• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran darah ikan lele (Clarias spp) yang berasal dari daerah Laladon-Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran darah ikan lele (Clarias spp) yang berasal dari daerah Laladon-Bogor"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN DARAH IKAN LELE (Clarias spp) YANG BERASAL DARI DAERAH LALADON-BOGOR

ASRIYANI DOPONGTONUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

GAMBARAN DARAH IKAN LELE (Clarias spp) YANG BERASAL DARI DAERAH LALADON-BOGOR

Oleh

ASRIYANI DOPONGTONUNG B04104136

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hewan Pada

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi : Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp) Yang Berasal dari Daerah Laladon-Bogor Nama Mahasiswa : Asriyani Dopongtonung

Nomor Pokok : B04104136

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi

Mengetahui Wakil Dekan FKH IPB

Dr. Nastiti Kusumorini

(4)

ABSTRAK

ASRIYANI DOPONGTONUNG. B04104136. Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp) Yang Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor. Di bawah Bimbingan drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D dan Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi.

Konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Jika dahulu dipandang sebagai ikan murahan dan hanya dikonsumsi oleh keluarga petani saja, sekarang ternyata konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa daging yang khas serta cara memasak dan menghidangkannya yang secara tradisional, menu ikan lele menjadi kegemaran masyarakat luas. Oleh karena itu, harga ikan lele kian meningkat. Hal tersebut tentu saja menjadi perangsang bagi petani untuk membudidayakan ikan lele secara intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran beberapa parameter sel darah merah dan sel darah putih, yang meliputi nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah sel darah putih total, dan diferensiasi sel darah sel darah putih (presentase heterofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit).

Sebanyak 17 ekor ikan lele (Clarias spp) dengan berat berkisar antara 30 – 50 gr atau sekitar 7,16 gr/ekor digunakan dalam penelitian ini. Sampel darah Ikan diambil untuk diamati terhadap nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah sel darah putih total, dan differensiasi leukosit. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalabahi pada tanggal 04 November 1985 dari pasangan Bapak Asianus Dopongtonung dan Ibu Sarah Yane Tella. Penulis merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.

Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak tahun 1991 di TK Arta Asih Kalabahi, Sekolah Dasar tahun 1992-1998 di SD Gmit 1 Kalabahi, Sekolah Menengah Pertama tahun 1998-2001 di SLTP Negeri 1 Kalabahi dan Sekolah Menengah Atas tahun 2001-2004 di SMA Negeri 1 Kalabahi.

Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Tahun 2005 penulis lulus dari Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp) Yang Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yth drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D dan Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis,

2. Yth Dr. drh. Damiana Rita Ekastuti, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji sekaligus memberikan kritik, dan saran dalam penulisan skripsi ini,

3. Yth Prof. Dr. drh. Hj Mirnawati Sudarwanto selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis,

4. Kedua orangtua tercinta : Ayahanda Asianus Dopongtonung dan Ibunda Sarah Yane Tella, yang telah membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang serta selalu memberikan doa dan motivasi,

5. Saudaraku tersayang Yonas, Heri, dan Yuliana, serta seluruh keluarga besar atas limpahan cinta, sayang, motivasi dan doa,

6. Pemerintah daerah Kabupaten Alor yang telah membiayai penulis selama kuliah,

7. Seluruh staf Laboratorium Helmintologi dan Patologi Klinik FKH-IPB atas segala bantuannya selama penelitian ini berlangsung,

8. Teman-teman sepenelitian Ari, Arios, Debby, Dwi, Ina, Ivan, Lina, Nope, Ronal, Reni, Shio, Uya, dan Vonti, atas kerjasama dan dukungannya selama ini,

(7)

Royama, Seka, Tere, Uya, Yanti dan Yuni atas limpahan cinta, persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin selama ini,

10.Anak – anak New camp, An-nur, La Priezta, Persekutuan mahasiswa FKH dan Gamanusratim atas persaudaraan yang terjalin selama ini,

11.Staf pengajar dan alumni SD Gmit 1, SLTP Negeri 1 dan SMA Negeri 1 Kalabahi yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama menempuh pendidikan,

12. Teman - teman Asteroidea angkatan 41 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clarias ssp) ... 3

Kualitas Air ... 4

Suhu ... 4

Oksigen Terlarut ... 5

Karbondioksida ... 5

Amoniak... 5

pH ... 6

Daerah Ikan ... 6

Hematopoiesis ... 8

Eritrosit... 8

Nilai Hematokrit ... 9

Konsentrasi Hemoglobin ... 9

Differensiasi Leukosit ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Hewan Coba ... 12

Bahan ... 12

Alat ... 12

(9)

Pengambilan Darah ... 12

Penghitungan Jumlah Leukosit Total... 13

Differensiasi Leukosit ... 13

Penghitungan Nilai Hematokrit ... 14

Penghitungan Konsentrasi Hemoglobin... 14

Analisis Data ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Differensiasi Leukosit dan Jumlah Leukosit Total ... 15

Jumlah Leukosit Total ... 16

Limfosit ... 16

Heterofil ... 17

Monosit ... 18

Eosinofil dan Basofil ... 18

Nilai Hematokrit dan Konsentrasi Hemoglobin ... 18

Nilai Hematokrit ... 18

Konsentrasi Hemoglobin ... 19

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 21

Saran ... 21

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

GAMBARAN DARAH IKAN LELE (Clarias spp) YANG BERASAL DARI DAERAH LALADON-BOGOR

ASRIYANI DOPONGTONUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

GAMBARAN DARAH IKAN LELE (Clarias spp) YANG BERASAL DARI DAERAH LALADON-BOGOR

Oleh

ASRIYANI DOPONGTONUNG B04104136

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hewan Pada

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi : Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp) Yang Berasal dari Daerah Laladon-Bogor Nama Mahasiswa : Asriyani Dopongtonung

Nomor Pokok : B04104136

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi

Mengetahui Wakil Dekan FKH IPB

Dr. Nastiti Kusumorini

(14)

ABSTRAK

ASRIYANI DOPONGTONUNG. B04104136. Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp) Yang Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor. Di bawah Bimbingan drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D dan Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi.

Konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Jika dahulu dipandang sebagai ikan murahan dan hanya dikonsumsi oleh keluarga petani saja, sekarang ternyata konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa daging yang khas serta cara memasak dan menghidangkannya yang secara tradisional, menu ikan lele menjadi kegemaran masyarakat luas. Oleh karena itu, harga ikan lele kian meningkat. Hal tersebut tentu saja menjadi perangsang bagi petani untuk membudidayakan ikan lele secara intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran beberapa parameter sel darah merah dan sel darah putih, yang meliputi nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah sel darah putih total, dan diferensiasi sel darah sel darah putih (presentase heterofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit).

Sebanyak 17 ekor ikan lele (Clarias spp) dengan berat berkisar antara 30 – 50 gr atau sekitar 7,16 gr/ekor digunakan dalam penelitian ini. Sampel darah Ikan diambil untuk diamati terhadap nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah sel darah putih total, dan differensiasi leukosit. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalabahi pada tanggal 04 November 1985 dari pasangan Bapak Asianus Dopongtonung dan Ibu Sarah Yane Tella. Penulis merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.

Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak tahun 1991 di TK Arta Asih Kalabahi, Sekolah Dasar tahun 1992-1998 di SD Gmit 1 Kalabahi, Sekolah Menengah Pertama tahun 1998-2001 di SLTP Negeri 1 Kalabahi dan Sekolah Menengah Atas tahun 2001-2004 di SMA Negeri 1 Kalabahi.

Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Tahun 2005 penulis lulus dari Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB.

(16)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp) Yang Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yth drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D dan Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis,

2. Yth Dr. drh. Damiana Rita Ekastuti, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji sekaligus memberikan kritik, dan saran dalam penulisan skripsi ini,

3. Yth Prof. Dr. drh. Hj Mirnawati Sudarwanto selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis,

4. Kedua orangtua tercinta : Ayahanda Asianus Dopongtonung dan Ibunda Sarah Yane Tella, yang telah membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang serta selalu memberikan doa dan motivasi,

5. Saudaraku tersayang Yonas, Heri, dan Yuliana, serta seluruh keluarga besar atas limpahan cinta, sayang, motivasi dan doa,

6. Pemerintah daerah Kabupaten Alor yang telah membiayai penulis selama kuliah,

7. Seluruh staf Laboratorium Helmintologi dan Patologi Klinik FKH-IPB atas segala bantuannya selama penelitian ini berlangsung,

8. Teman-teman sepenelitian Ari, Arios, Debby, Dwi, Ina, Ivan, Lina, Nope, Ronal, Reni, Shio, Uya, dan Vonti, atas kerjasama dan dukungannya selama ini,

(17)

Royama, Seka, Tere, Uya, Yanti dan Yuni atas limpahan cinta, persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin selama ini,

10.Anak – anak New camp, An-nur, La Priezta, Persekutuan mahasiswa FKH dan Gamanusratim atas persaudaraan yang terjalin selama ini,

11.Staf pengajar dan alumni SD Gmit 1, SLTP Negeri 1 dan SMA Negeri 1 Kalabahi yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama menempuh pendidikan,

12. Teman - teman Asteroidea angkatan 41 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2008

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clarias ssp) ... 3

Kualitas Air ... 4

Suhu ... 4

Oksigen Terlarut ... 5

Karbondioksida ... 5

Amoniak... 5

pH ... 6

Daerah Ikan ... 6

Hematopoiesis ... 8

Eritrosit... 8

Nilai Hematokrit ... 9

Konsentrasi Hemoglobin ... 9

Differensiasi Leukosit ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Hewan Coba ... 12

Bahan ... 12

Alat ... 12

(19)

Pengambilan Darah ... 12

Penghitungan Jumlah Leukosit Total... 13

Differensiasi Leukosit ... 13

Penghitungan Nilai Hematokrit ... 14

Penghitungan Konsentrasi Hemoglobin... 14

Analisis Data ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Differensiasi Leukosit dan Jumlah Leukosit Total ... 15

Jumlah Leukosit Total ... 16

Limfosit ... 16

Heterofil ... 17

Monosit ... 18

Eosinofil dan Basofil ... 18

Nilai Hematokrit dan Konsentrasi Hemoglobin ... 18

Nilai Hematokrit ... 18

Konsentrasi Hemoglobin ... 19

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 21

Saran ... 21

(20)

DAFTAR TABEL

(21)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Ikan lele (Clarias spp) ... 3

2. Ikan lele dumbo dan lele lokal ... 4

3. Sel darah ikan lele ... 11

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Upaya pencapaian pemenuhan kebutuhan protein hewani masih terus dilakukan oleh pemerintah, dimana salah satu contoh sumber protein hewani adalah ikan. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi di bidang perikanan yang luar biasa. Hal tersebut ditunjukkan dengan luasnya lautan dan banyaknya danau serta sungai, yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (Irianto 2005).

Proses pembangunan yang memberi ruang tumbuhnya industrialisasi juga memberikan pengaruh terhadap kesehatan lingkungan perikanan. Berkembangnya sistem pertanian anorganik menyebabkan terjadinya perubahan faktor kimia, fisika dan kualitas biologis perairan. Selain itu, berpengaruh juga terhadap biologi ikan dan sistem tanggap kebal pada ikan yang sering menjadi penyebab timbulnya penyakit (Irianto 2005).

