• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Hematologi Anjing Pelacak Operasional Ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Hematologi Anjing Pelacak Operasional Ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK

OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT

SATWA POLRI-DEPOK

GITA WIDARTI ANGGAYASTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

GITA WIDARTI ANGGAYASTI. Gambaran Hematologi Anjing Pelacak Operasional Ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok. Dibimbing oleh Aryani Sismin Satyaningtijas dan Hera Maheshwari.

Dewasa ini, anjing telah banyak digunakan oleh polisi di seluruh dunia dalam pekerjaan kepolisian, termasuk di Indonesia. Sehubungan dengan hal ini pihak kepolisian RI (POLRI) mendirikan Subdirektorat Satwa (Subdit Satwa) yang khusus memfasilitasi pelatihan anjing pelacak. Anjing keturunan, seperti Labrador Retriever memiliki nilai lebih dari kepolisian untuk kemampuan penciuman mereka dalam mencari obat-obatan terlarang dan substansi lainnya yang diselundupkan. Berbagai analisis gambaran darah pada anjing dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan lokal terhadap faktor fisiologi. Sampai saat ini, belum banyak ditemukan data mengenai nilai hematologi anjing ras Labrador Retriever. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran darah pada Labrador Retriever sebagai anjing pelacak khusus narkoba di Subdit Satwa POLRI-Depok.

Penelitian dilakukan bulan Februari-Maret 2006 dengan menggunakan tujuh ekor Labrador Retriever yang masih aktif beroperasi sebagai anjing pelacak di Subdit Satwa POLRI-Depok. Pengambilan darah dilakukan pada vena

cephalica antibrachii lateralis pada pagi hari (sebelum jam 8.00 WIB) sebelum Labrador Retriever melakukan aktivitas rutin pelatihan anjing pelacak tetapi setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan secara klinis. Hasil penelitian gambaran hematologi pada anjing pelacak operasional ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok memiliki kisaran nilai eritrosit (4.7 ± 0.85)x 106/mm3, hemoglobin (9.1 ± 1.25) g%, hematokrit/PCV (28.0 ± 6.27)%, MCV (61.1 ± 9.23) fl, MCH (21.9 ± 5.91) pg, MCHC (30.5 ± 2.09) g%, leukosit/BDP (10.0 ± 2.78)x103/mm3, dan diferensiasi leukosit (limfosit (5.11 ± 1.39)x103/mm3, neutrofil (4.73 ± 2.39)x103/mm3, monosit (0.05 ± 0.05)x103/mm3, eosinofil (0.22 ± 0.20)x103/mm3, basofil (0)x103/mm3). Secara umum nilai darah pada anjing pelacak ras Labrador Retriever berada dibawah kisaran normal, namun ±55% Labrador Retriever memiliki jumlah limfosit yang berada diatas kisaran normal (limfositosis). Anjing pelacak operasional ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok yang mempunyai gambaran darah diluar kisaran normal diduga karena exercise (latihan) yang berlebihan dan adanya infestasi caplak.

(3)

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK

OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT

SATWA POLRI-DEPOK

GITA WIDARTI ANGGAYASTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Gambaran Hematologi Anjing Pelacak Operasional Ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok

Nama : Gita Widarti Anggayasti NRP : B04103180

Disetujui,

Dr. Drh. Aryani Sismin S, MSc. Dr. Drh. Hera Maheshwari, MSc

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS Wakil Dekan

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Kedokteran Hewan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.Drh.Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc selaku pembimbing I dan Dr.Drh.Hera Maheshwari, MSc selaku pembimbing II atas segala waktu, perhatian, bimbingan, arahan, bantuan dan kesabaran selama penyusunan skripsi, serta ucapan terima kasih kepada Dr.Drh.Anita Esfandiari, MSi sebagai dosen penguji atas kesediaan dan saran yang diberikan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ayah dan Ibuku tersayang serta keluargaku tercinta. 2. Giffar Rahman Ajji untuk kasih sayang dan kesetiaannya.

3. AKP. Drh. Chaindra Prasto Saleh dan Bripda Wahyu atas bantuan, kerja sama dan kesabarannya selama kami berada disana.

4. Staf Subdit Satwa POLRI-Kelapa Dua Depok dan pelatih/pawang anjing pelacak yang telah bersedia membantu dan bekerjasama.

5. Staf Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor atas semua bantuannya.

6. Rekan penelitian Ame dan Galuh atas kebersamaan dalam suka dan duka yang telah kita lewati.

7. Semua dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis kuliah di Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

8. Teman-teman dekat selama menjalani masa kuliah (Beboy, Nola Maya, Dince, Cici Tan, Syer-lay, Lono,dan Adith).

9. Teman-teman angkatan Gymnolaemata 40.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, kiranya penelitian dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2007

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Desember 1982 di Jakarta dari pasangan Adhi Sutjahjo dan Enay Widyaharti. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN Cipinang 01 Pagi Rawamangun pada tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 74 Rawamangun dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis telah menyelesaikan pendidikan di SMU PB Sudirman Bekasi dan pada tahun 2003 masuk Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(7)

DAFTAR ISI

LABRADOR RETRIEVER... 17

Sejarah... 18

Latihan yang Diperlukan... 22

Klasifikasi... 22

Penampilan Umum... 23

DARAH... 25

Plasma Darah... 26

Eritrosit... 26

Hemoglobin... 28

Hematokrit... 29

Indeks Eritrosit... 29

MCV ... 29

MCH... 30

(8)

Leukosit... 30 Waktu dan Tempat Penelitian... 34

Bahan dan Alat... 34

Metode Penelitian... 35

Pengambilan Sampel Darah... 35

Penghitungan Jumlah Eritrosit... 35

Penghitungan Jumlah Leukosit... 36

Penghitungan Diferensiasi Leukosit... 37

Penghitungan Nilai Hematokrit... 37

Penghitungan Kadar Hemoglobin... 38

Penghitungan Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)……….. 39

HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit... 40

Hemoglobin... 42

Hematokrit (PCV)... 43

Mean Corpuscular Volume (MCV)... 44

Mean Corpuscular Hemogobin (MCH)……... 45

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)……….. 46

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. The FCI Grouping of Dog

Breeds... 7 2. Jumlah kandungan benda darah pada anjing normal... 25 3. Kisaran jumlah eritrosit pada berbagai hewan dan manusia... 27 4. Data rata-rata jumlah eritrosit, kadar Hb dan PCV pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 40 5. Data rata-rata indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC) pada anjing

pelacak ras Labrador Retriever... 44 6. Data rata-rata jumlah total leukosit/Butir Darah Putih(BDP)

dan diferensiasi leukosit pada anjing pelacak ras Labrador

(10)

DAFTAR GAMBAR

5. Tampilan umum Labrador Retriever... 19

6. Labrador Retriever dewasa... 23

7. Kurva ilustrasi dari oxyhemoglobin... 27

8. Eritrosit pada anjing normal, menggunakan pewarnaan giemsa 10% dengan pembesaran 100x10... 28

9. Eosinofil dengan granul besar pada anjing sehat, menggunakan pewarnaan giemsa 10%, pembesaran 100x10... 31

10. Basofil, monosit dan dua neutrofil dalam darah anjing, menggunakan pewarnaan giemsa 10%, pembesaran 100x10... 32

11. Limfosit pada anjing sehat, menggunakan pewarnaan giemsa 10%, pembesaran 100x10... 33

12. Pengambilan darah di vena cephalica antibrachii... 35

13. Alat sentrifuse, mikrokapiler hematokrit... 38

14. Mikrohematokrit reader... 38

15. Grafik rata-rata jumlah eritrosit (BDM) pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 41

16. Grafik rata-rata kadar hemoglobin (Hb) pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 42

17. Grafik rata-rata nilai hematokrit (PCV) pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 43

18. Grafik rata-rata nilai MCV pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 45

19. Grafik rata-rata nilai MCH pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 45

20. Grafik rata-rata nilai MCHC pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 46

(11)

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK

OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT

SATWA POLRI-DEPOK

GITA WIDARTI ANGGAYASTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

GITA WIDARTI ANGGAYASTI. Gambaran Hematologi Anjing Pelacak Operasional Ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok. Dibimbing oleh Aryani Sismin Satyaningtijas dan Hera Maheshwari.

Dewasa ini, anjing telah banyak digunakan oleh polisi di seluruh dunia dalam pekerjaan kepolisian, termasuk di Indonesia. Sehubungan dengan hal ini pihak kepolisian RI (POLRI) mendirikan Subdirektorat Satwa (Subdit Satwa) yang khusus memfasilitasi pelatihan anjing pelacak. Anjing keturunan, seperti Labrador Retriever memiliki nilai lebih dari kepolisian untuk kemampuan penciuman mereka dalam mencari obat-obatan terlarang dan substansi lainnya yang diselundupkan. Berbagai analisis gambaran darah pada anjing dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan lokal terhadap faktor fisiologi. Sampai saat ini, belum banyak ditemukan data mengenai nilai hematologi anjing ras Labrador Retriever. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran darah pada Labrador Retriever sebagai anjing pelacak khusus narkoba di Subdit Satwa POLRI-Depok.

