• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas madu untuk gejala batuk pada anak dengan rinitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas madu untuk gejala batuk pada anak dengan rinitis"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi

Rinitis atau common cold atau selesma merupakan infeksi saluran pernafasan-atas ringan yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama hidung buntu, adanya sekret hidung, bersin, nyeri tenggorok dan batuk dan gejala sistemik berupa nyeri kepala, mialgia, demam yang ringan.1,14 Istilah rintis sebenarnya kurang tepat, karena penyakit yang dapat sembuh spontan ini melibatkan mukosa sinus maka lebih tepat digunakan istilah rinosinusitis.14 Kumpulan gejala pada penyakit ini juga melibatkan iritasi faring dan demam yang tidak terlalu tinggi, sehingga terminologi selesma lebih sesuai daripada rinitis, coryza, atau nasofaringitis.1

2.2. Epidemiologi

Rinitis merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan_atas tersering pada anak dan dapat terjadi sepanjang tahun.14 Infeksi virus penyebab rinitis dapat berbeda pada setiap musimnya, misalnya insiden rinovirus yang mencapai puncaknya pada bulan Agustus sampai Oktober dan April sampai Mei, parainfluenza pada bulan Desember, dan

Respiratory Syncitial Virus (RSV) dan influenza pada bulan April.14,18 Rinitis lebih sering terjadi pada musim hujan pada daerah tropis.1

(2)

2-4 kali per tahun.1,14,18 Anak usia <1 tahun biasanya mengalami rinitis 11 kali per tahun, 8 kali per tahun pada usia pra sekolah dan sekitar 4 kali setahun pada usia sekolah, dan 0,2 - 2% berkembang menjadi infeksi sinusitis bakterialis.19 Anak yang tinggal di penitipan 2 kali lebih sering mengalami rinitis dibandingkan anak yang tinggal di rumah.12

Walaupun penyakit ini secara umum ringan dan dapat sembuh spontan (self-limited), namun berhubungan dengan kerugian ekonomi karena produktivitas menurun dan biaya pengobatannya. Rinitis menyebabkan ketidak hadiran disekolah sebanyak 26 juta hari dan 23 juta hari tidak bekerja setiap tahunnya. Menjadi penyebab 27 juta pasien mengunjungi dokter dan biaya sekitar 2 milyar dollar untuk pengobatan dengan obat-obatan OTC.18

2.3. Etiologi dan Patofisiologi

Virus patogen yang paling sering menyebabkan rinitis adalah rinovirus walaupun dapat disebabkan virus lainnya.1,14,18,19 Rinovirus mempunyai lebih dari 100 serotipe dan merupakan penyebab 30-50% rinitis pertahun.1 Virus lain penyebab rinitis diantaranya: koronavirus, RSV, human metapneumovirus, influenza, parainfluenza, adenovirus, enterovirus dan bocavirus.14,18,20

(3)

langsung merupakan penyebaran utama rinovirus dan RSV sedangkan

Influenza terutama menyebar melalui aerosol partikel kecil.14

Beberapa faktor berperan dalam supseptibilitas individu terkena rinitis, seperti: faktor virus penyebab, faktor tubuh anak itu sendiri dan lingkungan. Faktor virus yaitu jenis virus yang menginfeksi dan jumlahnya, faktor tubuh anak yaitu genetik, sistem imun anak dan barier fisik, dan faktor lingkungan yaitu cuaca, polusi udara dan lingkungan yang padat.21

Patogenesis penyakit ini berdasarkan interaksi virus dan respon inflamasi sel penjamu.1,12,16 Virus influenza dan adenovirus menyebabkan kerusakan yang luas, rinovirus tidak menyebabkan perubahan histopatologik, sehingga gejala klinis lebih dikarenakan respon inflamasi penjamu.1,14,18,22 Mediator yang berperan diantaranya kinin, leukotrien, histamin, interleukin 1,6 dan 8, tumor necrosis factor (TNF), regulated by activation normal T cell expressed and secreted (RANTES).1

Replikasi influenza terjadi di epitel trakeobronkial, rinovirus terutama di epitel nasofaring. Replikasi virus di epitel berikatan dengan reseptor spesifik, rinovirus berikatan dengan intercellulare adhesion molecule-1 (ICAM-1). Replikasi dalam 8-10 jam, dan 75% yang terinfeksi memiliki gejala.1 Virus influenza dan adenovirus menyebabkan kerusakan silia epitel sedangkan rinovirus dan RSV tidak menyebabkan perubahan histopatologik pada epitel. Kerusakan silia ini akan mengganggu barier mekanis sistem pertahanan saluran pernafasan, menyebabkan gangguan

