• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Academic Self Management Dengan Pola Penggunaan E-learning Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Academic Self Management Dengan Pola Penggunaan E-learning Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SELF MANAGEMENT 1. Definisi Self Management

Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Gie (2000) self management berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur kemampuan dirinya, mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi. Self management diperlukan bagi seseorang agar mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berkualitas dan bermanfaat dalam menjalani kehidupannya. Self management juga membantu orang-orang untuk mengarahkan setiap prilakunya kepada hal-hal positif dan dapat mengatur dirinya ke arah yang lebih baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

(2)

dapat dikatakan bahwa self management menjadi aspek dalam membentuk self-regulated learning. Jadi ketika individu sudah meregulasi dirinya, maka individu

tersebut memiliki self management, namun ketika individu mampu memanajemen dirinya belum tentu individu tersebut sudah meregulasi dirinya.

2. Definisi Academic Self Management

Self management juga berfokus dalam bidang pendidikan yang dikenal dengan Academic self management dan dimiliki oleh pelajar baik siswa maupun mahasiswa. Menurut Menurut Cormier & Cormier (1985), self management adalah suatu proses dimana seseorang mengarahkan tingkah lakunya sendiri dengan menggunakan satu strategi. Pendapat tersebut sejalan dengan Dembo (2004) menyatakan academic self management adalah strategi yang digunakanpelajar untuk menggontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, yang meliputi strategi prilaku (manajemen waktu, dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi serta usasha) dan strategi cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa academic self management merupakan suatu pengaturan diri untuk membuat strategi dalam

(3)

3. Komponen Academic Self Management

Zimmerman & Risemberg (dalam Dembo, 2004), terdapat lima komponen dalam academic self management, yaitu:

a. Motivasi

Motivasi merupakan proses internal yang memberikan perilaku yang berenergi dan terarah. Proses internal tersebut seperti tujuan seseorang, keyakinan, persepsi, dan juga harapan. Misalnya, ketekunan dalam mengerjakan tugas berhubungan dengan seberapa kompeten kamu dapat menyelesaikan tugas tersebut. selain itu, keyakinan seseorang tentang penyebab keberhasilan dan kegagalan pada tugas-tugas ini mempengaruhi motivasi seseorang dan tindakannya pada tugas-tugas dimasa yang akan datang.

Salah satu perbedaan utama dari pelajar yang sukses dan pelajar yang tidak sukses adalah dalam hal motivasi, pelajar yang sukses mampu memotivasi dirinya sendiri walaupun dia sedang berada dalam kondisi yang kurang baik, sedangkan pelajar yang tidak sukses cenderung sulit untuk mengatur motivasi mereka. Pelajar yang sukses seharusnya mampu berkonsentrasi dan yakin dengan kemampuannya dan pengaruh dari lingkungan.

(4)

menyebabkan motivasi seseorang menjadi menurun. Untuk menjadi pelajar yang sukses, seharusnya mampu untuk berkonsentrasi dan tanggap dengan lingkungan yang mengganggu. Setiap pelajar melewati setiap proses yang berbeda untuk mengatur perilakunya.

b. Metode Belajar

Metode belajar sering juga dikenal sebagai strategi belajar. Strategi belajar merupakan suatu metode yang digunakan pelajar untuk mendapatkan informasi. Pelajar dengan prestasi yang tinggi menggunakaan strategi belajar yang lebih baik daripada pelajar yang memiliki prestasi yang rendah. Strategi belajar yang dapat digunakan seperti menggarisbawahi kalimat yang penting, meringkas, dan menguraikan.

Pelajar yang sukses diharapkan memiliki strategi pembelajaran yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memperlengkapi hal-hal yang membantu pelajar dalam memahami sesuatu. Seperti membuat catatan kecil ketika guru menerangkan sehingga pada waktu ujian memiliki gambaran tentang poin-poin penting dan memudahkan untuk menghafal bahan pelajaran.