Pada awalnya, pemeliharaan ikan lele (Clarias spp) di kalangan masyarakat dilakukan sebagai kegiatan sambilan saja. Ikan lele sering dipelihara di kolam pekarangan yang menampung air limbah rumah tangga. Hal ini disebabkan karena sifat ikan lele yang mampu hidup di dalam lingkungan air yang kotor dan kekurangan oksigen. Pemberian pakan pada ikan lele yang dipelihara di dalam kolam pekarangan biasanya berupa sisa – sisa makanan, sehingga pertumbuhannya lambat (Suyanto 2007).

Konsumsi ikan lele (Clarias spp) di Indonesia pada beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Jika dahulu ikan lele dipandang sebagai ikan murahan dan hanya dikonsumsi oleh keluarga petani saja, pada saat ini konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa daging yang khas serta cara memasak dan menghidangkannya yang secara tradisional, membuat menu ikan lele menjadi kegemaran masyarakat luas. Oleh karena harga ikan lele kian meningkat, sehingga menjadi perangsang bagi petani untuk membudidayakan ikan lele secara intensif

(Suyanto 2007). Seiring dengan semakin tingginya permintaan ikan membuat peluang

(23)

salah satu mata rantai yang turut menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan. Benih ikan, baik secara kuantitas maupun kualitas, sering tidak dapat dipenuhi. Banyak faktor yang menjadi penyebab, diantaranya adalah serangan penyakit. Hal ini disebabkan karena sistem pertahanan tubuh ikan belum sempurna (Primadaka 1992). Penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi ikan. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu noninfeksi (stres, intoksikasi, defisiensi nutrisi) dan infeksi (virus, bakteri, cendawan, cacing dan protozoa) (Zonneveld et al. 1991).

Salah satu indikator terjadinya infeksi pada ikan yaitu adanya perubahan pada gambaran darah. Ikan yang terinfeksi akan mengalami perubahan pada konsentrasi hemoglobin, jumlah leukosit total dan jumlah eritrosit (Lagler et al., 1977). Pemeriksaan darah ikan merupakan faktor penting dalam membantu diagnosis, prognosis dan terapi. Oleh karena itu untuk mengetahui status kesehatan ikan, perlu dilakukan pemeriksaan darah (Irianto 2005).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran darah pada ikan lele (Clarias spp). Parameter yang diamati meliputi jumlah leukosit total, persentase heterofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit, nilai hematokrit, dan konsentrasi hemoglobin.

Manfaat

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Lele (Clarias spp)

Ikan lele (Clarias spp) menurut Suyanto (2007) termasuk ke dalam filum Chordata, kelas Pisces, sub-kelas Teleostel, ordo Ostariophysi, sub-ordo Siluroidea, famili Clariidae, genus Clarias spp.

Ikan lele (Clarias spp) mempunyai ciri – ciri yang bisa digunakan untuk membedakan dengan jenis ikan lainnya, yaitu memiliki bentuk memanjang, bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor, tidak bersisik serta mengeluarkan mukus. Ikan lele memiliki kepala berbentuk pipih dan simetris, memiliki patil, mulut lebar, tidak bergigi, dan mulut memiliki sepasang sungut mandibular dan sepasang sungut maksilar yang lebih panjang dan tegar, daerah kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman. Ikan lele memiliki sifat tenang dan lebih jinak (Suyanto 2007).

Ikan lele (Clarias spp) memiliki kemampuan hidup di dalam lumpur dan air dengan kandungan oksigen rendah. Hal ini disebabkan karena ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent) yang terdapat di dalam ruang udara sebelah atas insang, sehingga ikan lele dapat mengambil oksigen untuk bernafas langsung dari udara di luar air (Suyanto 2007).

Ikan lele (Clarias spp) termasuk hewan malam (nokturnal), yang aktif bergerak pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Pakan ikan lele berupa pakan alami dan pakan tambahan (Suyanto 2007).

(25)

Jenis ikan lele yang paling banyak dijumpai dan dibudidayakan di Indonesia adalah Clarias batrachus (lele lokal) dan Clarias gariepinus (lele dumbo). Namun demikian, sifat dan pertumbuhan kedua jenis ikan lele ini berbeda. Warna badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) akan berubah menjadi loreng - loreng apabila terkejut atau menderita stress, gerakan tubuh lebih agresif, patil tidak beracun, tidak merusak pematang. Warna badan ikan lele lokal (Clarias batrachus) akan berubah menjadi gelap apabila terkejut atau menderita stress, gerakan tubuh tidak agresif, patil beracun, dan merusak pematang dengan membuat lubang. Bobot badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) mencapai 10 - 15 gram/ekor dalam waktu 5 minggu, sedangkan bobot badan ikan lele lokal (Clarias batrachus) hanya mencapai 1 – 1,5 gram/ekor dalam waktu yang sama (Suyanto 2007).

Gambar 2. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) (atas) dan ikan lele lokal (Clarias batrachus) (bawah) (Suyanto 2007).

Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, karena diperlukan sebagai media hidup ikan. Beberapa peubah fisika dan kimia yang dapat mempengaruhi hidup ikan lele (Clarias spp) adalah suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, pH, dan amonia (Weatherley 1972)

Suhu

(26)

(Puspowardoyo dan Djarijah 2002). Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air. Suhu yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele berkisar antara 250C - 300C, dimana di atas suhu tersebut nafsu makan lele akan berkurang. Selain itu, tingginya temperatur air akan menyebabkan peningkatan aktivitas metabolisme organisme yang ada. Tingginya aktifitas metabolisme menyebabkan kandungan gas terlarut akan berkurang. Rendahnya kandungan gas terlarut dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan ikan lele lemas, bahkan mati. Perlu adanya pengaturan tingkat kepadatan ikan lele, khususnya benih ikan lele dalam wadah pemeliharaan, agar sesuai dengan laju metabolisme kompenen perairan yang terjadi (Zonneveld et al., 1991).

