• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi ASI Eksklusif di Desa Lalang Kecamatan Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi ASI Eksklusif di Desa Lalang Kecamatan Sunggal"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan mengenai bagaimana pengetahuan ibu menyusui mengenai pola pemberian ASI Eksklusif di Desa Lalang Kecamatan Sunggal pada saat ini. Dalam penulisan ini, Desa Lalang dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan letak desa tersebut berdekatan dengan tempat tinggal penulis. Hal ini dimaksudkan agar biaya yang diperlukan tidaklah terlalu banyak dan tentu saja untuk tidak memakan waktu yang lama di dalam melakukan penelitian lapangan.

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional diarahkan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan dilaksanakan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kualitas SDM dapat dibangun jika kesehatan SDM tidak mengalami penurunan karena kualitas SDM dapat dibentuk dari bayi dengan cara memberikan ASI Eksklusif karena dapat mencegah berbagai penyakit pada bayi.

Menyusui adalah suatu proses yang bersifat alami. Beragam ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku maupun literatur lainnya mengenai ASI1 (Air Susu Ibu), bahkan ibu yang buta huruf sekalipun

(2)

dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah terutama tentang menyusui, selalu terdapat beberapa kendala penunjang ketidak berhasilan pemberian ASI oleh ibu terhadap bayi.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 dilaporkan bahwa 65% populasi bayi di dunia berusia satu tahun atau kurang, hanya 35% bayi yang diberikan ASI secara eksklusif pada usia 0-4 bulan. Pada tahun 2012 UNICEF melaporkan bahwa 136,7 juta bayi lahir di dunia hanya 32,6% yang mendapatkan ASI secara eksklusif sampai usia 6 bulan. Suatu angka yang mengingatkan seluruh tenaga kesehatan akan pentingnya menyusun suatu strategi untuk meyakinkan setiap perempuan mampu dan mau menyusui bayinya sejak lahir hingga berusia 6 bulan.

Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun UNICEF memberikan klarifikasi mengenai rekomendasi jangka waktu Pemberian ASI Eksklusif. Rekomendasi Eksklusif bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentasi bayi yang menyusui secara eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah, terutama ibu bekerja sering mengabaikan pemberian ASI

(3)

dengan alasan kesibukan bekerja. Padahal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun.

Masih terdapat banyak kebiasaan memberi cairan pada bayi selama 6 bulan pertama yang masih dilakukan di banyak belahan dunia yang berakibat buruk bagi gizi dan kesehatan bayi, rendahnya pemberian ASI Eksklusif merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak. Seperti diketahui bayi yang diberi ASI setidaknya usia 6 bulan lebih rentan mengalami kekurangan nutrisi, walaupun secara kultural terdapat beragam pengetahuan masyarakat mengenai sumber nutrisi lain yang dapat diberikan kepada bayi pada rentang usia 6 bulan namun ketika hal ini dihadapkan pada aspek kesehatan menjadi suatu hal yang kontradiksi karena memuat hal lain yang mempengaruhi tata cara berfikir dan berbuat.

Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya. Peningkatan sesuai dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama – sama dengan makanan padat setelah bayi berumur enam bulan.

(4)

Eksklusif. Selain itu kurangnya dukungan tenaga kesehatan, fasilitas, pelayanan kesehatan, dan produsen makanan bayi menghambat keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya.

Di pedesaan, persentase pemberian makanan prelakteal non-susu (air putih, air gula, air tajin, air kelapa, sari buah, teh manis, madu, pisang, nasi/bubur, dan lainnya) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Menurut tingkat pendidikan dan status ekonomi terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan dan status ekonomi, cenderung semakin tinggi persentase pemberian makanan prelakteal berupa susu. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan dan status ekonomi, semakin tinggi persentasi pemberian makanan prelakteal non-susu (air putih, air gula, air tajin, air kelapa, sari buah, teh manis, madu, pisang, nasi/bubur, dan lainnya).

(5)

Pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor sosial budaya, pengaruh promosi susu formula, dukungan petugas kesehatan, kesehatan ibu, status pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan serta sikap ibu. Pengaruh kebudayaan barat, urbanisasi dan kemajuan teknologi menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat.