(4)

gejala batuk dan rinorea, kerusakan ini terjadi pada minggu pertama infeksi.22

Infeksi epitel nasal akan menimbulkan respon inflamasi akut, pelepasan sitokin inflamasi, dan infiltrasi sel-sel inflamasi ke mukosa. Inflamasi ini yang menyebabkan timbulnya manifestasi klinis pada rinitis. Inflamasi dapat menyumbat sinus ostium ataupun tuba eustachius, hal ini menjadi faktor predisposisi terjadinya sinusitis bakterial dan otitis media.14

Infeksi virus pada rinitis menyebabkan gangguan drainase sinus paranasal yang terbukti melalui pemeriksaan computed tomography (CT) -scan, walaupun abnormalitas sinus ini sembuh dengan sendirinya tanpa terapi antimikroba.23

Infeksi rinovirus dan adenovirus menimbulkan imunitas yang spesifik serotipe, infeksi berulang kemungkinan dikarenakan serotipe yang berbeda karena patogen ini memiliki sangat banyak serotipe. Virus

influenza memiliki kemampuan mengubah antigen yang dipresentasikan dan disisi lain pasca infeksi coronavirus akan memiliki imunitas yang singkat terhadap infeksi berulang. Parainfluenza dan RSV memiliki sedikit serotipe tetapi tidak terbentuk imunitas paska infeksi, sehingga tetap memungkinkan adanya reinfeksi.14

2.4. Gejala Klinis

(5)

Gejala pada tenggorokan biasanya hilang 2-3 hari dan selanjutnya gejala hidung yang dominan.14 Infeksi virus pada mukosa hidung menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga hidung tersumbat dan sekret hidung, dan stimulasi kolinergik menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan bersin.1 Gejala pada hidung biasanya berlangsung selama 7-15 hari.1,14 Perbaikan gejala terjadi di hari ke ketujuh atau delapan pada 50% kasus dan 80% perbaikan terjadi pada hari keempatbelas.24,25

Batuk merupakan gejala klinis yang kedua terbanyak pada rinitis yaitu sekitar 80%22 dan muncul saat gejala hidung muncul.14 Batuk berlangsung selama 5-14 hari, dan perbaikan gejala batuk 50% pada hari kesepuluh dan 90% pada hari keduapuluh lima.25

Virus influenza, RSV dan adenovirus lebih sering menimbulkan gejala demam dan gejala sistemik lainnya dibandingkan rinovirus ataupun coronavirus.12 Demam pada 17% kasus terjadi selama 1 hari, 11% selama 1-2 hari, 44% selama 2-3 hari dan 28% terjadi lebih dari 3 hari.25 Gejala rinitis biasanya bertahan sampai 1 minggu, walaupun 10% kasus bertahan sampai 2 minggu.14

2.4.1. Gejala Batuk pada Rinitis

(6)

menyebabkan kecemasan pada orang tua dan penggunaan obat bebas yang tidak tepat akan berhubungan dengan kejadian efek samping yang berbahaya.28

Batuk merupakan refleks yang bertujuan mengeluarkan mukus ataupun material lainnya dari saluran nafas, dimana mukus ataupun material ini menstimulasi reseptor batuk ataupun reseptor iritan.3,18 Reseptor ini berada diantara faring dan terminal bronkiolus. Reseptor ini mengirim impuls aferen melalui cabang-cabang nervus glossofaringeus dan vagus menuju pusat batuk di batang otak dan pons. Sinyal eferen berasal dari pusat batuk melalui nervus vagus, frenikus, dan saraf spinal menuju laring dan diafragma, otot dada, abdomen dan pelvis.3

Ada 3 fase batuk, yaitu fase inspirasi dalam, fase penutupan glottis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot ekspirasi dan fase pembukaan glotis yang tiba-tiba. Selama fase kedua, tekanan intrathorakal meningkat sampai 300mmHg dan selama fase ketiga aliran udara mencapai 3/4 kecepatan suara pada saluran nafas utama. Kecepatan ini tergantung pada pembukaan glottis yang tiba-tiba dan kecepatan ini mempengaruhi efektifitas batuk dalam mengeluarkan mucus.3 Gambar 1. Menunjukkan mekanisme refleks batuk.23

