• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kejahatan Illicit Drug Trafficking Jalur Perbatasan Darat Negara Republik Indonesia Papua New Guinea: Sudi Kasus Keamanan Perbatasan di Kota Jayapura, Provinsi Papua T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kejahatan Illicit Drug Trafficking Jalur Perbatasan Darat Negara Republik Indonesia Papua New Guinea: Sudi Kasus Keamanan Perbatasan di Kota Jayapura, Provinsi Papua T1 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I.1. Perbatasan Negara

Perbatasan adalah salah satu manifestasi yang terpenting dari kedaulatan territorial. Sejauh perbatasan itu secara tegas diakui dengan traktak atau diakui secara umum tanpa pernyataan yang tegas, maka perbatasan merupakan bagian dari suatu hak negara terhadap wilayahnya (Riwanto 2002). Menurut Guo (dalam Arifin, 2014), perbatasan (border) mengandung pengertian sebagai pembatas suatu wilayah politik dan wilayah pergerakan. Sedangkan wilayah perbatasan, mengandung pengertian sebagai suatu area yang memegang peranan penting dalam kompetisi politik antar dua negara yang berbeda.

Berdasarkan definisi dan karakteristik perbatasan, O.J. Martinez (dalam Arifin, 2014), mengelompokan perbatasan dalam empat tipe. Pertama, alienated borderland, yaitu suatu wilayah perbatasan yang tidak terjadi aktivitas lintas batas, sebagai akibat berkecamuknya perang, konflik, dominasi nasionalisme, kebencian ideologis, permusuhan agama, perbedaan kebudayaan, serta persaingan etnik.

Kedua, coexistent borderland, yaitu suatu wilayah perbatasan di mana konflik lintas batas bisa ditekan sampai ke tingkat yang bisa dikendalikan meskipun masih muncul persoalan yang penyelesaiannya berkaitan dengan masalasah kepemilikan sumber daya alam yang strategis di perbatasan.

Ketiga, interdependent borderland, yaitu suatu wilayah perbatasan yang di kedua sisinya secara simbolik dihubungkan oleh hubungan internasional yang relatif stabil. Penduduk di kedua bagian daerah perbatasan, juga di kedua negara terlibat dalam berbagai kegiatan perekonomian yang saling menguntungkan dan kurang lebih dalam tingkat yang setara, misalnya salah satu dari pihak mempunyai fasilitas produksi sementara yang lain memiliki tenaga kerja yang murah.

(2)

Dari teori yang dikemukakan oleh Martinez diatas, peneliti mengkategorikan wilayah perbatasan Indonesia dan Papua New Guinea termasuk diantara tipe ketiga dan keempat, yaitu interdependent borderlanddan integrated borderland.

II.2. Manajemen Perbatasan (Blake, 1998)

1. Manajemen boundary line dan kawasan perbatasan

Manajemen perbatasan wilayah negara yang baik harus didasarkan atas dokumen perjanjian (treaty) dan dokumen lainnya yang terkait garis batas wilayah negara yang sudah jelas status hukumnya (legal). Ada dua jenis manajemen boundary line, pertama manajemen data dan informasi data fisik titik-titik batas: data koordinat titik-titik batas, deskripsi garis batas, peta batas dan data yuridis: treaty, peraturan perundangan masing-masing negara terkait batas wilayah negara, semua dokumen terkait proses keberadaan garis batas (kesepakatan penegasan, proses surat menyurat, dan lain-lain). Semua data tersebut harus diadministrasikan/diarsipkan secara baik oleh suatu badan resmi, misalnya BNPP (Badan Nasional Pengelola Perbatasan). Fakta yang ada menunjukan bahwa data dan informasi tersebut tidak diarsipkan secara baik (sistematis) dan terserak di berbagai instansi sehingga saat diperlukan sulit mencarinya. Kedua, manajemen lapangan yaitu perlu dimonitor kemungkinan titikk/pilar batas rusak atau bergeser posisinya atau ada perubahan secara alami/ bencana alam. Bila terjadi pergeseran pilar batas maka data koordinat yang telah disepakati menjadi penting untuk merekonstruksi kembali posisi batas.