c. Penggunaan Waktu

(5)

pelajar mengalami kesulitan dalam waktu, dia akan mengalami kesulitan untuk mengatur tugas mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

d. Lingkungan Fisik dan Sosial

Komponen ini berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk merekonstrusi lingkungan fisik dan sosial untuk memenuhi kebutuhan pelajar. Merekonstruksi lingkungan fisik berhubungan dengan tempat untuk belajar yang tenang dan tidak mengganggu kegiatan belajar. Merekonstruksi lingkungan sosial berhubungan dengan kemampuan individu untuk menentukan kapan dia harus belajar dalam kelompok, belajar sendiri atau dengan teman, kapan waktunya dia membutuhkan bimbingan dosen, guru pribadi, ataupun melalui sumber nonsosial (seperti melalui referensi buku atau menggunakan internet).

e. Performansi

(6)

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Academic Self Management

Dembo (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi academic self management, yaitu:

a. Faktor personal dan sosiokultural

Faktor personal meliputi bagaimana sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang dibawa siswa sampai ke perguruan tinggi berdasarkan pengalaman pribadi dan sosial budaya mereka. Hal ini mempengaruhui bagaimana motivasi, perilaku, dan kelangsungan studi pelajar. Selain itu, faktor sosiokultural juga mempengaruhi bagaimana motivasi siswa, hal tersebut dapat dilihat dari level sosioekonomi, tingkat pendidikan orangtua, dan harapan orangtua dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku pelajar.

b. Faktor lingkungan kelas

Faktor lingkungan yang mempengaruhi academic self management akan mempengaruhi bagaimana academic self management pelajar di dalam kelas, seperti jenis tugas yang diberikan, perilaku instruktur, dan metode pembelajaran.

c. Faktor internal

(7)

5. Strategi Dari Academic Self Management

Menurut Dembo (2004), strategi dari academic self management dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Strategi motivasi

Strategi motivasi seperti menyusun tujuan dan meregulasi emosi serta usaha. Perencanaan tujuan meliputi proses membuat standart untuk performansi. Tujuan membantu pelajar untuk lebih aware terhadap hasil dan menentukan apa yang ingin dilakukannya.. Emosi akademik dapat mempengaruhi proses belajar seseorang, kontrol diri, dan pencapaian akademik. Komponen utama dalam menentukan emosi yaitu self talk. Self talk berfungsi untuk memicu seseorang untuk menjadi produktif dalam belajar

b. Strategi prilaku

(8)

kapan waktunya untuk mencari bantuan dari tutor, teman sebaya, dan sumber nonsosial lain.

c. Strategi cara belajar

Strategi cara belajar meliputi belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, dan dalam menjalani ujian. Sebagai seorang pembaca yang belajar mealui buku bacaan diharapkan mampu menentukan poin-poin penting dari bacaan, meringkas informasi, memperoleh pemahaman dan kesimpulan dari materi yang sudah dibaca. Pada saat dosen memberikan informasi diharapkan seorang pelajar mampu memperoleh pesan yang disampaikan oleh dosen. Pelajar juga diharapkan mempersiapkan dirinya sebelum mengikuti ujian dengan mengulangi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.

B. E-LEARNING

1. Pengertian E-learning

Perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindari. Kemajuan teknologi berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Salah satu respon positif dari perkembangan teknologi tersebut adalah pembelajaran berbasis e-learning. E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan singkatan dari 'electronica' dan 'learning' yang berarti 'pembelajaran'. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat

(9)

video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya yang didukung dengan penggunaan teknologi sebagai medianya (Santrock, 2007)

E-learning sendiri memiliki berbagai macam pengertian. Menurut Naidu

(2006), e-learning merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat Rosenberg (2006), yang mengatakan bahwa e-learning merupakan penggunaan teknologi internet untuk menciptakan atau mengirimkan lingkungan pembelajaran yang meliputi sekumpulan sumber instruksi, informasi, dan solusi, yang bertujuan untuk meningkatkan performansi individu dan organisasi. Pada umunya, e-learning merupakan proses pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, yang bertujuan agar pelajar dan pengajar dapat berkomunikasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Santock (2007) yang menyatakan bahwa internet merupakan inti dari komunikasi melalui komputer.

