1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON TAYANGAN FILM KARTUN DI TELEVISI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR ANAK DI
RUMAH
(Studi Eksplanatif tentang hubungan antara menonton film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar anak di rumah pada siswa/i MI Nurul Hikmah
Malang)
Eva Anggraini 1
ABSTRACT
Eva Anggraini, 081122012. Penelitian ini berjudul Hubungan antara
Perilaku Menonton Tayangan Film Kartun di Televisi dengan Kedisiplinan Belajar pada Anak di MI Nurul Hikmah Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Perilaku Menonton Tayangan Film Kartun di Televisi dengan Kedisiplinan Belajar pada Anak di MI Nurul Hikmah Malang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif, jenis penelitiannya adalah penelitian explanatory dengan tipe Corelational research (penelitian hubungan). Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional non-eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MI Nurul
Hikmah Malang yang berjumlah 178 siswa. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah Purposive Sampling. Dari enam kelas, dipilih kelas IV, V, dan VI. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sejumlah 82 responden.
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
menonton tayangan film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar anak di rumah. Koefisien korelasi yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang berbalik arah antara menonton tayangan film kartun dengan kedisiplinan belajar anak. Dalam hal ini H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara perilaku menonton tayangan film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar anak di rumah
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari kebutuhan akan berbagai hiburan. Menonton televisi telah menjadi salah satu aktivitas keseharian yang paling digemari oleh masyarakat dalam mengisi waktu luang mereka. Televisi menjadi media massa paling populer bagi masyarakat saat ini karena mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat dibandingkan media massa lain (Purba, 2005, h. 58).
Televisi sebagai salah satu produk dari teknologi informasi yang paling banyak digemari pada saat ini mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa (Garrison, 2006 dalam Ramadhani, 2010, h. 4). Namun demikian kehadiran televisi juga tidak terlepas dari pengaruh negatif sehingga tidak menutup kemungkinan apabila televisi sering berbenturan dengan hal atau kepentingan lain, seperti belajar. Pada jam-jam belajar pun tidak jarang acara televisi khususnya film kartun disajikan oleh beberapa stasiun televisi.
Sebagian besar anak-anak merasa lebih nyaman duduk di depan televisi ketimbang bermain di luar rumah. Seorang anak dapat menghabiskan tiga sampai empat jam perharinya untuk duduk menonton televisi, tapi tak sedikit anak yang menonton televisi lima sampai enam jam perhari bahkan lebih pada hari-hari tertentu, seperti Sabtu dan Minggu (Hidup, 2008).
Penggunaan media yang berlebihan sering kali dinilai sebagai sesuatu yang berbahaya dan tidak sehat (terutama bagi anak-anak), mendorong kecanduan, keterasingan dari realitas, mengurangi kontak sosial, pengalihan dari pendidikan dan pergeseran aktivitas yang lebih berguna. Penambahan waktu yang dihabiskan di depan televisi akan menurunkan prestasi belajar anak, kebiasaan menonton televisi secara pasti menurunkan kemampuan anak untuk membaca (McQuails, 2011, h. 154).
Teori dan Konsep
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
tersebut sering digunakan untuk menjelaskan perubahan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh terpaan media (McQuail, 2000, h. 417-421).
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu/penonton berat (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak
„the television type”. Kelompok yang termasuk heavy viewer merupakan orang – orang yang akan lebih mudah terpengaruh. Kaitannya dengan penelitian ini adalah anak-anak yang tergolong heavy viewer akan lebih terpengaruh yaitu dalam hal kedisiplinan belajar. Sehingga dapat menggangu jam- jam belajar yang telah ditentukan. Kelompok kelas pecandu ringan (light viewers) adalah mereka yang menonton televisi kurang dari 2 (dua) jam setiap harinya (Nurudin, 2007, h. 167).
Dampak televisi dapat mempengaruhi waktu belajar anak di rumah, budaya membaca, obesitas pada anak, bahkan waktu bermain dan sosialisasi dengan teman serta masih banyak lagi. Namun yang menjadi fokus penelitian ini adalah ada atau tidaknya hubungan yang mempengaruhi perilaku khususnya disiplin belajar di rumah pada anak usia sekolah dasar dengan menonton acara film kartun di televisi. Karena tanpa kita sadari peranan televisi sangat besar dalam membentuk pola dan pendapat umum para audiensnya, sehingga cepat atau lambat akan mampu membentuk sikap, perilaku dan cara berfikir tertentu kepada khalayak (Walgito, 1990, h. 20).