(7)

Serikat menunjukkan bahwa rinitis merupaka faktor independen untuk batuk berulang.31 Penelitian di Jepang menunjukkan hubungan rinitis dengan batuk malam pada anak usia 6-7 tahun (OR 3,65; CI 95%), anak usia 13-14 tahun (OR 3,05; CI 95%), anak usia 16-17 tahun (OR 2,69; CI 95%) dan gangguan berat untuk aktifitas sehari-hari dikarenakan batuk

Gambar 1. Mekanisme reflex batuk23

Batuk biasanya disebabkan oleh aspirasi makanan atau cairan di jalan nafas yang menstimulasi saraf sensorik via nervus vagus untuk merangsang batuk.

(8)

malam pada anak dengan rinitis usia 6-7 tahun (OR 1,79; CI 95%), anak usia 13-14 tahun (OR 1,38; CI 95%) dan pada anak usia 16-17 tahun (OR 1,34; CI 95%). Mekanisme yang mendasari hubungan antara rinitis dan batuk malam pada anak tanpa asma belum sepenuhnya dimengerti, inflamasi hidung yang luas diduga sebagai penyebabnya.4

Saraf reseptor batuk terletak di hipofaring dan laring dan terjadi hiper-reaktivitas refleks batuk oleh karena rangsangan endogen dan eksogen sehingga memicu batuk, contohnya inflamasi, dan tipe batuk yang muncul adalah batuk kering (dry cough) atau irritating cough.4,23,32 Aktivasi saraf sensorik di hidung juga merangsang refleks batuk, dan pemberian histamin pada hidung orang yang sehat akan merangsang refleks batuk.4 Hal ini menunjukkan bahwa inflamasi yang hebat pada hidung yang menyebar ke laring dapat menyebabkan batuk.4,23,33

Batuk yang muncul diawal infeksi saluran nafas-atas merupakan batuk kering, tidak produktif, dan tidak memiliki fungsi pembersihan jalan nafas, tetapi dikarenakan respon inflamasi saluran nafas atas yang menyebar sampai ke laring. Hiper-reaktivitas refleks batuk pada infeksi saluran nafas-atas disebabkan pengaruh mediator inflamasi pada ujung saraf sensorik. Batuk biasanya diinduksi stimulasi mekanik pada laring, tetapi jika laring mengalami inflamasi dan hiper-reaktif, batuk dapat terjadi secara spontan, atau hanya dengan stimulus ringan yang biasanya tidak menimbulkan batuk, seperti udara dingin. Batuk terjadi secara spontan

(9)

dengan sensasi iritasi saluran nafas.23

Batuk produktif biasanya terjadi belakangan pada infeksi saluran nafas-atas yang berhubungan dengan inflamasi yang menyebar ke saluran nafas bawah dan memicu produksi mucus. Infeksi saluran nafas atas yang disebabkan virus influenza menyebabkan kerusakan epitel dan gejala batuk lebih sering disebabkan karena infeksi influenza dibandingkan infeksi rhinovirus.23

2.5. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis

Pemeriksaan laboratorium rutin tidak membantu dalam diagnosis dan tatalaksana rinitis.1,14 Eosinofil pada hapusan hidung menunjukkan rinitis alergika dan polimorfonuklear yang dominan pada sekret hidung merupakan karakteristik rinitis dan bukan karena superinfeksi bakteri.14

Virus patogen penyebab rinitis dapat dideteksi dengan pemeriksaan

polymerase chain reaction (PCR), kultur, deteksi antigen, ataupun serologi.1,14,25,28 Pemeriksaan ini tidak diindikasikan untuk tatalaksana pasien dengan rinitis karena diagnosa etiologi yang spesifik hanya bermakna bila terapi antiviralnya sudah jelas.14

(10)

Tabel 1. Diagnosis Banding Rinitis dan Gambaran klinisnya14

Diagnosis Banding Gambaran Pembeda

Rinitis alergika Gejala gatal pada hidung dan bersin lebih dominan Eosinofil pada hapusan hidung

Benda asing di cavum nasal

Unilateral, sekret yang bau

Sekret hidung yang bercampur darah

Sinusitis Demam, nyeri kepala atau nyeri pada wajah, atau edema

periorbita atau batuk ataupun sekret hidung yang menetap > 2 minggu

Streptococcosis Sekret nasal yang mukopurulent yang menimbulkan ekskoriasi pada hidung