Memberi ASI pada bayi dianggap tidak modern dan menempatkan ibu pada kedudukan lebih rendah dibandingkan dengan ibu golongan atas. Perkembangan industri susu formula yang pesat dengan berbagai promosi di media massa dapat menyebabkan salah pengertian. Pemberian susu formula dianggap lebih baik daripada ASI. Pengetahuan dan sikap petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI sangat menentukan keberhasilan ibu menyusui. Disamping itu kondisi kesehatan bayi dan ibu sangat berpengaruh dalam pemberian ASI. Bayi sehat, tidak mengidap penyakit tertentu dan tidak mengalami kecacatan lebih mudah untuk menyusu dan sebaliknya. ASI yang diproduksi jumlahnya cukup apabila kondisi kesehatan ibu baik dan konsumsi makanannya cukup dari segi kualitas dan kuantitas.

(6)

Pendapat Sayogyo pada tahun 1994 yang menyatakan bahwa dengan semakin meningkatnya sosial ekonomi keluarga akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam susunan makanan baik jenis maupun jumlahnya. Semakin meningkatnya pendapatan semakin bertambah pula persentase pembelanjaan termasuk makanan pengganti ASI sehingga ibu cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif. Tekanan ekonomi memaksa ibu bekerja untuk mencari penghasilan sehingga tidak mempunyai kesempatan memeberikan ASI secara eksklusif. Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu berpengaruh dalam praktek menyusui. Semakin tinggi tingakat pendidikan ibu, pengetahuan ibu semakin baik. Hal ini akan memberi kecenderungan ibu dalam bersikap dengan memberikan yang terbaik bagi bayi yaitu dengan memberikan ASI Eksklusif.

1.2 Tinjauan Pustaka

(7)

1.2.1 Kebudayaan

Koentjaraningrat (1996:72-73) mengatakan kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dimana perkembangan si anak akan sangat berpengaruh dari bagaimana si ibu dapat memenuhi kebutuhan makanan anaknya, karena sejak lahir anak langsung berhadapan dengan keluarga terutama ibu, dalam sebuah keluarga ibu mempunyai peranan penting dalam merawat dan memperhatikan kesehatan anaknya. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasakannya dengan belajar (yaitu tindakan naluri, releksi, atau tindakan-tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai tindakan-tindakan membabibuta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan nalurinya (misalnya makan, minum, dan berjalan) juga telah banyak dirombak oleh manusia sendiri sehingga terjadi tindakan kebudayaan.

(8)

yang digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan tempat tinggal. Lebih lanjut konsep kebudayaan sebagaimana pendapat E.B Tylor

(1871:1) yang mengatakan bahwa :

Culture or “ivilization ... is that “omplex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired

by man as a member of so“iety.

Terjemahan bebas :

"Budaya atau peradaban ... adalah bahwa keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat."

Secara umum pendapat Tylor (1871:1) mengenai kebudayaan dapat diartikan bahwa kebudayaan atau peradaban merupakan suatu bentuk secara keseluruhan yang didalamnya terdapat aspek pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, norma, dan kemampuan lainnya serta perilaku yang diperlukan oleh individu manusia sebagai anggota dari masyarakat.

Aspek pengetahuan dalam kebudayaan menurut Kottak (2007:42) mengungkapkan bahwa ―On the basis of cultural learning, people create,

remember, and deal with ideas‖. Dalam hal ini, Kottak (2007:42) menyatakan

bahwa dasar dari suatu bentuk pembelajaran kebudayaan adalah penciptaan oleh masyarakat, mengingat dan kesepakatan terhadap beragam ide dalam kehidupan.

(9)

but of individuals as members of group. Culture is transmitted in society.‖ Secara

sederhana diartikan bahwa kebudayaan merupakan bentuk atribusi yang tidak mewakili individu secara tunggal melainkan individu sebagai bagian dari kelompok dan kebudayaan disebarluaskan melalui bentuk kehidupan masyarakat.

1.2.2 Antropologi Kesehatan

Kalangie (1994:101) mengatakan antropologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosiobudaya, biobudaya, dan ekologi budaya dari kesehatan dan kesakitan yang dilihat dari segi fisik, jiwa, dan sosial serta perawatannya masing-masing dan interaksi antara ketiga segi ini dalam kehidupan masyarakat, baik pada tingkat individual maupun tingkat kelompok keseluruhannya.