Oksigen Terlarut

Oksigen sangat diperlukan ikan lele untuk keperluan pernapasan dan metabolisme. Perbedaan struktur molekul darah antar jenis ikan mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam darah. Oksigen diperlukan ikan untuk katabolisme yang menghasilkan energi bagi aktivitas seperti berenang, reproduksi, dan pertumbuhan. Kebutuhan oksigen bagi ikan berbeda – beda tergantung spesies (Irianto 2005). Umumnya ikan lele mampu hidup normal pada kandungan oksigen terlarut sebesar 4 mg per liter. Jika persediaan oksigen di bawah 20% dari kebutuhan normal, ikan lele akan lemas dan menyebabkan kematian (Murhananto 2002).

Karbondioksida

Kandungan karbondioksida yang ideal untuk ikan lele berkisar antara 0 – 12,8 mg/liter (Murhananto 2002). Jumlah kandungan karbondioksida dalam suatu lingkungan perairan ditentukan oleh bahan organik dan binatang air yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak bahan organik yang mengurai, kadar karbondioksida akan semakin tinggi. Demikian pula dengan metabolisme yang ada, berbanding lurus dengan kadar karbondioksida (Boyd 1990).

(27)

demikian dapat menyebabkan ikan mati lemas. Adanya alat pernapasan tambahan (arborescent) pada ikan lele dapat membantu ikan dalam mengambil oksigen langsung dari udara di luar air untuk kebutuhan pernapasannya (Sumpeno 2005).

Amonia

Amonia merupakan produk akhir katabolisme protein yang dieksresikan ke luar tubuh ikan melalui insang dan kulit. Amonia ikut berperan dalam regulasi ion melalui pertukaran dengan ion Na+. Konsentrasi amonia di dalam lingkungan perairan kolam budidaya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu seberapa baik kolam budidaya dikelola dan lama waktu ikan dipuasakan sebelum penanganan. Boyd (1990) melaporkan bahwa amonia berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan, yaitu penggunaan energi yang lebih akibat stres yang ditimbulkan. Menurut Khairuman dan Amri (2002), kandungan maksimum amonia di dalam suatu wadah pemeliharaan untuk benih ikan lele yang masih dapat ditolerir adalah 1mg/liter (Khairuman dan Amri 2002).

pH

Irianto (2005) melaporkan bahwa ikan dapat hidup pada pH yang berkisar antara 5,0 – 9,5. Namun demikian, pada umumnya pH yang diperlukan untuk budidaya perikanan berkisar antara 6,7 – 8,3. pH yang baik untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 6,5 – 9,0. pH kurang dari 5 sangat buruk bagi kehidupan ikan lele karena dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan lendir di dalam insang dan dapat menyebabkan kematian, sedangkan pH di atas 9 kurang baik bagi perkembangan ikan lele, karena dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan nafsu makan (Murhanto 2002). Tinggi rendahnya pH dalam suatu perairan dipengaruhi oleh banyaknya kotoran di dalam lingkungan perairan yang berasal dari sisa pakan dan hasil metabolisme (Sumpeno 2005).

Darah Ikan

(28)

seluruh jaringan tubuh (Moyle dan Cech 1988). Fungsi darah ikan antara lain mengedarkan sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh (Lagler et al. 1977).

Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan komponen seluler (sel-sel darah). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (keping darah), yang diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup (Wedemeyer et al., 1990). Sel dan plasma darah mempunyai peranan fisiologis yang sangat penting. Plasma darah adalah suatu cairan jernih yang mengandung mineral terlarut, hasil absorpsi dari pencernaan makanan, buangan hasil metabolisme, serta gas terlarut (Lagler et al., 1977).

Leukosit dikelompokkan ke dalam granulosit dan agranulosit berdasarkan ada tidaknya butir – butir (granul) di dalam sitoplasma. Termasuk ke dalam kelompok granulosit yaitu heterofil, eosinofil dan basofil. Jenis leukosit ini memiliki sifat reaksi terhadap zat tertentu yaitu eosinofil yang bersifat asidofil (berwarna merah oleh eosin), basofil berwarna basofil (ungu), dan heterofil bersifat tidak basofil maupun asidofil (Dellman dan Brown 1989). Agranulosit dibagi menjadi monosit dan limfosit (Lagler et al., 1977). Agranulosit tidak memiliki butir sitoplasmik spesifik dan ditandai dengan inti berbentuk lonjong, bulat dengan lekuk yang khas (Dellman dan Brown 1992).

Chinabut et al. (1991) melaporkan bahwa trombosit pada ikan berbentuk bulat memanjang atau lonjong dan berperan dalam proses pembekuan darah karena ikut serta dalam mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Ciri khusus trombosit adalah adanya lingkaran sitoplasma tipis di sekeliling inti yang akan berwarna ungu tua saat diwarnai dengan Giemsa. Ukuran rata – rata trombosit berkisar antara (4 x 7 µm) – (5 x 13 µm).

(29)

hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit (sel darah putih) (Lagler et al., 1977).

Hematopoiesis

Irianto (2005) melaporkan bahwa ikan teleostei (ikan bertulang sejati) tidak memiliki sumsum tulang belakang, sehingga hematopoiesis (pembentukan darah) tidak berlangsung di dalam sumsum tulang belakang. Leukosit diproduksi di organ timus dan ginjal, sedangkan eritrosit diproduksi di organ limpa dan ginjal. Ginjal merupakan organ limfoid primer pada ikan teleostei, yang terdiri dari 3 bagian yaitu bagian anterior, tengah, dan posterior. Ginjal anterior memiliki kapasitas hematopoietik tertinggi, namun demikian proses tersebut dapat juga berlangsung di seluruh bagian ginjal. Organ limfoid sekunder meliputi limpa dan jaringan limfoid yang berasosiasi dengan usus halus. Angka et al. (1985) melaporkan bahwa limpa merupakan organ limfoid penting yang berbentuk segitiga memanjang dan terdiri dari pulpa putih dan pulpa merah. Pulpa putih terdiri dari hemoblast, limfosit dan makrofag, sedangkan pulpa merah terdiri dari eritrosit dewasa dan makrofag.