(3)

2. Manajemen Akses (Access Management)

Manajemen akses sangat erat kaitannya dengan manajemen keamanan (security management) namun sering bersifat paradoks. Bila akses perbatasan dibuka seluas-luasnya, maka dari aspek keamanan harus dikelola dengan sangat baik. Dalam hal connectivity, idealnya para pelintas batas harus dapat melintas garis batas dengan mudah, cepat dan aman. Pegawai pemerintah kedua negara seperti: bea cukai, polisi, imigrasi, jasa transportasi, pelayanan kesehatan perlu disiapkan secara baik. Tingkat keterbukaan akses sangat tergantung pada kebijakan pemerintah kedua negara.

3. Manajemen Keamanan (Security management)

Aktivitas keamanan di perbatasan akan sangat tergantung pada politik hubungan luar negeri kedua negara, aspek geografis dan peluang ekonomi. Masyarakat kedua negara khususnya di perbatasan harus diberi pemahaman dan kesadaran keamanan perbatasan dari hal-hal berikut:

a. Pendatang haram: migran gelap, penyelundup, orang yang akan melakukan sabotase, teroris, pengungsi dan penjahat.

b. Barang haram: narkotik, senjata, barang-barang selundupan, barang pornografi dan barang/makanan yang terkontaminasi.

c. Bahaya kesehatan: pelintas batas yang terinfeksi penyakit berbahaya dan menular, pencemaran lingkungan, penyakit-penyakit berbahaya lainnya.

d. Serangan militer. Dalam sistem pertahanan moderen kawasan perbatasan ditempatkan sebagai daerah pertahanan terhadap pasukan invasi lawan.

e. Uang haram

4. Manajemen Pelintas Batas

(4)

tepat dalam hal berbagi tentang sumberdaya tersebut, ada perjanjian formal untuk eksploitasi sumberdaya dan ada komite yang bertugas untuk malaksanakan perjanjian. Kerjasama dalam penanganan pelintas batas sangat penting dan menjadi suatu potensi untuk membangun kerjasma kedua negara yang lebih luas.

5. Manajemen Lingkungan

Manajemen lingkungan yang baik di dalam dunia yang bersifat global tidak akan bisa tercapai tanpa kerjasama antar negera khususnya kerjasama pelintas batas. Kerjasama yang sangat penting perlu dilakukan dalam hal: proteksi spesies berbahaya, penelitian di bidang lingkungan, kontrol polusi, perlindungan hewan yang dilindungi dan ekoturisme.

6. Managemen Krisis

Manajemen krisis bila terjadi sesuatu di perbatasan harus ada di setiap level pemerintahan, tingkat pusat (nasional) maupun pemerintah lokal. Di tingkat nasional kebijakan ditempuh agar bila terjadi insiden di perbatasan sebaiknya dicegah agar tidak terjadi eskalasi secara politis. Mekanisme penanganan insiden dilakukan melalui komisi perbatasan bersama (Joint Boundary Commission) yang telah dibentuk. Sedangkan di tingkat lokal, penyelesian persoalan harian ditangani oleh petugas-petugas perbatasan (imigrasi, polisi, dan lain-lain) untuk mencegah eskalasi masalah. Pertemuan rutin dari petugas perbatasan kedua negara perlu selalu dilakukan untuk saling tukar informasi dan merencanakan kerjasama penanganan masalah lokal.

III. 3. Keamanan Non-Tradisional

Isu keamanan non-tradisional mulai bertiup kencang pada akhir dekade 1990-an

ketika kelompok pakar yang dikenal dengan sebutan “the Copenhagen School”, yang

(5)

aspek-aspek di luar hirauan tradisional kajian keamanan sebagai bagian dari studi keamanan (Buzan, 1998)1.