Penelitian dilakukan bulan Februari-Maret 2006 dengan menggunakan tujuh ekor Labrador Retriever yang masih aktif beroperasi sebagai anjing pelacak di Subdit Satwa POLRI-Depok. Pengambilan darah dilakukan pada vena

cephalica antibrachii lateralis pada pagi hari (sebelum jam 8.00 WIB) sebelum Labrador Retriever melakukan aktivitas rutin pelatihan anjing pelacak tetapi setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan secara klinis. Hasil penelitian gambaran hematologi pada anjing pelacak operasional ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok memiliki kisaran nilai eritrosit (4.7 ± 0.85)x 106/mm3, hemoglobin (9.1 ± 1.25) g%, hematokrit/PCV (28.0 ± 6.27)%, MCV (61.1 ± 9.23) fl, MCH (21.9 ± 5.91) pg, MCHC (30.5 ± 2.09) g%, leukosit/BDP (10.0 ± 2.78)x103/mm3, dan diferensiasi leukosit (limfosit (5.11 ± 1.39)x103/mm3, neutrofil (4.73 ± 2.39)x103/mm3, monosit (0.05 ± 0.05)x103/mm3, eosinofil (0.22 ± 0.20)x103/mm3, basofil (0)x103/mm3). Secara umum nilai darah pada anjing pelacak ras Labrador Retriever berada dibawah kisaran normal, namun ±55% Labrador Retriever memiliki jumlah limfosit yang berada diatas kisaran normal (limfositosis). Anjing pelacak operasional ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok yang mempunyai gambaran darah diluar kisaran normal diduga karena exercise (latihan) yang berlebihan dan adanya infestasi caplak.

(13)

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK

OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT

SATWA POLRI-DEPOK

GITA WIDARTI ANGGAYASTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul Skripsi : Gambaran Hematologi Anjing Pelacak Operasional Ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok

Nama : Gita Widarti Anggayasti NRP : B04103180

Disetujui,

Dr. Drh. Aryani Sismin S, MSc. Dr. Drh. Hera Maheshwari, MSc

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS Wakil Dekan

(15)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Kedokteran Hewan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.Drh.Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc selaku pembimbing I dan Dr.Drh.Hera Maheshwari, MSc selaku pembimbing II atas segala waktu, perhatian, bimbingan, arahan, bantuan dan kesabaran selama penyusunan skripsi, serta ucapan terima kasih kepada Dr.Drh.Anita Esfandiari, MSi sebagai dosen penguji atas kesediaan dan saran yang diberikan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ayah dan Ibuku tersayang serta keluargaku tercinta. 2. Giffar Rahman Ajji untuk kasih sayang dan kesetiaannya.

3. AKP. Drh. Chaindra Prasto Saleh dan Bripda Wahyu atas bantuan, kerja sama dan kesabarannya selama kami berada disana.

4. Staf Subdit Satwa POLRI-Kelapa Dua Depok dan pelatih/pawang anjing pelacak yang telah bersedia membantu dan bekerjasama.

5. Staf Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor atas semua bantuannya.

6. Rekan penelitian Ame dan Galuh atas kebersamaan dalam suka dan duka yang telah kita lewati.

7. Semua dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis kuliah di Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

8. Teman-teman dekat selama menjalani masa kuliah (Beboy, Nola Maya, Dince, Cici Tan, Syer-lay, Lono,dan Adith).

9. Teman-teman angkatan Gymnolaemata 40.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, kiranya penelitian dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2007

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Desember 1982 di Jakarta dari pasangan Adhi Sutjahjo dan Enay Widyaharti. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN Cipinang 01 Pagi Rawamangun pada tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 74 Rawamangun dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis telah menyelesaikan pendidikan di SMU PB Sudirman Bekasi dan pada tahun 2003 masuk Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(17)

DAFTAR ISI

LABRADOR RETRIEVER... 17

Sejarah... 18

Latihan yang Diperlukan... 22

Klasifikasi... 22

Penampilan Umum... 23

DARAH... 25

Plasma Darah... 26

Eritrosit... 26

Hemoglobin... 28

Hematokrit... 29

Indeks Eritrosit... 29

MCV ... 29

MCH... 30

(18)

Leukosit... 30 Waktu dan Tempat Penelitian... 34

Bahan dan Alat... 34

Metode Penelitian... 35

Pengambilan Sampel Darah... 35

Penghitungan Jumlah Eritrosit... 35

Penghitungan Jumlah Leukosit... 36

Penghitungan Diferensiasi Leukosit... 37

Penghitungan Nilai Hematokrit... 37

Penghitungan Kadar Hemoglobin... 38

Penghitungan Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)……….. 39

HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit... 40

Hemoglobin... 42

Hematokrit (PCV)... 43

Mean Corpuscular Volume (MCV)... 44

Mean Corpuscular Hemogobin (MCH)……... 45

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)……….. 46

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. The FCI Grouping of Dog

Breeds... 7 2. Jumlah kandungan benda darah pada anjing normal... 25 3. Kisaran jumlah eritrosit pada berbagai hewan dan manusia... 27 4. Data rata-rata jumlah eritrosit, kadar Hb dan PCV pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 40 5. Data rata-rata indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC) pada anjing

pelacak ras Labrador Retriever... 44 6. Data rata-rata jumlah total leukosit/Butir Darah Putih(BDP)

dan diferensiasi leukosit pada anjing pelacak ras Labrador

(20)

DAFTAR GAMBAR

5. Tampilan umum Labrador Retriever... 19

6. Labrador Retriever dewasa... 23

7. Kurva ilustrasi dari oxyhemoglobin... 27

8. Eritrosit pada anjing normal, menggunakan pewarnaan giemsa 10% dengan pembesaran 100x10... 28

9. Eosinofil dengan granul besar pada anjing sehat, menggunakan pewarnaan giemsa 10%, pembesaran 100x10... 31

10. Basofil, monosit dan dua neutrofil dalam darah anjing, menggunakan pewarnaan giemsa 10%, pembesaran 100x10... 32

11. Limfosit pada anjing sehat, menggunakan pewarnaan giemsa 10%, pembesaran 100x10... 33

12. Pengambilan darah di vena cephalica antibrachii... 35

13. Alat sentrifuse, mikrokapiler hematokrit... 38

14. Mikrohematokrit reader... 38

15. Grafik rata-rata jumlah eritrosit (BDM) pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 41

16. Grafik rata-rata kadar hemoglobin (Hb) pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 42

17. Grafik rata-rata nilai hematokrit (PCV) pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 43

18. Grafik rata-rata nilai MCV pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 45

19. Grafik rata-rata nilai MCH pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 45

20. Grafik rata-rata nilai MCHC pada anjing pelacak ras Labrador Retriever... 46

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pengambilan darah pada anjing pelacak ras

Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok... 57 2. Pelatihan halang rintang anjing pelacak ras

Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok... 57 3. Stambum (akte kelahiran) salah satu anjing pelacak

ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok

(halaman depan dan belakang)... 58 4. Stambum (akte kelahiran) anjing pelacak ras

Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI-Depok

(22)

Bab I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selama berabad-abad, anjing -canis familiaris dan manusia -homo sapiens

telah berbagi hubungan yang unik di alam, dan kebenaran tersebut telah dijelaskan secara ilmiah dan arkeologi. Hubungan yang kuat ini telah dibuktikan dengan adanya fosil yang ditemukan di Israel 12.000 tahun yang lalu, yaitu sebuah tengkorak dari seorang manusia dengan tangannya memeluk kepala anjing yang bersebelahan dengannya seperti sedang melindunginya. Satu teori yang nampak logis adalah manusia mengakui kekuatan superior yang dimiliki anjing dalam kecepatan, penglihatan, dan pendengarannya, serta kepatuhan dan kesetiaannya terhadap orang terdekat (Grossman 1993).

(23)

Untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga penciuman ekstra tajam dibutuhkan sejenis Labrador Retriever yang telah terbukti memiliki kesempurnaan dalam mendeteksi keberadaan narkoba dan bahan peledak. Anjing keturunan, seperti Labrador Retriever memiliki nilai lebih bagi kepolisian untuk kemampuan penciuman mereka dalam mencari obat-obatan terlarang dan substansi lainnya yang diselundupkan. Anjing sejenis itu dipekerjakan oleh kepolisian di beberapa negara untuk berpatroli pada tempat-tempat tertentu di darmaga dan bandara. Setiap anjing narkoba dilatih untuk mendeteksi suatu substansi tertentu, sehingga efisien dalam pekerjaannya. Anjing tersebut dapat mendeteksi kehadiran suatu substansi dan memberikan petunjuk kepada pelatihnya bahkan dalam kondisi yang tersulit, seperti di area bandara yang ramai, ketika substansi tersebut ditutup dengan rapat dan dibungkus didalam tas yang penuh dengan pakaian (Sianipar dkk 2004).

(24)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai hematologi anjing ras Labrador Retriever, yaitu eritrosit (jt/mm3), Hb (gr%), PCV rata-rata (%), MCV (fl), MCH (pg), MCHC (g%), leukosit (rb/mm3), dan persentase limfosit, neutrofil, monosit, eosinofil, serta basofil ras Labrador Retriever di Sub Direktorat Satwa Kepolisian Republik Indonesia, Depok.