Pertussis Serangan batuk yang menetap ataupun serangan batuk yang

berat

Sifilis congenital Sekret hidung yang persisten dalam 3 bulan pertama kehidupan

2.6. Terapi

Terapi antiviral spesifik tidak tersedia untuk infeksi Rinovirus.1,14,26-29

Ribavirin merupakan antiviral untuk infeksi RSV, tetapi tidak memiliki peran pada tatalaksana rinitis.14 Oseltamivir dan Zanamivir dapat mengurangi gejala pada infeksi virus influenza, tetapi sulit untuk membedakan infeksi influenza dengan virus lainnya dan terapi ini efektif bila diberikan dalam 48 jam pertama munculnya gejala.14 Terapi antibakteri tidak memberikan keuntungan dalam tatalaksana rinitis.1,14,34

Tatalaksana rinitis adalah terapi simptomatik, walaupun terapi simptomatik pada anak masih controversial.14 Batuk dan demam merupakan gejala yang membuat orangtua membawa anaknya ke dokter.4,26-29,35 Demam biasanya berlangsung 1-3 hari dan batuk biasanya berlangsung sampai 25 hari.25

(11)

piretik adalah suhu tubuh >38,3°C dan usaha untuk membuat anak

menjadi lebih nyaman.35 Pemberian obat yang dijual bebas (yang mengandung antihistamin, antitusif, dan dekongestan) tidak terbukti efektif mengatasi batuk dan berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya.6-10 Food Drug Administration (FDA) merekomendasikan untuk tidak memberikan obat yang dijual bebas untuk anak usia dibawah 2 tahun.8 Penelitian lain menunjukkan bahwa obat yang dijual bebas tidak efektif untuk terapi gejala rintis pada anak usia dibawah 6tahun.14

Vitamin C, guaifenesin, menghirup uap air, tidak lebih baik dibandingkan placebo untuk rinitis pada anak.14 Dan disisi lain, WHO mencatat bahwa madu merupakan terapi alternatif yang potensial untuk gejala batuk pada anak dengan rinitis.12

2.7. Pemantauan Batuk pada Anak

Batuk sering digunakan sebagai parameter outcome dari pengobatan, walaupun keluhan batuk yang disampaikan pasien tidak memiliki realibilitas.36 Beberapa tools dikembangkan untuk menilai batuk, baik dengan pendekatan subyektif dan objektif.37 Pendekatan subyektif untuk menilai batuk pada anak dapat digunakan visual analog scale,verbal category descriptive score untuk siang hari dan malam hari, dan penilaian

Likert cough assessment severity score.36,38 Pendekatan objektif untuk menilai batuk pada anak dengan menggunakan cough monitoring system,

(12)

Beberapa penelitian mencoba untuk menghubungkan pendekatan subjektif dengan pendekatan objektif dalam menilai batuk pada anak.36,38Verbal category descriptive score yang diisi oleh anak dengan didampingi orang tua memiliki korelasi yang tinggi dengan penilaian objektif untuk menilai frekuensi batuk pada anak.36 Likert cough assessment severity score yang telah divalidasi oleh Hartnick dkk memiliki realibilitas yang tinggi.36 Tabel 2. Menunjukkan verbal category descriptive score dan table 3. Menunjukkan Likert cough assessment severity score.

2.8. Madu untuk Gejala Batuk pada Anak dengan Rinitis

Penelitian di Amerika Serikat tahun 2007 menunjukkan bahwa madu lebih efektif dibandingkan dekstrometorpan dan dekstrometorpan tidak lebih efektif dibandingkan dengan tanpa terapi untuk gejala batuk pada anak dengan rintis. Walaupun rentang usia yang digunakan sangat luas yaitu 1-18 tahun. Tingkat keparahan batuk dinilai dengan penilaian subjektif orang tua terhadap keluhan batuk anaknya dan seberapa parah batuk tersebut mengganggu tidur anak. Pemberian madu menunjukkan perbaikan klinis batuk, dari segi frekuensi, keparahan dan pengaruh batuk terhadap tidur (p<0,001).29

(13)

eucalyptus, citrus dan labiatae), tidak ada perbedaan efektifitas diantara ke tiga madu, dan ketiga madu ini lebih efektif dibandingkan placebo (p<0,05).2

