• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh budaya organisasi komunikasi or

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh budaya organisasi komunikasi or"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kehidupan beragama di masyarakat merupakan masalah yang sangat peka/sensitif bahkan merupakan masalah yang paling peka di antara masalah sosial-budaya lainnya. Sebab terjadinya masalah sosial akan menjadi semakin complicated jika masalah tersebut menyangkut pula masalah agama dan kehidupan beragama. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi masyarakat kita terutama di daerah pedesaan di mana sebagian besar jiwa keagamaannya dibina dan dibentuk oleh Lingkungan Sosial Masyarakatnya masing-masing. Maka itu jiwa keagamaannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jiwa keagamaan lingkungannya.

Kenyataan dalam masyarakat menunjukkan bahwa perpindahan agama seseorang dari satu agama ke agama lain, dapat menyinggung perasaan keagamaan kelompok dan lingkungannya. Hal ini akan lebih tersinggung lagi jika perpindahan tersebut dianggap tidak wajar, misalkan melalui bujukan, tipuan, pemberian materi, penyiaran agama yang keluar masuk rumah orang yang sudah beragama. Cara- cara inilah sangat menyinggung perasaan keagamaan, dapat menimbulkan keresahan dan dapat merusak hubungan antar umat beragama yang pada gilirannya dapat menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat.

Menyadari fakta kemajemukan Indonesia itu, pemerintah telah mencanangkan konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia pada era tahun 1970-an. Tri Kerukunan Umat Beragama tersebut ialah kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.

▸ Baca selengkapnya: formatur organisasi adalah

(2)

terciptanya tri kerukunan itu akan lebih memantapkan stabilitas nasional dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa (Saputra, 2008: 4).

Pada umumnya semua umat beragama meyakini ajaran agama yang dipeluknya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Demikian pula umat Hindu meyakini bahwa kitab suci Veda sebagai wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam kitab suci Veda banyak kita temukan sabda Tuhan yang mengamanatkan untuk menumbuh kembangkan kerukunan umat beragama, toleransi, solidaritas dan penghargaan terhadap sesama manusia dengan tidak membeda-bedakannya. Hal ini dapat kita simak dalam kitab suci Veda sebagai berikut:

“Aku satukan pikiran dan langkahmu untuk mewujudkan kerukunan diantara kamu. Aku bimbing mereka yang berbuat salah menuju jalan yang benar

(Atharvaveda 111.8.5)

“Wahai umat manusia ! Bersatulah dan rukunlah kamu seperti menyatunya para dewata. Aku telah anugrahkan hal yang sama kepadamu, oleh karena itu ciptakanlah persatuan diantara kamu(Atharvaveda 111.30.4)

“Wahai umat manusia ! Hiduplah dalam harmoni dan kerukunan. Hendaklah bersatu dan bekerja sama. Berbicaralah dengan satu bahasa dan ambilah keputusan dengan satu pikiran. Seperti orang-orang suci di masa lalu yang telah melaksanakan kewajibannya, hendaknya kamu tidak goyah dalam melaksanakan kewajibanmu (Rgveda X191.2).

Berdasarkan kitab suci Veda tersebut diatas, maka jelaslah bahwa di dalam ajaran agama Hindu mengajarkan untuk umat Hindu rukun, damai, toleransi, solidaritas yang dilandasi oleh kasih sayang, guna mewujudkan tujuan hidupnya. (PHDI, 2007 :67).

(3)

manusia lebih-lebih dalam suatu organ isasi atau kehidupan keagamaan yang ada selama ini.

Budaya organisasi merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan masayarakat khususnya dalam mengatasi permasalahan kerukunan antar umat beragama khususnya di kota Mataram yang sering diperbincangkan selama ini. Hal ini ditegaskan pula oleh Williams (2001: 7) bahwa kesanggupan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai, sikap dan norma-norma yang ada akan membawa organisasi pada kenikmatan hidup dan terhindar dari kecemasan, kegelisahan, dan ketidakpuasan. Kemampuan menyesuaikan diri dengan nilai dan norma adalah kemampuan untuk menyesuaikan dan menanggapi perubahan lingkungan organisasi.

Budaya organisasi mendorong tingkat keterlibatan masayarakat lebih tinggi dalam pengambilan keputusan, masayarakat akan memiliki rasa kepemilikan dan tanggung jawab yang lebih besar. Dalam hal ini, suatu nilai-nilai, norma-norma, dan keyakinan organisasi itu dapat dilaksanakan dengan kondusif oleh masayarakat, serta dalam kondisi kerjasama dan interaksi yang baik semua unsur di dalam organisasi atau kehidupan masyarakat.

Melalui organisasi manusia dapat mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan sejumlah besar tindakan-tindakan demi menciptakan suasana yang harmonis, dinamis, dan tentram antar antar umat beragaman. Adapun upaya-upaya yang dilakukan meliputi melakukan dialog antar umat beragama, adanya kordinasi/konsultasi/ musyawarah antara antar umat beragama yang dilakukan secara berkala untuk mendapatkan masukan, sumbang saran pemikiran, dan keputusan bersama. Sehingga kurukunan antar umat beragama dapat diwujudkan dan kerjasama yang baik dapat ditingkatkan.

(4)

mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun manusia digunakan untuk berkomunikasi (Rakhmat, 2003: vii). Di satu sisi, pada hakikatnya komunikasi adalah fitrah manusia, selama manusia masih mempunyai naluri ingin tahu dan ingin menyampaikan sesuatu kepada sesamanya, maka selama itu akan ada kegiatan komunikasi. Semakin kompleksnya kehidupan manusia, membuat peranan komunikasi semakin tidak terelakan, untuk kepentingan berinteraksi, memecahkan masalah, atau untuk menjalin hubungan baik dengan sesamanya.

Pemahaman terhadap komunikasi organisasi tidak dapat dilepaskan dari kaitannya dengan berbagai aspek lainnya dari perilaku organisasi secara keseluruhan, Perilaku organisasi bertalian dengan bagaimana dan mengapa orang-orang bertindak, berpikir, dan merasa dalam suatu seting organisasi (Sweeney & McFarlin, 2002: 4). Komunikasi memiliki beberapa fungsi yang salah satunya adalah sebagai komunikasi sosial. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2005:5). Komunikasi memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi selanjutnya menghasilkan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. atau merefleksikan sejauh mana eksistensi atau dampaknya. Maka komunikasi organisasi sangat penting peranannya dalam mengatasi permasalahan mengenai kerukunan antar umat bergama yang ada di kota Mataram.

(5)

interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya yang terdiri dari mahluk sosial yaitu manusia. Lingkungan Sosial Masyarakat inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranaannya dalam membentuk kepribadian seseorang, dan terjadilah interaksi antara orang atau masyarakat dengan lingkuannya yang memiliki kepribadian adat istiadat yang berbeda.