Manfaat Penelitian

(25)

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

ANJING

Menurut Evans (1993), anjing dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Mamalia Order : Carnivora Family : Canidae Genus : Canis Species : Canis lupus

Subspecies : Canis lupus familiaris

Ordo karnivora dibahas sangat baik oleh beberapa pengarang dalam Gittleman (1989) tentang perilaku dan sejarah yang dialami. Karnivora merupakan mamalia cerdas, kebanyakan makan daging dengan gigi yang sesuai untuk menghancurkan makanan, memotong dalam waktu yang relatif pendek/singkat. Anggota dari ordo ini merupakan hewan berkuku tajam dan mempunyai tingkah laku sebagai predator tetapi tetap melindungi hewan yang masih muda. Spesies ini sudah banyak yang mengalami domestikasi. Bukti baru mengungkap bahwa anjing pertama kali didomestikasi di Asia Timur, kemungkinan di Tiongkok. Manusia pertama yang menginjakkan kaki di Amerika Utara membawa serta anjing dari Asia. Penelitian genetika telah berhasil mengidentifikasi 14 ras anjing kuno. Di antaranya, Chow Chow, Sharpei, Akita,

(26)

Istilah anjing mengacu pada anjing hasil domestikasi Canis lupus-familiaris. Anjing pernah diklasifikasikan sebagai Canis familiaris oleh Linnaeus di tahun 1758. Tapi di tahun 1993, Lembaga Smithsonian dan Asosiasi Ahli Mamalia Amerika anjing ditetapkan sebagai subspesies serigala abu-abu Canis lupus. Di Indonesia, anjing hutan yang asli pulau Sumatra dan Jawa disebut Ajag. Penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini menunjukkan domestikasi hewan atau ciri-ciri domestikasi pada hewan bisa berlangsung dalam waktu yang lebih singkat dari waktu yang pernah diperkirakan dulu (Anonima 2007). Domestikasi anjing liar dapat berlangsung dalam satu atau dua generasi manusia bila dilakukan

pembiakan selektif yang disengaja. Domestikasi anjing awalnya didorong motif saling menguntungkan oleh kedua belah pihak. Anjing liar yang memungut sisa-sisa makanan di sekeliling permukiman manusia mendapat lebih banyak makanan dibandingkan rekan-rekan satu kawanan yang masih liar dan takut pada manusia. Anjing liar yang menyerang manusia purba atau anak-anaknya kemungkinan diusir atau dibunuh, sedangkan anjing liar yang bersahabat dengan manusia selamat. Manusia purba memanfaatkan anjing untuk mengusir hewan liar pengganggu manusia. Indera anjing yang tajam menjadikan anjing bertugas sebagai penjaga manusia dari kedatangan hewan pemangsa yang selalu mengincar.

Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari

serigala sejak 15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA

(Anonima 2007). Penelitian lain mengungkap sejarah domestikasi anjing yang belum begitu lama. Analisis DNA yang dilakukan selama ini menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Vilà (1997) menyimpulkan bahwa anjing merupakan percabangan dari serigala yang terjadi sekitar 75.000 sampai 135.000 tahun yang lalu. Analisis lanjut yang dilakukan Savolainen (2002) menunjukkan "semua populasi anjing berasal dari sumber gen (gene pool) tunggal" bersama-sama dengan serigala.

(27)

Verginelli (2005) meneliti bukti-bukti DNA dari 5 fosil prasejarah Canidae yang menurut metode pengukuran karbon berasal dari 15.000 sampai

3.000 tahun yang lalu, 341 ekor serigala dari beberapa populasi di seluruh dunia, dan 547 anjing ras murni. Hasil penelitian menunjukkan leluhur anjing berasal dari berbagai kawanan yang terpisah, dan atau interbreed (saling kawin) dengan anjing purba dan serigala di berbagai tempat yang tersebar di seluruh dunia. Sejarah anjing yang lebih dalam belum selesai diteliti, dan sampai tersedianya bukti-bukti yang bisa dipercaya, sejarah nenek moyang serigala berikut ini hanya bersifat perkiraan saja.

Anjing telah berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai macam variasi, mulai dari anjing dengan tinggi badan beberapa puluh sentimeter seperti

Chihuahua hingga Irish Wolfhound yang tingginya lebih dari satu meter. Warna bulu anjing bisa beraneka ragam, mulai dari putih sampai hitam, abu-abu, dan

coklat. Selain itu, anjing memiliki berbagai jenis bulu, mulai dari yang sangat pendek hingga yang panjangnya bisa mencapai beberapa sentimeter. Bulu anjing bisa lurus atau keriting, dan bertekstur kasar hingga lembut seperti benang wol.

(28)

Tabel 1. The FCI Grouping of Dog Breeds

1. Sheepdogs/Cattledogs (selain Swiss cattledogs)

Sheepdogs Cattledogs

2. Pinschers, Schnauzers, Mastiffs (Molossians) and Swiss mountain & cattledogs

Pinscher & Schnauzer Mastiffs (Molossians) Swiss Mountian & Cattle

Dogs 4. Dachshunds (Teckels)

Miniature Standard

5. Primitive type dogs and Spitzes Nordic Sled Dogs Nordic Hunting Dogs Nordic Watchdogs and

Herders European Spitz

Asian Spitz & Related Breeds Primitive types (Caanan dog,

Basenji, hairless breeds) Primitive type hunting dogs

(podengos)

Primitive type hunting dogs with ridged backs (Thai Ridgeback)

6. Scent hounds/related breeds Scent Hounds

Scent Hounds hunted on leash

Related Breeds (Dalmatian, Rhodesian Ridgeback) 7. Pointers

Continental Pointing Dogs United Kingdom Pointing

Dogs

8. Retrievers, Water Dogs and Flushing Dogs

Retrievers Flushing Dogs Water Dogs 9. Companions and Toys

Bichons & Related breeds Poodles

Small Belgian Dogs Small Hairless Dogs Tibetan Breeds Chihuahua

English Toy Spaniels Japanese Chin & Pekinese Continential Toy Spaniels Kromfohrländer

Toy Bull breeds 10. Sighthounds (Windhounds)

Longhaired and Fringed Windhounds

Wire Coated Windhounds Short Haired Windhounds

(Sumber: Anonimb 2007).

Hubungan dengan Manusia

(29)

kesayangan bahkan sering sampai diberi nama keluarga yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia sebagai anggota kelompoknya. Anjing hanya sedikit membedakan kedudukan sang pemilik dengan rekan anjing yang masih satu kelompok, dan bahkan sering tidak membedakannya sama sekali. (Anonima 2007). Anjing memiliki banyak peran dalam masyarakat manusia dan sering dilatih sebagai anjing pekerja. Berbagai anjing pekerja dari segala jenis banyak bekerja sebagai anjing penggembala dan pekerjaan baru seperti anjing pelacak dan anjing penuntun tuna netra atau anjing pelayanan. Untuk anjing yang tidak bekerja, ada banyak olah raga anjing untuk memamerkan kemampuan alami mereka. Di banyak negara, peran anjing yang paling umum dan paling penting adalah sebagai hewan peliharaan. Anjing telah bekerja dan tinggal bersama manusia dengan banyak peran yang membuat mereka digelari "teman terbaik manusia". Sebaliknya, anjing dianggap hewan yang tidak bersih (najis) di beberapa tempat di dunia. Di beberapa negara, anjing diternakkan sebagai hewan ternak untuk menghasilkan daging anjing. Di sebagian besar kebudayaan di dunia, konsumsi daging anjing dianggap tabu (Anonima 2007).

Neoteni dalam Evolusi Berbagai Ras Anjing

Neoteni adalah evolusi secara cepat yang terjadi akibat pengaruh dari reproduksi secara seksual. Serigala menjadi anjing adalah contoh neoteni atau

(30)

Masih terdapat banyak lagi contoh neoteni pada anjing, masing-masing ras mendapat perlakuan neoteni yang berbeda-beda bergantung pada sifat-sifat anjing yang diingini.

ƒ Anjing gembala penjaga hewan ternak menunjukkan sifat-sifat anjing

pemburu, namun secara terkendali. Anggota kelompok ini seperti Border Collies, Belgian Malinois dan German Shepherd menggunakan taktik pemburu terhadap hewan buruan untuk menakut-nakuti agar kawanan ternak bisa dikendalikan. Naluri alami untuk membunuh hewan buruan ditekan melalui latihan. Anjing ras lain yang termasuk ke dalam kelompok ini, seperti Welsh Corgi, Canaan, dan Australian Cattle bertindak lebih agresif sewaktu menggembalakan ternak. Sekaligus memanfaatkan bentuk tubuh yang lebih kecil untuk mengelak dari hewan yang melawan (Anonima 2007)..

(31)

ƒ Anjing pelacak (Scenthound) tetap mempunyai ukuran tubuh sedang dan pola tingkah laku mengawasi mangsa dengan cara mengikuti jejak baunya. Anjing yang termasuk ke dalam kelompok ini tetap menahan diri untuk tidak menyerang mangsa sendirian, dan perlu memanggil pimpinan kawanan (dalam hal ini, manusia) untuk menyelesaikan tugasnya. Beagle, Bloodhound, Basset Hound, Coonhound, Dachshund, Fox Hound, Otter Hound, dan Harrier termasuk ke dalam kelompok ini (Anonima 2007).

Gambar 1. Basset Hound (Anonima 2007).

