• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keragaan Air dan Strategi Keberlanjutan Program Pengelolaan Air Bersih di Kampung Kaironi Distrik Sidey Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keragaan Air dan Strategi Keberlanjutan Program Pengelolaan Air Bersih di Kampung Kaironi Distrik Sidey Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat T1 BAB V"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PERAN LEMBAGA KAMPUNG DALAM MENGELOLA PARTISIPASI

MASYARAKAT

5.1. Lembaga Kampung Kaironi

Gambar 9.

Jalan Masuk Kampung Kaironi

Lembaga Kampung Kaironi ada sejak tahun 1975. Awalnya dipimpin oleh seorang kepala kampung, yang nantinya akan menentukan sendiri kepengurusannya dalam lembaga seiring berjalannya waktu. Kepala Kampung wajib disetujui oleh masyarakat kampung, karena sudah di wariskan dari pemimpin kampung yang terdahulu, dan sekarang kepala kampung kaironi merupakan generasi ke 3 dan sudah menjabat sejak tahun 1999. Dalam wawancara peneliti dengan Sekretaris Kampung Kaironi Bapak Decky Waramui1 pada tanggal 15 April 2017, beliau sendiri mengatakan tidak begitu ingat mengenai terbentuknya lembaga kampung Kaironi. Hal ini di ungkapkan dala wawancara berikut:

Bapa kurang tahu pasti, kira-kira lembaga kampung ada sekitar tahun 1975 waktu jamannya bapa bupati Drs. Esau Sesa dulu. Keseluruhan sampai sekarang untuk

(2)

pengurus kampung ada 7 terus Baperkam ada 5 orang .. keseluruhan ada 12 orang.

Dari wawancara diatas, yang menjadi alasan beliau tidak mengingat pasti berdirinya lembaga kampung karena baru menjabat sebagai pengurus kampung tahun 2012. Kepala kampung disetujui langsung oleh masyarakat, karena diwariskan turun temurun sampai sekarang generasi ke 3. Hal tersebut diperkuat saat wawancara peneliti dengan Bapak Yusak Infarido2 selaku kepala kampung Kaironi pada tanggal 9 Februari 2017 berikut ini:

Awalnya Bapa jadi kepala kampung, masyarakat kampung setuju juga bapa jadi kepala kampung, karna bapa punya bapa dulu kepala kampung disini, terus bapa punya kakak yang jadi kepala kampung, terus sekarang bapa sendiri yang jadi kepala kampung. Bapa jadi kepala kampung dari tahun 1999.

Hal ini ditunjukkan dari foto di bawah ini saat peneliti mewawancarai Kepala Kampung:

Gambar 10.

Peneliti Mewawancarai Kepala Kampung Kaironi

Selain lembaga pengurus kampung, terdapat juga organisasi pendukung bagi masyarakat kampung seperti PKK dan Karang Taruna. Kegiatan yang dilakukan beragam seperti membuat kue, membuat noken, dan menganyam tikar untuk para mama-mama kampung. Dan juga dari karang taruna kegiatannya lebih kepada melibatkan pemuda kampung terhadap olah raga yang menjadi kegemaran

(3)

masyarakat kampung yaitu bola voli. Pernyataan ini di dukung oleh wawancara peneliti dengan Bapak Decky Waramui3 pada tanggal 15 April berikut:

Di kampung ini, ada PKK dan Karang Taruna. PKK kegiatannya untuk mama-mama dong di kampung seperti buat kue, anyam tikar, terus buat noken. Kalo Karang Taruna itu kegiatan nya untuk tong punya anak-anak muda disini. Macam olah raga bola voli.

Kegiatan-kegiatan dari organisasi pendukung seperti membuat kue, membuat noken untuk mama-mama di kampung lebih kepada pengembangan kreatifitas dan mengisi waktu luang sehari-hari. Keterlibatan mereka di kampung di perlukan juga, misalnya ada sosialisasi di balai kampung, mereka bisa menyiapkan konsumsi dan juga memakai bahan-bahan dari sekitar lingkungan kampung. Lalu kegiatan karang taruna melibatkan pemuda kampung pada kegiatan yang bersifat positif, dan juga menjadi tontonan yang meriah untuk masyarakat kampung.