Dimensi keamanan non-tradisional menjelaskan bahwa keamanan diterjemahkan tidak hanya pada kekuatan bersenjata dan politik, tetapi lebih didominasi oleh faktor-faktor berupa populasi penduduk, kejahatan transnasional, sumber daya alam, bencana alam, dan lain-lain. Ancaman berupaexistential threat (ancaman yang akan selalu ada dan senantiasa mengancam kemanusiaan secara menyeluruh) mencakup beberapa faktor seperti politik, ekonomi, sosial, lingkungan, diplomasi, militer, dan informasi (Winarto, 2014:10).

Keamanan non-tradisional mewakili pendekatan neorealis yang menyempurnakan keamanan tradisional dari pendekatan realisme. Proses perkembangan dari kemananantradisional menuju keamanan non-tradisional ini menyangkut lima dimensi yaitu, asal dari ancaman (the origin of the threats), sifat ancaman (the nature of thearts), respon (responses), perubahan tanggungjawab terhadap keamanan (changing responsibility of security), dan nilai inti dari keamanan (core values of security).

II. 4. Globalisasi

Globalisasi berasal dari kata global yang secara harafiah berarti umum atau mendunia.Globalisasi menjadikan dunia seakan tanpa batas yang membuat pergerakan barang dan jasa serta pertukaran informasi semakin mudah dilakukan. Globalisasi juga mendorong sebuah negara untuk membuka pintu perdagangan masuk secara besar-besaran. Tidak hanya itu globalisasi juga menciptakan ruang dimana negara tidak jadi menjadi satu-satunya aktor dalam ekonomi politik global dan membuat kedudukan negara menjadi lemah dan batas-batas negara menjadi kabur. Fenomena ini membawa perubahan arah kehidupan bangsa dan negara yang semakin terinterdependensi dan juga semakin canggihnya sistem komunikasi dan transportasi telah menyebabkan lajunya peradaban manusia maupun barang dan jasa (Winarto, 2014).

Globalisasi merupakan satu proses untuk meletakkan dunia dibawah satu unityang sama tanpa dibatasi oleh garis dan kedudukan geografi sebuah Negara. Melalui proses ini, dunia akhirnya tidak lagi memiliki garis batas dengan ruang udara dan langit, sehingga

1

(6)

Negara tersebut menjadi terbuka luas untuk dimasukimelalui teknologi informasi dan komunikasi. Globalisasi dapat juga dipahami sebagai proses lahirnya suatu masyarakat global, satu dunia yang terintegrasisecara fisik, melampaui batas-batas Negara, blok-blok ideologis, dan lembaga-lembaga ekonomi politik (Scholte dalam Baylis dan Smith 2001).

Sebagai suatu proses perubahan secara luas dan menyeluruh, Globalisasi juga dapat diartikan sebagai perluasan dan percepatan yang menghubungkan antara negara-nagara. Sehingga hubungan pertumbuhan kerjasama antar negara dalam segala bidang, mulai dari ekonomi, politik hingga budaya semakin cepat. Proses globalisasi memiliki hubungan dengan adanya peningkatan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perdangan bebas, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias (Cowen, 2002:20).

Selain memberikan dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat global tidak hanya negara, globalisasi juga memiliki berbagai dampak negatif, diantaranya kejahatan lintas negara (transnational crime) seperti kejahatan illicit drug trafficking. Dengan adanya globalisasi dapat memudahkan para pelaku atau oknum-oknum dan juga organisasi kejahatan lintas negara untuk lebih memperluas kegiatan kejahatannya diberbagai negara incarannya.

II. 5. Literatur Review

1) Penelitian yang dilakukan oleh Yustinus Un Andi2 dalam tesisnya yang berjudul

“Ancaman Keamanan Perbatasan Republik Indonesia-Timor Leste (Studi Kasus di

Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur)” menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu

dengan menggunakan dan memanfaatkan data sekunder berupa bahan-bahan atau sumber tertulis seperti buku-buku, majalah, jurnal, surat kabar, dokumen-dokumen, dan field research yaitu langsung ke lapangan dan langsung ke sumber dari beberapa instansi pemerintahan yang terkait guna mempeoleh data yang berkaitan dengan objek penelitian. Permasalahan yang diteliti adalah apakah yang menjadi permasalahan keamanan di daerah perbatasan RI-Timor Leste yang merupakan ancaman keamanan perbatasan? Bagaimana peranan pemerintah Indonesia mengatasi permasalah ancaman keamanan yang terjadi di daerah perbatasan, khususnya Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur?