Eritrosit (Sel Darah Merah)

(30)

tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan Yasutake 1977).

Nilai Hematokrit

Hematokrit adalah persentase eritrosit di dalam darah (Guyton 1997). Hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan antara eritrosit dengan plasma, sehingga hematokrit memberikan rasio total eritrosit dengan total volume darah dalam tubuh. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah eritrosit (Ganong 1995). Nilai hematokrit pada ikan teleostei berkisar antara 20 - 30% dan pada ikan laut bernilai sekitar 42% (Bond 1979). Presentase nilai hematokrit ikan lele (Clarias spp) normal berkisar antara 30,8 - 45,5% (Angka et al., 1985). Nilai hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit dan konsentrasi hemoglobin (Swenson 1977). Nilai hematokrit di bawah 30% menunjukan adanya defisiensi eritrosit (Nabib dan Pasaribu 1989). Amlacher (1970) melaporkan bahwa selain infeksi bakteri, nafsu makan juga berpengaruh pada jumlah eritrosit sehingga berpengaruh pula terhadap nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah.

Konsentrasi Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein kompleks terkonyugasi yang mengandung besi. Protein Hb adalah globin, sedangkan warna merah hemoglobin disebabkan oleh adanya heme. Heme adalah suatu senyawa metalik yang mengandung satu atom besi (Guyton 1997).

Hemoglobin secara fisik mempunyai hubungan yang penting dengan oksigen. Pada saat eritrosit melalui kapiler paru – paru, hemoglobin mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin. Sebaliknya pada saat melewati kapiler sistemik, hemoglobin akan melepas oksigen ke jaringan dan menjadi hemoglobin kembali (Swenson 1977).

(31)

hemoglobin tidak diperlukan untuk mengangkut oksigen. Pada ikan yang hidup di daerah tersebut, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh plasma darah (Irianto 2005). Konsentrasi hemoglobin ikan lele (Clarias spp) normal berkisar antara 10,3 - 13,5 gr% (Angka et al. 1985).

Differensiasi Leukosit

Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh. Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit akan ditanspor secara khusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton 1997).

Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat (Moyle dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel (Nabib dan pasaribu 1989).

Limfosit, dengan pewarnaan Giemsa, berbentuk bundar dengan sejumlah kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat (Chinabut et al. 1991). Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan ukuran. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata – rata limfosit berkisar antara 4,5 - 12 µm (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan teleostei berkisar antara 71,12 – 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia. Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada mamalia sekitar 2 x 103 sel/mm3 (Roberts 1978).

(32)

$$$$

[image:32.595.144.482.82.269.2]

$$$$

Gambar 3. Sel darah Ikan Lele (Clarias ssp), Eritrosit (E), Limfosit (L), Monosit (M), Heterofil (N), dan Trombosit (T) (Abdullah 2008).

(33)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Helmintologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Laboratorium Patologi Klinik, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Darmaga. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2007 sampai dengan Maret 2008.

Bahan dan Alat Hewan Coba

Jenis ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan lele sebanyak 17 ekor dengan bobot badan berkisar antara 30 – 50 gr/ekor. Ikan lele diperoleh dari petani ikan lele di daerah Laladon, Bogor.

Bahan

Bahan untuk pengambilan dan pengamatan darah adalah larutan Rees Ecker, HCl 0,1 N, Giemsa 10%, metanol, alkohol 70%, heparin dan akuades.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquarium, papan gabus yang dibungkus dengan plastik, syringe 1ml, rak tabung, tabung reaksi, pipet, gelas obyek, gelas penutup, bak pewarnaan, kertas label, kertas plastik, alat hitung, stopwatch, mikroskop, tabung mikrohematokrit berlapis heparin, sentrifus, hemositometer set, hemometer set, dan pipet pengencer.

Metode Penelitian Pengambilan Darah

(34)

darah dihisap perlahan sebanyak 1ml, kemudian dipindahkan ke dalam tabung yang telah dibasahi terlebih dahulu dengan heparin.

Penghitungan Jumlah Leukosit Total

Penghitungan jumlah leukosit total dilakukan menggunakan hemositometer. Sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai 0,5, selanjutnya larutan Rees Ecker dihisap sampai skala 101. Pipet digoyang membentuk angka delapan selama 3 – 5 menit agar homegen. Tetesan pertama dibuang dan tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam hemositometer dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian dihitung di bawah mikroskop. Penghitungan dilakukan pada 5 kotak besar hemositometer di daerah kamar hitung untuk sel darah putih. Jumlah leukosit total dinyatakan dengan n x 103/mm3 (Blaxhall 1972).

Differensiasi Leukosit

Pengamatan diferensiasi leukosit dilakukan untuk menentukan persentase tiap jenis leukosit yang ada di dalam darah. Pengamatan diferensiasi leukosit dilakukan dengan mengamati preparat ulas darah di bawah mikroskop. Pembuatan preparat ulas darah dilakukan dengan menempatkan setetes darah pada gelas obyek. Gelas obyek kedua diletakkan dengan sudut 450 di atas gelas obyek pertama, lalu digeser ke belakang menyentuh darah sehingga darah menyebar. Gelas obyek kedua kemudian digeser ke arah yang berlawanan sehingga membentuk suatu lapisan tipis darah.

(35)

Penghitungan Nilai Hematokrit

Pengukuran nilai hematokrit dilakukan menggunakan tabung mikrohematokrit berupa pipa kapiler yang berlapis heparin. Sampel darah dihisap dengan menggunakan pipa kapiler, sampai pada ¾ bagian kapiler, kemudian ditutup dengan bahan penutup (lilin). Pipa kapiler yang berisi darah kemudian disentrifuse dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit.