Kampung Kaironi di huni suku Meyah yang merupakan salah sub suku Arfak. Penamaan Kampung Kaironi diambil dari kali yang ada di kampung tersebut. Lalu termasuk juga penamaan dalam fam atau marga mereka, contohnya waramui dan Wariori di ambil dari nama kali besar yang ada di distrik Sidey. Pengetahuan yang peneliti dapat saat memawancari kepala kampung dalam budaya suku Meyah seperti penamaan tempat dan marga mereka terbilang unik dan sangat mengandung makna bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat menghargai alam. Alam mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber kehidupan. Hal ini yang dituturkan oleh Bapak Yusak4 bahwa:

Jadi, nama kampung ini Kaironi karna di kampung ini ada kali, makanya tong kasih nama kampung Kaironi. Dan tong orang Meyah punya fam pake nama dari tempat macam kali begitu, jadi fam nya ada Waramui, wariori itu di ambil dari nama kali besar. Kalau anak ke kampung ini pasti lewat jembatan kali itu.

3 Wawancara dengan Decky Waramui selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 di Kampung Kaironi

(4)

Gambar 11.

Kali Waramui Yang Menjadi Penamaan Marga Orang Meyah

Kali Waramui dalam gambar diatas merupakan sejarah penamaan marga bagi masyarakat meyah. Kali ini merupakan jalan utama untuk menuju kampung Kaironi yang diatasnya dihubungkan dengan akses jembatan.

5.2. Pengelolaan Partisipasi Di Kampung Kaironi

Lembaga Kampung Kaironi memiliki cara sendiri untuk mengelola partisipasi yang ada di masyarakat. Seperti dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat. Seperti bersih-bersih kampung di hari jumat, lewat kegiatan olah raga di kampung, membantu masyarakat dalam membangun pagar, dan ikut membantu kegiatan pembangunan dari pemerintah yang memerlukan tenaga. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Yusak Infarido5 dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 9 Februari 2017 berikut ini :

Jadi, tong pu cara disini untuk kelola partisipasi di masyarakat kampung yaitu dengan kegiatan kampung. Seperti setiap hari jumat tong pu kegiatan bersih-bersih kampung. Terus macam masyarakat mau buat pagar, nanti masyarakat bantu cari kayu di hutan. Terus kalau macam su desember natal tong masyarakat kampung sama-sama bikin pondok natal. Lewat kegiatan bola voli juga masyarakat senang sekali. Macam pembangunan di kampung ini kalo butuh tenaga masyarakat juga ikut bantu.

(5)

Pengelolaan partisipasi yang di lakulan oleh lembaga kampung Kaironi merupakan cara yang sederhana dengan melibatkan masyarakat pada kegiatan-kegiatan yang ada di kampung. Dan juga masyarakat kampung turut membantu pembangunan yang ada di kampung mereka lewat tenaga masyarakat. Walaupun keterlibatan dalam segi ekonomi kurang, namun dari segi sosial masyarakat kampung sangat membantu dalam pembangunan kampung dan juga mensukseskan kegiatan kampung. Ketika bulan desember tiba masyarakat membuat pondok natal, tentunya butuh tenaga besar dalam mencari bahan-bahan untuk membuatnya. Mereka harus mencari kayu dihutan dan juga dalam pembangunan di kampung seperti membangun gapura kampung, dapat menghemat anggaran kampung. Jadi tidak perlu menyewa jasa tukang lagi, tapi bisa menggunakan tenaga masyarakat sendiri. Tetapi terdapat juga faktor yang mempengaruhi partisipasi di kampung Kaironi. Dalam wawancara peneliti dengan Bapak Decky Waramui6 pada tanggal 15 April 2017 beliau menjelaskan seperti berikut:

Kalo di Kampung sini yang biasa pengaruh terhadap partisipasi masyarakat kampung, kalo macam ada masyarakat yang tidak dapat raskin atau bantuan dari pemerintah yang lain nanti tong susah ajak ikut bantu-bantu. Terus masyarakat disini keras, jadi tong lembaga kampung harus kasih tahu dengan cara yang halus dan ikut masyarakat punya mau seperti apa. Baru tong masyarakat disini juga sering baku masalah sendiri. Seperti masalah tanah itu sering sekali.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partispasi masyarakat kampung Kaironi. Seperti tidak meratanya bantuan dari pemerintah sehingga dampaknya ketika di ajak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan kampung terasa sulit untuk ikut serta. Karena masyarakat kampung Kaironi cenderung memiliki sifat yang keras dan tentunya harus di redamkan dengan pendekatan secara halus oleh lembaga kampung. Terlebih lagi masyarakat kampung Kaironi sering terjadi

(6)

konflik internal yang tidak kelihatan namun bisa berdampak pada partisipasi dan juga keamanan di kampung, seperti kemepilikan tanah.