Dari pemaparan permasalahan diatas dapat diketahui bahwa tingkat kerukunan antar umat beragama di kota Mataram bisa dikatakan berada dalam kategori kurang kondusif atau kurang baik. Melihat dari kondisi kota Mataram yang keadaan lingkungan masyarakat antara penganut agama satu dengan yang lain berbaur menjadi satu, maka sering ditemukan permasalah-permasalahan berwarna SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan ), terutama konflik berlatar belakang suku dan agama. Misalkan perpindahan agama seseorang dari satu agama ke agama lain, masalah perkawinan dengan beda agama sering terjadinya komplik dan bahkan permasalahan-permasalahan yang merupakan permasalahan sepele yang dibawa keranah agama sering kali menimbulkan permasalahan yang berkepanjangan. Untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas peneliti ingin mengetahui tentang Pengaruh budaya organisasi, komunikasi organisasi, dan Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Gambaran (deskrifsi) dari Budaya organisasi, komunikasi Organisasi, Lingkungan Sosial Masyarakat dan tingkat kerukunan antar umat beragama di kota Mataram ?

2. Adakah pengaruh langsung yang signifikan antara budaya organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram ? 3. Adakah pengaruh langsung yang signifikan antara Komunikasi Organisasi

(6)

Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram ?

5. Adakah pengaruh langsung yang signifikan antara budaya organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram ? 6. Adakah pengaruh langsung yang signifikan antara Komunikasi organisasi

terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram ? 7. Adakah pengaruh langsung secara simultan signifikan antara Budaya

organisasi dan Komunikasi Organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram ?

8. Adakah pengaruh langsung secara simultan signifikan antara Budaya organisasi dan Komunikasi Organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat Masyarakat di kota Mataram ?

9. Adakah pengaruh langsung secara simultan signifikan antara Budaya organisasi dan Komunikasi Organisasi dan Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram ? 10.Adakah pengaruh tidak langsung dan signifikan antara Budaya Organisasi

terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram melalui Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota mataram ? 11. Adakah pengaruh tidak langsung dan signifikan antara Komunikasi

Organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram melalui Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota mataram ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan penelitian ini :

1. Untuk Mengetahui Gambaran (deskrifsi) dari Budaya organisasi, komunikasi Organisasi, Lingkungan Sosial Masyarakat dan tingkat kerukunan antar umat beragama di kota Mataram.

(7)

3. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung yang signifikan antara Komunikasi Organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

4. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung yang signifikan antara Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

5. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung yang signifikan antara budaya organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram.

6. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung yang signifikan antara Komunikasi organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram.

7. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung secara simultan signifikan antara budaya organisasi dan komunikasi organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram.

8. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung secara simultan signifikan antara budaya organisasi dan komunikasi organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat Masyarakat di kota Mataram.

9. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung secara simultan signifikan antara budaya organisasi dan komunikasi organisasi dan Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram.

10.Untuk mengetahui Ada/ tidak pengaruh tidak langsung dan signifikan antara budaya organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman melalui Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian A. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi tokoh / pemuka agama dalam upaya memberikan pengetahuan terhadap seluruh umat beragama di Kota Mataram tentang pemahaman tentang budaya organisasi, komunikasi organisasi, Lingkungan Sosial Masyarakat yang berpengaruh terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

B. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bekontribusi positif terhadap kehidupan masyarakat di kota Mataram demi menciptakan kehidupan rukun, damai, dan sejahtera antar penganut agama yang ada di kota Mataram.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kerukunan antar umat beragama di kota Mataram sangat banyak, dalam penelitian ini dibatasi pada tiga faktor sebagai berikut a) Budaya Organisasi, b) Komunikasi Organisasi, c) Lingkungan Sosial Masyarakat..

b. Tempat Penelitian di Kota Mataram Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, KERANGKA PENELITIAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Baharum Sharifah (2006) yang berjudul “Hubungan Antara Komunikasi Dalam Organisasi Dengan Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja dan Komitmen Kerja” adapun hasil yang didaptkan Hasil kajian menunjukkan bahawa terdapat hubungan positif yang signifikan di antara ketiga-tiga jenis komunikasi (komunikasi ke atas, komunikasi mendatar dan komunikasi ke bawah) dengan kepuasan kerja. Jenis komunikasi mendatar dan jenis komunikasi ke bawah mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan komitmen organisasi tetapi jenis komunikasi ke atas didapati tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan komitmen organisasi. Dapatan juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan di antara ketiga-tiga jenis komunikasi (ke atas, mendatar dan ke bawah) dengan prestasi kerja. Kepuasan kerja juga didapati mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan prestasi kerja dan juga kepuasan kerja didapati mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan komitmen organisasi.

(10)

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Hery Risdianto (2008) dengan judul Kerukunan Umat Beragama (Studi Hubungan Pemeluk Buddha Dan Islam Di Desa Jatimulyo, Kec. Girimulyo, kab. Kulon progo). Adapun hasil yang didapatkan Hasil penelitian ini menunjukan pertama, hubungan kehidupan keberagamaan di Desa Jatimulyo berjalan sangat harmonis. Semua itu terwujud dalam bentuk gotong royong, pembangunan tempat ibadah serta penyatuan tradisi lokal (budaya Jawa) dengan ritual agama. Salah satu faktor yang sangat mendukung terciptanya hubungan tersebut adalah aspek kultural yakni Etika Jawa (Budaya Jawa). Kedua, hubungan keberagamaan yang harmonis tersebut, jika dilihat dalam perspektif teologis dan sosiologis terbangun atas dasar adanya pemahaman keagamaan yang plural. Mereka meyakini bahwa semua agama mengajarkan kebajikan, kebenaran, keadilan dan nilai-nilai luhur lainnya.

Penelitian berikutnya ditulis oleh Achmad Fauzi Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2006, berjudul “Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Gresik” dalam skripsi ini Ia menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kerukunan antar umat beragama di Gresik dialok, musyawarah bersama, gotong royong dalam bidang kemanusiaan serta kegiatan lainnya yang semuanya telah diwadahi dan direalisasikan oleh BKSAG (Badan Kerukunan Umat Beragama Se- Kabupaten Gresik dan Pemerintah Kabuaten Gresik. Faktor yang mendukung kerukunan hidup antar umat beragama ialah toleransi dari semua pihak yang bersangkutan. Serta konsep kerukunan hidup antar umat beragama Islam, Kristen, Kong Hu Cu ada sebuah benang merah yang dapat ditarik dan dijadikan landasan hidup rukun antar umat Beragama yaitu sama-sama mengajarkan cinta, kasih sayang, dan penuh kedamaian sesama umat manusia.

(11)

2. Penelitian ini menemukan bahwa ada pengaruh nyata dan positif antara Budaya Organisasi (X1) terhadap Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Hindu di Kota Mataram (Y). 3. Penelitian ini menemukan bahwa ada pengaruh nyata dan positif antara Hubungan Manusia (X2) terhadap Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Hindu di Kota Mataram (Y). Dan 4. Secara simultan ditemukan bahwa ada pengaruh antara Budaya Organisasi dan hubungan manusia dengan Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Hindu di Kota Mataram.

2.2 Konsep Penelitian 2.2.1 Konsep Pengaruh

Dalam Kamus bahasa Indonesia dijelaskan kata pengaruh bererti daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang berkuasa atau yang berkekuatan. Sedangkan pengaruh menurut Badudu dan Zain (1994 :1031) yaitu pengaruh adalah :

1. Daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi

2. Sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain 3. tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Dengan demikian yang dimaksud pengaruh dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh budaya organisasi dan Komunikasi Organisasi, dan Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

2.2.2 Konsep Budaya Organisasi

(12)

tentang budaya yaitu : (1) budaya sebagai sebuah abstraks, (2) budaya sebagai konseptual kelompok, (3) budaya sebagai internalisasi anggota kelompok.