Pembacaan dilakukan dengan membandingkan bagian darah yang mengendap dengan seluruh bagian darah yang ada di dalam tabung mikrohematokrit, menggunakan mikrohematokrit skala dan hasilnya dinyatakan dalam persen (%) (Angka et al. 1985).

Penghitungan Konsentrasi Hemoglobin

Konsentrasi hemoglobin diukur menggunakan metode Sahli. Sampel darah ikan diambil dengan pipet sahli sampai skala 20 mm3. Ujung pipet yang digunakan dibersihkan dari sisa – sisa darah dengan kertas tissue. Darah dipindahkan ke dalam tabung sahli yang telah diisi dengan HCl 0,1N sampai angka 10 (garis skala paling bawah pada tabung sahli). Kemudian tabung tersebut ditempatkan diantara 2 tabung yang berisi warna standar. Akuades ditambahkan ke dalam tabung sahli sedikit demi sedikit menggunakan pipet, sampai warnanya sama dengan warna standar, dan hasilnya dinyatakan dalam gr% (Hesser 1960).

Analisis Data

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Differensiasi Leukosit dan Jumlah Leukosit Total

Tabel 1 menunjukkan hasil pengamatan terhadap differensiasi leukosit dan jumlah leukosit total pada ikan lele (Clarias spp) selama penelitian.

[image:36.595.114.537.255.735.2]

Tabel 1. Differensiasi Leukosit dan Jumlah Leukosit Total Ikan Lele

Differensiasi Leukosit (%) Sampel

Darah

Limfosit Heterofil Monosit Eosinofil Basofil

Leukosit Total (ribu/mm3)

Lele 1 71 29 - - - 150

Lele 2 71 28 1 - - 154

Lele 3 72 28 - - - 147

Lele 4 74 26 - - - 143

Lele 5 73 27 - - - 135

Lele 6 76 24 - - - 152

Lele 7 70 30 - - - 148

Lele 8 69 29 1 - - 145

Lele 9 71 29 - - - 136

Lele 10 72 27 1 - - 152

Lele 11 72 28 - - - 138

Lele 12 76 24 - - - 151

Lele 13 70 30 - - - 142

Lele 14 73 27 - - - 140

Lele 15 72 28 - - - 136

Lele 16 70 30 - - - 134

Lele 17 71 29 - - - 137

∑ 1223 474 3 0 0 2440

Rataan 71,9 ± 1,98 27,8 ±1,90 0,1±0,39 0 0 143,5±7,01

(37)

Jumlah Leukosit Total

Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan jumlah leukosit total yaitu 143,5±7,01 x 103/mm3. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah leukosit total tertinggi terdapat pada lele 2 yaitu 154.000/mm3, sedangkan jumlah leukosit total terendah terdapat pada lele 16 yaitu 134.000/mm3. Hasil ini masih berada di dalam kisaran nilai normal, seperti yang dilaporkan oleh Moyle dan Chech (1988), yaitu jumlah leukosit total tiap mm3 darah ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir

Menurut Moyle dan Chech (1988), leukosit berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh yang akan dikirim secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan yang serius. Arry (2007) melaporkan bahwa peningkatan jumlah leukosit total terjadi akibat adanya respon dari tubuh ikan terhadap kondisi lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres dan infeksi penyakit. Sedangkan penurunan jumlah leukosit total disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi organ ginjal dan limpa dalam memproduksi leukosit yang disebabkan oleh infeksi penyakit. Menurut Irianto (2005), salah satu contoh penyakit pada ikan yang menyebabkan gangguan pada ginjal dan limpa antara lain Aeromonas hydrophila,

Gambaran sel darah ikan lele (Clarias spp) yang ditemukan selama proses pengamatan adalah sebagai berikut :

E

M H L

Gambar 1. Sel darah Ikan Lele (Clarias spp) : Eritrosit (E), Heterofil (H), Monosit (M), dan Limfosit (L).

Limfosit

(38)

dari 17 sampel darah menunjukkan persentase limfosit tertinggi yaitu 76%, sedangkan satu dari 17 sampel darah menunjukkan persentase limfosit terendah yaitu 69%. Persentase limfosit hasil pengamatan lebih rendah dari kisaran nilai normal. Menurut Affandi dan Tang (2002), persentase normal limfosit pada ikan berkisar antara 71,12 – 82,88%. Penurunan persentase limfosit ikan lele hasil pengamatan diduga karena ikan lele mengalami stres. Menurut Irianto (2005), stres yang berkepanjangan akan mengakibatkan terjadinya peningkatan sekresi hormon kortisol, sehingga menyebabkan penurunan jumlah limfosit di dalam sirkulasi darah.

Fungsi utama limfosit yaitu memproduksi antibodi dalam merespon antigen (Tizard 1982). Reaksi terhadap kehadiran antigen merangsang sel limfoid untuk berdiferensiasi membentuk dua macam sel yaitu limfosit T dan B. Limfosit T berasal dari kelenjar timus dan berperan mengatur kekebalan yang mampu mengeliminasi antigen melalui cell mediated immune respons. Limfosit B diduga berasal dari organ ginjal dan berperan dalam pembentukan antibodi. Kekurangan limfosit dapat menurunkan konsentrasi antibodi di dalam sirkulasi darah, dan menyebabkan tubuh rentan terhadap serangan penyakit (Fujaya 2002)..

Heterofil

Tabel 1 memperlihatkan rataan persentase heterofil pada ikan lele (Clarias spp) hasil pengamatan. Rataan persentase heterofil pada ikan lele adalah 27,8±1,90%. Tiga dari 17 sampel darah menunjukkan persentase heterofil tertinggi yaitu 30%, sedangkan dua dari 17 sampel darah ikan lele yang diamati menunjukkan persentase heterofil terendah yaitu 24%. Hasil ini lebih tinggi dari kisaran nilai normal, dimana persentase normal heterofil di dalam darah ikan menurut Roberts (1978) berkisar antara 6 - 8%.