5.3. Pengelolaan Sumber Dana Kampung Kaironi

Perhatian Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah nampaknya sudah sampai pada tingkat kampung di bagian timur Indonesia. Untuk memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat kampung dengan memberikan dana untuk dapat digunakan dengan baik oleh lembaga kampung sebagai sumber dana. Dalam wawancara peneliti dengan Bapak Frans Kassi7 selaku bendahara kampung pada tanggal 15 April 2017, beliau menjelaskan sebagai berikut:

Sumber dana kampung berasal dari dana otsus, dari dana APBD, terus dari dana jokowi.. Dana otsus 100 juta pertahun di ambil 2 tahap, dana APBD 100 juta pertahun di ambil 2 tahap juga.. jadi tahap pertama 50 juta, tahap kedua 50 juta.. kalau dana jokowi tahap pertama tong ambil 865 juta, terus tahap kedua 340 juta. Kalau dana otsus kita alokasi ke pendidikan, kesehatan, pkk, karang taruna, anak sekolah,,, dana APBD untuk operasional kampung, terus dana jokowi untuk bangun fisik seperti rumah layak huni, gorong-gorong, dengan gapura kampung.

Di kampung Kaironi terdapat 3 sumber dana yaitu dari APBD, Otsus, dan Dana Pembangunan Kampung Era Pemerintahan Jokowi. Jumlah dana tersebut antara lain: APBD 100 Juta/tahun, Otsus 100 Juta/tahun dan Dana Jokowi 1,2 Milyar/tahun. Dana kampung Kaironi dialokasikan dalam berbagai keperluan lembaga dan masyarakat kampung. Seperti dana APBD digunakan untuk operasional kampung, dana Otsus digunakan untuk kesehatan, pendidikan, Kesehatan, PKK, Karang Taruna, dan dana Jokowi digunakan untuk membangun fasilitas fisik di kampung seperti rumah layak huni, gorong-gorong, dan gapura kampung. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(7)

Gambar 12.

Gapura Kampung dan Polindes Kampung

Gambar sebelah kiri menunjukkan gapura kampung yang ada di kampung Kaironi. Terletak di jalur 2 atas, nampak jalannya masih tanah dan penuh bebatuan serta becek dan licin pada saat hujan. Sedangkan gambar sebelah kanan merupakan polindes kampung Kaironi. Polindes ini merupakan satu-satunya sarana kesehatan bagi masyarakat kampung untuk menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Lalu untuk menggunakan dana tersebut diadakan sosialisasi di balai kampung, seperti yang di ungkapkan Bapak Frans Kassi8 berikut:

Jadi tong semua lembaga kampung dan masyarakat sosialisasi di balai kampung untuk membahas ini, sepakat atau tidak digunakan seperti untuk bikin gorong-gorong atau rumah.. kalo sudah setuju.. nanti tong di dampingi lagi dengan pemberdayaan provinsi dan BPK dalam prosesnya.

Hal diperkuat dengan foto peneliti usai mewancarai bendahara kampung Kaironi :

(8)

Gambar 13.

Peneliti Bersama Bapak Bendahara Beserta Ibu

Proses pengalokasian dana kampung untuk digunakan dengan melibatkan lembaga kampung dan masyarakat kampung, untuk bersosialisasi di balai kampung. Adapun yang menjadi pembahasan dalam sosialisasi tersebut adalah meminta persetujuan masyarakat untuk membangun rumah, ataupun bangunan fisik lainnya di kampung. Jika semua sudah sepakat, maka selanjutnya akan di dampingi oleh Pemberdayaan Provinsi dan BPK.

5.4. Strategi Keberlanjutan Program

Untuk menjaga keberlanjutan fasilitas air dan sumber air di kampung Kaironi maka lembaga kampung memiliki strategi untuk menjaga itu semua. Dengan menggunakan budaya mereka sendiri dan juga melibatkan masyarakat di setiap prosesnya. Pemberdayaan yang dilakukan lembaga kampung lebih kepada pemberian kesadaran bagi masyarakat kampung tentang kebutuhan akan air bersih yang lebih baik lagi lewat sosialisasi di balai kampung sebelum pihak satker SPAM membangun fasilitas fisik air bersih. Pengembangan Kapasitas lebih kepada kemampuan lembaga kampung menjelaskan cara-cara mengelola fasilitas air, sehingga masyarakat kampung bisa mengelola tanpa perlu tenaga yang profesional. Partisipasi yang dilakukan lembaga kampung dan masyarakat lebih kepada pelibatan dalam menjaga fasilitas fisik air bersih dengan memperbaikinya sama-sama jika ada kerusakan, dan juga dengan kepercayaan lokal mereka untuk menjaga lingkungan sumber air dengan tidak menebang pohon di lokasi sumber air.