2.2.2.1 Budaya Sebagai Sebuah Konsep Abstrak

Sebagai sebuah intitas tioritis dan konseptual, budaya membantu memahami bagaimana kita berprilaku tertentu dan menjelaskan perbedaan dari sekelompok orang. Sebagai sebuah konsep abstrak, budaya memiliki kehidupan tersendiri, ia terus berubah dan tumbuh. akibat pertemuan-pertemua dengan budaya lain, perubahan kondisi lingkunan, sosiodemografis, dan sebagainya. Merupakan beberapa faktor yang menjadikan budaya hidup dinamis. Perbedaan perilaku dan norma antara generasi tua dan muda dari satu budaya dikenal dengan gaf antar generasi merupakan bukti nyata terjadinya perubahan dari budaya

2.2.2.2 Budaya Sebagai Konseptual Kelompok

Apa yang disebut budaya adalah ada ketika seseorang manusia ketemu dengan manusia lain dari pertemuan tersebut tercipta pola-pola adaptasi: baik berupa tata perilaku, keyakinan, norma, maupun seni seiring pertemuan yang terus terulang. Semua produk yang hidup tersebut menjadi ciri kas dari kelompok orang-orang tersebut dan dikenal sebagai sebuah budaya. Ia merupakan kekasan milik sebuah kelompok. Budaya tidaklah ada ketika seorang manusia tidak penah bertemu dengan manusia lain. meskipun individu tersebut memiliki pola perilaku yang khas, gagasan unik, keyakinan dan norma yang dipedomani, maupun menghasilkan suatu produk material tetap tidak dapat disebut budaya karena disebut budaya ketika ia menjadi ciri suatu kelompok. Sifat-sifat yang unik individual disebut kepribadian dan bukan budaya.

2.2.2.3 Budaya Internalisasi Anggota Kelompok

(13)

Siagian (2005) mengemukakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama serta secara formal terkait dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang /sekelompok orang yang disebut bawahan.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

2.2.2.4 Peran Budaya organisasi

Budaya mempunyai kaitan dan peran terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Fungsi utama budaya adalah untuk adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan proses integrasi internal. Lebih lanjut dijelaskan bahwa secra spesipik budaya organisasi mempunyai 5 (lima) peran yaitu (1) budaya organisasi memberikan rasa memiliki dan kebanggaan bagi masayarakat yaitu menciptakan perbedaan yang jelas antara organisasinya dengan yang lain. (2) budaya organisasi mempermudah terbentuknya komitmen dan pemikiran yang lebih luas dari pada kepentingan pribadi seseorang. (3) memperkuat standar perilaku organisasi dalam membangun pelayanan superior pada pelanggan. (4) Budaya organisasi menciptakan pola adaptasi. (5) Budaya organisasi membangun sistem kontrol organisasi secara menyeluruh.

(14)

Budaya dalam proses keorganisasian, menjadi dasar dari desain organisasi yang mencakup tujuan, struktur, teknologi, dan pola pengelolaan. Desain organisasi menjadi landasan terhadap iklim organisasi. Dalam proses organisasi perilaku orgnisasi yang dilandasi oleh budaya.

Gambar 2.1 Budaya dalam Proses keorganisasian

sumber : Poerwanto (2008: 26)

2.2.2.5 Budaya Organisasi sebagai In-put

Ndraha (1997:65) mengemukakan bahwa budaya organisasi sebagai input terdiri dari pendiri organisasi, pemilik organisasi, sumber daya manusia, pihak yang berkepentingan dan masyarakat. Berikut diuraikan secara singkat budaya organisasi sebagai input.

a. Pendiri Organisasi

Williams (2005: 91) menjelaskan bahwa pendiri organisasi sangat mewarnai budaya organisasi, yaitu bagaimana visi mereka terhadap organisasi yang telah didirikan sangat berpengaruh terhadap iklim organisasi masyarakat Para pendiri organisasi yang memiliki visi dan aksi sangat penting dalam memantapkan budaya organisasi yang konsisten dan sesuai dengan kondisi lingkungan internal.

Budaya

Organisa

Desain

Organisa

Iklim

organisas

Prilkau

Organisa

Rasa

(15)

Hal ini sejalan dengan pandangan Andy Kirana (1997: 570) yang menyatakan tidak ada visi manusia yang lenyap, oleh karena itu pemimpin harus mampu menyumbangkan wawasan yang jauh ke depan untuk mengantarkan masyarakatnya kepada tahap-tahap kemajuan sesui dengan perubahan jaman dan dinamika perubahan lingkungannya.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka pendiri organisasi atau masyarakat perlu merumuskan visi misi yang jelas terhadap masyarakat atau organisasi yang didirikan.

b. Pemilik Organisasi

Suatu organisasi dapat berjalan dengan baik dan benar, pemilik organisasi harus mampu mematuhi sistem nilai dan norma-norma yang berlaku dalam organisasi. Konsistensi dalam mematuhi sitem nilai dan norma-norma yang belaku tersebut akan menjadikan organisasi memiliki sitem nilai (budaya organisasi yang kuat).

Studi Poerwanto (2008: 68) menemukan bahwa budaya yang kuat dibangun oleh empat komponen yaitu: komitmen, kemampuan, konsistensi dan kohesi. Komitmen adalah kemauan dan perjanjian masyarakat terhadap eksisitensi organisasi. Kemampuan/kompetensi adalah kemampuan masyarakat untuk melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi. Konsistensi kemantapan secara terus menerus berpegang kepada komitmen dan kemampuannya sebagai masayarakat yang bertanggung jawab kepada organisasi. Kohesi adalah kemampuan masyarakat untuk memadukan diri sebagai bagian dari kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

(16)

memberi keteladanan kepada stakeholder agar budaya yang dibangun dapat menjadi moral dalam proses keorganisassian.

c. Sumber Daya Manusia.

Sedarmayanti (2008: V) menjelaskan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai penentu utama. Oleh karena itu, sumber daya manusia harus memiliki kompetensi dan kinerja tinggi demi kemajuan organisasi. Sumber daya manusia tidak saja dituntut menjadi profesional dan sebagai pembangun citra pelayanan publik, tetapi juga dituntut sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Untuk mengatasi berbagai masalah sumber daya manusia, diperlukan upaya sistematis dalam meningkatkan kepastian dalam meningkatkan kepastian sumber daya manusia agar mampu bekerja optimal dalam memberikan pelayanan terbaik. Hal tersebut hanya mungkin tercapai melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam berbagai aspek, baik aspek intelektual, manajerial, maupun perilaku.

Sumber daya manusia dalam organisasi terdiri dari dua sumber yaitu internal organisasi, dan eksterna organisasi (Mangkunegara, 2005: 117). Sumber daya internal organisasi adalah pemimpin, manajer, dan karyawan. Sedangkan sumber daya manusia eksternal organisasi adalah orang-orang di luar organisasi yang ikut andil dalam pembinaan dan pengembangan organisasi. Mereka adalah konsultan organisasi.