ƒ Sighthound merupakan anjing yang mengejar dan menyerang segala

mangsa yang terlihat. Anjing yang termasuk ke dalam kelompok ini tetap mempertahankan bentuk fisik anjing dewasa, dengan ciri fisik khas seperti dada sempit dan tubuh yang langsing. Tapi anjing jenis ini sudah tidak lagi memiliki daun telinga tegak dan bulu dua lapis mirip mantel seperti yang dimiliki serigala. Afghan, Borzoi, Saluki, Sloughi, Pharaoh Hound, Azawakh, Whippet, dan Greyhound termasuk ke dalam kelompok ini (Anonima 2007).

Gambar 2.Whippet

(32)

• Jenis Mastiff yang bertubuh besar dan tinggi, memiliki bagian dada yang besar seperti drum, tulang yang besar dan tengkorak yang tebal. Kelompok anjing ini secara tradisional dibiakkan untuk perang dan anjing penjaga (Anonima 2007).

ƒ Jenis Bulldog yang berukuran tubuh sedang, dibiakkan untuk berkelahi

melawan hewan peliharaan lain atau hewan liar. Anjing jenis ini memiliki tengkorak persegi, tulang yang besar, bahu yang lebar, dan berotot kuat (Anonima 2007).

ƒ Jenis Terrier memiliki sifat agresif dan kurang tunduk pada anggota

kawanan yang lebih senior. Kelompok ini memiliki ciri fisik anjing dewasa seperti telinga tegak, walaupun jenis yang disenangi kebanyakan berukuran tubuh kecil dan memiliki kaki yang pendek, sehingga anjing jenis ini bisa mengejar mangsa yang berada di dalam lubang (Anonima 2007).

Gambar 3.Pudelpointer

(Anonima 2007).

(33)

bergantung pada perlakuan yang diterima dari pemilik anjing dan orang-orang yang berkomunikasi dengan anjing tersebut. Anjing yang menerima kekerasan dari pemilik atau dengan sengaja dibuat kelaparan bisa menjadi anjing cepat marah dan berbahaya. Pemilik yang gagal mendidik anjing bisa menyebabkan tingkah laku anjing menjadi tidak normal. Tidak jarang, anjing yang kurang perhatian dari pemilik dan kurang pendidikan menjadi suka mengigit orang atau menyerang hewan-hewan lain (Anonima 2007).

Di seluruh dunia terdapat lebih dari 800 jenis anjing ras yang diakui oleh

kennel club di berbagai negara. Istilah "anjing ras murni" sebenarnya hanya berlaku untuk beberapa generasi tertentu anjing, soalnya semua anjing ras berasal dari anjing campuran. Sebagian kecil jenis anjing ras yang utama merupakan hasil evolusi lebih dari 10.000 tahun yang lalu dan sama tuanya dengan sejarah domestikasi anjing. Tapi sebagian besar anjing ras justru merupakan produk dari

seleksi buatan yang disengaja. Berbagai anjing ras yang dihasilkan seleksi buatan benar-benar memiliki ciri-ciri tersendiri yang hanya khas untuk ras tersebut. Akibatnya, dua ekor anjing dari ras yang berbeda bisa terlihat sangat berbeda, walaupun keduanya merupakan hewan yang sama. Walaupun sama-sama anjing dan penampilannya terlihat sangat berbeda, anjing masih bisa mengenali rekan sesama anjing di antara hewan-hewan lain (Anonima 2007).

Definisi anjing ras sangat mengundang kontroversi, pengembangbiakan dengan menggunakan gene pool tertutup yang mengakibatkan terjadinya

perkawinan sekerabat. Pembiak anjing (kennel) sudah semakin sadar akan pentingnya populasi gen dan mempertahankan keanekaragaman dalam gene pool. Pemeriksaan kesehatan dan tes DNA yang dilakukan pembiak anjing dapat menghindarkan terlahirnya anak-anak anjing dengan masalah kesehatan dan tingkah laku yang serius. Sebagian organisasi anjing ras sudah menetapkan standar untuk suatu ras secara lebih longgar. Seekor anjing sudah bisa dimasukkan sebagai anggota ras bila memiliki 75% dari karakteristik yang harus ada pada ras tersebut. Pertimbangan yang sama tentang standar anjing ras juga diberlakukan dalam pameran anjing. Walaupun demikian, masalah ini tidak hanya terbatas pada

(34)

dikenal lebih akurat. Anjing Labrador Retriever umumnya senang bermain air, sedangkan Beagle pastinya sangat tertarik dengan berbagai bau-bauan. Sebaliknya, bentuk fisik dan tingkah laku anjing campuran sulit diduga dan kadang-kadang sangat unik (Anonima 2007).

Di bulan Februari 2004, Canine Studies Institute di Aurora, Ohio

mengelompokkan anjing menjadi 10 kategori. Anjing campuran adalah anjing yang tidak tergolong ke dalam ras tertentu, dan merupakan campuran dari 2 ras atau lebih dalam berbagai persentase. Anjing campuran (anjing kampung), atau anjing tanpa asal-usul ras murni sama sekali tidak lebih bagus atau lebih jelek dibandingkan anjing ras untuk digunakan sebagai sahabat, hewan peliharaan,

anjing pekerja, atau bertanding dalam olahraga anjing. Anjing campuran malah kadang-kadang sengaja dibuat, misalnya anjing Cockapoo yang merupakan campuran Cocker Spaniel dengan Pudel mini. Persilangan yang disengaja seperti ini diharapkan menghasilkan anak anjing yang lebih superior sebagai akibat dari

heterosis. Selain itu, anak anjing bisa memiliki ciri-ciri lain yang diinginkan, tapi kehilangan satu atau lebih ciri-ciri yang dimiliki oleh induk jantan dan betina, seperti temperamen atau warna bulu. Walaupun demikian, persilangan tanpa tes genetika kadang-kadang bisa menurunkan kerusakan genetika yang dimiliki induk jantan dan betina. Perkawinan silang yang disengaja antara dua atau lebih anjing ras juga bisa menghasilkan anjing ras baru (Anonima 2007).

Harapan hidup anjing bergantung pada jenis rasnya. Anjing ras berukuran besar rata-rata hanya bisa hidup sampai 7-8 tahun, sedangkan anjing ras Terrier ukuran kecil bisa hidup sampai 20 tahun. Harapan hidup rata-rata anjing berukuran sedang dan anjing kampung adalah sekitar 13-14 tahun. Menurut catatan yang bisa dipercaya, anjing yang memiliki usia paling panjang adalah anjing yang berumur 29 tahun (akhirnya meninggal di tahun 1939). Anjing bisa memiliki umur yang panjang jika diberi makanan yang memiliki gizi cukup baik,

(35)

Ciri Fisik

Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan dan tingkah laku dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lain. Sebagian besar anjing masih mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan dari serigala. Anjing adalah hewan pemangsa dan hewan pemakan bangkai, memiliki gigi tajam dan rahang yang kuat untuk menyerang, menggigit, dan mencabik-cabik makanan. Ciri-ciri khas dari nenek moyang serigala masih bertahan pada anjing, walaupun penangkaran secara selektif telah berhasil mengubah bentuk fisik berbagai jenis anjing ras. Anjing memiliki otot yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu, sistem

kardiovaskuler yang mendukung ketahanan fisik serta kecepatan berlari, dan gigi untuk menangkap dan mencabik mangsa. Bila dibandingkan dengan struktur tulang kaki manusia, secara teknis anjing berjalan berjingkat dengan jari-jari kaki (Anonima 2007).

Indera Penglihatan

Anjing dulunya disangka dikromatis, sehingga bisa disebut buta warna

(36)

Indera Pendengaran

Anjing bisa mendengar suara frekuensi rendah 16-20 Hz (manusia hanya mendengar frekuensi 20-70 Hz), dan suara frekuensi tinggi dari 70 kHz-100 kHz (manusia hanya mendengar frekuensi 13-20 kHz). Selain itu, anjing bisa menggerak-gerakkan daun telinga agar cepat bisa menentukan lokasi sumber suara yang sebenarnya. Lebih dari delapan belas otot pada daun telinga memungkinkan anjing memiringkan, memutar, menidurkan, atau menegakkan daun telinga. Anjing mampu menentukan sumber suara lebih cepat dari manusia, sekaligus bisa mendengar suara yang sumbernya empat kali lebih jauh yang dapat didengar manusia. Anjing dengan daun telinga berbentuk alami (tegak seperti daun telinga serigala) biasanya memiliki pendengaran yang lebih baik daripada anjing berdaun telinga jatuh seperti terdapat pada banyak spesies hasil domestikasi (Anonima 2007).

Indera Penciuman

(37)

Gambar 4. Anatomi rongga hidung anjing (Evans 1993)

Pelatih anjing pelacak sudah mengerti bahwa anjing tidak mungkin lagi diajar untuk melacak bau-bauan di atas kemampuan alami yang dimiliki sejak lahir. Anjing hanya dapat dimotivasi sebaik-baiknya dan diajar agar bisa berkonsentrasi pada jejak bau yang utama. Anjing pelacak yang terlatih harus bisa mengabaikan berbagai jejak bau yang lain. Anjing yang tidak terlatih biasanya senang sekali mengendus berbagai macam bau selain jejak bau yang diperintahkan. Sewaktu melakukan pekerjaan yang meletihkan bagi anjing pelacak (misalnya mencari barang selundupan di atas kapal), anjing harus dimotivasi agar mau bekerja keras dalam jangka waktu yang lama (Anonima 2007).