5.4.1. Strategi Pemberdayaan

(9)

lembaga kampung menyampaikan langsung ke masyarakat kampung. Berikut wawancara dengan Bapak Eko Hariyadi9 13 Mei 2017 berikut ini:

Tidak..kami hanya membangun saja..kalo memberikan pemberdayaan bukan wewenang kami, tapi kami hanya jelaskan mengenai alat itu selanjutnya lembaga kampung yang harus jelaskan ke masyarakat.... itu konsekuensi nya mas kalo SPAM gratis jadi jika ada kerusakan,, masyarakat sendiri yang perbaiki, pake dana mereka sendiri.. beda dengan kalo ada pengelola resminya kayak di Aimas itu kan mas sudah lihat sendiri toh, di kelola oleh PT. Andriyani Jaya Abadi.. trus struktur pengelolanya juga jelas.. ada direktur utama, bagian keuangan, bagian administrasi, sama operasional.. jadi kalo misalnya pipa bocor atau ada alat yang rusak sudah ada teknisi yang tangani.. lalu masyarakat juga membayar iuran bulanan.

Dari hasil wawancara diatas sudah menjadi tanggung jawab masyarakat kampung dan lembaga kampung untuk menyelesaikan persoalan secara bersama-sama terkait pengelolaan dan perawatan fasilitas air tersebut karena gratis. Berbeda dengan SPAM yang di serahkan menjadi aset daerah, masyarakat pengguna membayar iuran bulanan, namun kerusakan alat dan perawatan sudah ada teknisi profesional yang mengurusi serta struktur kepengurusannya jelas.

Hal ini juga diungkapkan Bapak Yusak Infarido10 pada 8 Maret 2017 selaku kepala kampung sebagai berikut:

Mereka tidak kasih pemberdayaan ke masyarakat anak, tapi dong hanya kasih pengetahuan tentang fasilitas itu untuk tong lembaga kampung saja.. selanjutnya bapa sama lembaga kampung yang melanjutkan ke masyarakat.

Dari penjelasaan diatas menunjukkan peran lembaga kampunglah yang sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan fasilitas ini dan juga keterlibatan masyarakat di dalamnya. Pemberdayaan pada hakikatnya memberikan daya

9

Wawancara dengan Eko Hariyadi selaku Satker SPAM Manokwari pada 13 Mei 2017 di Sowi, Manokwari

(10)

terhadap yang tak berdaya. Hal ini yang dilakukan pihak lembaga kampung Kaironi terhadap masyarakat kampung. Masyarakat ada yang tidak setuju dalam pemilihan tanah sebagai tempat dibangunnya fasilitas air tersebut. Dikarenakan tanah mereka masih digunakan sebagai mata pencaharian. Sehingga lembaga kampung lewat kepala kampung sebagai penggerak dan pemimpin kampung menyadarkan masyarakat supaya tidak hidup dalam kesusahaan lagi. Demi kepentingan bersama, karena manusia mempunyai hak untuk memperoleh air bersih yang layak. Sehingga ketika sudah sepakat, maka masyarakat menerima pembangunan fasilitas tersebut di kampung mereka. Hal yang sama juga di ungkapkan Bapak Yusak Infarido11 pada 8 Maret 2017 sebagai berikut:

Jadi bapa mengajak masyarakat dan juga aparat kampung semua waktu itu kumpul di balai kampung untuk membahas bahas barang ini.. bapa selaku kepala kampung mengajak masyarakat karena ini untuk kepentingan bersama, waktu itu tidak semua masyarakat mau terima barang ini karena permasalahan pelepasan tanah ulayat masyarakat..dan juga tanah masyarakat yang masih di pake untuk berkebun.. tapi bapa berusaha agar dong semua terima barang ini, karena air bersih susah sekali untuk tong dapat.. harus jalan ke kali baru bawa datang kembali ke rumah.. memang tong disini juga pake sumur.. tapi kalo musim kemarau datang, sumur-sumur kering.

Dari wawancara diatas, masyarakat kampung awalnya menggunakan kali sebagai sumber air sehari-hari dan juga membuat sumur gali. Namun akses untuk memperoleh air tersebut sebagai manusia belum layak, karena harus mencari lagi dengan berjalan kaki sejauh 1 kilometer, lalu kalau mau digunakan untuk memasak harus dibawa ke rumah dengan menggunakan Ember atau Jerigen. Dan belum lagi kalau musim kemarau tiba air sumur kering dan air di kali pun juga keruh.