(39)

mengakibatkan frekuensi infeksi oleh mikroorganisme pada ikan semakin besar (Irianto 2005).

Monosit

Rataan persentase monosit pada ikan lele (Clarias spp) dapat dilihat pada Tabel 1. Rataan persentase monosit hasil pengamatan adalah 0,1 ± 0,39%. Tiga dari 17 sampel darah menunjukkan persentase monosit tertinggi yaitu 1%, sedangkan pada 14 sampel darah tidak ditemukan adanya monosit. Rataan persentase monosit hasil pengamatan ini masih berada di dalam kisaran nilai normal yaitu 0,1%. Roberts (1978) melaporkan bahwa persentase monosit pada ikan sebesar 0.1 % dari seluruh populasi leukosit yang bersirkulasi

Monosit bersama makrofag akan memfagositosis sisa – sisa jaringan dan agen penyebab penyakit (Nabib dan Pasaribu 1989). Jumlah monosit di dalam sirkulasi darah akan meningkat dalam waktu singkat (kira-kira 48 jam) setelah adanya infeksi. Menurut Irianto (2005), pertahanan alami utama meliputi sel monosit, makrofag dan leukosit bergranul. Monosit dan makrofag memiliki kapasitas fagositik lebih kuat dibandingkan dengan heterofil.

Eosinofil dan Basofil

Tabel 1 memperlihatkan bahwa dari 17 sampel darah ikan lele yang diamati, tidak ditemukan adanya eosinofil dan basofil. Nabib dan Pasaribu (1989) melaporkan bahwa eosinofil dan basofil sangat jarang terlihat di dalam sirkulasi darah ikan. Menurut Scombes (1996) dalam Irianto (2005), jumlah eosinofil dan basofil pada ikan teleostei sangat rendah.

Nilai Hematokrit dan Konsentrasi Hemoglobin Nilai Hematokrit

(40)

rendah dari kisaran nilai normal, seperti yang dilaporkan oleh Angka et al. (1985), dimana nilai hematokrit ikan lele (Clarias spp) normal berkisar antara 30,8 - 45,5%.

Rendahnya nilai hematokrit hasil pengamatan ini diduga disebabkan karena ikan menderita anemia. Menurut Angka et al. (1985), nilai hematokrit adalah parameter yang berpengaruh terhadap pengukuran volume eritrosit. Menurut Randall (1970) dalam Maryani (2003), nilai hematokrit yang lebih kecil dari 22% menunjukkan bahwa ikan mengalami anemia dan kemungkinan terinfeksi penyakit. Abdullah (2008) melaporkan bahwa nilai hematokrit akan mengalami penurunan pada ikan lele (Clarias spp) yang terinfeksi Aeromonas hydrophila. Menurut Irianto (2005), anemia pada ikan juga dapat disebabkan oleh

defisiensi Fe dan vitamin E di dalam pakan.

Konsentrasi Hemoglobin

Tabel 2 memperlihatkan bahwa rataan konsentrasi hemoglobin pada ikan lele (Clarias spp) adalah 6,1±0,88 gr%. Konsentrasi hemoglobin tertinggi terdapat pada lele 16 yaitu 8 gr%, sedangkan konsentrasi hemoglobin terendah terdapat pada lele 15 yaitu 5 gr%. Menurut Angka et al. (1985), konsentrasi hemoglobin pada ikan lele (Clarias spp) normal berkisar antara 10,3 - 13,5 gr%. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi hemoglobin hasil pengamatan lebih rendah dari kisaran nilai normal. Rendahnya konsentrasi hemoglobin diduga karena hewan hidup di lingkungan dengan rendah kandungan oksigen, terinfeksi penyakit, dan defisiensi nutrien. Anderson dan Siwiki (1993) dalam Arry (2007) melaporkan bahwa rendahnya konsentrasi hemoglobin dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein di dalam pakan. Selain itu juga karena ikan mengalami infeksi.

(41)
[image:41.595.106.518.216.667.2]

memiliki konsentrasi hemoglobin yang rendah. Menurut irianto (2005), rendahnya pH pada suatu perairan menyebabkan terjadinya penurunan kandungan oksigen, sehingga kapasitas hemoglobin dalam membawa oksigen juga rendah.

Tabel 2. Nilai Hematokrit dan Konsentrasi Hemoglobin

Sampel Darah Nilai Hematokrit (%) Konsentrasi Hemoglobin (gr%)

Lele 1 14 7

Lele 2 15 6

Lele 3 16 5,8

Lele 4 14 6

Lele 5 15 5,2

Lele 6 18 6

Lele 7 22 5,8

Lele 8 14 5,2

Lele 9 17 6

Lele 10 15 5,8

Lele 11 24 6,8

Lele 12 17 5,8

Lele 13 22 7

Lele 14 18 7

Lele 15 13 5

Lele 16 15 8

Lele 17 14 5,4

∑ 283 103,5

Rata – rata 16,6 ± 3,23 6,1 ± 0,88

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 17 sampel darah ikan lele (Clarias spp), rataan jumlah leukosit total masih berada dalam kisaran nilai normal yaitu (143,5 ± 7,01) x 103/mm3. Rataan persentase limfosit lebih rendah dari kisaran nilai normal yaitu 71,9 ± 1,98%. Rataan persentase heterofil lebih tinggi dari kisaran nilai normal yaitu 27,8 ± 1,90%, dan rataan persentase monosit masih berada dalam kisaran normal, yaitu 0,1 ± 0.39%. Eosinofil dan basofil tidak ditemukan pada ke 17 sampel darah ikan lele yang diperiksa. Rataan nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari kisaran nilai normal, masing-masing yaitu 16,6 ± 3,23% dan 6,1±0,88 gr%.