2

(7)

Menurutnya, dalam hubungannya dengan ancaman keamanan perbatasan Indonesia dengan negara tetangganya Timor Leste disebabkan karena kurangnya perhatian dari pemerintah Indonesia terhadap masalah pentingnya perbatasan dan masyarakat di sekitar daerah perbatasan menyangkut tingkat kesejahteraan ekonomi, sarana infrastruktur yang tidak merata di daerah perbatasan, Dengan demikian akan memberikan peluang yang besar untuk terjadinya ancaman itu diantaranya perdagangan ilegal di daerah perbatasan Kabupaten Belu yang merupakan daerah kedaulatan Negara Kedaulatan Republik Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya peranan dari pemerintah di sekitar daerah perbatasan dengan memperhatikan infrastruktur, sarana dan prasarana, masalah ekonomi, dan masalah kesejahteraan.

Tesis dari Yustinus Andi Un di atas sangat berkaitan dan memiliki hubungan dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti terkait dengan kejahatan Illicit Drug Trafficking melalui jalur perbatasan darat negara RI-PNG di Jayapura, hanya saja berbeda lokasi penelitian.Tesis ini juga memfokuskan permasalahan pada keamanan daerah perbatasan dan pentingnya keamanan daerah perbatasan.

2) Perbandingan Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Pushpita

Dus dalam papernya yang berjudul “Drug Trafficking in India, A Case For Border Security”. Dalam penelitian ini, Dr. Pushpita menjelaskan mengenai India yang selama tiga dekade terakhir telah menjadi pusat transit serta tujuan dari penyelundupan heroin

dan ganja, atau yang biasa dikenal dengan “Golden Triangel dan Golden Crescent”.

Aliran illegal ini tidak hanya melanggar perbatasan India, tetapi juga menimbulkan ancaman yang signifikan begi keamanan nasional negara India. Tidak hanya itu saja, uang yang dihasilkan dari hasil penjualan narkoba telah digunakan untuk mendanai berbagai gerakan pemberontak dan teroris. Sebagai contoh, uang yang dihasilkan dari penjualan illegal narkotika menyumbang 15% dari keuangan dari kelompok militant di Jammu dan Kashmir. Demikian juga dengan kelompok militant Sihk di Punjab dan kelompok-kelompok pemberontak Northeast seperti Dewan Nasional Sosialis Nagaland (Isak-Muivah), yang menyalurkan narkotika ke India untuk membiayai operasi mereka.

(8)

India-Pakistan, jalur perbatasan India-Nepal, perbatasan India-Myanmar, jalur perbatasan India-Bangladesh, jalur laut, dan jalur udara.Dari hasil penelitiannya, Dr. Pushpita menegaskan bahwa lemahnya keamanan perbatasan yang mengakibatkan jalur perbatasan menjadi target utama dalam penyelundupan narkotika, yang membuat India menjadi tempat transit dan sumber tujuan dari penyelundupan narkotika.

Dari hasil penelitian Dr. Pushpita ini juga, telah dilakukan upaya untuk menangani masalah narkotika untuk melindungi perbatasan negara India, yaitu dengan memperkuat keamanan fisik perbatasan dengan berbagai cara. Disisi lain juga India telah melakukan kerjasama dengan negara tetangga melalui perjanjian bilateral dan multilateral.

Penelitian diatas sangat berkaitan dan berhubungan dengan penelitian yang ingin diteliti oleh peneliti, dimana peneliti ingin meneliti juga tentang keamanan jalur perbatasan, hanya lokasinya saja yang berbeda.