(11)

Gambar 14.

Kali dan Sumur Gali di Kampung Kaironi

Gambar sebelah kiri merupakan kali yang terdapat di kampung Kaironi. Kali ini merupakan sumber air yang di gunakan masyarakat sebelum SPAM di buat. Gambar sebelah kanan merupakan sumur gali masyarakat Kampung yang digunakan sebagai cadangan air kalau musim hujan dan kemarau.

Kemudian, SPAM hadir sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat ke Daerah untuk membangun fasilitas air untuk masyarakat kampung agar bisa mendapatkan air tidak sulit lagi. Tanpa membayar apa pun fasilitas air tersebut dibangun sejak tahun 2013 di kampung Kaironi sampai sekarang secara gratis dan di gunakan masyarakat. Dan pihak Satker SPAM melepaskan tanah ulayat milik masyarakat dengan membayar 20 Juta ke pemilik tanah untuk tempat dibangunnya fasilitas air tersebut. Penjelasan dari wawancara dengan Bapak Yusak Infarido12 sebagai berikut:

Jadi pemerintah dong bangun fasilitas ini langsung anak, tidak lewat pemerintah kabupaten dan distrik lagi, fasilitas air ini langsung dari pusat anak. Lalu kami pake gratis mereka hanya bangun saja anak. Fasilitas ini dong bangun dari tahun 2013. Trus bapa sama sekretaris, bendahara sama masyarakat tong semua berkumpul di balai kampung untuk bahas barang ini.

Secara fakta, peneliti membenarkan pernyataan dari bapak Yusak tersebut. Pembangunan fasilitas air di kampung Kaironi gratis, dan langsung tanpa melewati Kabupaten dan Distrik tentunya akan dikelola secara swadaya oleh

(12)

masyarakat kampung tersebut. Untuk pelepasan hak ulayat dalam wawancara peneliti dengan Bapak Decky Waramui13 berikut ini:

Terus proses masuknya dong dari pemerintah minta ijin setelah tong semua sudah bahas di balai kampung untuk setuju kalo fasilitas ini dibangun di kampung ini. Dengan membayar pelepasan tanah ulayat 20 juta ke yang punya tanah, Pak guru Norfin.

Dari pernyatan diatas bahwa ketika masuknya program pembangunan fasilitas air, lembaga kampung juga melibatkan masyarakatnya. Dengan berkumpul di balai kampung untuk membahas dan menerima atau tidak pembangunan ini masuk di kampung. Lalu dari pihak Satker SPAM yang membangun fasilitas, membayar uang 20Juta untuk pelepasan tanah sebagai lokasi tempat dibangunnya bak air yang nantinya bisa digunakan masyarakat.

Gambar di bawah ini merupakan hasil dokumentasi peneliti, dimana balai kampung merupakan tempat yang digunakan oleh lembaga kampung dan masyarakat kampung Kaironi sebagai tempat pertemuan kegiatan-kegiatan yang ingin dilaksanakan di kampung. Baik itu membahas pelaksanaan pembangunan yang akan masuk di kampung dan juga menyelesaikan persoalan masyarakat.

Gambar 15. Balai Kampung Kaironi

Pemberian daya yang dilakukan oleh lembaga kampung adalah penyadaran untuk tidak terus hidup dalam kesusahan karena hak manusia untuk mendapatkan

(13)

air sudah di jamin oleh pasal 5 UU No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air,

yang menyatakan “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi

kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi keidupannya yang sehat,

bersih, dan produktif”.

Peran lembaga kampung dan masyarakat kampung tidak hanya sampai di penerimaan pembangunan fasilitas itu saja, tetapi sampai pada proses pembangunannya juga mereka ikut membantu. Mulai dari mempersiapkan lahan untuk tempat dibangunnya bak air, membuat jalan yang baik menuju lokasi bak tersebut karena lokasinya yang agak tinggi.