Mengutip pendapat Winkelman (2009:2) yang mengatakan bahwa : ―Medical anthropology is the primary discipline addressing the interfaces of medicine, culture, and health behavior and incorporating cultural perspectives into clinical settings and public

health programs.‖

Secara singkat pendapat tersebut menitikberatkan pada korelasi antara

pengobatan, dan perilaku kesehatan dalam perspektif kebudayaan menuju

kesehatan klinis dan program kesehatan umum. Dalam penelitian ini pandangan

antropologi kesehatan dipergunakan untuk mendeksripsikan mengenai

pengetahuan yang terdapat pada masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif

oleh ibu menyusui dan juga pengetahuan masyarakat lainnya mengenai nutrisi

(10)

Memberikan ASI Ekslusif pada bayi sampai dengan usia enam bulan dan diteruskan sampai usia dua tahun dapat menjamin kesehatan dan status gizi yang optimal pada bayi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Bagaimana pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif ? 2. Apa saja hambatan dalam pemberian ASI Eksklusif?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana perkembangan ibu – ibu zaman sekarang terhadap pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya khususnya di Desa Lalang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Manfaat Penelitian :

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan keilmuan dalam bidang Antropologi Sosial.

2) Penelitian ini diharapkan untuk menambah khasanah keilmuan tentang ASI Eksklusif.

3) Bagi peneliti, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan mengembangkan kemampuan dalam melakukan penelitian.

1.5 Metode Penelitian

(11)

membangun pandangan masyarakat yang diteliti secara rinci dan runtut, dibentuk dengan kata – kata dan gambaran holistik.

Melakukan rapport merupakan suatu hal yang mutlak di lapangan.

Rapport bertujuan untuk memperoleh data yang akurat di lapangan. Terjalinnya

rapport memudahkan peneliti dalam menggali data tertutama dengan informan-informan. Sehingga hubungan yang baik dilakukan terlebih dahulu agar peneliti tidak menemukan kesulitan karena tidak terjalinnya hubungan secara baik yang membuat informan tidak dengan mudah memberikan informasi. Rapport yang terjalin membuat informan tidak sungkan dan merasa curiga kepada peneliti yang dapat menghambat dalam perolehan data. Sebagai seorang peneliti, peneliti adalah orang yang sedang belajar yang memposisikan diri tidak tahu apa-apa terkait permasalahan penelitian sehingga informan merupakan guru yang menjadi tempat bertanya.

Untuk memperoleh data – data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1.5.1 Teknik Observasi

Observasi adalah suatu tindakan untuk mengamati suatu gejala (tindakan atau peristiwa atau peninjauan secara cermat dan langsung dilapangan maupun lokasi penelitian).

(12)

teks atau bahan – bahan tertulis, baik itu jurnal, buku, koran, serta literatur yang berasal dari internet. Sepanjang bahan tersebut relevan dengan topik penelitian, menambah, memperdalam dan memperluas pemahaman, maka bahan tersebut dapat dijadikan sumber informasi terkait topik yang dikaji.

Observasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan kegiatan pengamatan langsung dilapangan dan peneliti juga berusaha sedekat mungkin membangun rapport dengan informan dengan menggunakan kacamata informan yang diteliti atau emic view.

Ketika peneliti melakukan observasi, maka ketika hal itu berlangsung peneliti mencatat apa saja yang ditangkap dan disaksikan. Catatan – catatan lapangan ini berfungsi sebagi alat bantu dalam pengolahan data.

1.5.2 Teknik Wawancara

Selain teknik observasi, peneliti menggunakan teknik wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara dilakukan secara langsung dan terbuka dengan informan yang diteliti. Wawancara ini dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview).

(13)

daftar pertanyaan yang disusun peneliti sebelum melakukan wawancara dilapangan atau lebih dikenal dengan interview guide. Interview guide ini bersifat terbuka. Maksudnya adalah apabila selama wawancara peneliti menemukan jawaban – jawaban yang tidak dimengerti atau merupakan sebuah hal yang baru, maka peneliti dapat mengubah dan mengembangkan pertanyaan di dalam

interview guide guna mempertajam data yang dicari.