2.2.3 Konsep Komunikasi Organisasi 2.2.3.1 Komunikasi

(17)

Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Keempat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi di dalam benak seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak. Ketika seseorang menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain, maka pesan yang diterimanya kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan, opini atau bahkan reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru.

Komunikasi memiliki beberapa fungsi yang salah satunya adalah sebagai komunikasi sosial. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2005:5). Komunikasi memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi selanjutnya menghasilkan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Sama halnya dengan sebuah perusahaan, ia tidak dapat mengukur, menilai, atau merefleksikan sejauh mana eksistensi atau dampak perusahaannya jika tidak diukur melalui opini (yang merupakan hasil dari komunikasi).

(18)

tidak langsung melalui media massa (Effendy, 2002:2-4), salah satu penyampaian pesan adalah dengan adanya komunikasi organisasi di antara karyawan BLH. 2.2.3.2 Komunikasi Organisasi

Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan sekerjanya, pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi, dan para penyedia tidak dapat memberikan instruksi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, dan organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi.

Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi. Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang yang mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai struktur, tujuan, saing berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung dengan komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu dengan yang lain menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace dan Faules, 2005: 32).

2.2.3.3 Proses Komunikasi Organisasi

(19)

a. Pengiriman Pesan (The sender of message)

b. Penggunaan saluran komunikasi untuk mengirim pesan (Use of a channel to transmit the message)

c. Penerimaan Pesan (Receiver of message)

d. Gangguan dan umpan balik (Noise and feedback in communication) e. Situasi dan faktor pengorganisasian pesan dalam berkomunikasi

(Situational and Organizational factors in communication) 2.2.3.4 Pola Komunikasi Organisasi

Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untu perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Terdapat dua macam jaringan komunikasi organisasi (Muhammad, 1995:102), yaitu :

A. Jaringan Komunikasi Formal

Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari para manajer kepada karyawannya,pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward communication, horizontal communication dan diagonal communication. Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan, partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat mebantu pencapaian tujuan organisasi. Sementara untuk mencapai keberhasilan komunikasi ke atas ini, para manajer harus memiliki rasa percayakepada para bawahannya.

(20)

tujuan jaringan komunikasi ini adalah untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberi informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer suka melakukan tukar menukar informasi dengan para temannya yang berbeda departemen terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan

2.2.3.5 Jaringan Komunikasi Informal

Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/ jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringkali kurang akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena biasanya lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar desas-desus.

Di dalam jaringan komunikasi informal ini, tentunya ada berbagai macam informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi yang paling utama atau paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi informal dalam suatu organisasi, yakni: gosip dan rumor.

Pola jaringan komunikasi informal sangat penting bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari sisi individual sering membuat frustasi atau menjengkelkan pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dimana banyak jalur yang harus dimasuki/ dilewati sebelum langsung ke pengambilan keputusan. Dari sisi perusahaan kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan jaringan (link) dalam jalur komunikasi dapat mengambarkan suatu kemungkinan munculnya kesalah pahaman.

2.2.3.6 Fungsi Komunikasi Organisasi

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:

(21)

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:

1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:

a. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah. b. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

c. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.

d. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

(22)

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

5. Fungsi Manajer Subordinasi

Fungsi komunikasi dalam tingkatan Manajer-Subordinasi atau disebut dalam proses komunikasinya disebut dengan ”Down the Line” meliputi :

a. Pengarahan pelaksanaan Tugas (Job Instructions)

b. Perancangan peran komunikasi/informasi untuk menghasilkan pemahaman dalam pelaksanaan tugas (Job Rationale)

c. Memberikan informasi tentang pelaksanaan prosedur organisasi

(Organizational Prosedures and Practices)

d. Memberikan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan tugas.

e. Pengarahan tentang misi yang akan dicapai (A sense of mission indroctination of goals).

6. Fungsi Subordinasi

Secara fungsional pada tingkatan antara subordinasi atau disebut dengan istilah ”Horizontal Communication”, meliputi :

a. Mendukung pengembangan sosio-emosional (sosio-emotional support)

(23)

b. Mengkoordinasi proses bekerja diantara kelompok

c. Menyebarkan tempat-tempat pengawasan didalam organisasi. 7. Fungsi Subordinasi-Manajer

Pada tingkatan ini disebut dengan istilah ”up the line” atau yang lebih populer

”bottom up” secara fungsional meliputi :

a. Berkomunikasi mengenai diri, penampilan dan masalah. b. Berkomunikasi tentang masalah yang dihadapi bersama.

c. Mengetahui keputusan yang seharusnya, dan bagaimana memmperolehnya.

2.2.3.7 Peranan Komunikasi Organisasi

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya, bahkan cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi untuk mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin dicapai bila ia sendiri. Interaksi dan kerja sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga membentuk wadah yang disebut dengan organisasi. Interaksi atau hubungan antar individu-individu dan kelompok/tim dalam setiap organisasi akan memunculkan harapan-harapan. Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang harus diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi/kelompok. Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadah yang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian aktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama. Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern, manusia merasa bahwa selain mengatur dirinya sendiri, ia juga perlu mengatur lingkungannya, memelihara ketertiban, mengelola dan mengontrolnya lewat serangkaian aktifitas yang kita kenal dengan manajemen dan organisasi. William (1956) menyebutnya dengan istilah “The Organisation Man”.

(24)

yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orangorang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas Komunikasi, sebab komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi. Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.

Adapun peranan komunikasi organisasi antara lain : 1. Peranan antarpersona

Wewenang yang formal dari seorang manajer secara langsung akan menimbulkan 3 peranan yang meliputi hubungan antarpesonal yang mendasar, yaitu sebagai berikut :

a. Peranan tokoh

Disebabkan oleh kedudukannya sebagai kepala suatu unit organisasi, seorang manajer melakukan tugas yang bersifat keupacaraan/seremonial. Karena ia adalah seorang tokoh, maka selain memimpin berbagai upacara yang dikantornya sendiri, ia juga diundang berbagai pihak luar untuk menghadiri berbagai upacara, misalnya pembukaan sebuah proyek, ulang tahun suatu instansi, pernikahan rekan manajer, dan sebagainya.

Jelas bahwa dikantor sendiri seorang manajer akan tampil menjadi komunikator dan pada kesempatan itu pula ia memberikan penerangan, penjelasan, himbauan, ajakan, dan lain-lain.

b. Peranan pemimpin

(25)

melaksanakan komunikasi secara efektif. Dalam konteks kepemimpinan, seorang manajer berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan, dan kegembiraan. Dengan suasana kerja seperti itu akan dapat diharapkan hasil yang memuaskan.

c. Peranan penghubung

Dalam peranan sebaga penghubung, seorang manajer melakukan komunikasi dengan orang-orang di luar jalur komando vertikal, baik secara formal maupun secara tidak formal.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa para manajer menghabiskan waktunya berhubungan dengan orang-orang diluar organisasinya sama dengan waktu yang dipergunakan untuk berhubungan dengan bawahannya. Disamping itu temua lainnya menunjukkan bahwa waktu yang digunakan untuk berhubungan dengan atasannya sendiri ternyata sangat sedikit.