5.4.2. Strategi Pengembangan Kapasitas

Pengembangan kapasitas yang dilakukan oleh lembaga kampung Kaironi lebih kepada akses pengetahuan pengelolaan fasilitas dan juga akses terhadap lokasi sumber air. Hal ini di ungkapkan oleh Ibu Amanda Farian14 pada 18 Februari 2017 sebagai berikut:

Ini mas tong su sampe di bak air ini, mas lihat-lihat sudah. Kalo mau liat air dalam baknya mas naik saja ada tangga ini. Baru seharusnya tadi tong naik lewat jalan yang pemerintah dong bangun ini tapi rumput-rumput sudah tumbuh makanya tong lewat jalan yang tadi itu. Masyarakat di bawah dong belum naik kas bersih jd. dulu dong sama-sama masyarakat di kampung sini bikin jalan yang bagus ini biar bisa bawa barang-barang untuk bangun bak ini, karna kalo lewat jalan yang menyebrang kali tadi setengah mati sekali.

Ibu Amanda Farian yang mengantar peneliti ke lokasi fasilitas air di kampung Kaironi. Melewati kali kampung Kaironi, mengikuti pipi-pipa air dan juga menaiki bukit untuk sampai keatas tempat bak air tersebut berada. Peneliti melihat ini sebagai keberhasilan dari pemberdayaan lembaga kampung. Lembaga kampung menepati janjinya dalam melibatkan semua elemen masyarakat kampung termasuk kaum perempuan juga. Maka dari situ muncul pengembangan kapasitas masyarakat kampung dalam artian akses terhadap fasilitas tersebut.

(14)

Masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan fasilitas air tersebut, mulai dari mempersiapkan lahan, membuat jalan naik keatas, dan membantu mengangkat

bahan-bahan bangunan ke lokasi yang akan dibangun.

Gambar 16.

Fasilitas Air Kampung Kaironi

Pada gambar 16 diatas merupakan fasilitas yang dibangun Satker SPAM Kota Manokwari sejak tahun 2013. Dari foto kiri atas merupakan bak air yang ditampung dengan menggunakan teknologi sollarcell. Kemudian foto kanan atas merupakan air yang ditampung di dalam bak air tadi. Untuk melihat nya masyarakat bisa naik tangga dan membuka penutup diatasnya. Foto kiri bawah merupakan jaringan perpipaan yang di alirkan dari bak diatas untuk ke rumah masyarakat dibawah. Pipa-pipa air tersebut melewati hutan dan juga kali yang berada di kampung tersebut. Lalu foto kanan bawah merupakan hidran air yang nantinya masyarakat bisa menggunakan air dari bak air diatas.

(15)

Amanda Farian15 pada 18 Februari 2017 selaku masyarakat kampung sebagai berikut ini :

Jadi begini mas, tong di kampung sini untuk pake air ini harus di tampung dulu sampe panuh di bak ini untuk tong pake. Baru pemerintah bikin bak air ini pake tenaga matahari jadi tergantung cuaca juga. kalo cerah bisa 1 minggu 3 kali mengalir.. kalo cuaca mendung mengalirnya 1 kali saja. biasa yang kas mengalir air ini tong biasa panggil da pak guru norfin karena da yang punya tanah ini, jadi biasa da yang naik kas mengalir.

Pengelolaan fasilitas air harus menunggu lagi karena energi untuk memompa air dari dalam tanah menggunakan matahari sebagai sumber. Fasilitas ini sangat mengandalkan cuaca dalam pemanfaatannya, cuaca cerah bisa seminggu 3 kali mengalir, kalau cuaca buruk bisa sekali saja mengalir dalam seminggu. Namun fasilitas ini dikelola oleh pemilik tanah sendiri, yaitu Bapak Norfin Moktis16. Dalam wawancara peneliti pada 22 Maret 2017 beliau menjelaskan sebagai berikut:

Iya.. kebetulan di atas itu sa pu tanah yang pemerintah dong bangun bak air .. jadi sa yang biasa naik ke atas untuk cek air diatas.. sa biasa ke atas 1 minggu 3 kali.. hari selasa, kamis, dengan jumat..krna bak air itu pake tenaga matahari.. jadi harus tunggu penuh dulu baru bisa kas mengalir ke bawah... kalo anak sudah ke atas pasti lihat keran air untuk buka air yang ditutup terus di gembok.

Gambar 17.

Kran Air Untuk Mengalirkan Air

15

Wawancara dengan Ibu Amanda Farian selaku masyarakat kampung pada 18 Februari 2017 di Kampung Kaironi

(16)

Pada gambar 17 diatas merupakan kran air untuk mengalirkan air, nampak seperti gambar disebelah kanan. Gambar sebelah kiri merupakan kran air ditutup dan digembok oleh Pak Norfin sebagai pengelola fasilitas air, yang nantinya ketika air sudah penuh di bak penampung akan di alirkan ke masyarakat kampung Kaironi.