(10)

2. Pola Penggunaan E-Learning

Menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006) ada empat pola penggunaan e-learning, yaitu:

a. Individual self-paced e-learning online yang mengarahkan pada situasi pelajar yang mengakses intranet atau internet menjadi sumber belajar. Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang sedang belajar sendiri atau mengadakan penelitian pada internet atau jaringan lokal.

b. Individual self-paced e-learning offline yang mengarahkan pada situasi pelajar yang tidak menggunakan intranet atau internet sebagai sumber belajarnya. Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang belajar melalui media seperti CD dan DVD.

c. Group-based e-learning synchronously yang mengarah pada situasi sekelompok pelajar, belajar bersama dalam waktu yang nyata melalui media intranet atau internet. Hal ini meliputi komunikasi dua arah yang menggunakan audio dan video konferensi

(11)

3. Kelebihan E-learning

Menurut Bates dan Wulf (dalam Nisa, 2012) pembelajaran melalui e-learning memiliki kelebihan, antara lain:

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity).

b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place exibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja.

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). Dengan eksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah

peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar.

(12)

tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah.

4. Kekurangan E-learning

Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. beberapa kritik mengenai e-learning menurut Yahfizham (2014) yaitu :

a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan yang diajar bahkan sesama diajar itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.

c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan d. Berubahan peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran

konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan TIK.

e. Yang diajar tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.

(13)

C. MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya dalam kaitannya dengan perguruan tinggi, sedangkan perguruan tinggi didefenisikan sebagai lembaga pendidikan formal di atas sekolah lanjutan menengah ke atas yang terutama memberikan pendidikan teori dari suatu ilmu pengetahuan, disamping mengajarkan keterampilan (skill) tertentu (Sarwono dalam Nugraha, 2001).

Menurut Papalia (2003), mahasiswa termasuk dalam tahap pencapaian (achieving stage), yaitu tahap indivdu menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai kemandirian dan kompetensi, misalnya dalam hal karir dan keluarga. Masa di kampus merupakan tempat dimana mahasiswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu mereka secara intelektual, dan meningkatkan kemampuan dalam hal bekerja serta meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan

(14)

ilmu budaya, fakultas MIPA, fakultas FISIP, fakultas keseharan masyarakat, fakultas keperawatan, fakultas psikologi, fakultas farmasi, dan faultas fasilkom.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari mahasiswa USU program strata-1 fakultas psikologi. Mahasiswa psikologi adalah individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi, dimana individu dituntut untuk menguasai teori-teori psikologi. Batasan umur untuk mahasiswa tidaklah bersifat mutlak, karena realita di lapangan, banyak individu yang menyandang gelar mahasiswa kurang dari usia yang tertulis ataupun lebih dari batas atas. Fakultas Psikologi USU memberikan fasilitas belajar menggunakan e-learning, seperti menyediakan OHP pada setiap kelas, menyediakan jaringan internet untuk membantu mahasiswa mencari referensi di internet. Hampir seluruh mahasiswa di Fakultas Psikologi USU pernah melakukan e-learning, termasuk dalam kegiatan perkuliahan. Pemanfaatan e-learning ini sendiri dimulai dari pengisian Kartu Rencana Studi secara online setiap semester, kuliah online pada matakuliah tertentu, dan pemutaran film dalam bentuk audiovideo dalam perkuliahan tertentu, serta pengiriman tugas kelompok maupun individu melalui email.

D. HUBUNGAN ACADEMIC SELF MANAGEMENT DENGAN

PENGGUNAAN E-LEARNING PADA MAHASISWA PSIKOLOGI USU

(15)

belajar. Dalam menjalankan proses belajar mahasiswa dituntut untuk memanfaatkan hal-hal yang bisa membantu proses belajar mengajarnya, salah satunya dengan memanfaatkan e-learning.

E-learning memiliki pengaruh yang positif terhadap mutu belajar mahasiswa. Ketika mahasiswa memanfaatkan elearning dengan intensif maka mutu belajar mahasiswa juga akan meningkat (Karwati, 2014). Mahasiswa Fakultas Psikologi menggunakan e-learning untuk mendukung proses belajarnya. Mahasiswa terdorong untuk menggunakan e-learning karena dapat diakses dimana saja dan kapan saja, tampilannya lebih menarik dibandingkan menggunakan buku. E-learning juga dapat berbentuk audio, visual, maupun audiovisual. E-learning

dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Pembelajaran e-learning dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok. Pola e-learning yang mendukung pembejaran seperti indidualized self-paced e-learning online, individualized self-paced e-learning

offline, group based e-learning synchronously, dan group based e-learning asynchronously (Naidu, 2006).