Televisi merupakan media massa yang bersifat audio visual dengan menggabungkan gambar dan suara sehingga memiliki kelebihan dibandingkan media massa lainnya yang hanya menggunakan suara atau gambar seperti radio
maupun surat kabar. Dalam hal ini televisi termasuk dalam kategori “cool
medium” berlainan dengan radio yang merupakan “hot medium”, yang merupakan
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
Kedisiplinan dibentuk dari kata disiplin. Disiplin yaitu suatu upaya sadar dan bertanggung jawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan, dan mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar membuahkan hal-hal positif baik bagi diri sendiri maupun orang lain (Unaradjan, 2003, h. 62). Sedangkan belajar dapat dibatasi sebagai kegiatan fisik dan mental dalam proses perubahan perilaku, maka dilihat dari ruang lingkupnya aktivitas belajar menyangkut aktivitas belajar di sekolah maupun dirumah (Darsono, 2000).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Perilaku Kedisiplinan belajar Anak adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang terwujud dalam gerakan atau sikap yang dilakukan seseorang (Anak) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Kedisiplinan belajar diukur dengan skala Kedisiplinan Belajar berdasarkan pendapat Sutedjo (1989) dan Isnawati (1999) yang meliputi aspek-aspek : bimbingan dan pengawasan dari orangtua, keinginan individu untuk belajar dan lingkungan yang kondusif.
Dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia. Dikutip dari artikel Ningsih (2009):
1. Tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000 jam/tahun. 2. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung
adegan kekerasan, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
3. Saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170 jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam x 7 hari = 168 jam. 4. 40% waktu tayang diisi iklan yang jumlahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas
rata-rata dunia 561 iklan/minggu.
Metodologi Penelitian
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
Anak dirumah. Penelitian ini menggunakan desain survei kolerasi. Metode korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2002, h. 239).
Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah siswa MI Nurul Hikmah Malang yang terdiri dari siswa kelas I – IV yaitu sebanyak 178 siswa. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah non probablity sampling dengan jenis Purposive Sampling. Pemilihan kelas ini mempertimbangkan bahwa anak pada tingkatan kelas tersebut anak telah memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik sehingga lebih mampu memahami pertanyaan/pernyataan. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah siswa kelas IV, V dan VI di MI Nurul Hikmah Malang yang berjumlah 82 siswa.
Teknik analisis data terdiri dari analisis deskriptif (univariat) yang dilakukan untuk menganalisis variabel yang ada secara deskriptif dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan analisis analitik (bivariat) untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel dalam penelitian ini berskala ordinal sehingga analisis analitik (bivariat) dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman.
Pembahasan
Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif.
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
membuktikan kebenaran teori tersebut, maka dilanjutkan dengan uji Rank Spearman.
Hasil uji korelasi Rank Spearman
Korelasi Signifikansi Keputusan
-0.323 0.003 Berhubungan signifikan
Uji korelasi Spearman ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat menonton tayangan film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar anak dirumah. Dengan menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan nilai korelasi sebesar -0.323 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α (0.003< 0.050) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara menonton tayangan film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar anak di rumah. Koefisien korelasi yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang berbalik arah antara menonton tayangan film kartun dengan kedisiplinan belajar anak. Artinya semakin rendah tingkat menonton tayangan film kartun di televisi maka kedisiplinan belajar anak di rumah akan semakin tinggi.
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
Dalam penelitian ini angka signifikansi hasil perhitungan sebesar 0.003 . Maka signifikansi hitung sebesar 0.003 < 0.05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara menonton tayangan film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar anak di rumah.
Dengan semakin seringnya waktu yang digunakan menonton televisi maka akan semakin kuat pula pengaruh yang diberikan televisi terhadap mereka. Seperti yang dikatakan Elisabeth Noelle-Neumann dalam Theory Cummulative Effect menyimpulkan bahwa media tidak punya efek langsung yang kuat, tetapi efek itu akan terus menguat seiring dengan berjalannya waktu (Vivian, 2008, h. 472).
Indikator disiplin meliputi kesadaran dalam mentaati peraturan dan tata tertib di rumah, menyelesaikan tugas tepat waktu, tepat waktu dalam belajar, teratur dalam belajar serta belajar dengan sungguh-sungguh (Walgito, 2004, h. 35). Berdasarkan hasil data dan kategorisasi penelitian dapat diketahui bahwa pada sebagian besar siswa MI Nurul Hikmah sudah mempunyai kedisiplinan belajar yang baik yaitu sebanyak 52 siswa memiliki kedisiplinan belajar di rumah yang tinggi sehingga mampu melawan suasana lingkungan yang dapat mempengaruhi disiplin tersebut. Hal ini berarti bahwa faktor internal individu memegang peranan yang besar dalam membentuk disiplin belajar masing-masing siswa.
Faktor-faktor lain terkait kedisiplinan belajar yaitu fasilitas belajar, sosial budaya (Slameto, 2003). Fasilitas belajar yaitu alat yang membantu atau mendukung agar lebih disiplin dalam belajar, sedangkan faktor sosial budaya adalah lingkungan di sekitar anak misalnya dengan adanya jam wajib belajar maka anak akan belajar pada jam atau waktu tersebut.
Kesimpulan
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
1. Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku menonton tayangan film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar anak di rumah, karena nilai signifikansi lebih kecil dari α (0.003< 0.050). Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0.323. Dengan menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan nilai korelasi sebesar -0.323 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003. Koefisien korelasi yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang berbalik arah antara perilaku menonton tayangan film kartun dengan kedisiplinan belajar anak. Artinya semakin rendah tingkat menonton tayangan film kartun di televisi maka kedisiplinan belajar anak di rumah semakin tinggi.
