasar modal di
Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat, jumlah saham yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari 24 saham pada tahun 1988 menjadi lebih dari
200 saham. Pada tahun 1995, bursa pararel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya dan diberlakukannya sistem otomatisasi perdagangan yang
menggantikan sistem perdagangan manual di BEJ dengan sistem komputer JATS
(Jakarta Automated Trading System). Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996. Pada tanggal 10 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES)
dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) merger dan berubah nama menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia berpusat di Kawasan Niaga Sudirman,
Jalan Jend. Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
4.2 Gambaran Umum Perusahaan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan yang
terdaftar di sektor index LQ-45 selama periode tahun 2010-2012. Sampel yang
terpilih sebanyak 45 perusahaan. Berikut adalah nama-nama perusahaan yang
dipilih menjadi objek penelitian.
1. PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
PT. Astra Agro Lestari Tbk adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit
terkemuka di Indonesia yang telah berdiri pada tanggal 3 Oktober 1988. Perseroan
mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 9 Desember 1997 dengan komposisi
kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 20,3%. Pada tahun 1988,
PT. Astra International Tbk selaku induk perusahaan, memutuskan menjadikan
unit bisnis perkebunan kelapa sawit sebagai entitas baru dengan nama PT.
Astra Agro Niaga. Pada tahun 1977, PT. Astra Agro Niaga merger dengan PT.
Suryaraya Bahtera dan mengubah namanya menjadi PT. Astra Agro Lestari.
2. PT. Adaro Energy Tbk (ADRO)
Adaro adalah perusahaan yang berfokus pada bisnis pertambangan
batubara yang terintegrasi melalui anak-anak perusahaannya. Lokasi utama
operasional Adaro berada di provinsi Kalimantan Selatan dimana Adaro
memproduksi Environcoal yang merupakan batubara sub bituminus dengan nilai
kalori sedang dan kandungan sulfur, abu, dan emisi Nox yang sangat rendah.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28 Juli 2004 dan mencatatkan sahamnya di
BEI pada tanggal 16 Juli 2008 dengan komposisi kepemilikan saham oleh
investor publik saat ini sebesar 49,86%.
3. PT. AKR Corporindo Tbk (AKRA)
PT. AKR Corporindo Tbk adalah perusahaan penyedia solusi supply chain
terpadu yang beroperasi dalam distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan
kimia dasar, jasa logistik, pembuatan sorbitol, dan bahan perekat, serta
pertambangan dan perdagangan batubara. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28
November 1977 dan mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 3 Oktober 1994
dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar
41,23% dan sisanya dimiliki oleh PT. Arthakencana Rayatama sebesar 58,77%.
4. PT. Astra International Tbk (ASII)
Astra pertama kali didirikan sebagai perusahaan perdagangan di sebuah
telah berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar nasional yang diperkuat
185.580 orang karyawan di 170 perusahaan termasuk anak perusahaan,
perusahaan asoisasi dan jointly controlled entities. Pada tanggal 4 April 1990, Astra mencatatkan sahamnya di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh
investor publik saat ini sebesar 49,91%.
5. PT. Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)
PT. Alam Sutera Realty Tbk didirikan pada tanggal 3 November 1993
dengan nama PT. Adhihutama Manunggal oleh Harjianto Tirtohadiguno beserta
keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan
mengganti nama menjadi PT. Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19
September 2007 No.71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta.
Pada tanggal 18 Desember 2007 perusahaan menjadi perusahaan publik dengan
melakukan penawaran umum di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh
investor publik saat ini sebesar 36,06%.
6. PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA)
Pada tahun 1955 berdiri sebuah perusahaan yang bernama NV Perseroan
Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory sebagai cikal bakal Bank
Central Asia (BCA). Pada tahun 1957, BCA mulai beroperasi pada 21 Februari
1957 dan berkantor pusat di Jakarta. Pada 1970-an BCA memperkuat jaringan
layanan cabang. Tahun 1977 BCA berkembang menjadi Bank Devisa. Pada
tanggal 31 Mei 2000 perusahaan ini menjadi perusahaan publik dengan
melakukan penawaran umum di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh
7. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) didirikan oleh
Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1946 dan awalnya sempat berfungsi
sebagai bank sentral di Indonesia, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank
komersial sejak tahun 1955. BNI tercatat di BEI pada tanggal 25 November 1996
dan menjadi bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pertama yang
mencatatkan sahamnya di BEI. Pada tahun 2013, Pemerintah Republik Indonesia
memegang 60,61% saham BNI, sementara sisanya 39,39% dimiliki oleh
pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik, dan asing.
8. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank terbesar di
Indonesia yang sekaligus merupakan salah satu bank yang memberikan layanan
microbanking terbesar di dunia. Pendirian perusahaan pada tanggal 18 Desember 1968. Saham Perseroan telah dicatatkan di BEI pada tanggal 10 November 2003.
Pada tahun 2013, Pemerintah Republik Indonesia memegang 57,32% saham BRI,
sementara sisanya 42,68% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu
maupun institusi, domestik, dan asing.
9. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)
PT. Bank Tabungan Negara didirikan pada tanggal 9 Februari 1950
dengan nama Bank Tabungan Pos. pada tahun 1989 status bank diubah menjadi
bank komersial dan menjadi Persero di tahun 1992. Pada tahun 1994 bank mulai
pada tanggal 17 Desember 2009. Saat ini komposisi kepemilikan saham
perusahaan dimiliki oleh public sebesar 32,85%, Negara Republik Indonesia
sebesar 60,65%, dan GIC S/A Government of Singapore sebesar 6,40%.
10. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN)
Sejarah Danamon dimulai pada tahun 1956 ketika didirikan sebagai Bank
Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT.
Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan
setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di BEI pada
tanggal 6 Desember 1989. Komposisi kepemilikan saham oleh investor publik
saat ini sebesar 25,49%. Di tahun 2013, Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd
mengakuisisi Danamon, melalui konsorsium Fullerton Financial Holdings, anak
perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Temasek Holdings, dan Deutsche
Bank AG yang merupakan pemegang saham pengendali.
11. PT. Bhakti Investama Tbk (BHIT)
PT. Bhakti Investama Tbk (BHIT) adalah perusahaan yang bergerak di
bidang perdagangan dan perantara perdagangan efek, penasihat investasi,
pengelolaan investasi, penjamin emisi, originasi dan sindikasi, penasihat
keuangan, jasa riset, serta bisnis merger dan akuisisi. Didirikan pada tanggal 2
November 1989 di Surabaya, Jawa Timur, dengan nama PT. Bhakti Investments,
yang kemudian berubah nama menjadi PT. Bhakti Investama. Pada tanggal 24
November 1997 Perseroan berganti nama menjadi PT. MNC Investama Tbk di
Bursa Efek Indonesia. Komposisi kepemilikan saham tahun 2013 dimiliki oleh
12. PT. Sentul City Tbk (BKSL)
Perseroan didirikan dengan nama PT. Sentragriya Kharisma pada tanggal
16 April 1993 dan berganti nama menjadi PT. Royal Sentul Highlands pada
tanggal 9 Agustus 1993. Kemudian pada tanggal 11 Desember 1997 nama
Perseroan berubah nama menjadi PT. Bukit Sentul Tbk. Dan terakhir berganti
nama menjadi PT. Sentul City Tbk. Perseroan pertama kali menjadi perusahaan
go public pada tanggal 28 Juli 1997. Saat ini, komposisi kepemilikan saham dimiliki oleh publik sebesar 67%, sedangkan sisanya 33% dimiliki oleh pihak
asing.
13. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari
langkah pemerintah dalam merekstrukturisasi industri perbankan di Indonesia
pasca krisis moneter tahun 1998. Pada tahun 1999, empat bank milik pemerintah
Republik Indonesia, yakni Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara
(BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan
Indonesia (Bapindo) digabungkan ke dalam Bank Mandiri. Saham Perseroan telah
dicatatkan di BEI pada tanggal 14 Juli 2003. Pada tahun 2013, Pemerintah
Republik Indonesia memegang 60,00% saham Bank Mandiri, sementara sisanya
40,00% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi,
domestik, dan asing.
14. PT. Global Mediacom Tbk (BMTR)
Bimantara Citra Tbk berganti nama menjadi PT. Global Mediacom Tbk.
Perusahaan beroperasi secara komersial pada tahun 1982. Perusahaan
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pertama kali pada tanggal 17 Juli
1995. Komposisi kepemilikan saham perusahaan saat ini dimiliki oleh publik
sebesar 100%.
15. PT. Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
PT. Bumi Serpong Damai Tbk merupakan bagian dari perusahaan Sinar
Mas Land, didirikan pada tanggal 16 Januari 1984 dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1989. Perusahaan bergerak terutama pada bisnis properti
dan perusahaan ini mencatatkan sahamnya pertama kali di Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 6 Januari 2008. Komposisi kepemilikan saham perusahaaan saat ini
dimiliki oleh publik sebesar 50%, PT. Ekacentra Usahamaju sebesar 25%, dan PT.
Paraga Arta Mida sebesar 25%.
16. PT. Bumi Resources Tbk (BUMI)
PT. Bumi Resources Tbk didirikan pada tanggal 26 Juni 1973 dan mulai
beroperasi secara komersial pada tahun 1982. Perusahaan ini merupakan bagian
dari Bakrie Group. Perusahaan bergerak di bidang eksplorasi dan eksplorasi bahan
tambang. Pada tanggal 30 Juni 2013, perusahaan ini memiliki jumlah tenaga kerja
tetap sebanyak 7.180 karyawan. Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Indonesia pertama kali pada tanggal 30 Juli 1990. Komposisi kepemilikan
saham saat ini dimiliki oleh publik sebesar 70,82% dan Vallar Investments UK
17. PT. BW Plantation Tbk (BWPT)
PT. BW Plantation Tbk adalah perusahaan investasi asing (PMA) dan
bergerak di bidang industri perkebunan kelapa sawit dengan minyak sawit sebagai
produk utama yang didirikan dengan nama PT. Bumi Perdana Prima International.
Pada tahun 2007, Perusahaan mengubah nama menjadi PT. BW Plantation Tbk.
Pada tanggal 27 Oktober 2009, perusahaan melaksanakan Penawaran Umum
Perdana dengan mencatatkan saham di BEI. Komposisi kepemilikan saham oleh
publik sebesar 32,43% sedangkan sisanya 67,57% dimiliki oleh pihak asing.
18. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)
PT. Charoen Pokphand Indonesia didirikan di Indonesia dengan nama PT.
Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co. Limited, berdasarkan akta
pendirian yang dimuat dalam Akta No. 6 tanggal 7 Januari 1972, yang dibuat
dihadapan Drs. Gde Ngurah Rai, SH, Notaris di Jakarta. Kegiatan utama usaha
adalah industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta
pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi.
Kegiatan penunjang adalah mengimpor dan menjual bahan-bahan baku dan
bahan-bahan farmasi, memproduksi dan menjual karung atau kemasan plastik.
Pada tanggal 18 Maret 1991 perusahaan ini menjadi perusahaan publik di BEI
dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik pada tahun 2013
sebesar 44,47%.
19. PT. XL Axiata Tbk (EXCL)
umum. Pada tahun 1996, XL memasuki sektor telekomunikasi setelah
mendapatkan izin operasi GSM 900 dan secara resmi meluncurkan layanan GSM.
Dengan demikian, XL menjadi perusahaan swasta pertama di Indonesia yang
menyediakan layanan telepon seluler. Perseroan mengubah nama menjadi PT.
Excelcomindo Pratama, sesuai dengan perjanjian kerja sama antara Grup Rajawali
dan tiga investor asing (NYNEX, AIF, dan Mitsui). XL kemudian melakukan
Penawaran Saham Perdana (IPO) pada tanggal 29 September 2005 dan
mendaftarkan sahamnya di BEI. Pada tahun 2009, PT. Excelcomindo Pratama
Tbk berganti nama menjadi PT. XL Axiata Tbk. Pada tahun 2013, komposisi
kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 33,51%.
20. PT. Gudang Garam Tbk (GGRM)
Gudang Garam berdiri pada tanggal 26 Juni 1958. Gudang Garam adalah
produsen rokok kretek terkemuka, rokok kretek identik dengan Indonesia yang
merupakan salah satu sentra utama perdagangan rempah di dunia. Gudan Garam
memiliki tiga anak perusahaan utama yaitu PT. Surya Pemenang, yang
memproduksi kertas karton untuk kemasan rokok Gudang Garam, PT. Surya
Madistrindo, sebagai distributor tunggal produk Perseroan, dan PT. Surya Air
sebagai penyedia layanan jasa penerbangan tidak berjadwal. Saham Perseroan
pertama kali tercatat di BEI pada tanggal 27 Agustus 1990. Pada tahun 2013,
komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 24,45%.
21. PT. Harum Energy Tbk (HRUM)
Harum Energy didirikan pada tanggal 12 Oktober 1995 dengan nama PT.
investasi. Perusahaan melakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Jakarta
pada tanggal 6 Oktober 2010. Komposisi kepemilikan saham saat ini yang
dimiliki oleh publik sebesar 29,37% sedangkan sisanya 70,63% dimiliki oleh PT.
Karunia Bara Perkasa.
22. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk didirikan pada tanggal 2
September 2009 Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan makanan dan
minuman dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan go public
pada tanggal 7 Oktober 2010. Komposisi kepemilikan saham saat ini yang
dimiliki oleh publik sebesar 20% sedangkan sisanya 80% dimiliki oleh PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk.
23. PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
PT. Indomobil Sukses International Tbk merupakan perusahaan yang
bergerak di sektor aneka industri dengan produk yang dihasilkan yaitu otomotif
dan suku cadang, yang telah berdiri sejak tanggal 20 Maret 1987. Perseroan
mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 15 November 1993. Komposisi
kepemilikan saham saat ini dipegang oleh PT. Cipta Sarana Duta Perkasa sebesar
52,35%, PT. Tritunggal Intipermata sebesar 18,05%, dan Publik sebesar 29,60%.
24. PT. International Nickel Indonesia Tbk (INCO)
PT. International Nickel Indonesia Tbk atau disebut juga PT. Vale
Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi nikel dalam matte dari
Pulau Sulawesi. Seluruh produksi dijual berdasarkan kontrak jangka panjang
dalam denominasi dollar AS. Didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dan terdaftar
pada tanggal 16 Mei 1990 di Bursa Efek Indonesia. Komposisi kepemilikan
saham oleh publik saat ini sebesar 21,18%, Vale Canada Limited 58,73%, dan
Sumitomo Metal Mining Co Ltd 20,09%.
25. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT. Panganjaya
Intikusuma. Pada tahun 1994, berganti nama menjadi PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk dan di tahun yang sama mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal
14 Juli 1994. Pada tahun 2103, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik
sebesar 49,95%. Kegiatan operasional perusahaan mencakup seluruh tahapan
proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga
menjadi produk akhir yang tersedia di pasar.
26. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah perusahaan yang
memproduksi semen, yang juga memiliki beberapa anak perusahaan yang
memproduksi beton siap pakai serta mengelola tambang agregat dan trass. Berdiri
sejak 16 Januari 1985, Perseroan merupakan penggabungan dari enam perusahaan
semen yang saat itu memiliki delapan pabrik dan mulai beroperasi secara
operasional pada tahun 1985. Indocement pertama kali mencatatkan sahamnya di
BEI pada 5 Desember 1989. Sejak 2001, mayoritas saham Perseroan dimiliki oleh
kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 35,97%, PT. Mekar Perkasa
sebesar 13,035, dan Birchwood Omnia Limited sebesar 51%.
27. PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
PT. Indo Tambangraya Megah Tbk merupakan perusahaan produsen
batubara Indonesia terkemuka untuk pasar energi dunia. Berdasarkan akta No. 30
tertanggal 11 Mei 2009 dan Akta No. 24 tertanggal 14 Agustus 2009, dibuat
dihadapan Notaris Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, SH, maksud dan
tujuan perusahaan adalah berusaha dalam bidang pertambangan, pembangunan,
pengangkutan, perbengkelan, perdagangan, perindustrian, dan jasa. Indo
Tambangraya Megah berdiri pada tanggal 2 September 2007. Pada tanggal 18
Desember 2007 mencatatkan sahamnya di BEI sebagai perusahaan go public.
Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar
35,00%.
28. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)
Kegiatan utama usaha PT. Jasa Marga (Persero) Tbk adalah menjalankan
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan/atau pemeliharaan
jalan tol, mengusahakan lahan di ruang milik jalan tol (Rumijatol) dan lahan yang
berbatasan dengan Rumijatol untuk tempat istirahat dan pelayanan, berikut
dengan fasilitas-fasilitas dan usaha lainnya, serta bidang jasa dan perdagangan
untuk layanan konstruksi, pemeliharaan, dan pengoperasian jalan tol. Berdiri pada
tanggal 1 Maret 1978. Pada tanggal 12 November 2007, Jasa Marga menjadi
Pemerintah Republik Indonesia sebesar 70,00%, sedangkan sisanya 30,00%
dimiliki oleh publik.
29. PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF)
Sejarah Kalbe Farma diawali dengan garasi pendiri Perseroan tahun 1966
sebagai perusahaan produk kesehatan dengan prinsip-prinsip dasar: inovasi,
merek yang kuat dan manajemen prima. Dengan pedoman “Panca Sradha Kalbe”
sebagai nilai dasar Perseroan, Kalbe berhasil meraih pertumbuhan yang solid dan
mencatatkan sebagai perusahaan publik pada tanggal 30 Juli 1991 di BEI. Pada
tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 40,03%.
30. PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
PT. Lippo Karawaci Tbk pada awalnya bernama PT. Tunggal
Reksakencana yang didirikan pada tanggal 15 Oktober 1990. Perseroan memulai
proyek kota mandirinya pertama kali di Tangerang dengan nama Lippo Village.
Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 28
Juni 1996. Komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 82,12%
sedangkan sisanya 17,88% dimiliki oleh Pacific Asia Holding Ltd.
31. PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP)
Pada tahun 1906, melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan
perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan
London-Sumatera, yang kemudian dikenal dengan nama “Lonsum”, berkembang menjadi
salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di dunia. Di awal kemerdekaan
kemudian beralih ke kelapa sawit di era tahun 1980. Pada akhir dekade
berikutnya, kelapa sawit telah menggantikan karet sebagai komoditas utama
Perseroan. Di tahun 1994, Harrisons & Crosfield menjual seluruh kepemilikan
sahamnya di Lonsum kepada PT. Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang
kemudian mencatatkan Lonsum sebagai perusahaan publik melalui pencatatan
saham di BEI pada tanggal 5 Juli 1996. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan
saham oleh investor publik sebesar 40,52%.
32. PT. Malindo Feedmill Tbk (MAIN)
PT. Malindo Feedmill Tbk didirikan pada tanggal 10 Juni 1997 dan
merupakan bagian dari perusahaan Leong Hup Holdings Berhad dan Emivest
Berhad milik Malaysia. Perusahaan beroperasi secara operasional pada tahun
1998. Pada tanggal 30 Juni 2013 perusahaan memiliki tenaga kerja tetap sebanyak
2.991 karyawan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahan go public pada tanggal 27 Juni 2006. Komposisi kepemilikan saham perusahaan dimiliki oleh public sebesar 41% dan Dragon Amity Ltd 59%.
33. PT. Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)
PT. Mitra Adiperkasa Tbk didirikan pada tanggal 23 Januari 1995 sebagai
perusahaan yang beroperasi di bidang perdagangan, jasa, manufaktur, transportasi,
perkebunan, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Pada tanggal 10 November
2004 Mitra Adiperkasa mencatatkan sahamnya sebagai perusahaan publik. Pada
tanggal 30 Juni 2013 total jumlah tenaga kerja perusahaan sebanyak 19.310
karyawan. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik
34. PT. Multipolar Tbk (MLPL)
PT. Multipolar TBk merupakan perusahaan investasi strategis dengan
cakupan bisnis tidak hanya di Indonesia tetapi juga mancanegara seperti China.
Perseroan merupakan induk dari anak perusahaan pemimpin bisnis terkemuka di
Indonesia dalam berbagai bidang usaha meliputi usaha ritel, TI, multimedia,
pengarsipan, dan usaha-usaha lain. Multipolar berdiri pada tanggal 4 Desember
1975, dan pada tanggal 6 November 1989 mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia sebagai perusahaan publik. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial pada tanggal 4 Desember 1975. Pada tahun 2013, komposisi
kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 67,98%, Cyport Limited sebesar
26,97%, dan Grandhill Asia Limited sebesar 5,05%.