Dari ketiga jenis peranan yang termasuk kedalam peranan antarapersonal tersebut tampak bahwa, komunikasi yang dilakukan oleh manajer berlangsung secara antarpersonal. Dalam melaksanakan peranannya itu meskipun sering kali tidak formal, banyak informasi yang dapat diperoleh yang banyak manfaatnya bagi pengembangan organisasi dan membinaan prilaku organisasional para karyawannya. Informasi mengenai kebijakan perintah atau pengaruh politik tokoh organisasi tertentu mungkin dapat diperoleh lebih cepat dengan kontak pribadi seperti melalui pengumuman resmi. Kecepatan infomasi yang diperoleh adalah faktor penting dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. 2. Peranan informasi

Dalam organisasinya, seorang manajer berfungsi sebagai pusat informasi. Ia mengembangkan pusat informasi bagi kepentingan organisasinya. Peranan informasional meliputi peranan-peranan sebagai berikut:

a. Peranan monitor

(26)

b. Peranan penyebar

Sebagai kebalikan dari peranan dari penghubung peranan manajer sebagai penyebar seorang manajer menerima menghimpun informasi dari luar organisasi untuk kemudian disebarkan ke bawahannya.

Si manajer mengkomunikasikan informasi yang diperoleh dari luar kepada bawahannya karena bawahannya tidak banyak kesempatan memperoleh informasi dari luar yang penting bagi kepentingan organisasi.

c. Peranan juru bicara

Peranan ini memiliki kesamaan dengan peranan penghubung, yakni dalam hal mengkomunikasikan informasi kepada khalayak luar. Perbedaannya ialah dalam hal caranya: jika dalam peranannya sebagai penghubung ia menyampaikan informasi secara antarpribadi dan tidak selalu resmi, namun dalam perananya sebagai juru bicara tidak selamanya secara kontak pribadi, tetapi selalu resmi. Dalam peranannya sebagai juru bicara itu ia juga harus mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang yang berpengaruh yang melakukan pengawasan terhadap organisasinya. Kepada khalayak di luar organisasinya ia memberikan informasi dalam rangka pengembangan organisasinya. Ia meyakinkan khalayak bahwa organisasi yang dipimpinnya telah melakukan tanggung jawab sosial sebagaimana mestinya. Ia meyakinkan pula para pejabat pemerintah bahwa organisasinya berjalan sesuai dengan peratruran sebagaimana harusnya.

3. Peranan memutuskan

Menyebarkan dan mencari informasi sudah pasti bukan menjadi tujuan organisasi. Informasi menrupakan data yang penting dalam proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Manajer memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Dalam kewenangannya yang formal ia dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang baru dan penting , dalam kedudukannya sebagai pusat syaraf yang formal ia memperoleh informasi yang lengkap dan aktual untuk mengambil keputusan yang strategis yang menentukan ”nasib” perusahaan.

(27)

Seorang manajer berusaha memajukan organisasinya dan mengadakan penyesuaian terhadap perubahan kondisi lingkungannya. Ia senantiasa memandang ke depan untuk mendapatkan gagasan baru. Jika sebuah gagasan muncul, maka ia mengambil prakarsa untuk mengembangkan sebuah proyek yang di awasinya sendiri atau didelegasikannya kepada bawahannya.

b. Peranan pengendali gangguan

Dalam peranannya sebagai pengendali gangguan, seorang manajer dengan sendirinya menanggapi setiap tekanan yang menimpa dirinya. Dalam hal ini, berarti perubahan yang terjadi adalah diluar pengawasannya. Ia harus bertindak karena tekanan-tekanan situasi tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, pekerja mogok, para pelanggan menghilang dan pindah keperusahaan lain, para pemasok menarik diri.

Timbulnya gangguan bukan saja karena si manajer kurang tanggap terhadap situasi, tapi juga karena tidak bisa membayangkan konsekuensi-konsekuensi yang timbul karena kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

c. Peranan penentu sumber

Seorang manajer bertanggung jawab untuk memutuskan pekerjaan apa yang harus dilakukan, siapa yang akan melaksanakan, dan bagaimana pembagian pekerjaan dilangsungkan. Manajer juga mempunyai kewenangan mengenai pengambilan keputusan penting sebelum implementasi dijalankan. Dengan kewenangan itu, manajer dapat memastikan bahwa keputusan-keputusan yang berkaitan semuanya berjalan melalui pemikiran tunggal.

d. Peranan perunding

(28)

2.2.4 Konsep Lingkungan Sosial Masyarakat

Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Sebagai makhluk biologis, makhluk manusia atau “homo sapiens”, sama seperti makhluk hidup lainnya yang mempunyai peran masing-masing dalam menunjang sistem kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara berkelompok membentuk budaya.

Ada perbedaan mendasar tentang asal mula manusia, kelompok evolusionis pengikut Darwin menyatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi selama ratusan ribu tahun, berbeda dengan kelompok yang menyanggah teori evolusi melalui teori penciptaan, yang menyatakan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan.

Pemahaman tentang hidup dan kehidupan, itu tidak mudah. Makin banyak hal yang Anda lihat tentang gejala adanya hidup dan kehidupan, makin nampak bahwa hidup itu sesuatu yang rumit. Pada individu dengan organisasi yang kompleks, hidup ditandai dengan eksistensi vital, yaitu: dimulai dengan proses metabolisme, kemudian pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan adaptasi internal, sampai berakhirnya segenap proses itu bagi suatu “individu”. Tetapi bagi “individu” lain seperti sel-sel, jaringan, organ-organ, dan sistem organisme yang termasuk dalam alam mikroskopis, batasan hidup adalah tidak jelas atau samar-samar.

Kehidupan adalah fenomena atau perwujudan adanya hidup, yang didukung tidak saja oleh makhluk hidup (biotik), tetapi juga benda mati (abiotik), dan berlangsung dalam dinamikanya seluruh komponen kehidupan itu. Ada perpaduan erat antara yang hidup dengan yang mati dalam kehidupan. Mati adalah bagian dari daur kehidupan yang memungkinkan terciptanya kehidupan itu secara berlanjut.

(29)

yang lalu muncul manusia kemudian berkembang berkelompok dalam suku-suku bangsa seperti saat ini, dan hampir di setiap sudut bumi ditempati manusia yang berkembang dengan cepat.

Lingkungan hidup adalah suatu konsep holistik yang berwujud di bumi ini dalam bentuk, susunan, dan fungsi interaktif antara semua pengada baik yang insani (biotik) maupun yang ragawi (abiotik). Keduanya saling mempengaruhi dan menentukan, baik bentuk dan perwujudan bumi di mana berlangsungnya kehidupan yaitu biosfir maupun bentuk dan perwujudan dari kehidupan itu sendiri, seperti yang disebutkan dalam hipotesa Gaia. Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, oleh karena itu yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup manusia.

2.2.4.1 Pengertian Lingkungan Sosial Masyarakat

(30)

hanya dalam suasana rumah saja, tetapi juga bisa kita menggunakan bekal itu dalam lingukangan sosial dalam hidup bermasyarakat.

2.2.4.2 Permasalahan Lingkungan Sosial Masyarakat

Sosial budaya, yaitu lingkungan antar manusia yang meliputi: pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya); dan oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya.