Pengelolaan fasilitas air di kampung Kaironi belum dibentuk secara struktur, sehingga muncul anggapan air tidak di aliri secara merata ke masyarakat kampung dan masyarakat kampung yang tinggal agak jauh dari lokasi fasilitas air tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Decky Waramui17 berikut ini:

Jarang sekali mengalir anak.. biasa yang kasih mengalir air pak guru nofin karna da yang pu tanah diatas, tapi biasa air mengalir ke masyarakat yang tinggal di dekat sumber air itu. itu juga pak guru da pu keluarga sendiri.

Hal juga diperkuat saat menanyakan Bapak Norfin Moktis selaku pengelola fasilitas air tersebut, tentang pembentukan struktur pengelola untuk mengelola fasilitas tersebut namun tidak direspon baik oleh pengurus kampung. Hal ini di ungkapkan sebagai berikut18:

Begini anak.. bapa sudah coba bicara dengan kepala kampung tapi da sering jarang ditempat.. jd bapa juga su malas.

Terdapat perbedaan pendapat antara pengelola dan pengurus kampung, sehingga menimbulkan ketidakmerataan air di kampung Kaironi. Selain terjadi konflik internal masyarakat kampung, pengelolaan fasilitas air juga bisa memicu terjadinya konflik di masyarakat kampung. Selain itu juga dana kampung belum di alokasikan untuk pengelolaan fasilitas tersebut sampai sekarang, masih sebatas perencanaan saja. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Frans Kassi19 selaku bendahara kampung berikut ini:

17 Wawancara dengan Decky Waramui selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 di Kampung Kaironi

18

Wawancara dengan Norfin Moktis selaku masyarakat yang mengelola fasilitas air di kampung Kaironi pada 22 Maret 2017

(17)

Tidak ada anak.. untuk alokasi dana kampung untuk fasilitas air diatas dari lembaga kampung sampe sekarang belum ada anak, masih mo direncanakan.

5.4.3. Strategi Partisipasi

Partisipasi yang diterapkan oleh masyarakat kampung dan lembaga kampung lebih kepada hal-hal yang sederhana yang mereka bisa lakukan untuk menjaga keberlanjutan fisik fasilitas air bersih.

Untuk perawatan fasilitas ini lembaga kampung dan juga masyarakat kampung merawatnya bersama-sama. Misalnya ada pipa yang bocor maka mereka memperbaiki sama-sama ketika membutuhkan biaya maka mereka biaya sendiri perbaikannya. Hal ini di katakan dalam wawancara peneliti dengan Bapak Yusak Infarido20 berikut:

Kalo ada kerusakan kita perbaiki sama-sama anak, jadi nanti bapa dengan masyarakat kita naik ke atas untuk bikin barang itu.

Lalu, peneliti menyempatkan diri untuk mewawancari Pegawai Satker SPAM Kota Manokwari Bapak Eko Hariyadi21 13 Mei 2017 berikut ini:

Tidak..kami hanya membangun saja..kalo memberikan pemberdayaan bukan wewenang kami, tapi kami hanya jelaskan mengenai alat itu selanjutnya lembaga kampung yang harus jelaskan ke masyarakat.... itu konsekuensi nya mas kalo SPAM gratis jadi jika ada kerusakan,, masyarakat sendiri yang perbaiki, pake dana mereka sendiri.. beda dengan kalo ada pengelola resminya kayak di Aimas itu kan mas sudah lihat sendiri toh, di kelola oleh PT. Andriyani Jaya Abadi.. trus struktur pengelolanya juga jelas.. ada direktur utama, bagian keuangan, bagian administrasi, sama operasional.. jadi kalo misalnya pipa bocor atau ada alat yang rusak sudah ada teknisi yang tangani.. lalu masyarakat juga membayar iuran bulanan.

Dari hasil wawancara diatas sudah menjadi tanggung jawab masyarakat kampung dan lembaga kampung untuk menyelesaikan persoalan secara bersama-sama terkait pengelolaan dan perawatan fasilitas air tersebut karena gratis.

20

Wawancara dengan Yusak Infarido selaku kepala kampung pada 9 Februari 2017 di Kampung Kaironi

(18)

Berbeda dengan SPAM yang di serahkan menjadi aset daerah, masyarakat pengguna membayar iuran bulanan, namun kerusakan alat dan perawatan sudah ada teknisi profesional yang mengurusi serta struktur kepengurusannya jelas.