Tabel 2. Verbal category descriptive score36

Siang Malam

0 Tidak ada batuk 0 Tidak ada batuk

1 Batuk 1 kali periode singkat 1 Batuk saat terjaga saja

2 Batuk lebih dari 2 periode singkat 2 Terbangun sesekali karena batuk

3 Batuk sering, tetapi tidak

5 Batuk yang sangat parah dan

sering

Penelitian di Kenya tahun 2014 mempublikasikan penelitian RCT yang membandingkan madu dengan salbutamol dan placebo untuk gejala batuk pada anak usia 1-12 tahun dengan rinitis, dan madu lebih efektif dibandingkan dengan salbutamol (p<0,478) dan placebo (p<0,002).35

Grintuss®sirup yang memiliki komposisi: resin, polisakarida,

saponin, flavonoid, Grindelia robusta, Plantago lanceolata, Helichrysum italicum, dan madu, memiliki efektifitas dan aman untuk gejala batuk pada

anak. Grintuss® lebih baik dibandinkan placebo untuk gejala batuk malam

(14)

adalah verbal category descriptive score.40

Tabel 3. Likert cough assessment severity score38

1. Seberapa sering anak anda batuk tadi malam ?

Amat sangat

2. Seberapa parah batuk anak anda tadi malam ?

Amat sangat

3. Seberapa mengganggukah batuk anak anda tadi malam terhadap dirinya ?

Amat sangat

4. Seberapa besar pengaruh batuk anak anda tadi malam terhadap bisa tidaknya dia tidur ?

Amat sangat

5. Seberapa besar pengaruh batuk anak anda tadi malam terhadap bisa tidaknya anda tidur ?

Amat sangat

2.8.1. Madu dan Kandungan Zat Aktif

(15)

merupakan komposisi utama dari madu, yaitu sekitar 95% , selain itu madu mengandung asam organik, protein, asam amino, mineral, polifenol, vitamin dan aroma.41-43 Komposisi madu dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5.43 Komposisi karbohidrat utama madu adalah monosakarida: fruktosa dan glukosa. Terdapat 25 jenis oligosakarida pada madu, diantaranya: sukrosa, maltosa, trehalosa, turanosa, panosa, 1-kestosa, 6-kestosa dan palatinosa.43

Tabel 4 dan 5 menunjukkan komposisi madu dan kadarnya dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari yang dianjurkan. Kandungan protein pada madu sebanyak 0,5%, sebagian besar enzim dan asam amino. Kandungan enzim utama pada madu adalah diastase (amylase),

invertase (sucrose, -glucosidase) dan glucose oxidase yang mengubah

glukosa menjadi hydrogen peroxidase dan asam glukonat.43 Kandungan vitamin dan mineral dalam madu dalam jumlah kecil, jumlah vitamin dan mineral ini juga bergantung jenis madu.16, 44 Madu mengandung 0,3-25 mg/kg kolin dan 0,06-5 mg/kgbb asetilkolin.43

(16)

Tabel 4. Komposisi madu44

Komposisi Rerata Batas bawah Batas atas

Air 16,3 15 20

Monosakarida

Fruktosa 31,8 28 40

Glukosa 26,1 19 32

Disakarida

Sukrosa 0,5 0,1 4,7

Lain-lain 4,0 1 6

Trisakarida

Melezitose 4,0 0,3 22

Erlose 1,0 0,1 6

Lain-lain 3,0 0,1 6

Oligosakarida lainnya 10,1

Total gula 80,5

Mineral 0,9 0,6 2,0

Asam amino, protein 0,6 0,4 0,7

Asam 1,1 0,8 1,5

Nilai pH 5,2 4,5 6,5

2.8.2. Efek Potensial Madu Untuk Gejala Batuk pada Anak dengan

Rinitis

(17)

mengurangi gejala batuk itu sendiri pada saat terapi defenitif tidak memungkinkan seperti pada kasus rinitis.14,45

Obat-obatan untuk pengobatan batuk atau untuk meningkatkan pembersihan batuk dibagi menjadi 3 jenis, yaitu penekan batuk (cough suppressants), mukokinetik (ekspektoransia dan mukolitik) dan mukoregulator. Penekan batuk yang bekerja pada sentral pusat batuk terdiri dari opiat (morphine, codein) dan non-opiat (dekstrometorpan, noscapin dan levopropoksifen) dan perifer yaitu demulcents, anestesi lokal dan humidifying aerosol. Mukokinetik terdiri dari ekspektoransia seperti salin hipertonik, dan mukolitik (N-acetylcystein) dan mukokinetik seperti bronkodilator. Mukoregulator seperti antikolinergik, glukokortikoid, antibiotik makrolide.43 Gambar 2. Menunjukkan mekanisme kerja obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala batuk.46