Oleh karena itu, Lingkungan Sosial Masyarakat budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungan spasial tertentu.

Lingkungan Sosial Masyarakat budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti bahwa Lingkungan Sosial Masyarakat budaya sudah ada sejak makhluk manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan. Lingkungan Sosial Masyarakat budaya mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya.

Manusia lebih mengandalkan kemampuan adaptasi kulturalnya dibandingkan dengan kemampuan adaptasi biologis (fisiologis maupun morfologis) yang dimilikinya seperti organisme lain dalam melakukan interaksi dengan lingkungan hidup. Karena Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup manusia.

Rambo menyebutkan ada dua kelompok sistem yang saling berinteraksi dalam Lingkungan Sosial Masyarakat budaya yaitu sosio sistem dan ekosistem. Sistem sosial tersebut meliputi: teknologi; pola eksploitasi sumber daya; pengetahuan; ideologi; sistem nilai; organisasi sosial; populasi; kesehatan; dan gizi. Sedangkan ekosistem yang dimaksud meliputi tanah, air, udara, iklim, tumbuhan, hewan dan populasi manusia lain. Dan interaksi kedua sistem tersebut melalui proses seleksi dan adaptasi serta pertukaran aliran enerji, materi, dan informasi.

(31)

a. Struktur Ekosistem

Manusia sebagai mahluk sosial, tidak dapat hidup secara individu, selalu berkeinginan untuk tinggal bersama dengan individu-individu lainnya. Keinginan hidup bersama ini terutama berhubungan dalam aktivitas hidup pada lingkungannya. Manusia mempunyai kedudukan khusus terhadap lingkungannya dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya, yaitu sebagai khalifah atau pengelola di atas bumi.

Manusia dalam hidup berkelompok ada yang membentuk masyarakat, dan tidak setiap kelompok dapat disebut masyarakat, karena masyarakat mempunyai syarat-syarat tertentu sebagai ikatan kelompok. Masyarakat dapat diartikan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Dinamika masyarakat memberikan kesempatan kebudayaan untuk berkembang, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat, dan tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan sebagai wadah pendukungnya. Azas-azas dan ciri-ciri kehidupan berkelompok pada mahluk hidup, juga dijalani oleh manusia dalam bermasyarakat.

b. Fungsi Ekosistem

Kebudayaan dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan yang harus di dapatnya dengan belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat, dan tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan.

Kebudayaan adalah keseluruhan pola tingkah laku dan pola bertingkah laku, baik secara eksplisit maupun implisit, yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok-kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-benda materi.

(32)

Kebudayaan dimulai sejak adanya mahluk Homo Neanderthal (ras manusia yang sudah punah) kurang lebih 200.000 tahun yang lalu. Mahluk ini diperkirakan sudah mempunyai bahasa, dengan volume otak yang hampir sama dengan manusia. Kemudian muncul mahluk homo sapiens kurang lebih 80.000 tahun yang lalu. Dua unsur yang memungkinkan kebudayaan manusia bisa berevolusi adalah bahasa dan akal.

Perkembangan kebudayaan berkembang sangat lamban dimulai dari adanya mahluk Neanderthal hingga revolusi pertanian (10.000 th. yang lalu), tetapi sejak revolusi industri (abad 18 M), kebudayaan berkembang dengan pesat. Lebih-lebih zaman sekarang (abad 20) yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi; era informasi; peluang ekonomi yang tak terbayangkan sebelumnya; dan reformasi politik yang radikal dan berdampak global. Sehingga ada kecenderungan berbudaya gaya internasional. Perkembangan budaya ini dipengaruhi oleh alam pikiran yang menjadikan tahapan perkembangan dalam budaya mitis, ontologis, dan fungsional.

Begitu banyak unsur budaya yang ada di dunia ini, namun ada unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, yaitu tujuh unsur-unsur kebudayaan meliputi: bahasa; sistem pengetahuan; organisasi sosial; sistem peralatan hidup dan teknologi; sistem mata pencaharian hidup; sistem religi; dan kesenian. Ketujuh unsur budaya ini terintegrasi sebagai satu kesatuan yang utuh dalam suatu masyarakat sebagai ciri dari suatu budaya melalui proses penyesuaian, sehingga memungkinkan unsur-unsur tersebut berfungsi secara seimbang. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, integrasi sosial sebagai usaha untuk menjalin hubungan yang serasi.

2.2.4.4 Komunitas dan Populasi a. Komunitas

(33)

Pola lokasi kota bervariasi karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi. Sedangkan untuk struktur ruang kota, ada tiga pola ruang kota yaitu berupa lingkaran konsentris, pola sektor, dan pola inti ganda.

Memahami kehidupan dan lingkungan hidup kota tak ubahnya kita memahami jasad hidup, yaitu jasmani kota dan rohani kota. Jasmani kota ada yang berupa metabolisme kota, peredaran makanan atau darah kota, sistem syaraf kota, dan tulang-tulang struktur kota yang berupa infrastruktur.

Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui ciri-ciri kota dan masyarakatnya, sebagai berikut:

1. Kota mempunyai fungsi-fungsi khusus (satu kota bisa berbeda dengan fungsi kota yang lain).

2. Mata pencaharian penduduknya di luar agraris (non-agraris). 3. Adanya spesialisasi pekerjaan warganya.

4. Kepadatan penduduk relatif tinggi. 5. Warganya relatif mobility.

6. Tempat permukiman yang tampak permanen.

7. Sifat-sifat warganya yang heterogen, kompleks, hubungan sosial yang impersonal dan external, serta personal segmentation, karena begitu banyaknya peranan dan jenis pekerjaan seseorang dalam kelompoknya sehingga seringkali orang tidak kenal satu sama lain, seolah-olah seseorang menjadi asing dalam lingkungannya.

Kota mempunyai fungsi tertentu yang berbeda antara satu dengan kota lainnya. Perbedaan tersebut akan menghasilkan karakter tertentu pula bagi penduduknya. Terciptalah pula suatu masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sosial budaya yang berbeda dengan masyarakat di luarnya, antara satu kota dengan kota lainnya.

b. Populasi

(34)

Masyarakat desa selalu dikonotasikan dengan ciri tradisional, kuatnya ikatan dengan alam, eratnya ikatan kelompok, guyup rukun, gotong royong, alon-alon asal kelakon, dan paternalistik.

Pada umumnya mata pencaharian penduduk di perdesaan adalah bercocok tanam atau bertani. Ada pekerjaan lain seperti bertukang, kerajinan atau pekerjaan lain, tetapi pekerjaan ini merupakan pekerjaan sambilan sebagai pengisi waktu luang.

Pembagian kerja di desa relatif sederhana bila dibandingkan dengan kota. Struktur sosial di kota mengenal diferensiasi yang luas sedangkan di perdesaan relatif sederhana. Di perdesaan orang lebih menghayati hidupnya, terutama pada kelompok primer dan berorientasi pada tradisi, serta cenderung konservatif.

Pola ruang desa-desa Indonesia cukup bervariasi tergantung dari di mana lokasi desa itu berada, yaitu: Pola Melingkar; Pola Mendatar; Pola Konsentris; Pola memanjang jalur sungai atau Jalan; Pola Mendatar; dan Pola Konsentris Desa di Jawa Timur.