1) Perbandingan penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Faisyal Rani3 dan Efragil Samosir4 dalam Jurnal Transnasional yang berjudul “Dampak Kerjasama

Merida Initiative Terhadap Penanggulangan Peredaran Narkoba di Meksiko Tahun

2007-2012”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,

yaitu penelitian yang berusaha mengungkapkan sesuatu hakekat dari fenomena sosial dengan cara menganalisis fenomena tersebut berdasarkan data-data yang ada. Kerjasama penanggulangan Narkoba antara Meksiko dan Amerika Serikat dijadikan sebagai objek penelitian untuk memaparkan mengenai dampak yang dihasilkan kerjasama Merida Initiative terhadap kedua negara yakni Amerika Serikat dan Meksiko.

Penelitian ini membahas tentang kerjasama yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Meksiko terkait permasalahan yang dialami bersama dalam penanggulangan peredaran narkoba.Merida Initiative merupakan kesepakatan untuk menanggulangi dampak peredaran Narkoba illegal bersama antara Pemerintah Meksiko dan Amerika Serikat yang disepakati pada tanggal 11 Juni 2008 sebagai bentuk legitimasi terhadap Merida Initiative. Latar belakang dari kerjasama ini adalah karena Meksiko merupakan produsen ganja, heroin dan methamphetamine. Selain negara produsen, Meksiko juga dijadikan sebagai tempat transit Narkoba dari beberapa negara produsen Narkoba lainnya seperti Colombia dan Peru sebelum akhirnya dipasarkan ke wilayah Amerika Serikat. Menurut

3

Dosen dan Ketua Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Riau 4

(9)

data yang dikeluarkan oleh PBB melalui World Drug Report 2008,2009 dan 2010, Amerika Serikat merupakan salah satu konsumen Narkoba terbesar di dunia. Sebagai konsumen dengan jumlah besar dan daya beli yang tinggi, Kartel Narkoba Meksiko menjadikan Amerika Serikat menjadi pasar utama produk Narkobanya.

Strategi yang disepakati untuk menciptakan Meksiko dan Amerika Serikat bebas dari kegiatan peredaran narkoba dibagi menjadi empat, yang juga dikenal dengan the four pillarof Merida Initiative, yaitu menghancurkan kekuatan Kartel Narkoba, meningkatkan kapasitas sistem peradilan Meksiko, menciptakan perbatasan abad ke-21, dan membangun masyarakat yang kuat dan tangguh.

Penelitian diatas juga masih sangat berkaitan dan berhubungan dengan penelitian yang ingin diteliti oleh peneliti.Hal ini karena, penelitian diatas masih memfokuskan pada keamanan perbatasan sebagai sumber masalah dalam kejahatan narkoba.Namun yang membedakannya hanyalah lokasi penelitian.

2) Perbandingan penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Simela Victor Muhamad5 dengan judul “Kejahatan Transnasional Penyelundupan Narkoba Dari Malaysia ke Indonesia: Kasus di Provinsi Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat”. Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah Mengapa penyelundupan narkoba terus terjadi, bagaimana perkembangan kasus dan modus-modusnya, serta upaya apa saja yang telah dan perlu dilakukan oleh Indonesia, termasuk melalui kerja sama bilateral dengan Malaysia, dan juga dalam kerangka ASEAN, untuk mengatasi masalah ini, terutama yang terjadi di Provnsi Kepri dan Provinsi Kalbar (yang berbatasan langsung dengan Malaysia). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dan juga peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengumpulkan data.