(18)

gula pada demulcent berperan sebagai lapisan proteksi pada reseptor sensorik reflex batuk.49 Letak anatomis yang dekat antara sarabut saraf aferen untuk batuk dan serabut saraf perasa manis, interaksi antara kedua serabut saraf ini menghasilkan efek antitusif di sistem saraf pusat oleh zat manis madu.2 Demulcents yang bersifat sederhana, murah

dan tidak mengandung alcohol direkomendasikan oleh WHO untuk meredakan gejala batuk pada anak yang disebabkan infeksi saluran nafas atas, contohnya teh hangat dengan madu atau jeruk nipis dan simple linctus.12

Efek potensial madu lainnya yaitu kandungan enzim proteolitik pada madu dan sifat hiperosmolaritas madu menjadikannya bersifat

(19)

mukoaktif.50-52 Kandungan trypsin pada madu dapat mendegradasi mukoprotein dan fibrin pada sputum, sehingga sputum mudah dibatukkan.50-54 Sifat hiperosmolaritas akan menarik cairan dalam hal ini saliva, yang akan menambah volume sol layer, sehingga menurunkan viskositas mukus dan menjadikan mukus mudah untuk dikeluarkan melalui batuk.46,52-54

Madu memiliki efek antiviral, karena itu madu potensial untuk digunakan sebagai obat batuk akut yang disebabkan oleh virus dan untuk penyembuhan luka, dan madu juga digunakan sebagai campuran beberapa sirup obat batuk.17 Efek antiviral pada madu dikarenakan kandungan hidrogen peroksida, flavonoid (rutin dan chrysin) dan asam penolat, yang semuanya memiliki efek virusidal. Penelitian in vitro di Jepang menunjukkan bahwa madu dapat menginhibisi replikasi virus dan memiliki efek toksik terhadap virus influenza.55 Flavonoid pada madu bersifat virusidal terhadap influenza dan RSV.55,56 Efek virusidal flavonoid mungkin karena inhibisi pada enzim polimerasi virus dan ikatan dengan asam nukleat virus atau protein kapsid pada virus.55

Madu memiliki efek menghambat pertumbuhan bakteri, kebanyakan terhadap bakteri gram positif, efek bakteriostatik dan bakterisidal dijumpai pada banyak bakteri pathogen.13,15 Efek ini berhubungan dengan kandungan enzim glucose oxidase, fenolic acid, dan flavonoid.13,43

Glucose oxidase mengkatalisasi glucose dan oksigen menjadi

(20)

dan air akan bereaksi menjadi gluconic acid.44 Peroksida merupakan

reactive derivative yang digunakan neutrofil dan sel fagositik lainnya untuk membunuh bakteri.57 Fenolic acid dan flavonoid merupakan golongan polifenol yang memiliki gugus hidroksil, yang bersifat sitotoksik terhadap mikroorganisme.13,43,57 Flavonoid dapat berikatan dengan dinding sel bakteri dan meluruhkannya.58 Peroksida merupakan zat anti bakteri yang dominan pada madu, tetapi pada madu yang aktivitas peroksidanya lemah, kombinasi fenolic acid dan flavonoid memiliki peran penting dalam aktivitas anti bakteri.59

Madu mengandung banyak antioksidan (glucose oxidase, catalase, asam askorbat, flavonoid, asam fenolat, turunan karotenoid, asam organic) yang menjadikannya antioksidan potensial.13,43 Sebuah penelitian menunjukkan konsumsi madu 1,2 gr/kgbb dapat meningkatkan monosit (50%), mineral besi (20%), mineral tembaga (33%), limfosit dan eosinofil, zink, magnesium, hemoglobin, dan menurunkan ferritin (11%), immunoglobulin E(34%), aspartate transaminase (22%), alanine transaminase (18%), lactic acid dehydrogenase (41%), creatine kinase (33%) dan kadar glukosa puasa (5%).43