2.2.4.5 Manusia Dan Lingkungan Hidup

Kedudukan Manusia dalam Lingkungan Hidup dan Dinamika Populasi Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara masing-masing individu; antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

Melihat interaksi manusia dapat dilihat dalam dua tingkat (kacamata), yaitu tingkat hayati dan tingkat sosial atau budaya. Interaksi sosial tidak akan terjadi bila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: (1) Adanya kontak sosial (social-contact); (2) adanya komunikasi (communications). Dan menurut ahli-ahli sosial bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (co-operation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan dapat juga berbentuk akomodasi (accommodation).

(35)

Relasi simbiotik itu dalam bentuk mutualisme, komensalisme, amensalisme, kompetisi, parasitisme, dan predasi. Interaksi pada makhluk hayati terjadi secara netral, untuk keseimbangan ekosistem itu sendiri. Interaksi sosial pada manusia tidak terjadi secara netral, ada norma-norma moral manusia. Dalam interaksinya dengan lingkungan cenderung antroposentrik, sehingga membuka peluang manusia untuk bersifat eksploitatif terhadap lingkungannya. Tetapi dengan memadukan sikap imanen dan transenden sebagai dasar moral dan tanggung jawab dalam memanfaatkan alam sifat eksploitatif dapat lebih terkendali.

2.2.4.6 Lingkungan Hidup Buatan

Untuk memahami perilaku atau tingkah laku manusia dapat ditelusuri melalui persepsi manusia terhadap lingkungannya. Persepsi adalah stimulus atau sesuatu yang dapat memberikan rangsangan pada syaraf, yang ditangkap oleh panca indera serta diberi interpretasi (arti) oleh sistem syaraf.

Dalam melihat persepsi ini ada dua pendekatan yaitu pendekatan konvensional dan pendekatan ekologis dari Gibson. Usaha menjelaskan perilaku sebagai ungkapan persepsi dapat dilihat dari interaksi antara rangsangan (stimulus) terhadap reaksi (respons). Beberapa aliran hubungan Stimulus – Response antara manusia dengan lingkungannya, adalah: aliran determinisme; interaksionisme; dan transaksionisme.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap lingkungannya, adalah faktor obyek fisik dan faktor individu. Hasil interaksi individu dengan obyek fisik menghasilkan persepsi individu tentang obyek tersebut.

Sedangkan respon manusia terhadap lingkungannya bergantung pada bagaimana individu mempersepsikan lingkungannya. Respon ini dapat dilihat dari gejala-gejala persepsi mereka terhadap ruang sebagai lingkungan tempat tinggalnya, yaitu meliputi personal space, privacy, territoriality, crowding dan density, peta mental, serta stress.

(36)

Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam masalah agama..

Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama.Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa agama lain yang juga dianut penduduk ini. Kristen, Khatilik, Hindu, dan Budha adalah contoh agama yang juga banyak dipeluk oleh warga Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia agar negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh.

Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama yang rukun. Istilah lainnya adalah “trikerukunan”.

Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas puluhan etnis , budaya, suku, dan agama. Membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat yang damai dan rukun. Dipungkiri atau tidak, perbedaan sangat beresiko pada kecenderungan konflik. Terutama dipacu oleh pihak-pihak yang menginginkan kekacauan di masyarakat.

Perbedaan atau kebhinekaan Nusantara tidaklah diciptakan dalam satu waktu saja. Proses perjalanan manusia di muka bumi Indonesia dengan wilayah yang luas menciptakan keberagaman suku dan etnis manusia. Maka lahir pula sekian puluh kepercayaan dan agama yang berkembang di setiap suku -suku di Indonesia.

2.2.5.1 Kebijakan Pemerintah

(37)

Berbagai rambu peraturan telah disahkan agar meminimalisir bentrokan-bentrokan kepentingan antar umat beragama.

Seluruh peraturan pemerintah yang membahas tentang kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia. Mencakup pada empat pokok masalah, yakni sebagai berikut.

1. Pendirian Rumah Ibadah . 2. Penyiaran Agama.

3. Bantuan Keagamaan dari Luar Negeri. 4. Tenaga Asing Bidang Keagamaan.

Konsep Tri Kerukunan

Tri kerukunan umat beragama bertujuan agar masyarakat Indonesia bisa hidup dalam kebersamaan, sekali pun banyak perbedaan. Konsep ini dirumuskan dengan teliti dan bijak agar tidak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak manusia dalam menjalankan kewajiban dari ajaran-ajaran agama yang diyakininya.Trikerukunan ini meliputi tiga kerukunan, yaitu: Kerukunan intern umat beragama, Kerukunan antar umat beragama, dan Kerukunan antara umat beragama dan pemerintah.

a. Kerukunan Intern Umat Beragama

Perbedaan pandangan dalam satu agama bisa melahirkan konflik di dalam tubuh suatu agama itu sendiri. Kondisi semacam ini perlu diperhatikan oleh seluruh pemuka agama agar pertentangan yang mungkin timbul di antara pemimpin/pemuka agama yang bersifat pribadi jangan sampai mengakibatkan perpecahaan di antara pemukanya, apalagi sampai mengakibatkan pertentangan yang bersifat doktrin akidah. Segala persoalan yang timbul dilingkungan intern umat beragama, hendaknya dapat diselesaikan dengan semangat kerukunan, tenggang rasa, dan dengan semangat kekeluargaan sesuai dengan ajaran agama.

b. Kerukunan antar umat beragama

(38)

mengganggu umat beragama lainnya. Semaksimal mungkin menghindari kecenderungan konflik karena perbedaan agama. Semua lapisan masyarakat bersama-sama menciptakan suasana hidup yang rukun dan damai di Negara Republik Indonesia.

c. Kerukunan Antara Umat Beragama Dan Pemerintah

Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah sendiri. Semua umat beragama yang diwakili para pemuka dari tiap-tiap agama dapat sinergis dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah untuk menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa.Trikerukunan umat beragama diharapkan menjadi menjadi salah satu solusi agar terciptanya kehidupan umat beragama yang damai, penuh kebersamaan, bersikap toleran, saling menghormati dan menghargai dalam perbedaan.

2.2.5.2 Macam-Macam Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

a. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Hindu atau kerukunan sesama penganut Kristen.

b. Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Hindu dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan Islam, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama.

2.5.2.1 Bagaimana Menjaga Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

(39)

b. Selalu siap membantu sesama. Jangan melakukan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di suatu daerah di Indonesia mengalami bencana alam. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Bagi Anda yang memeluk agama lain, jangan lantas malas untuk membantu saudara sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama.

c. Selalu jagalah rasa hormat pada orang lain tanpa memandang agama apa yang mereka anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan tidak sinis. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia. d. Bila terjadi masalah yang menyangkut agama, tetap selesaikan dengan

kepala dingin tanpa harus saling menyalahkan. Para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak merugikan pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak.