Kecerdasan

Orang senang memelihara anjing karena anjing hewan yang pintar. Anjing dianggap mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi menurut penelitian ilmiah

(38)

perlu berurusan dengan tugas yang rumit-rumit, sehingga tidak ada kesempatan belajar hal-hal yang sulit seperti membuka pintu tanpa bantuan manusia. Anjing yang sudah dilatih sebagai anjing penuntun bagi tuna netra dapat mengenali berbagai macam keadaan bahaya dan cara menghindar dari keadaan tersebut (Anonima 2007).

LABRADOR RETRIEVER

Labrador Retriever adalah anjing yang terpopuler dan terbanyak dalam registrasi-nya di Amerika pada saat ini. Labrador dan Golden bisa disamakan atau dimiripkan dalam satu dan lain hal, namun kedua jenis ini adalah berbeda. Ini bisa dilihat dari standarisasinya. Adapun kemiripan kedua jenis ini termasuk kedalam jenis Retriever dan sangat suka terhadap air. Dan juga mereka adalah anjing keluarga yang sangat handal, mempunyai temperamen yang sangat bagus. Labrador Retriever lebih dipilih mungkin karena perawatan bulunya yang jauh lebih mudah. Pemeliharaannya juga termasuk cukup gampang. Labrador Retriever termasuk ke dalam kategori double coated breed atau memiliki dua lapisan bulu. Lapisan bulu dalamnya (undercoat) yang menjadi pelindung memungkinkan Labrador Retriever untuk terjun ke air dingin tanpa merasa kedinginan (Anonimc 2007).

Labrador Retriever dipakai oleh pemburu dalam berburu burung dan hewan-hewan kecil lainnya. Biasanya pemburu di Eropa memakai dua jenis anjing dalam berburu, yaitu Cocker Spaniel dan Labrador. Cocker berfungsi untuk

(39)

Sejarah

Berbeda dengan namanya, Labrador Retriever bukan berasal dari daerah Labrador di Canada, namun berasal dari daerah Newfoundland yang juga terletak di Canada sekitar tahun 1820-an. Pada tahun 1822, Earl Of Malmesbury II yang pertama kali melihat seekor anjing hitam (black water dog) di Poole Harbour. Karena kekagumannya terhadap anjing ini, kemudian ia membawanya ke Inggris. Ia menyebut mereka Little Newfoundlanders. Karena menganggap namanya yang terlalu panjang, Earl Of Malmesburry III, seorang duda yang dengan serius mulai membiakkan jenis ini, mengganti namanya menjadi Labrador. Lord Malmesburry kemudian memberikan beberapa anjingnya kepada Duke of Buccleuch dan kemudian Labrador Retriever ini mulai menyebar ke kalangan bangsawan Inggris pada mulanya dan kemudian ke seluruh Inggris dan bahkan ke seluruh dunia. Para bangsawan yang terlibat dalam pelestarian Labrador Retriever ini selain yang disebutkan diatas antara lain: Lady Jacqueline Barlow, Viscount Knutsford III, Lorna Countess Howe, bahkan Her Majesty Queen Elizabeth II. Sang Ratu Inggris ini sangat menyukai jenis Labrador Retriever ini bahkan sampai mempunyai kennel untuk Labrador Retriever dengan nama Sandringham. Kennel Sang Ratu Inggris ini cukup disegani dalam Field Trial, dimana biakan Sang Ratu ini sangat handal dan beberapa diantaranya telah menyandang gelar FT.Ch. (Field Trial Champions). Fondasi Kennel Sang Ratu ini berasal dari biakan Countess Howe (Banchory Labrador) yang diberikan kepada Alm. King George VI (Anonimc 2007).

Perkembangan Warna dan Standarisasi

Pada mulanya Labrador yang dikenal hanya Labrador yang berwarna hitam saja. Apabila dalam proses breeding muncul warna kuning, maka sang

(40)

sengaja membiakkannya. Ini terjadi sebelum Perang Dunia, walaupun mereka tidak diakui untuk beberapa tahun lamanya. Bahkan dalam Crufts Dog Show (Dog Show paling bergengsi di Inggris), seorang asisten juri pernah mencoba untuk menyuruh Mrs. Wormald dengan salah satu dari Knight Labradors menuju ke ring Golden Retriever, namun ditolak dengan keras olehnya. Labrador kuning pertama yang diregistrasi oleh The Kennel Club (Inggris) adalah Ben Of Hyde pada tahun 1899. Ben adalah cikal-bakal Labrador kuning yang ada sekarang (Anonimc 2007).

Gambar 5. Tampilan umum Labrador Retriever (Anonimc 2007).

Kemudian disekitar tahun 1930-an, Lady Ward dari Chiltonfoliat Labradors, berusaha membiakkan dan membangun warna Liver (Coklat), namun tidak semudah diakui seperti halnya warna kuning. Dan walaupun beberapa

(41)

sudah diakui. Standarisasi Labrador Retriever ini sudah beberapa kali mengalami perubahan. Revisi atau perubahan yang terakhir dilakukan pada tanggal 24 Juni 1987 di Jerusalem. Standarisasi inilah yang dipakai dan dikenal oleh FCI dan berlaku di negara-negara anggotanya di seluruh dunia, kecuali bila ditentukan lain oleh Breed Club di negara bersangkutan (Anonimc 2007).

Walaupun dalam rating-nya Labrador Retriever (sama seperti Golden Retriever) adalah termasuk kedalam kategori Excellent Watch Dog, namun ia bukanlah Guard Dog. Maksudnya disini adalah walaupun ia bisa menyalak jika ada orang asing, tetapi kita tidak bisa mengharapkannya untuk menyerang orang. Apabila ingin anjing yang bisa menjaga properti, maka Labrador bukanlah anjing yang cocok. Walaupun pernah ada kabar yang mengatakan bahwa Labrador menyerang orang untuk melindungi jiwa tuannya yang dalam keadaan bahaya (Anonimc 2007).

Keunggulan-keunggulan

- Tempramennya yang sangat luar biasa baik - Gundog yang istimewa

- Anjing keluarga yang sangat baik

- Sangat baik dan dapat dipercaya terhadap anak-anak kecil. - Retriever yang istimewa

- Lebih disenangi sebagai guide dog (anjing penuntun) untuk orang-orang cacat.

- Gampang / mudah untuk dilatih

- Bila disosialisasikan dari awal, akan bisa digabung bersama dengan hewan peliharaan lainnya, seperti: kucing dan bahkan hamster

- Perawatan bulu yang relatif lebih mudah

- Punya insting natural yang kuat untuk menyenangkan hati majikannya - Sangat mencintai majikannya dan juga keluarga majikannya

(42)

Jangka Waktu Hidup

Diperkirakan dapat hidup sampai 15 tahun.

Ukuran

Ukuran ideal bagi dari withers (bagian tertinggi dari punggung) ke kaki: - anjing jantan adalah: 56-57 cm (22-22 ½in)

- anjing betina adalah: 54½ -56 cm (21 ½- 22 in)

Bulu

Memiliki bulu yang sangat tebal dan lebat, tidak berombak ataupun

feathering dengan undercoat yang tahan terhadap segala cuaca. Warna Labrador yang diakui sampai saat ini adalah: hitam, kuning dan coklat. Sedikit spot putih pada dada diijinkan (Anonimc 2007).

Karakter

Sangat pintar dan memiliki insting bekerja secara natural membuat Labrador Retriever ini hampir sempurna sebagai gundog. Walaupun sangat periang dan sangat aktif pada masa kecilnya, anjing jenis ini adalah anjing yang sangat bersahabat, ingin bekerja untuk menyenangkan tuannya, patuh, gampang bersosialisasi, penuh kasih sayang, mudah menyesuaikan diri, bijaksana, pengertian, setia, sangat mudah untuk dilatih, mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan pemiliknya, suka bermain, dapat menjadi teman yang baik untuk anak-anak kecil, memiliki hidung yang sangat baik dalam melacak (Anonimc 2007).

(43)

Latihan yang Diperlukan

Labrador adalah anjing yang sangat pintar, oleh sebab itu tidak sulit untuk melatihnya, karena ia belajar dengan cepat dan suka untuk bekerja untuk pelatih / majikannya. Walaupun memiliki tubuh yang cukup besar, seekor Labrador Retriever hanya membutuhkan latihan dalam taraf sedang-sedang saja. Minimal satu jam sehari lari bebas di lapangan terbuka. Oleh karena sifat alamiahnya sebagai anjing Retriever, kita bisa memanfaatkan sifatnya ini dalam latihan, dengan cara mengajaknya bermain lempar bola. Apabila ia sudah terlatih, ia akan dengan cepat bisa mengembalikan bola yang sudah dilemparkan kepada anda. Labrador sangat tergila-gila dengan air dan retrieving (Anonimc 2007).