Penelitian in vitro menunjukkan madu dapat menginduksi

pelepasan tumor necrosis factor-alpha (TNF- ) dan sitokin seperti

(21)

proses penyembuhan, dalam hal ini sel epitel saluran pernafasan.20,61 Ekstrak jahe dan madu dapat menghambat inflamasi saluran nafas yang diinduksi alergen dengan mengurangi eosinofilia saluran nafas, sitokin Th2

dan kemokin. Madu dapat meningkatkan respon imun spesifik Th1 (IFN-ɤ,

IL-12) dan juga respon Th2 (produksi antibodi) dan imunitas non-spesifik (fagositosis dan sistem komplemen).61

Efek immunomodulator pada madu dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh melawan infeksi virus sekaligus menekan inflamasi yang terjadi dan akhirnya potensial untuk meredakan batuk. 13,15,33,56,58 Sebuah systematic review tahun 2012 menunjukkan bahwa madu belum memiliki cukup bukti untuk direkomendasikan ataupun dilarang untuk meredakan batuk pada anak.62

Penelitian di Amerika Serikat tahun 2005-2006 menunjukkan pemberian madu dengan dosis setengah sendok teh (8,5 mg) untuk usia

2–5 tahun, 1 sendok teh (17mg) untuk usia 6–11 tahun dan 2 sendok teh

untuk usia 12–18 tahun bermakna mengurangi gejala batuk pada anak

rinitis dibandingkan dengan dextromethorphane ataupun no treatment.29

Penelitian di Iran tahun 2008 –2009 menguji efektifitas madu pada

anak dengan rentang usia yang lebih sempit yaitu 24 –60 bulan dengan

(22)

membersihkan hidung yang tersumbat dan penggunaan paracetamol bila demam. Hasilnya menunjukkan bahwa efektifitas madu bermakna dalam mengurangi frekuensi batuk, keparahan batuk dan kualitas tidur anak dan orang tua dibandingkan dextromethorpan, dipenhidramin dan terapi suportif.63

Penelitian di Israel tahun 2009, menguji efektifitas 3 jenis madu (madu eukaliptus, madu sitrus dan madu labiatae) dan placebo

untuk batuk pada anak dengan rinitis dengan rentang usia 1 –5 tahun.

Dosis madu 10gram, efektif untuk gejala batuk pada anak dengan rinitis dibandingkan plasebo, dan tidak ada perbedaan bermakna efektifitas diantara ketiga madu.2

Penelitian di Kenya tahun 2010 –2012 membandingkan efektifitas

madu dengan salbutamol dan placebo untuk gejala batuk pada anak

dengan rinitis, digunakan dosis madu 2,5 ml untuk usia 1 –2 tahun, 5 ml

untuk usia 2 –6 tahun, dan 7,5 ml untuk usia 6 –12 tahun. Madu

menurunkan skor batuk secara

signifikan dibandingkan placebo, namun tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan salbutamol.35

2.8.3. Efek Samping Pemberian madu

(23)
(24)
(25)

Gambar

Gambar 1. Mekanisme reflex batuk23Batuk biasanya disebabkan oleh aspirasi makanan atau cairan di jalan nafas yang menstimulasi saraf sensorik via nervus vagus untuk merangsang batuk
Tabel 2. Verbal category descriptive score36
Tabel 3. Likert cough assessment severity score38
Tabel 4. Komposisi madu44
+3

Referensi

Dokumen terkait

Isi Hal – hal apa saja yang dibicarakan dalam suatu wacana terkait dengan tema atau topik yang ada di dalamnya. Struktur wacana

Tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh arus kas, laba akuntansi, resiko investasi dan nilai kurs terhadap return saham studi pada perusahaan perbankan

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang merupakan penelitian ilmiah sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Pada penelitian

bahwa: 1) faktor-faktor motivasional mahasiswa memilih STIKES Maharani Malang dalam penelitian ini adalah: a) promosi, b) personal, c) kelompok primer, d) teman sebaya, e) keinginan

Diisi oleh penerbit/penulis sebelum buku diserahkan ke BSNP... KESESUAIAN URAIAN MATERI DENGAN SK DAN KD KELENGKAPAN KELUASAN KEDALAMAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Pasal 31 ayat 2: &#34;Setiap orang dengan sengaja atau tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau transmisi elktronik dan atau dokumen elektronik

U ovom poglavlju biti će prikazane sve scene interaktivne multimedijske slikovnice Palčica i pojašnjen dio priče koji opisuje scena i elementi na sceni Naslovna scena je

Imbalan yang diberikan pada saya setimpal dengan prestasi yang telah saya hasilkan.. Saya puas dengan kecekatan rekan kerja saya dalam menyelesaikan