(16)

mahasiswa seperti media sosial, dimana penggunaannya dapat berupa mengakses tutorial yang mendukung kegiatan belajar, memperoleh informasi yang ada di mancanegara, mengakses jurnal-jurnal online.

Pola e-learning individualized self-paced e-learning offline mengacu pada situasi seorang pelajar yang menggunakan sumber belajar seperti perangkat elektronik dan tanpa melibatkan jaringan internet. Melalui pola ini maka mahasiswa akan cenderung mengontrol, memonitoring serta melibatkan media elekronik yang dapat mendukung proses belajar seperti laptop, smartphone, CD-ROM. Selain menggunakan perangkat elektronik, mahasiswa juga dapat memanfaatkan software atau aplikasi yang ada dalam perangkat elektronik tersebut. mahasiswa biasanya akan belajar menggunakan powerpoint slide dosen ataupun makalah dalam bentuk softcopy.

Pola e-learning group based e-learning synchronously mengacu pada situasi kelompok pelajar yang berinteraksi dengan melibatkan jaringan internet dan saling terhubung dalam waktu yang sama. Hal ini termasuk konferensi berbasis chat, dan audio ataupun video yang saling terhubung satu arau dua arah. Terakhir

pada pola e-learning group based e-learning asynchronously mengacu pada situasi dimana sekelompok pelajar bekerja melalui internet atau internet dan dalam pertukaran atau proses pembelajaran antara anggota kelompok terjadi dengan jeda waktu.

(17)

belajar yang disebut sebagai academic self management. Academic self management merupakan pengaturan untuk membuat strategi dalam pendidikan

yang digunakan oleh pelajar untuk bisa mengatur cara belajarnya dengan mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam belajar. Terdapat 3 strategi dalam academic self managmenet yang dapat membantu mahasiswa untuk belajar, yaitu strategi motivasi, perilaku, dan cara belajar (Dembo, 2004).

Strategi motivasi dapat melibatkan mahasiswa untuk terdorong menggunakan e-learning. Melalui e-learning mahasiswa mendapatkan proses pembeljaran yang

(18)

Melalui academic self management, mahasiswa mampu mengurangi bahkan menghindari hal-hal apa saja yang dapat menghambat perkembangannya dalam akademik, seperti terlalu banyak mengikuti organisasi, kurangnya komitmen dalam belajar, penggunaan media sosial yang berlebihan, dan sebagainya. Sedangkan hal-hal yang mendukung perkembangan akademiknya, seperti metode belajarnya ataupun waktu yang efektif digunakan untuk belajar. Seseorang yang memiliki academic self management yang baik umumnya mampu untuk mengatur dirinya sendiri, tanpa harus melibatkan orang lain.

(19)

E. HIPOTESA PENELITIAN

Berdasarkan uraian teoritis, maka peneliti membuat hipotesa, yaitu a. Hipotesa Mayor:

Terdapat hubungan antara academic self management dengan pola penggunaan e-learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.

b. Hipotesa minor:

1. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola Individual self-paced e-learning online pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.

2. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola Individual self-paced e-learning offline pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.

3. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola Group-based e-learning synchronously pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.

Referensi

Dokumen terkait

Uji t test menunjukkan bahwa metode multimedia memiliki perbedaan dengan metode tatap muka dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang ASI dan menyusui.. Kata kunci :

Tabel 4.10 Tabel Koefisien Determinan Variabel Produk Terhadap Keputusan Pembelian.

Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) di Air dan Sedimen pada Aliran Sungai Percut Provinsi Sumatera Utara.. Universitas

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Desain Didaktis Sifat-Sifat Bangun Ruang Sisi Datar untuk

[r]

Dengan pelaksanaan sisitem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) yang telah diterapkan, maka kesalahan akan perhitungan atau kurang akuratnya data yang

Dalam rangka meningkatkan reputasi jurnal ilmiah nasional menjadi jurnal bereputasi internasional dan terindeks, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Direktorat

Baku  Mutu  Air  Limbah  Bagi  Usaha  dan/atau  Kegiatan  Eksplorasi  dan  Produksi  Panas  Bumi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini;..