Klasifikasi

Sporting Group / Retrievers / GunDog (FCI Group 8) Diakui oleh: AKC (Amerika), FCI (Badan Kinologi Dunia), ANKC (Australia), CKC (Kanada), KC (The Kennel Club Inggris), KUSA. Labrador Retriever memiliki dua tipe utama, yaitu tipe Eropa/Inggris (British/European Type) dan Tipe Amerika (American Type). Perbedaan kedua tipe ini tidaklah terlalu banyak. Secara sekilas, tipe Amerika lebih tinggi sedikit (satu atau dua inch), lebih ramping dibanding tipe Eropa, namun memiliki langkah yang lebih bagus dibandingkan dengan tipe Eropa. Tipe Eropa lebih pendek, lebih kekar dan kokoh, lebih lebar, dan memiliki kepala yang lebih bagus dan besar. Pendek kata, lebih kelihatan sangar dibandingkan dengan tipe Amerika. Yang akan dibahas disini adalah Tipe Eropa/Inggris, sebab Indonesia memakai sistem standarisasi menurut FCI, dan FCI memakai standarisasi versi Eropa (Anonimc 2007).

(44)

Penampilan Umum

Bertubuh kuat dan kekar; proporsional; sangat aktif; tengkorak yang lebar; dada yang lebar dan dalam; rusuk yang lebar; bagian pinggang lebar dan kuat sampai pada bagian belakang (Anonimc 2007).

Temperamen:

Mempunyai temperamen yang bagus, sangat tangkas/cekatan, mempunyai daya penciuman yang istimewa, mempunyai gigitan yang sangat lembut, sangat menyukai air. Gampang beradaptasi, teman yang sangat setia. Pintar, mudah untuk dilatih, dengan keinginan yang kuat untuk menyenangkan majikannya. Mempunyai sifat alamiah yang sangat baik, dengan tidak ada sedikitpun sifat agresif dan sifat pemalu yang tidak semestinya (Anonimc 2007).

Gambar 6. Labrador Retriever dewasa (Anonimc 2007).

Kepala:

- Tengkorak: lebar, bersih dengan kedua pipi yang tidak kelihatan tembem

fleshy cheeks.

- Hidung: lebar dan cuping hidung terbentuk dengan baik. - Moncong: kuat / kokoh, tidak lancip / runcing.

- Rahang/Gigi: Rahang dengan panjang yang medium, rahang dan gigi kuat, dengan gigitan menggunting yang sempurna, teratur dan lengkap, yaitu gigi atas menangkup rapat didepan gigi bawah/tertanam di kedua rahang. - Mata: berukuran medium, menyiratkan kecerdasan & tempramen yang

bagus. Berwarna coklat atau hazel.

(45)

Leher:

Bersih, kuat dan berotot, ditopang oleh bahu yang baik. Badan:

Punggung : Topline lurus.

Pinggang : Lebar, pendek dan kuat

Dada : mempunyai lebar dan kedalaman yang baik, dengan rusuk yang

mengembang dengan baik. Ekor:

Ciri khas istimewa pada Labrador Retriever ini adalah memiliki Otter Tail, sangat tebal pada pangkalnya, secara perlahan mengecil pada ujungnya, dengan panjang yang medium, bebas dari bulu-bulu halus (feathering), tetapi tertutup dengan padat/tebal seluruhnya dengan bulu yang pendek, tebal dan padat sehingga memberikan kesan bulat, itulah yang dimaksud dengan Otter tail. Ekor bisa terangkat lebih tinggi dari topline, namun tidak boleh melengkung di belakangnya (Anonimc 2007).

- Bagian Depan:

Kaki bagian depan mempunyai tulang yang cukup baik dan lurus dari siku sampai ke tanah bila dilihat dari depan ataupun samping. Bahu panjang dan sloping (menurun).

- Bagian Belakang:

Terbentuk dengan baik, tidak menurun (sloping) ke ekor. Stifle / lekukan sisi depan paha terbentuk dengan baik. Kaki bulat dan kompak, jari kaki melengkung dengan baik dan telapak kaki terbentuk dengan baik. Siku belakang (hock) menumpu dengan baik, lurus bila dilihat dari belakang, tidak bengkok ke dalam maupun ke luar. Siku yang bengkok ke dalam (cow hock) sangat tidak disukai.

Gait / gerakan:

- Langkah bebas. Lurus dan benar jika dilihat dari depan dan belakang. - Bulu & Warna:

(46)

(feathering), memberikan rasa sedikit kasar ketika disentuh, dan undercoat

yang tahan segala cuaca.

Warna hitam pekat, kuning dan coklat. Warna kuning dimulai dari krem muda (light cream) sampai ke warna red fox (warna keemasan sepeti pada rubah).

- Size / Ukuran:

Ukuran ideal bagi dari withers (bagian tertinggi dari punggung) ke kaki: anjing jantan adalah: 56-57 cm (22-22½ ins)

anjing betina adalah: 54 -56 cm (21½ - 22 ins)

DARAH

Darah dianggap sebagai jaringan ikat khusus yang terdiri dari sel-sel bebas dan cairan interseluler atau plasma (Copenhaver et al. 1978). Warna merah pada darah segar disebabkan oleh adanya hemoglobin dalam eritrosit. Cairan plasma berwarna kuning sampai tidak berwarna tergantung kuantitas, spesies dan makanan. Beberapa spesies seperti anjing, kucing, kambing dan domba cairan plasmanya tidak berwarna. Sementara sapi dan kuda biasanya lebih kuning. Hal ini terutama akibat variasi konsentrasi pigmen bilirubin, walaupun juga bisa dipengaruhi oleh karoten dan pigmen-pigmen lain (Swenson 1984)

Kandungan benda-benda darah pada anjing normal adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah kandungan benda darah pada anjing normal

No Benda darah Kandungan dalam darah

1. Eritrosit 6.2 juta/mm3

2. Trombosit 150-300 ribu/mm3

3. Leukosit: 8-18 ribu/mm3

Neutrofil 65-70 % dari jumlah total leukosit Eosinofil 2-5 % dari jumlah total leukosit

(47)

Plasma Darah

Plasma secara histologi merupakan cairan homogen sedikit basa mengandung globulin, albumin, garam anorganik, klorida, bikarbonat dan sodium fosfat (Copenhaver et al 1978). Protein plasma yang telah diidentifikasi adalah albumin, globulin dan fibrinogen (Swenson 1984). Jumlah plasma darah yaitu antara 55-70% total darah. Hati mensintesa dan melepaskan lebih dari 90% protein plasma (Martini et al 1992). Protein plasma tidak ditujukan untuk kebutuhan nutrisi tapi tetap dipertahankan keberadaannya dalam plasma. Secara eksperimental kandungan protein bisa diturunkan tapi beberapa hari akan normal kembali (Copenhaver et al 1978). Selain terdapat protein, dalam plasma juga terdapat air. Interaksi antara protein yang ada dalam plasma dan molekul air yang mengelilinginya membuat plasma relatif lengket, kohesif dan tetap mengalir. Sifat ini menentukan viskositas cairan (Martini et al 1992). Selain itu, plasma darah berfungsi memelihara darah normal dengan mempengaruhi kestabilan eritrosit, keseimbangan asam basa darah, kelarutan karbohidrat, lipid dan substansi yang ada dalam plasma (Swenson 1984).

Eritrosit

(48)

Tabel 3. Kisaran jumlah eritrosit pada berbagai hewan dan manusia

Hewan Juta/mm3 atau juta/μl

Kucing 6-8

Sapi 6-8

Ayam 2.5-3.2

Anjing 6-8

Kambing 13-14

Kuda ( kecil/berdarah panas) 9-12

Kuda (besar/berdarah dingin) 7-10

Babi 6-8

Merpati 3.5-4.5

Kelinci 5.5-6.5

Domba 10-13

Manusia; Lelaki Perempuan

5-6 4-5

(Sumber: Swenson 1984)

Eritrosit berfungsi dalam pengangkutan oksigen dan karbondioksida (CO2). Tekanan oksigen yang tinggi, temperatur yang lebih rendah dan pH yang lebih tinggi dalam kapiler paru-paru menyebabkan pembentukan oxyhemoglobin. Sebaliknya pada kondisi tekanan oksigen yang rendah, temperatur yang tinggi dan pH yang lebih rendah di jaringan menyebabkan pelepasan oksigen dari

oxyhemoglobin (Ganong 1995).

(49)

Sedangkan pengangkutan CO2 terjadi melalui kombinasi antara air (H2O) dan CO2 membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Ion bikarbonat kemudian berdifusi keluar dari eritrosit dan dibawa dalam darah menuju paru-paru. Reaksi pembentukan asam karbonat dengan bantuan enzim carbonic anhidrase akan kembali terjadi di dalam paru-paru yang selanjutnya terurai menjadi air dan CO2 (Swenson 1984). Umur eritrosit anjing sehat sekitar 124 hari (Swenson 1984). Eritrosit akan dikeluarkan dari peredaran darah setelah melewati limpa, sumsum tulang dan hati oleh retikulo endothelial system (RES) (Dellmann dan Brown 1987).