Penelitian ini menggambarkan dan menjelaskan mengenai Wilayah Indonesia yang luas dan sebagian diantaranya berbatasan langsung dengan negara tetangga, telah menjadi

“pintu masuk” yang menarik bagi sindikat internasional untuk memasukkan narkoba ke

negara ini. Salah satunya adalah melalui Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dan Provinsi

5

(10)

Kalimantan Barat (Kalbar) yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Untuk wilayah Kepri, Kepolisian Daerah (Polda) Kepri mengungkapkan bahwa penyelundupan narkoba di wilayah ini tidak bisa dipisahkan dari peredaran narkoba yang terus meningkat, bahkan hingga 300 persen dalam kurun waktu tahun 2011-2013. Kepri sendiri, menurut pihak Polda, juga tercatat sebagai nomor dua pengguna narkoba terbanyak di Indonesia setelah DKI Jakarta, dan sebagian besar narkoba diselundupkan dari Malaysia.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Maraknya penyelundupan narkoba yang dilakukan oleh sindikat internasional melalui wilayah Kepri dan Kalbar yang berbatasan dengan wilayah Malaysia menunjukkan bahwa masih ada kelemahan dari aparat yang melakukan pengawasan di pos-pos pemeriksaan lintas batas, selain keterbatasan teknologi untuk mendeteksi barang yang diduga narkoba, jika penyelundupan dilakukan melalui jalur resmi (baik bandara maupun pelabuhan). Keberadaan pelabuhan-pelabuhan tikus di Kepri dan jalan-jalan tikus di Kalbar sebagai pintu masuk tidak resmi dari Malaysia ke Indonesia ternyata semakin membuka peluang bagi terjadinya penyelundupan narkoba melalui kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia. Oleh karena itu, penanganan penyelundupan narkoba harus dilakukan lebih intensif lagi, tidak saja oleh Indonesia tetapi juga melalui kerja sama dengan negara tetangga, Malaysia. Kerja sama secara multilateral melalui organisasi regional ASEAN juga perlu dilakukan. Penyelundupan narkoba bagi Indonesia dari Malaysia, dan peredaran gelap narkoba di kawasan Asia Tenggara, harus menjadi bagian dari perhatian ASEAN untuk menanggulanginya.

(11)

II.6. Kerangka Pikir

Penjelasan singkat kerangka pikir:

Illicit drug trafficking melalui jalur perbatasan Negara RI-PNG di Jayapura merupakan dampak dari adanya faktor globalisasi dan kurangnya pengawasan keamanan manajemen perbatasan. Dampak yang ditimbulkan dari faktor globalisasi adalah terjadinya keterbukaan dan terhubungannya RI-PNG, yang memicuh terjadinya tindak kejahatan Illicit drug trafficking. Sedangkan dampak dari kurangnya pengawasan keamanan manajemen perbatasan adalah maraknya peredaran dan pengguna narkotika jenis ganja di Kota Jayapura.

Illicit Drug Trafficking

Globalisasi

Opened

Connected

Kurang Pengawasan

Keamanan

Manajemen Perbatasan

Kota Jayapura Terkena

Dampak Illicit Drug

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor penghambat pencapaian efektivitas peran KPUD dalam penetapan calon anggota legislatif daerah, dimaksudkan adalah faktor-faktor yang diduga sebagai

Kelompok Tani yang diketuai oleh Bapak Uden ini merupakan salah satu kelompok tani yg ikut turut serta dalam program pengembangan lahan padi seluas 1000 hektar di sukabumi..

Hasil analisis ragam jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman, dan bobot 100 biji menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan sistem

Konteks ayat ini bila ayat ini dihubungkan dengan ayat 141 dalam surat yang sama adalah permusuhan antara orang-orang beriman dengan orang-orang kafir. Di tengah permusuhan keduanya

Citra Landsat multitemporal mampu digunakan sebagai sumber data dalam memperoleh informasi perubahan garis pantai, khususnya di pesisir Surabaya, Sidoarjo dan

Menurut sistem pemerintahan Islam, pilar ini diambil melalui penelitian dan kajian mendalam atas hukum- hukum syariah dan realitas politik dalam kehidupan Islam, bahwa pengangkatan

Lingkungan memengaruhi nilai dan prioritas individu, sehingga rasa kehilangan beragam bentuknya. Lingkungan tersebut meliputi keluarga, teman, masyarakat,

Hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu pembuktian terbalik pada kasus korupsi diterapkan terhadap suap menerima gratifikasi yang nilainya 10 juta ke atas dan terhadap