Wawancara sambil lalu juga dilakukan peneliti dalam pengumpulan data. Wawancara sambil lalu dilakukan melalui percakapan – percakapan biasa dan sederhana. Tetapi dalam percakapan yang terjadi, peneliti juga tetap memfokuskan pertanyaan – pertanyaan penelitian. Hal ini dilakukan agar percakapan yang terjadi antara peneliti dengan subjek penelitian tidak terlalu kaku. Teknik wawancara ini juga dilakukan untuk memperkuat data yang sebelumnya didapat dari observasi dan wawancara mendalam.

(14)

1.5.3 Informan

Informan dalam penelitian ini adalah ibu menyusui sebagai informasi kunci dengan kategorisasi ibu yang sedang melakukan proses pemberian ASI Eksklusif pada bayi, ibu yang sudah pernah memberikan ASI Eksklusif.

Masyarakat secara umum dalam penelitian ini dikategorikan sebagai informan biasa dan menambah pemahaman serta pengetahuan umum mengenai pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui.

Selain itu, tenaga kesehatan (perawat, dokter dan lainnya) juga turut menjadi informan penelitian, agar pendeskripsian data penelitian dilakukan secara holistik.

1.5.4 Analisis Data

Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwasanya dalam penelitian ini penulis berusaha bersifat objektif terhadap data yang diperoleh dilapangan. Dari semua data yang telah dikumpulkan, peneliti harus memilah dan memeriksa kembali kelengkapan data lapangan dan hasil wawancara.

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Lalang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, penelitian ini akan difokuskan di dalam Komplek Abdul Hamid Nasution. Pemilihan lokasi dilakukan dengan beberapa kriteria :

1. Jarak tempuh yang relatif dekat dengan tempat tinggal penulis, 2. Terdapat ibu menyusui dan ibu yang telah selesai menyusui anak,

(15)

maupun menyusui secara umum.

1.7 Pengalaman Penelitian

Penelitian ini sebenarnya sudah lama dimulai oleh penulis lebih tepatnya semenjak tanggal 31 Juli 2015. Namun penelitian ini sempat tertunda penyelesaiannya karena satu dan lain hal. Alasan pemilihan judul penelitian ini dikarenakan penulis baru saja menjenguk sepupu yang melahirkan keponakan berjenis kelamin perempuan di kota Siantar yang lahir pada tanggal 26 Juli 2015. Sepulangnya dari kota Siantar itulah penulis memiliki ide untuk mengangkat judul penelitian ini. Akan tetapi penelitian tidak dilakukan di kota Siantar, melainkan di Desa Lalang agar tidak memakan waktu dan biaya yang banyak.

Pertama sekali sekitaran pukul 16.00, penulis mendatangi tetangga depan rumah yang kebetulan memiliki anak bayi laki- laki sehat dan gendut berumur 8 bulan 15 hari. Namanya Kak Maria dan ia adalah seorang ibu rumah tangga. Dulunya Kak Maria ini memang bekerja sebagai karyawan salon, namun setelah melahirkan ia pun tidak melanjutkan pekerjaannya tersebut. Alasan Kak Maria tidak melanjutkan pekerjaannya sebagai karyawan salon dikarenakan ia memang ingin mengurus sendiri anaknya. Maklum saja, ia sudah lama menikah namun baru ini diberikan anak oleh Yang Maha Kuasa. Jadi menurutnya, ia harus benar-benar mengawasi tumbuh kembang anaknya.

(16)

wawancara biasa saja tanpa menjelaskan maksud dan tujuan penulis. Namun setelah sekitar 10 menit kami berbincang, barulah penulis menjelaskan maksud dan tujuan penulis melakukan wawancara ini. Kak Maria pun merespon dengan baik dan memberikan informasi tentang pemberian ASI Eksklusif kepada penulis.

Menurut Kak Maria, ia memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya 6 bulan lamanya tanpa diselingi makanan lainnya (hanya ASI saja), air putih pun tidak ia berikan. Setelah wawancara dilakukan 45 menit, Kak Maria pun izin untuk menyudahi wawancara dikarenakan anaknya sudah selesai makan dan gerah serta ingin memandikannya. Penulis pun menyudahi wawancara dan mengucapkan terima kasih. Kak Maria pun berpesan bila ada data yang masih kurang untuk keperluan penelitian, penulis bisa kapan saja mendatangi rumahnya kembali.