Lewat kegiatan-kegiatan kampung seperti hari jumat bersih yang tidak hanya membersihkan lingkungan kampung saja tetapi lokasi sekitar fasilitas air. Hal ini di ungkapkan langsung oleh Bapak Yusak Infarido22 selaku kepala kampung pada 8 Maret 2017 berikut ini:

Begini anak, bapa pu peran disini sebagai kepala kampung untuk mengajak masyarakat kampung menjaga fasilitas air dengan cara kita melakukan kegiatan kerja bakti setiap hari jumat untuk kas bersih lingkungan kampung dan juga lokasi sumber air. Kalo di lingkungan kampung tong kas bersih rumput, bakar sampah lalu kalo di lokasi sumber air di atas tong kas bersih rumput-rumput liar yang sering tumbuh sampai jalan untuk keatas juga tidak kelihatan.. Dan masyarakat tong sama-sama tidak menebang pohon yang ada di lokasi sekitar sumber air, karena pemerintah dong bangun tong pu fasiltas air ini, menggunakan mata air yang kecil, jadi yang tonk lakukan seperti itu disini anak.

Dengan melibatkan kegiatan-kegiatan yang membawa masyarakat untuk ikut terlibat. Mulai dari prosesnya menerima suatu program pembangunan, melibatkan mereka dalam sosialisai, dan melakukan pendekatan yang disukai masyarakat kampung. Selain itu masyarakat kampung Kaironi harus menjaga alam mereka seperti pepohonan yang ada di lingkungan kampung dan juga lingkungan fasilitas air karena mereka juga sadar bahwa mata air yang digunakan sebagai sumber air kecil dan harus dijaga agar pasokan air dari dalam tanah bisa terjaga untuk mewujudkan keberlanjutan fasilitas tersebut. Masyarakat suku Meyah memiliki budaya yang ampuh dalam menjaga alamnya. Lewat budaya

mereka yang di istilahkan dengan “tuan tanah”, merupakan kepercayaan mereka

yaitu roh-roh leluhur yang menjaga lingkungan dan menempati pohon-pohon di lingkungan kampung. Sehingga masyarakat juga menyepakati segala konsekuensi

(19)

yang ada dan tetap merawat alam sebagai sumber kehidupan. Hal ini juga di ungkapkan dalam wawancara peneliti dengan Bapak Fredik Moktis23 pada 3 Maret 2017 berikut ini:

Tuan tanah itu leluhur moyang yang menjaga tong pu alam, biasa dong tinggal di pohon-pohon atau hutan. Jadi masyarakat kampung disini tra bisa untuk tebang pohon sembarang.

Selain menjaga alam, lembaga kampung juga memiliki cara lain untuk memupuk partisipasi di masyarakat kampung. Tidak hanya lewat kegiatan-kegiatan kampung yang sifatnya serius, tetapi kegiatan-kegiatan olahraga bola voli yang sangat digemari oleh masyarakat kampung. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Decky Waramui24 selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 berikut ini:

Tong lembaga kampung biasa bikin lomba bola voli anak,, karna masyarakat disini suka main voli, terus semangat juga untuk nonton.. terus mama-mama di kampung ini bisa jualan juga.

Mengikuti kemauan yang dimaksudkan oleh lembaga kampung seperti ini, mengadakan perlombaan bola voli di kampung selain membuat masyarakat ikut berpartisipasi tidak hanyak laki-laki saja tetapi perempuan juga antusias dalam menonton hiburan di kampung mereka, sembari menjualkan es sirup dan kue

untuk para penonton di sekitar lapangan.

Gambar 18.

23

Wawancara dengan Fredik Moktis selaku masyarakat kampung pada 3 Maret 2017 di Kampung Kaironi

(20)

Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Kampung

Gambar

Gambar 9.  Jalan Masuk Kampung Kaironi
Gambar 10.  Peneliti  Mewawancarai Kepala Kampung Kaironi
Gambar 11. Kali Waramui Yang Menjadi Penamaan Marga Orang Meyah
Gambar 14.  Kali dan Sumur Gali di Kampung Kaironi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjabaran diatas maka perilaku-perilaku yang menunjukkan adanya relative status/power (status atau kekuatan) pada DW dan adiknya sesudah saling tinggal

Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah memberikan

[r]

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam

Produksi Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) atau biasa dikenal sebagai minuman beralkohol di Indonesia sudah semakin meningkat. Dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota

metode portofolio yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar

Sejak awal perawat dididik mengenal perannya dan berinteraksi dengan pasien. Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam praktek rumah sakat

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan shift pagi dan malam terhadap kelelahan ( fatigue ), sehingga hal ini dapat menjadi informasi