Gambar 8. Eritrosit pada anjing normal , menggunakan pewarnaan giemsa 10% dengan pembesaran 100x10. (Anonim 2004)

Hemoglobin

Hemoglobin merupakan komponen penting dalam eritrosit yang menyebabkan warna merah (Swenson 1984). Heme disintesis melalui tahapan yang kompleks dengan melibatkan enzim mitokondria dan sitosol. Tahap awal dalam sintesis heme berlangsung di dalam mitokondria dengan terjadinya kondensasi antara Succinil CoA dan Glycerine oleh ALA synthase untuk membentuk 5-aminolevulic Coproporphyrinogen III. Molekul ini kembali ke dalam mitokondria dan mengalami reaksi tambahan menghasilkan

(50)

Kombinasi antara dua rantai alfa dan dua rantai non alfa globin dengan empat molekul heme menghasilkan sebuah molekul hemoglobin yang lengkap. Kombinasi antara dua rantai alfa dan dua rantai gamma membentuk hemoglobin F. Sedangkan kombinasi antara dua rantai alfa dan dua rantai beta membentuk hemoglobin dewasa (hemoglobin A) (Bunn dan Forget 2002).

Hematokrit

Hematokrit atau Packed Corpuscular Volume (PCV) adalah suatu ukuran yane mewakili volume eritrosit di dalam 100 ml darah, sehingga dilaporkan dalam bentuk persentase. Dalam pengukuran nilai hematokrit, darah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu eritrosit di bagian dasar, leukosit dan trombosit yang merupakan lapisan berwarna putih sampai abu-abu (Buffy coat) serta plasma darah pada bagian paling atas (Schalm 1975). Pada saat perdarahan jumlah eritrosit yang hilang berbanding lurus dengan plasma darah sehingga nilai hematokrit tidak berubah. Namun nilai hematokrit yang rendah dapat menyebabkan anemia (Duncan dan Prase 1977).

Indeks Eritrosit

Indeks sel darah merah digunakan untuk mendefinisikan ukuran dan kandungan dari sel darah merah yang terdiri dari Mean Corpuscular Volume

(MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Nordenson 2002). Indeks tersebut berguna dalam menentukan tipe anemia (berdasarkan morfologi) yang diderita oleh hewan (Brown 1980).

Mean Corpuscular Volume (MCV)

Nilai MCV mengindikasikan volume rata-rata sel darah merah. Bila nilai MCV berada di bawah kisaran normal disebut mikrositik. Bila nilai MCV berada di atas kisaran normal disebut makrositik. Sementara, bila nilai MCV masih berada dalam kisaran normal disebut normositik (Brown 1980).

(51)

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

Nilai MCH menunjukkan nilai rata-rata berat hemoglobin yang terdapat di dalam satu sel darah merah (Brown 1980).

MCV (pg) = (Hb/PCV) x 10

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

MCHC merupakan nilai rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam 100cc eritrosit. MCHC menunjukkan perbandingan antara berat hemoglobin terhadap volume sel darah merah (Brown 1980). Bila nilai MCHC berada dibawah kisaran normal disebut hipokromik. Bila nilai MCHC berada dalam kisaran normal disebut normokromik. Sedangkan hiperkromik tidak terjadi karena struktur fisik eritrosit yang terbatas terhadap hemoglobin (Nordenson 2002).

MCHC (g%) = (Hb/PCV) x 100

Leukosit

Leukosit dibagi kedalam dua kelompok yaitu granulosit yang memiliki butir spesifik dan agranulosit yang tidak memiliki butir spesifik dalam sitoplasma (Dellmann dan Brown 1987)Dalam tubuh, leukosit terdapat di dalam pool sirkulasi dan pool marginal yaitu dengan menggelinding sepanjang dinding pembuluh-pembuluh darah kecil organ seperti limpa dan paru-paru (Jain 1993). Granulosit

Neutrofil

(52)

Neutrofil merupakan sel leukosit dengan mobilitas tinggi sehingga menjadi sel pertama yang sampai ke jaringan penghasil substansi kimia yang bersifat kemotaksis (Martini et al 1992). Substansi kimia tersebut mampu merangsang neutrofil keluar dari pembuluh darah melalui proses diapedesis atau gerakan amuboid (Swenson 1984l). Neutrofil yang berhasil migrasi ke jaringan tidak akan kembali ke dalam sirkulasi darah (Jubb et al 1993).

Eosinofil

Eosinofil memiliki nukleus bergelambir dua, dikitari butir-butir asidofil yang cukup besar berukuran 0,5-1,0 μm. Diameter eosinofil 10-15 μm dan jangka hidup didalam sirkulasi darah antara 3-5 hari (Dellmann dan Brown 1987). Eosinofil berperan sebagai sel fagosit tapi bukan terhadap bakteri atau runtuhan-runtuhan sel, melainkan terhadap komponen asing yang telah bereaksi dengan antibodi (Martini et al 1992). Eosinofil ditarik ke lokasi terjadinya reaksi antigen-antibodi kemudian memakan kompleks antigen-antigen-antibodi tersebut (Swenson 1984). Eosinofil membunuh parasit dengan beberapa cara, yaitu pertama, melepaskan enzim hidrofilik dari granulnya yang dimodifikasi lisosim. Kedua, dengan melepaskan bentuk oksigen yang sangat reaktif dan bersifat mematikan cacing. Ketiga, dengan melepaskan polipeptida yang sangat larvasidal (Guyton 1997). Eosinofil mampu membunuh bakteri tapi kurang efisien dibandingkan dengan neutrofil (Jubb et al 1993). Mobilisasi eosinofil ke dalam jaringan terjadi karena adanya substansi yang bersifat kemotaktik terhadap eosinofil seperti kompleks antigen-antibodi, histamin, interleukin, fibrinogen dan fibrin. Sel eosinofil yang sudah bermigrasi ke jaringan tidak dapat masuk kembali kedalam sirkulasi darah (Jain 1993).

(53)

Basofil

Basofil berdiameter 10-12 μm dengan inti dua gelambir atau tidak teratur. Butirnya berukuran 0.5-1.5 μm berwarna biru tua sampai ungu sering menutupi inti yang berwarna agak cerah. Butir-butir tersebut mengandung heparin, histamin, asam hialuron, kondroitin sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotaktik (Dellmann dan Brown 1987). Basofil secara histologi mirip dengan sel mast serta memiliki reseptor terhadap Immunoglobulin E yang diproduksi dalam reaksi alergi (Swenson 1984). Basofil memiliki fungsi utama dalam membangun reaksi hipersensitif dan sekresi mediator yang bersifat vasoaktif (Dellmann dan Brown 1987)

Gambar 10. Basofil (tengah), monosit (bawah kanan) dan dua neutrofil (atas dan bawah kiri) dalam darah anjing, menggunakan pewarnaan giemsa 10%, pembesaran 100x10. (Anonima 2006)

Agranulosit Limfosit

(54)

1995). Masa hidup limfosit berbeda tergantung kebutuhan tubuh mulai dari beberapa hari sampai bertahun-tahun (Kelly 1984).

Gambar 11. Limfosit pada anjing sehat, menggunakan pewarnaan giemsa 10%, pembesaran 100x10. (Anonim2004).

Monosit

Monosit adalah leukosit besar berdiameter 15-20 μm. Sitoplasma lebih banyak daripada sitoplasma sel limfosit. Nukleus seperti ginjal atau mirip tapal kuda. Monosit darah tidak pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke dalam jaringan menjadi makrofag tetap pada sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru-paru dan jaringan limfoid (Dellmann dan Brown 1987).

(55)

Bab III

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama delapan minggu di Laboratorium Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan-IPB dan Kennel Subdit Satwa POLRI-Depok. Pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 8 Februari 2006 (H-1) dan pada tanggal 20 Februari 2006 (H-2) di Kennel Subdit Satwa POLRI-Depok dengan didampingi oleh dokter hewan setempat dan pawang dari anjing pelacak ras Labrador Retriever yang akan diambil sampel darahnya.

Bahan dan Alat

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anjing pelacak operasional ras Labrador Retriever di Subdit Satwa POLRI sebanyak tujuh ekor (lima ekor jantan-dua ekor betina yang berumur lebih dari tiga tahun dan merupakan anjing impor yang sudah didomestikasi) tanpa diberikan perlakuan apapun dan sebelum melakukan aktivitas rutin pelatihan anjing pelacak.

Bahan-bahan hematologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: larutan fisiologis NaCl 0.9%,alkohol 70%, heparin, creatoseal, larutan HCl 0.1N, larutan pengencer Hayem, larutan pengencer Turk, aquabidest dan pewarna Giemsa.

(56)

Metode Penelitian

Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan darah pada anjing dapat diambil melalui vena cephalica antibrachii lateralis sebanyak + 2 ml setelah dilakukan pemeriksaan klinis terhadap anjing tersebut terlebih dahulu. Darah yang keluar dari vena terlebih dahulu diteteskan ke atas gelas objek untuk membuat preparat ulas darah untuk dilakukan pengamatan diferensiasi leukosit, setelah itu darah yang ada dalam spoit segera dimasukkan ke dalam tabung venoject yang telah berisi antikoagulan (heparin) untuk dilakukan pemeriksaan aspek hematologis lainnya (jumlah eritrosit, jumlah total leukosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin). Sampel darah yang telah diperoleh kemudian dibawa ke Laboratorium Fisiologi FKH IPB dengan menggunakan termos es untuk selanjutnya diamati.

Gambar 12. Pengambilan darah di vena cephalica antibrachii

(Anonimd 2007).