2. Angka signifikansi hasil perhitungan sebesar 0.003. Menunjukkan bahwa signifikansi hitung sebesar 0.003 < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara perilaku menonton tayangan film kartun di televisi dan kedisiplinan belajar anak di rumah.
3. Dari hasil penelitian yang dilakukan, Siswa MI Nurul Hikmah termasuk pada golongan tingkat light viewers (penonton kelas ringan dalam arti menonton rata-rata empat jam perhari atau kurang) dalam menonton tayangan film kartun. Sebanyak 62 siswa (76%) yang terdiri dari 37 siswa memilih jawaban 2-4 jam perhari dan 25 siswa diantaranya memilih jawaban 1 jam perhari.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka beberapa saran yang dapat disampaikan pada skripsi ini adalah :
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
2. Masalah disiplin belajar anak merupakan hal yang sangat penting, jika kedisiplinan tersebut sudah tertanam dalam diri anak, maka ia akan berusaha untuk belajar secara teratur, berkelanjutan dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada, sehingga akan tercapai sebuah prestasi dalam belajar. 3. Orang tua sebaiknya memeriksa jadwal acara di televisi, sehingga orangtua
dapat mengatur jadwal belajar anak dan menonton televisi, sehingga program acara televisi tidak mengganggu jadwal belajar bahkan tidak mengurangi waktu belajar anak.
4. Orang tua hendaknya mengenali motivasi anak menonton televisi, kemudian menjadikan anak sibuk atau punya aktivitas lain seperti bermain dengan teman, jalan-jalan atau menggambar, sehingga anak tidak lari pada televisi, apalagi bagi anak yang sudah kecanduan berat televisi, orang tua seharusnya membatasi jam menonton. Orang tua juga harus konsisten dalam bertindak serta tidak bosan-bosan memberikan pengertian pada anak, sehingga anak tahu dengan jelas mana hal yang boleh mana yang tidak boleh dan mana yang baik dan mana yang buruk.
5. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data tambahan tentang perilaku menonton film kartun dan kedisiplinan anak di rumah dalam penelitian selanjutnya serta agar dapat mengembangkan lebih banyak lagi kasus atau fenomena mengenai dampak televisi untuk diteliti bagi peneliti selanjutnya.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suaptu Pendekatan Praktek. Edisi kelima. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bungin, B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Cangara, H. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Grafindo Persada Chen, M. 1996. Anak-anak dan Televisi, Buku Panduan Orangtua Mendampingi
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
Devito, J. A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Profesional Book
Effendy, O. U. dan Bakti C. A. 2003. Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Feldman, P. O. 2009. Human Development, Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika
Gerungan, A. W. 1988. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Hafied. C. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Hamalik, O. 2005. Metoda Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:
Tarsito
Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press Hurlock, E. B. 2003. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Isnawati, 1999, Studi Komparasi, Prestasi Belajar Matematika antara SMUN Kotamadya Yogyakarta dengan SMUN Kotamadya Pontianak ditinjau dari Sikap, Disiplin Belajar dari Kepercayaan Diri, Skripsi, (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Kriyantono, R. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
John, L. dan Stephen W. 1999. Theories of Human Communication. 6th Edition. Belmont CA. Wadsworth Publishing Company
Marisson. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor: Graha Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia
Masri, S. dan Effendi. 2003. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES McLuhan, Marshall.2001.Understanding Media.London:Routledge McQuail, D. 2002. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga
McQuail, D. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Morrisan, 2005. Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Ramdina Prakasa
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
Neuman, W. L. 2000. Social Research Methods, Allyn and Bacon, Boston Nurudin, 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Prasetyo, Y. dan Zidni I.M (2011), Hubungan antara Perilaku Menonton Televisi
dengan Kedisiplinan Belajar pada Siswa SDN Ringin Putih 3 Borobudur
Rakhmat, J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Riduwan. 2010. Dasar – dasar Statistika. Bandung : Alfabeta
Sadirman S. A. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak, edisi ke-11 jilid 1. Jakarta : Erlangga Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Singarimbun, M. dan Sofyan E. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Stephen W. L. J. & Karen A. F. 2009. Teori komunikasi, Theories of human communication (edisi 9), terjemahan. Salemba Humanika: Jakarta
Subyantoro, A. dan FX. Suwarto, 2007. Metode dan Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: Andi
Sugiyono, 2001. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sutedjo, H. 1989. Mengapa Anak Anda Malas Belajar?. Jakarta: PT Gramedia Testiandini, A. 2006. Pola Menonton Sinetron dan Perilaku Etis Remaja: Kasus
Sinetron Bertemakan Remaja di Televisi. Skripsi. Bogor: Institut pertanian
Bogor
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Edisi ketiga. Yogyakarta: Andi Offset
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com
Wisadirana, Darsono, Antoni dan Siti Kh. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Malang: UMM Press