35. PT. Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)
MNC didirikan pada tanggal 17Juni 1997 sebagai perusahaan induk di
bidang media berbasis iklan dan konten. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial pada bulan Desember 2001. Pada tanggal 30 Juni 2013 jumlah tenaga
kerja perusahaan sebanyak 6.564 karyawan. Perusahaan ini terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tanggal 22 Juni 2007, dengan komposisi kepemilikan saham
oleh investor publik 35,32%, sedangkan sisanya PT. Global Mediacom 64,68%
36. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau sering disebut PGN
merupakan sebuah perusahaan milik negara yang dirintis sejak tahun 1859, ketika
masih bernama Firma L.J.N Eindhoven & Co. Gravenhage. Pada 13 Mei 1965,
Perusahaan Negara atau dikenal sebagai Perusahaan Gas Negara (PGN). Ruang
lingkup usaha menyediakan tenaga gas dan industri gas. Saham perseroan telah
dicatatkan di BEI pada tanggal 15 Desember 2003. Pada tahun 2013, kepemilikan
saham oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 56,96% dan sisanya 43,04%
dimiliki oleh investor publik.
37. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk melakukan usaha di bidang pertambangan,
perdagangan, pengolahan, dan pemanfaatan batubara. Didirikan pada tanggal 2
Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1980. Mulanya PT.
Bukit Asam (Persero) Tbk bernama PN TABA sejak tangggal 1 Maret 1981,
kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Tambang
Batubara Bukit Asam (Persero). Pada tanggal 23 Desember 2002, Perseroan
mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di BEI. Pada tahun 2013, kepemilikan
saham oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 65,02% dan sisanya 34,98%
dimiliki oleh investor publik.
38. PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON)
PT. Pakuwon Jati Tbk didirikan pada tanggal 20 September 1982 dan
mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1986. Kegiatan perusahaan
bergerak di bidang pusat perbelanjaan, perhotelan, dan real estate. Pada tanggal 30
Juni 2013, perusahaan ini memiliki total karyawan sebanyak 1.954. Perseroan
terdaftar sebagai perusahaan go public pada tanggal 9 Oktober 1989. Komposisi kepemilikan saham perusahaan saat ini dimiliki oleh publik sebesar 51,94% dan
39. PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)
PT. Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
industri dasar dan kimia dengan produknya yaitu semen, yang telah berdiri sejak
tanggal 15 Juni 1971. Pada tanggal 1 Januari 2006 perusahaan ini berganti nama
dari PT. Semen Cibinong Tbk menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk. Pada tanggal
30 Juni 2013, perusahaan memiliki total tenaga kerja sebanyak 2.974 karyawan.
Perseroan mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 5 Desember 1989.
Komposisi kepemilikan saham saat ini dipegang oleh Holderfin BV sebesar
80,64%, dan Publik sebesar 19,36%.
40. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, sebelumnya bernama PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI
pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8
Juli 1991 saham semen Gresik tercatat di BEI serta merupakan BUMN pertama
yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Pada tahun 1995, akuisisi perusahaan semen dalam negeri, PT. Semen Padang (Persero)
dan PT. Semen Tonasa (Persero). Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham
oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01% dan sisanya 48,99% dimiliki
oleh publik.
41. PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
PT. Surya Semesta Internusa Tbk didirikan pada tanggal 15 Juni 1971
bergerak pada sejumlah bidang industri, perdagangan, konstruksi, properti, dan
real estate. Pada tanggal 27 Maret 1997 perusahaan mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Indonesia dan komposisi saham perusahaan saat ini dimiliki publik
sebesar 87%, PT. Arman Investment Utama sebesar 8%, dan HSBC Private Bank
(Suisse) SA Singapore sebesar 5%.
42. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
Pada tahun 1991, nama PT. PERUMTEL berubah menjadi PT.
Telekomunikasi Indonesia atau Telkom dengan operasi bisnis terbagi atas dua
belas wilayah telekomunikasi (WITEL). WITEL tersebut kemudian dirombak
menjadi tujuh divisi regional (DIVRE) yaitu divisi I Sumatera, Divisi II Jakarta
dan sekitarnya, Divisi III Jawa Barat, Divisi IV Jawa Tengah dan Yogyakarta,
Divisi V Jawa Timur, Divisi VI Kalimantan, dan Divisi VII Indonesia Bagian
Timur. Pada tahun 1974 PN. Telekomunikasi dibagi menjadi dua divisi, yaitu PT.
Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) yang memproduksi perangkat
telekomunikasi dan Perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) untuk
melayani jasa telekomunikasi domestik dan internasional. TELKOM
melaksanakan penawaran saham perdana publik (Initial Public Offering) pada tanggal 14 November 1995 di BEI. Pada tanggal 26 Mei 1995, TELKOM
mendirikan entitas anak yang menangani bisnis telepon selular, Telkomsel. Pada
tahun 2013, komposisi pemegang saham oleh Pemerintah Republik Indonesia
43. PT. United Tractors Tbk (UNTR)
United Tractors didirikan pada 13 Oktober 1972 sebagai distributor
tunggal alat berat Komatsu, UD Trucks, Scania, Bomag, Komatsu Forest, dan
Tadano serta sebagai kontraktor penambangan dan pertambangan batubara di
Indonesia. Pada tanggal 19 September 1989, Perseroan mencatatkan saham
perdana di BEI. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham mayoritas
dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar 59,50% dan sisanya sebesar
40,50% dimiliki oleh publik.
44. PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
Unilever berdiri dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. di Angke,
Jakarta. Unilever merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumers
Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia. Bidang usaha mencakup produksi,
pemasaran, dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen,
margarin, makanan berinti susu, es krim, produk-produk kosmetik, minuman
dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah. Tanggal pendirian perusahaan 5
Desember 1933, dan pencatatan saham di BEI pada tanggal 11 Januari 1982. Pada
tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh publik sebesar 15,01%.
45. PT. Wijaya Karya Persero (Tbk) (WIKA)
PT. Wijaya Karya Persero (Tbk) didirikan pada tanggal 29 Maret 1961
dengan semula nama perusahaan PN Widjaja Karja. Pada tanggal 22 Juli 1971,
PN. Widjaja Karja ditranformasikan ke perusahaan Negara (Persero), kemudian
perusahaan berganti nama menjadi PT. Wijaya Karya, pada tanggal 20 Desember
bangunan. Pada tanggal 30 Juni 2013, perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja
sebanyak 1.654 karyawan dan mencatatkan sebagai perusahaan go public pada tanggal 29 Oktober 2007. Komposisi kepemilikan saham perusahaan saat ini
dimiliki oleh publik sebesar 34,85% dan Negara Republik Indonesia sebesar
65,15%.
4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu analisis dimana data yang dikumpulkan
dapat diinterpretasikan secara sederhana, jelas, dan objektif sehingga diperoleh
informasi dan gambaran yang sebenarnya mengenai topik yang dibahas. Berikut
ini adalah tabel analisis deskriptif return saham rata-rata harian pada bulan Agustus 2013 sampai dengan Januari 2014.
Tabel 4.1
Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Senin 45 -.0324 .3223 .005631 .0490112
Selasa 45 -.0320 .0875 .000269 .0154459
Rabu 45 -.0171 .3503 .010504 .0529190
Kamis 45 -.0100 .0684 .004102 .0113656
Jumat 45 -.0315 .0669 .000209 .0130388
Valid N (listwise) 45
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)
hari Selasa return saham rata-rata mengalami penurunan dan memiliki nilai yang positif sebesar 0,000269%. Pada hari Rabu return saham rata-rata mengalami kenaikan dan memiliki nilai yang positif sebesar 0,10504%. Return saham rata-rata pada hari Rabu merupakan return saham rata-rata tertinggi. Pada hari Kamis
return saham rata-rata mengalami penurunan dan memiliki nilai yang positif sebesar 0,04102%. Pada hari Jumat return saham rata-rata kembali mengalami penurunan dan memiliki nilai yang positif sebesar 0,000209%.
Standar deviasi merupakan penyimpangan dari nilai rata-rata (mean). Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa standar deviasi paling tinggi terjadi pada
hari Rabu yaitu sebesar 0,0529190 dan paling rendah terjadi pada hari Kamis
yaitu sebesar 0,0113656, sehingga dapat dijelaskan bahwa return saham rata-rata pada hari Rabu memiliki risiko tertinggi dibanding hari perdagangan lainnya dan
return saham rata-rata pada hari Kamis memiliki risiko terkecil dibandingkan hari perdagangan lainnya.
4.3.2 Analisis Statistik 4.3.2.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah
distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi
data dengan bentuk seperti lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai
pola residual data seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak
menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Dalam penelitian ini menggunakan
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas (Histogram)
Histogram pada Gambar 4.1 terlihat bahwa kurva seimbang ke kiri dan
ke kanan atau tidak menceng ke kiri atau ke kanan, serta kurvanya berbentuk
seperti lonceng. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)
Kurva P-P Plot pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa penyebaran
titik-titik plot data berada disepanjang garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Hal
ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .00415161
Most Extreme Differences Absolute .073
Positive .073
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .487
Asymp. Sig. (2-tailed) .971
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)
Hasil uji normalitas data dengan uji statistik non-parametric yaitu One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testpada Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Asym. Sig.
analisis histogram dan grafik normal probability plot yang menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heteroskedastisatas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka terjadi homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Glejser.
Tabel 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .003 .000 8.270 .000
Senin -.019 .008 -.358 -2.322 .126
Selasa .058 .025 .348 2.293 .227
Rabu .002 .007 .036 .242 .810
Kamis -.011 .033 -.046 -.320 .750
Jumat -.044 .030 -.223 -1.454 .154
a. Dependent Variable: absut
Pada Tabel 4.3 terlihat tidak ada satupun variabel independen yang
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut (absut),
karena probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Hal ini berarti
bahwa model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Gejala autokorelasi dideteksi
dengan menggunakan Durbin Watson test. Hasil pengujian autokorelasi dapat tampak pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson test)
Model S ummaryb
a. Predictors: (Constant), Jumat, Kamis, Rabu, Selasa, Senin b. Dependent Variable: Return
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)
Pada hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.4 menunjukkan nilai statistik
Durbin Watson (DW) sebesar 2,505. Berdasarkan tabel Durbin Watson diperoleh nilai du sebesar 1,805 dengan ketentuan du < DW< 4 – du, maka diperoleh hasil
pengujian 1,5346 < 1,638 < 2,362. Dari hasil tersebut, maka pengujian
autokorelasi memenuhi kriteria yang berarti tidak terjadi autokorelasi positif atau
4. Uji Multikolinieritas
Uji mulitkolinieritas bertujuan untuk membuktikan atau menguji ada
atau tidaknya hubungan yang linier antara variabel independen satu dengan
variabel independen lainnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF). Dengan ketentuan jika nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 5, maka tidak terdapat gejala multikolinieritas. Hasil pengujian statistik
multikolinieritas terlihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.001 .001 -1.553 .128
Senin 1.039 .015 .763 70.635 .000 .850 1.176
Selasa .135 .046 .031 2.945 .005 .876 1.142
Rabu .891 .013 .707 67.068 .000 .894 1.118
Kamis .943 .059 .161 15.910 .000 .974 1.027
Jumat 1.032 .055 .202 18.816 .000 .864 1.157
a. Dependent Variable: Return
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada Tabel 4.5, bahwa semua
variabel independen memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 5. Hal ini menujukkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas.