Penghitungan Jumlah Eritrosit

(57)

memutar dengan membentuk angka delapan selama tiga menit. Setelah homogen, cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dibuang dengan menempelkan ujung pipet ke kertas tissu. Setelah itu teteskan satu tetes ke dalam hemositometer, usahakan jangan sampai ada udara yang masuk. Setelah itu dibiarkan selama beberapa saat sehingga cairan mengendap, lalu penghitungan dapat dimulai. Agar tidak terjadi penghitungan dobel maka sebaiknya menggunakan hand counter di bawah mikroskop dengan pembesaran 45x10. Untuk menghitung eritrosit dalam hemositometer, digunakan kotak eritrosit yang berjumlah 25 buah dengan mengambil bagian sebagai berikut: satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak ditengah, satu kotak pojok kanan bawah dan satu kotak pojok kiri bawah. Untuk membedakan kotak eritrosit dengan kotak leukosit dapat berpatokan pada tiga garis pemisah pada kotak eritrosit serta luas kotak eritrosit yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kotak leukosit. Setelah jumlah butir eritrosit didapatkan maka jumlahnya dikalikan dengan 104 untuk mengetahui jumlah eritrosit dalam 1 mm3 darah (Anonim 2001).

Keterangan :

a) Jumlah eritrosit hasil penghitungan dalam hemositometer Penghitungan Jumlah Leukosit

Sampel darah dihisap dengan menggunakan pipet leukosit hingga tanda tera 0,5 dengan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan menggunakan tissu, lalu larutan pengencer Turk dihisap sampai tanda 11. Kemudian pipet diputar dengan membentuk angka 8 selama 3 menit, setelah homogen cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dibuang dengan menempelkan ujung pipet pada kertas tissu. Setelah itu teteskan satu tetes ke dalam hemositometer, diusahakan jangan sampai ada udara yang masuk, dibiarkan selama beberapa saat hingga cairan mengendap lalu penghitungan dapat dimulai. Agar tidak terjadi penghitungan yang dobel maka sebaiknya menggunakan alat bantu hand counter di bawah mikroskop dengan pembesaran 45x10.

(58)

Untuk menghitung leukosit dalam hemositometer, digunakan kotak leukosit. Jumlah leukosit yang didapat dari hasil perhitungan dikalikan 50 untuk mengetahui jumlah leukosit setiap 1 mm3 darah (Anonim 2001).

Jumlah Total Leukosit = b x 50 mm3 Keterangan:

b) Jumlah leukosit hasil penghitungan dalam hemositometer Penghitungan Diferensiasi Leukosit

Darah yang telah disiapkan diteteskan ke atas gelas objek, kemudian ditempelkan ujung gelas objek yang lain dengan membentuk sudut kurang lebih 450, kemudian gelas objek didorong dengan kecepatan konstan sehingga didapatkan ulasan yang cukup tipis. Setelah itu, ulasan yang didapat dikeringkan di udara selama beberapa menit. Lalu dilakukan fiksasi ulasan dalam methanol selama 5-10 menit. Ulasan kemudian dicelupkan ke dalam pewarna giemsa 10% selama kurang lebih 30 menit. Setelah 30 menit ulasan diangkat dan dicuci menggunakan air yang mengalir sampai air bilasan tidak membawa warna giemsa. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan tissu. Penghitungan dilakukan dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x10 menggunakan minyak emersi. Diferensiasi leukosit dihitung dari satu lapang pandang ke lapang pandang yang lain hingga diperoleh sejumlah 100 sel leukosit. Untuk menghindari kesalahan dalam menghitung dapat digunakan alat bantu hand counter (Anonim 2001). Setelah diketahui persentase masing-masing jenis leukosit, maka dihitung nilai absolutnya dengan cara dikali dengan jumlah total leukosit untuk mendapatkan jumlah absolut masing-masing jenis leukosit tersebut.

Penghitungan Nilai Hematokrit

(59)

Gambar 13. Alat sentrifuse (kiri), mikrokapiler hematokrit (kanan) (Anonime 2007).

Setelah selesai disentrifuse, terbentuk lapisan-lapisan terdiri atas plasma jernih di bagian atas, kemudian lapisan putih abu-abu (trombosit dan leukosit) disebut buffy coat, dan lapisan merah yang terdiri atas eritrosit. Nilai hematokrit atau yang disebut juga dengan Packed Cell Volume (PCV) dapat dibaca menggunakan hematokrit reader.

Gambar 14. Mikrohematokrit reader. (Anonimf 2007).

Penghitungan Kadar Hemoglobin.

(60)

Menghitung MCV, MCH dan MCHC

MCV menunjukkan volume atau ukuran rata-rata eritrosit dalam femtoliter (fL), fL = 10-15/L. Dihitung dengan membagi volume eritrosit per liter oleh jumlah butir eritrosit per liter, menggunakan rumus:

MCV dalam μm3 atau fl (femtoliter)

= PCV X 10

Jumlah eritrosit per μl darah X (10-6)

dimana faktor 10 adalah untuk mengkonversi pembacaan hematokrit (dalam %) dari volume PCV per desiliter ke volume per liter (= 1,000 mL).

MCH didasarkan pada perkiraan kuantitas/berat hemoglobin dalam rata-rata eritrosit. MCH dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

MCH dalam μμg atau pg (pikoliter)

= hemoglobin dalam g/dl X 10 Jumlah eritrosit per μl darah X (10-6)

Sedangkan MCHC menunjukkan rata-rata konsenterasi hemoglobin per unit volume PCV, dengan satuan gram per desiliter. Dapat dihitung dari hemoglobin dan nilai hematokrit dengan menggunakan rumus berikut:

MCHC dalam g/dl atau g % = hemoglobin dalam g/dl X 100

(61)

Bab IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Darah dibagi kedalam tiga bagian yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet). Warna merah dapat disebabkan oleh hemoglobin yang terkandung di dalam eritrosit. Semua sel-sel ini bercampur dalam sebuah cairan yang disebut plasma (Swenson 1984). Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel dan grafik pada setiap pembahasan.

Tabel 4. Data rata-rata jumlah eritrosit (BDM), kadar hemoglobin (Hb) dan nilai hematokrit (PCV) pada anjing pelacak ras Labrador Retriever

(62)

0 Berdasarkan pada Tabel 4 didapatkan rata-rata jumlah eritrosit pada Labrador Retriever sangat rendah/jauh di bawah kisaran normal (nilai normal eritrosit pada anjing: 5.6-8.7 jt/mm3, Foster et al. 2007). Hampir semua anjing ras Labrador Retriever tersebut memiliki nilai eritrosit di bawah kisaran normal anjing pada umumnya dan hanya satu anjing yang memiliki nilai eritrosit masih dalam kisaran normal. Penurunan jumlah eritrosit hingga di bawah kisaran normal merupakan eritrositopenia, biasanya terlihat pada kebanyakan tipe anemia (Pflanzer 1995). Rendahnya jumlah eritrosit yang mengakibatkan anemia, pada anjing dapat disebabkan oleh hilangnya darah secara berlebihan (hemorhagi) atau penghancuran eritrosit (hemolisis) ataupun rendahnya produksi eritrosit (Meyer et al. 1992). Faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit adalah faktor nutrisi. Defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan kegagalan pematangan eritrosit dalam proses eritropoiesis, hal tersebut mengakibatkan rendahnya jumlah eritrosit dalam darah (Guyton dan Hall 1997).

Tidak ada satupun Labrador Retriever yang memiliki jumlah eritrosit sangat tinggi. Dalam keadaan tertentu, apabila jumlah eritrosit mengalami peningkatan di atas kisaran normal anjing pada umumnya, hal ini dapat dikatakan polisitemia. Terdapat tiga tipe polisitemia, yaitu pseudopolisitemia, erithremia, dan eritrositosis (Pflanzer 1995).

Gambar

Tabel 1. The FCI Grouping of Dog Breeds
Gambar 2.Whippet a
Gambar 3.  Pudelpointer a
Gambar 4. Anatomi rongga hidung anjing     (Evans 1993)
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Sementara pemilih Demokrat, PKS, PAN, dan Gerindra kurang stabil, kalau dilihat pada sentimen mereka sekarang dibanding 2009, dan belum mampu menarik pemilih dari partai

Maka, penulis membantu PABRIK X dalam merancang flicker fusion apparatus dengan spesifikasi tertentu yang dapat digunakan untuk mengukur kelelahan mata operator inspeksi

(4) Moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan kesesuaian tugas berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan

Dalam undang-undang tersebut didefiisikan bahwa: asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih; pihak penanggung mengikatkan diri

Data di analisis statistik chikuadat perolehan hasil penelitian Prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif model group investigasi lebih baik dari pada

Tempoh masa selama satu bulan untuk perlaksanaan kajian tindakan ini tidak mencukupi bagi saya untuk mengesan kefahaman murid dan meninjau pencapaian mereka dalam

Perusahaan berada di daerah Lembang yang memiliki cuaca yang dingin sangat menguntungkan bagi perusahaan karena dapat mempertahankan bahan baku sayuran dalam menjaga

Hubungan unjuk kerja model pendingin dengan temperatur evaporator untuk semua variasi jumlah metanol, jumlah karbon aktif, konstruksi tabung generator dan kondisi awal