Diakui Menag, kondisi kehidupan keagamaan di Indonesia saat ini diwarnai oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam pemelukan agama. “Kita sudah terbiasa menerimanya dengan hidup berdampingan secara damai dalam balutan semangat kesatuan bangsa. “Namun penerimaan perbedaan saja tanpa pemahaman yang mendalam akan arti dan hakikat yang sesungguhnya dari perbedaan tersebut ternyata masih sangat rentan terhadap godaan kepentingan primordialisme dan egosentrisme individu maupun kelompok,“ katanya. Menurut Menag, gangguan kedamaian itu akan mudah meluas manakala sentimen dan simbol-simbol keagamaan dipakai sebagai sumbu atau pemicu.

2.2.5.3 Tak Pernah Berawal dari Agama

Goodwil Zubir menegaskan bahwa sepanjang sejarah konflik horizontal yang pernah terjadi di Indonesia, tidak pernah bermula atau berawal dari agama sebagai pemicunya. “Misalnya kasus di Poso, Aceh, Sampit dan di Maluku ini, bukan merupakan konflik agama. Namun konflik kepentingan yang kemudian dibungkus atau dikemas dengan agama,“ tegas Goodwil.

(40)

lokal yang terdapat di Maluku Utara. “Ini juga kita lakukan di daerah-daerah lain. Bisa saja kearifan lokal yang ada di Maluku Utara ini kemudian bisa diterapkan di daerah lain. Demikian juga sebaliknya,“ kata Goodwil.

Abdul Ghani Kasuba, mengakui bahwa konflik yang terjadi di Maluku dan Maluku Utara beberapa tahun silam, di tingkat masyarakat sendiri tidak mengetahui apa pemicunya. “Yang jelas sampai hari ini, kita semua berupaya untuk melupakan peristiwa itu. Kita sekarang hidup damai, bersatu dan saling menghargai satu sama lain,“ tandas Kasuba.

Kerukunan umat beragama yang dimiliki saat ini merupakan modal yang sangat berharga bagi kelangsungan kehidupan masyarakat Indonesia.

“Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, kerukunan umat beragama di Indonesia dinilai oleh dunia internasional sebagai yang terbaik,” ujar Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Depag Abdul Rahman Mas’ud dalam siaran pers yang diterima dari Pusat Informasi Depag di Jakarta, Kamis (28/5).

“Bahkan, Indonesia dianggap sebagai laboratorium kerukunan umat beragama. Paling tidak hal ini terungkap dari pernyataan Menlu Italia Franco Frattini dan pendiri komunitas Sant’ Egidio, Andrea Riccardi, dalam pidato mereka pada pembukaan seminar internasional dengan tema “Unity in Diversity: The Indonesian Model for a Society in which to Live Together” yang digelar pada 4 Maret 2009 di Roma,” ujarnya.Pujian itu tentu saja tidak boleh membuat semua pihak terlena. Harus tetap mawas diri karena kerukunan umat beragama adalah sesuatu yang dinamis yang dapat berubah sesuai dengan perilaku para pendukungnya.

2.2.5.4 Demokrasi dan Kerukunan Umat Beragama

(41)

di era reformasi selalu berikhtiar memperbaiki keadaan bangsa dibandingkan masa sebelumnya. Pemikiran tersebut berangkat dari kenyataan bahwa kondisi sosial politik negara di masa rezim Soeharto tidak ekuivalen bagi proses demokrasi, pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Karena itu, gagasan reformasi diarahkan untuk memperbaiki semua kondisi yang tidak kondusif tadi ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, alih-alih memperbaiki keadaan, perkembangan kondisi pasca-Orde Baru justru membuat pelbagai perikehidupan sosial rakyat makin buruk, ditandai dengan menurunnya tingkat daya beli masyarakat, meningkatnya angka pengangguran, maraknya kriminalitas, serta masih rendahnya tingkat partisipasi pendidikan dibandingkan dengan negara tetangga. Titik balik reformasi bukanlah isapan jempol. Harapan-harapan atas perubahan akhirnya berbuah kekecewaan. Di mana-mana muncul frustrasi sosial, eskapisme, pesimisme, atau keputusasaan menghadapi masa depan kehidupan bangsa yang tidak menentu.

Kerusuhan bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) menunjukkan masih rentannya kohesi sosial bangsa. Cita-cita membangun Indonesia yang satu, sebagaimana diformulasikan oleh pendiri negara (The Founding Father and Mothers) seakan sirna ketika desing peluru, hujaman meriam, dan sabetan pedang menyimbahkan darah saudara-saudaranya sendiri. Doktrin perdamaian dan persaudaraan yang dibangun dan dijaga sejak zaman nenek moyang, seperti tradisi pela gandong di Maluku, akhirnya diruntuhkan dan diinjak-injak oleh anak cucunya sendiri dengan wajah angkara murka. Emosi dendam pun mengalahkan rasionalitas perdamaian.

(42)

mengandalkan jargon kebangsaan. Pasalnya, agama selalu dipandang sebagai entitas supra-nasional.

Padahal, secara teoretis, apa susahnya membangun harmoni sosial, toleransi, dan konsensus. Indonesia bisa belajar dari banyak negara majemuk lainnya. Amerika Serikat, sebagai contoh, adalah negara yang mampu membangun harmoni sosial secara matang. Negeri Paman Sam ini dikenal sebagai bangsa plural. Penduduknya berasal (bermigrasi) dari berbagai bangsa di lima benua plus penduduk “asli” (Indian). Beragam warna kulit, agama, bahasa ibu, tradisi, dan kebiasaan lama akhirnya bercampur menjadi satu dalam semangat Keamerikaan. Walaupun dari dalam terdiri dari banyak entitas, akan tetapi ke luar mereka tampil sebagai bangsa Amerika. Belajar dari Amerika, barangkali kesulitan Indonesia membangun harmoni sosial karena belum dewasan

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka Penelitian Pengaruh Budaya Organisasi, KomunikasiOrganisasi, dan Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antarUmat Beragama di Kota Mataram.
Tabel 3.2  Koefisien Korelasi (r) Budaya Organisasi
Tabel 3.4 Koefisien Korelasi (r) Lingkungan Sosial Masyarakat
Tabel  3.5 Koefisien  Korelasi  (r)  Tingkat  Kerukunan  Antar Umat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Kepuasan dengan..., Tresno Sunjaya, Fakultas Ilmu Kesehatan

Oddelek za poslovni in javni sektor, katerega naloge so da, načrtuje, organizira, usmerja, nadzoruje ter izvaja naloge pri odkrivanju in preiskovanju kaznivih dejanj na

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel brand image, desain produk, dan kualitas pelayaanan memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen Tupperware

ternyata memiliki kekuatan yang cukup besar untuk menangkal senyawa radikal bebas sehingga mencegah terjadinya oksidasi Komponen dari bunga kecombrang yang berperan sebagai

1) Terdapat korelasi antara peranan internet dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa yang dibuktikan dengan besaran nilai koefisien korelasi sebesar 0,726 dengan sig

Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada modus, fungsi, dan makna yang ada pada iklan perda Pemko Padang dengan menggunakan kajian analisis wacana. 1.3

Melalui penilaian prestasi kerja akan diketahui seberapa baik Pegawai Negeri Sipil telah melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga dapat

a. Kuadran ini menunjukkan faktor yang memengaruhi kepuasan pengguna dan kepentingan penerapan SAKTI yang perlu diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya. Komponen