4.3.2.2 Analisis Data 1. Hipotesis Pertama
Analisis data hipotesis pertama yaitu pengaruh hari perdagangan
terhadap return saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia menggunakan uji t dengan bantuan SPPS 18. for windows.Dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%,
jika nilai sig. t > 0,05, Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara variabel independen terhadap variabel dependen dan jika nilai sig. t < 0,05,
maka Ha
Tabel 4.6
diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.086 .037 -2.340 .024
DSEN .082 .033 .785 2.505 .017
DSEL .004 .023 .029 2.166 .019
DRAB .084 .027 .639 3.067 .004
DKAM .085 .040 .649 2.119 .040
DJUM .082 .040 .628 2.050 .047
a. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.6, maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai
berikut:
Rt = -0,086 + 0,082DSEN + 0,004DSEL + 0,084DRAB + 0,085DKAM + 0,082DJUM
Dimana:
Rt = Return saham rata-rata
DSEN = Variabel dummy untuk hari Senin
DSEL = Variabel dummy untuk hari Selasa
DRAB = Variabel dummy untuk hari Rabu
e = Error of term
Dan dari persamaan regresi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar -0,086. Hal ini menunjukkan bahwa apabila seluruh
variabel independen yaitu DSEN, DSEL, DRAB, DKAM, dan DJUM
dianggap konstan atau nol, maka nilai dari variabel dependen Return saham rata-rata adalah sebesar -0,086.
2. Koefisien regresi variabel dummy untuk hari Senin sebesar 0,082 yang menunjukkan bahwa apabila variabel dummy untuk hari Senin adalah 1 (satu) dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return saham indeks LQ-45 sebesar 0,082.
3. Koefisien regresi variabel dummy untuk hari Selasa sebesar 0,004 yang menunjukkan bahwa apabila variabel dummy untuk hari Selasa adalah 1 (satu) dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return
saham indeks LQ-45 sebesar 0,004.
4. Koefisien regresi variabel dummy untuk hari Rabu sebesar 0,084 yang menunjukkan bahwa apabila variabel dummy untuk hari Rabu adalah 1 (satu) dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return saham indeks LQ-45 sebesar 0,084.
5. Koefisien regresi variabel dummy untuk hari Kamis sebesar 0,085 yang menunjukkan bahwa apabila variabel dummy untuk hari Kamis adalah 1 (satu) dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return
saham indeks LQ-45 sebesar 0,085.
dan variabel dummy untuk hari lainnya adalah 0 (nol), maka return saham indeks LQ-45 sebesar 0,082.
Pada Tabel 4.6 juga dapat diketahui hasil uji signifikansi masing-masing
hari perdagangan, sebagai berikut:
1. Nilai thitung hari Senin adalah 2,505 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga
thitung> ttabel dan nilai signifikansi 0,017 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05
sehingga hari Senin berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
2. Nilai thitung hari Selasa adalah 2,166 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga
thitung> ttabel dan nilai signifikansi 0,019 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05
sehingga hari Selasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
3. Nilai thitung hari Rabu adalah 3,067 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga
thitung> ttabel dan nilai signifikansi 0,004 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05
sehingga hari Rabu berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
4. Nilai thitung hari Kamis adalah 2,119 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga
thitung> ttabel dan nilai signifikansi 0,040 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05
sehingga hari Kamis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
5. Nilai thitung hari Jumat adalah 2,050 dan nilai ttabel adalah 2,018 sehingga
sehingga hari Jumat berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
2. Hipotesis Kedua
Analisis data hipotesis kedua menggunakan uji t dengan bantuan program
SPSS 18 for windows untuk melihat pengaruh hari Senin minggu pertama, kedua, ketiga dan Senin minggu keempat kelima terhadap return saham LQ-45 yang terendah.
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .018 .028 .641 .525
Senin_1.2.3 -.017 .025 -.159 -.669 .507
Senin_4.5 -.002 .025 -.022 -.093 .926
a. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)
Pada Tabel 4.7 dapat diketahui hasil uji signifikansi hari Senin tiga
minggu pertama dan dua minggu terakhir sebagai berikut:
1. Nilai thitung hari senin minggu pertama, kedua, dan ketiga adalah -0,669 dan
besar dari nilai alpha (α) 0,05 sehingga hari Senin minggu pertama, kedua,
dan ketiga berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham LQ-45 yang terendah pada hari Senin.