Saran

1. Perlu menambah jumlah dan memperluas lokasi pengambilan sampel ikan lele (Clarias spp) agar mewakili daerah tertentu di Bogor.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Yusuf. 2008. Efektivitas Ekstrak Daun Paci – Paci Leucas Lavandulaefolia Untuk Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Penyakit Mas

Motile Aeromonad Septicaemia Ditunjau Dari Patologi makro Dan

Hematologi Ikan Lele Dumbo Clarias Sp. Skripsi Fakultas Perikanan Dan

Ilmu Kelautan. IPB : Bogor.

Affandi R, Tang UM.2002. Fisiologi Hewan Air. Riau : Uni Press.

Angka SL, GT Wongkar, Karwani. 1985. Blood Picture and Bacteria Isolated From Ulcered and Crooked-Black Clarias Batrachus. Symposium On Pract.

Measure for Preventing and Controlling Fish Disease. BIOTROP. 17 P.

Amlacher E. 1970. Text Book of Fish Disease. D.A.T.F.H. Publication. New York. USA. hlm 302.

Arry. 2007. Pengaruh Suplementasi Zat Besi (Fe) Dalam Pakan Buatan Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Imunitas Ikan Kerapu Bebek Cromileptes

Altivelis. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor.

Blaxhall PC. 1972. The Haemothological Assessment of The Health of Fresh Water Fish. A Review of Selected Literature. Journal of Fish Biology 4 :

593-604.

Boyd CE. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier Science Publishing Company Inc, New York. Hal 146 – 159.

(44)

Dellman HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3. Hartono (Penerjemah). UI Press, Jakarta.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Hal 95-109.

Ganong WF. 1995. Buku Ajar fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiologi). Ed ke-4. Terjemahan P Adianto. EGC, Jakarta.

Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati Setiawan (Penerjemah). Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta.

Hesser EF. 1960. Methods for Routine Fish Hematology. Progressive Fish Culturist.

Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Khairuman, K Amri. 2002. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. PT Agromedia Pustaka, Tangerang.

Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. 1977. Ichthyology. John Willey and Sons. Inc. new York-London. Hlm 506.

Maryani M. 2003. Interaksi Antara Logam Berat Kadmium(Cd) dan Infeksi Bakteri Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Mas Cyprinus Carpi. Skripsi

Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, IPB.

(45)

Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. PT Agromedia Pustaka, Tangerang.

Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB

.

Primandaka JT. 1992. Pengaruh Penyuntikan Isolat Virulen Aeromonas hydrophila Secara Intramuskular Terhadap Gambaran Darah Lele Dumbo

(Clarias sp.) Ukuran Fingerling. Skripsi. Fakultas Perikanan, IPB.

Puspowardoyo H dan Djarijah AS. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat Air. Kanisius, Yogyakarta.

Roberts RJ. 1978. Fish Pathology. Ballier Tindall London.

Sastradipradja D , SHS Sikar, R Widjajakusuma, T Ungerer, A Maad, H Nasution, R Suriawinata, R Hamzah. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi, PAU Ilmu Hayati, IPB.

Sumpeno Dedi. 2005. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp), Pada Penebaran 15, 20, 25, dan 30 Ekor/Liter Dalam

Pendederan Secara Indoor dengan Sistem Resirkulasi. Skripsi Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.

Suyanto S Rachmatun. 2007. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya : Jakarta.

Swenson MJ. 1977. Dukes Physiology of Domestic Animal. Ed ke-9. Cornell Univ. Press, London.

(46)

Weatherley AH. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. Academy Press, London. 293p.

Wedemeyer GA, Yasutke. 1977. Clinical Methods for The Assessment on The Effect of Enviromental Stress on Fish Health. Technical Paper of The US

Departement of The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 : 1-17.

Wells RMG, Baldwin J, Seymour RS, Chirtian K, Britain T. 2005. Blood Cell Function and Haematology In Two Tropical Frehswater Fishes From

Australia. Comparative Biochemistry and Physiology.

Gambar

Gambar 1. Ikan Lele (Clarias spp) (Suryanto 2007)
Gambar 2.  Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) (atas) dan ikan lele lokal         (Clarias batrachus) (bawah) (Suyanto 2007)
Gambar 3.  Sel darah Ikan Lele (Clarias ssp), Eritrosit (E), Limfosit (L),                             Monosit (M), Heterofil (N), dan Trombosit (T) (Abdullah 2008)
Tabel 1. Differensiasi Leukosit dan Jumlah Leukosit Total Ikan Lele
+2

Referensi

Dokumen terkait

Daha Kadro çıkmadan başlayıp, sonra yıllarca süren ve zaman zaman, sert, çetin komplikasyonlar gösteren bu olaylarda ve oluşumlarda, işte Yakup Kadri’dir ki

Temuan ini di harapkan dapat berguna sebagai acuan untuk membuat kebijakan- kebijakan selanjutnya dalam menghadapi masalah terkait pengetahuan nasabah yang

Perusahaan berada di daerah Lembang yang memiliki cuaca yang dingin sangat menguntungkan bagi perusahaan karena dapat mempertahankan bahan baku sayuran dalam menjaga

Saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih sama kalian semua atas kebersamaan nya selama di STIE Perbanas Surabaya.. Kakak ketemu gede yang paling aku kasihi, Mbak

Ask regarding s/s of uterine fibroid / pelvic mass: menses- whether had heavy bleeding, pelvic pain, recurrent miscarriage, pressure symptoms (frequency, urinary

(4) Moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan kesesuaian tugas berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan

Data yang diperoleh dari bulan April sampai dengan September 2013 dari pemeriksaan dahak BTA positif dan BTA negatif penderita TB Paru berjumlah 270 orang dimana laki-laki