Pada tanggal 24 Agustus 2015, penulis mengajukan judul kepada Bapak Fikarwin Zuska sebagai ketua jurusan Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara dan Alhamdulillah disetujui. Tiga hari setelahnya, surat untuk dosen atas kesediaan menjadi pembimbing proposal skripsi pun keluar dan langsung penulis menghubungi dosen pembimbing yang ditunjuk yaitu Bapak Nurman Achmad yang sedang berada di luar kampus pada saat itu. Penulis langsung menuju tempat yang dimaksud dosen pembimbing dengan tujuan mendapatkan tanda tangan kesediaan beliau menjadi pembimbing penulis.

(17)

usaha jualan bakso di depan rumahnya sendiri. Informan dengan tidak adanya bantuan dari siapa – siapa ini tergolong giat dalam membantu suami memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Bagaimana tidak? Informan dengan memilik tiga anak yang tergolong masih kecil ini menyiapkan segala sesuatu untuk urusan jualan sendirian tanpa bantuan orang lain. Belum lagi ditambah untuk urusan rumah tangga (membersihkan rumah, memasak, mengurus anak, dan lain-lain).

Pertama sekali penulis melakukan pendekatan dengan menjadi konsumen informan. Sambil menikmati jajanan yang disajikan informan, penulis pun mengutarakan niatnya untuk melakukan wawancara. Hal ini pun direspon sangat baik oleh informan kedua.

Kak Siti yang pada saat itu sedang menidurkan anak bayinya di ayunan pun mulai bercerita tentang pengalamannya memberikan ASI kepada anaknya. Penulis pun menyimak dengan cermat apa yang diucapkan informan. Setelah wawancara dilakukan selama satu jam lebih tiga puluh menit, penulis meminta izin untuk menyudahi wawancara dikarenakan penulis sakit perut. Informan pun mengizinkan penulis untuk pulang kerumah terlebih dahulu dan berjanji akan memberikan data yang diperlukan lagi di lain waktu. Wawancara selanjutnya dilakukan pada tanggal 12 September 2015 pukul 15.00 dengan informan yang sama yaitu Kak Siti.

(18)

melakukan wawancara. Seperti informan lainnya, Kak Yuni pun menyambut baik maksud dan tujuan penulis. Wawancara dilakukan selama sekitar satu jam dan karena hari sudah semakin gelap, penulis meminta izin untuk menyudahi wawancara dan melanjutkannya esok pagi.

Keesokan paginya pukul 09.00 disaat informan sedang membeli jamu gendong yang kebetulan sering lewat di lokasi penelitian, penulis kembali menyapa dan informan pun segera tahu maksud dan tujuan penulis. Langsung saja penulis dibawa ke teras rumah guna melakukan wawancara yang sempat tertunda kemarin. Kurang lebih 45 menit, wawancara pun dirasa cukup. Penulis pamit dan mengucapkan terima kasih banyak.

Pada tanggal 28 September pukul 19.30, penulis menjumpai informan keempat yang merupakan tetangga beda lima rumah dengan rumah penulis. Yang juga kebetulan mempunyai usaha kedai sampah dan jajanan anak – anak. Namanya Ibu Yanti. Hal ini dirasakan penulis sebagai suatu keuntungan dikarenakan penulis sambil melakukan wawancara juga menjadikan dirinya sebagai konsumen jajanan yang dijajakan Ibu Yanti tersebut. Dengan berbekal Rp.5000,-, penulis pun melakukan wawancara. Tentu sebelumnya sudah diberitahukan maksud dan tujuan dari wawancara yang dilakukan ini.

Ibu Yanti ini sendiri memang tergolong sudah berpengalaman, karena umur yang sudah tidak muda lagi dan anaknya sudah tiga orang. Wawancara dengan informan keempat ini dilakukan kurang lebih selama satu jam dan setelah itu penulis pun pamit dan mengucapkan terima kasih.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan Perusahaan untuk menghitung EBITDA dapat berbeda dengan metode penghitungan yang dilakukan oleh perusahaan lain dan karenanya tidak dapat

[r]

[r]

"Terlepas dari terpaan krisis keuangan dalam dunia bisnis sepanjang tahun 2011, kami tetap berupaya untuk fokus dalam meraih pertumbuhan pendapatan yang berkesinambungan,

[r]

[r]

Telah dapat dibangun suatu sistem pengambilan keputusan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process untuk menentukan urutan prioritas dalam penentuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan, bahwa langkah dan strategi Wilayatul Hisbah dalam mencegah lesbian, gay, biseksual dan transgender