2. Nilai thitung hari senin minggu keempat dan kelima adalah -0,093 dan ttabel
adalah 2,018 sehingga thitung < ttabel dan nilai signifikansi 0,926 lebih besar
dari nilai alpha (α) 0,05 sehingga hari Senin minggu keempat dan kelima berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham LQ-45 yang terendah pada hari Senin.
4.4 Pembahasan
Hasil uji hipotesis pertama dalam penelitian ini diketahui bahwa hari
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham rata-rata LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hari perdagangan yang terdiri dari 5 (lima) hari, empat
diantaranya yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat berpengaruh
signifikan terhadap return saham rata-rata indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia, namun hari Senin berpengaruh tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
hari perdagangan (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat) berpengaruh signifikan dan
masing-masing hari memiliki pengaruh yang berbeda pada retun saham rata-rata indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis pertama
Berdasarkan nilai thitung maka hari Jumat memiliki nilai yang paling
rendah sebesar 2,050. Hal ini menunjukkan bahwa return saham rata-rata terendah sering ditemukan pada hari Jumat. Berdasarkan nilai thitung maka hari Rabu
memiliki nilai yang tertinggi sebesar 3,067. Hal ini menunjukkan bahwa return
saham rata-rata tertinggi sering ditemukan pada hari Rabu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Mahdi (2006),
Erliyaningrum (2007), dan Rita (2009) bahwa hari perdagangan memiliki
pengaruh terhadap return saham harian, yang ditunjukkan dengan perbedaan signifikan antara rata-rata return 5 (lima) hari perdagangan di bursa.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama pada hari Senin berpengaruh
negatif terhadap return saham rata-rata indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Sehingga return negatif pada hari Senin disebut sebagai Monday Effect. Salah satu alasan yang mengakibatkan terjadi fenomena Monday Effect adalah bahwa pada umumnya perusahaan yang ingin menyampaikan infomasi buruk (bad news) akan menunggu waktu yang tepat, yakni pada akhir pekan. Tujuan emiten
menyampaikan bad news pada akhir pekan adalah agar para investor mempunyai waktu luang selama hari libur bursa (Sabtu dan Minggu) untuk mengevaluasi
kembali kinerja emiten terhadap informasi yang ada tersebut.
Harapannya agar reaksi pasar tidak terlalu panik terhadap penyampaian
bad news tersebut. Hasil ini memberikan implikasi bagi investor agar melakukan pembelian saham pada waktu sebelum penutupan pasar pada hari Senin dan
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan signifikan antara variabel return saham rata-rata hari Senin denganreturn saham rata-rata hari Selasa.
Hasil uji hipotesis kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hari
Senin minggu pertama, kedua, dan ketiga berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap return saham rata-rata indeks LQ-45 pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia. Dan juga hasil yang sama diperoleh pada hari Senin minggu keempat
dan kelima berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham rata-rata indeks LQ-45 pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan nilai
thitungmaka hari Senin minggu pertama, kedua, dan ketiga memiliki nilai terendah
-0,669, yang menunjukkan bahwa return terendah pada hari Senin lebih banyak ditemukan pada minggu pertama, kedua, dan ketiga. Berdasarkan nilai
signifikansi, maka hari Senin minggu keempat dan kelima memiliki return saham rata-rata tertinggi pada hari Senin sebesar -0,093 dibanding hari Senin minggu
pertama, kedua, dan ketiga.
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara return saham rata-rata di hari Senin minggu pertama, kedua, dan ketiga dengan hari Senin minggu
keempat dan kelima. Dan return saham rata-rata pada hari Senin minggu pertama, kedua, dan ketiga memiliki nilai terendah dan negatif dibanding minggu keempat
dan kelima, return hari senin minggu keempat dan kelima memiliki nilai lebih tinggi dan negatif dibanding minggu pertama, kedua, dan ketiga. Dengan
demikian hipotesis kedua diterima, yaitu tidak terdapat pengaruh hari Senin
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mahdi
(2006) yang menemukan fenomena week-four effect pada indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rita (2009) dan Maria (2013) yang tidak menemukan fenomena
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan
sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hari perdagangan (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
2. Hari Senin minggu keempat dan kelima berpengaruh terhadap return saham indeks LQ-45 yang terendah pada Hari Senin di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran, yaitu:
1. Bagi investor sebaiknya menahan diri untuk tidak melakukan pembelian
saham di hari Senin di setiap minggunya, mengingat adanya kerugian di hari
perdagangan yaitu hari Jumat sebelumnya, karena berdasarkan nilai
thitungreturn saham rata-rata pada hari Jumat memiliki nilai terendah dari hari perdagangan lainnya. Dan sebaiknya para investor melakukan pembelian
saham pada hari Senin baik pada minggu pertama sampai minggu terakhir
untuk setiap bulannya, kemudian dapat menahan atau menjualnya pada
saham saat harga mengalami penurunan dan melakukan penjualan saham saat
harga sedang naik.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar dalam melakukan penelitian sejenis dapat
menggunakan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi return saham, misalnya Monday Effect,ukuran perusahaan, tingkat suku bunga, dan dapat melakukan penelitian tidak hanya pada indeks LQ-45 tetapi pada sektor-sektor
lain yang tercantum di Bursa Efek Indonesia. Kemudian dengan penggunaan
rentang waktu penelitian yang lebih panjang, akan dapat dihasilkan