• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip dan Konsep Pengembangan Kurikulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prinsip dan Konsep Pengembangan Kurikulu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

PRINSIP DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM

Supratman Zakir

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya

mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum

adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat

keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan

digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut

juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke

dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari

pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil

pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan,

dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.

Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang

terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan

banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur

– unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan. Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi adalah

suatu realita masyarakat dan bangsa Indonesia. Realita tersebut memang

berposisi sebagai objek periferal dalam proses pengembangan kurikulum

nasional. Posisi sebagai objek ini tidak menguntungkan karena ia seringkali

diabaikan oleh para otoritas pengembang kurikulum. Sayangnya, kedudukannya

yang menjadi objek berubah menjadi subjek dan penentu dalam implementasi

kurikulum tetapi tetap tidak dijadikan landasan ketika guru mengembangkan

kurikulum. Padahal keragaman itu berpengaruh langsung terhadap kemampuan

guru dalam melaksanakan kurikulum, kemampuan sekolah dalam menyediakan

pengalaman belajar, dan kemampuan siswa dalam berproses dalam belajar serta

(2)

2 | P a g e belajar. Artinya, keragaman itu menjadi suatu variabel bebas yang memiliki

kontribusi sangat signifikan terhadap keberhasilan kurikulum baik sebagai proses

(curriculum as observed, curriculum as experienced, curriculum as implemented,

curriculum as reality) tetapi juga kurikulum sebagai hasil.

PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan

kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan

menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat

menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan

sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam

implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi

penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di

lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali

prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.

Secara gramatikal prinsip berarti asas, dasar, keyakinan dan pendirian.

prinsip itu menunjukan ada suatu hal yang penting, mendasar, harus yang

biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa. Dari

pengertian dan makna prinsip diatas terlihat bahwa prinsip itu memiliki fungsi

yang sangat penting dalam kaitanya dengan keberadaan sesuatu.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan

prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :

1. Prinsip - prinsip umum

a. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di

antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi,

organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa

komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan

(3)

3 | P a g e didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan

masyarakat (relevansi sosilogis).

b. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar

yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam

pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian berdasarkan

situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta

kemampuan dan latar belakang peserta didik.

c. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik

secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman

belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan,

baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun

antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.

d. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan

kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain

yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.

e. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan

kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara

kualitas maupun kuantitas.

2. Prinsip – prinsip khusus

a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan

1) Ketentuan/ kebijakan pemerintah,

2) Survey persepsi orang tua/ masyarakat,

3) Survey tentang sumber daya manusia,

4) Survey pandangan para ahli,

5) Pengalaman negara lain,

6) Penelitian

7)

(4)

4 | P a g e 1) Penjabaran tujuan ke dalam bentuk pengalaman belajar yang

diharapkan,

2) Isi meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan,

3) Disusun berdasarkan urutan logis dan sistematis

c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar

1) Keselarasan pemilihan metode,

2) Memperhatikan perbedaan individual,

3) Pencapaian aspek kognitif, afektif, skills,

4) Mengaktifkan siswa atau mengaktifkan guru atau mengaktifkan

keduanya,

5) Mendorong berkembangnya kemampuan baru,

6) Menimbulkan jalinan kegiatan pembelajaran di rumah dan

masyarakat juga mendorong penggunaan sumber belajar yang ada di

rumah dan masyarakat.

d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media

1) Ketersediaan alat yang sesuai dengan situasi,

2) Pengorganisasian alat dan bahan,

3) Pembuatan bahan ajar jika diperlukan,

4) Pengintegrasian ke dalam proses pembelajaran.

e. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

1) Merencanakan alat penilaian,

2) Menyusun alat penilaian,

3) Pengelolaan hasil penilaian.

(5)

5 | P a g e Dalam Sukmadinata (2006 : 158), ada tiga faktor yang mempengaruhi

pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Perguruan Tinggi

2. Masyarakat

3. Sistem nilai

1. Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap

kurikulum sekolah.

a. Dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi

banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses

pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan

tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam

kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga

mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.

b. Dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan

guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP,

FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga

mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui

penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang

dihasilkannya.

Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi

serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi

pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang

mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni,

umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu program

(6)

6 | P a g e belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka

mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui

program diploma dan sarjana.

2. Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya

bertugas mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di

masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat

dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut berada.

Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya

serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.

Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan

masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap

dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan

yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha

yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal

ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai

sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis

pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang

dikembangkan dan digunakan sekolah.

3. Sistem Nilai

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai

moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai

lembaga masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan

pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.

Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus

terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum

ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat

(7)

7 | P a g e vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual

keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak

sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk,

fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering

juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi

berbagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah,

diantaranya :

a. Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam

masyarakat

b. Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral

c. Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru

d. Menghargai nlai-nilai kelompok lain

e. Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada

PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM

1. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan

Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah

menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat

dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan

masyarakat/dunia kerja, dan kebijakan pemerintah. Kebutuhan siswa dapat

dianalisis dari aspek-aspek perkembangan psikologis siswa, tuntutan

masyarakat dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan yang

ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat di masa yang

akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari

kebijakan-kebijakan pendidikan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Hasil

analisis dari ketiga aspek tersebut kemudian ddiagnosis untuk disusun

menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan

(8)

8 | P a g e Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada

tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei

kebutuhan merupakan cara yang relatif sederhana dalam menganalisis

kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan wawancara

dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para

ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan

pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan.

Studi kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap

kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program

pendidikan. Pendekatan analisis tuga dilakukan dengan cara menganalisis

setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas tersebut bisa berkaitan

dengan aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotorik.

Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah

deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi

langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan

tujuan.

2. Perumusan Tujuan

Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah

merumuskan tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari

tujuan yang paling umum (kompleks) sampai pada tujuan yang lebih khusus.

Hirearki tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan

institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional umum dan khusus.

Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives

membagi tujuan menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Domain kognistif berkenaan dengan penguasaan

kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan

penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai,

sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan dan

(9)

9 | P a g e

3. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi

Dalam Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials,

M.D. Gall (1981) mengemukakan Sembilan tahap dalam pengembangan

bahan kurikulum, yaitu identifikasi kebutuhan, merumuskan misi kurikulum,

menentukan anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan bahan,

menganalisis bahan, menilai bahan, membuat keputusan adopsi,

menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan.

Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah

segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar

mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum.

Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran tersebut berdasarkan

tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.

4. Penyusunan Bahan Pelajaran

Kriteria dalam pemilihan materi kurikulum antara lain:

a. dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai,

b. dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan budaya dari generasi

masa lalu,

c. dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu,

d. dipilih karena bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal

dimasa kini dan masa yang akan datang,

e. karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik dan kebutuhan

masyarakat.

f. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyusun skuens bahan

ajar, yaitu skuens kronologis (urutan kejadian), skuens kausal

(10)

10 | P a g e g. Dalam penyusunan sequens, perlu dipertimbangkan beberapa hal:

h. taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum,

i. apersepsi atau pengalaman masa yang lalu,

j. kematangan dan perkembangan siswa,

k. minat dan kebutuhab siswa,

l. pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar

5. Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar

Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat

dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode,

serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang akan

diberikan. Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengalaman visual,

suara , perabaan, dan penciuman. Pengalaman belajar yang dipilih harus

mencakup berbagai kegiatan mental-fisik yang menarik minat siswa, sesuai

dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa untuk belajar aktif

dan kreatif.

6. Pengembangan Alat Evaluasi

Pengembangan alat evaluasi yang dimaksud adalah untuk menelaah

kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan. Mc. Neil (1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu

mendapat jawaban dari penilaian kurikulum yaitu, apakah kegiatan-kegiatan

yang dikembangkan dan dioragnisasikan itu memungkinkan tercapainya

tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan apakah kurikulum yang telah

dikembangkan dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya.

Ada dua orang beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan

pengukuran, tes, atau pemberian nilai. Ketiganya memang merupakan

bagian dari proses penilaian. Penilai pada dasarnya merupakan suatu proses

(11)

11 | P a g e mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas tiga komponen, yaitu

pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pembuatan

keputusan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap

komponen-komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum,

dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

PENUTUP

Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang sentiasa berubah

turut dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran yang merangsang reaksi

manusia yang terlibat dalam kepentingannya. Hasrat terhadap perubahan

kurikulum itu menggambarkan keperluan pendidikan yang menjadi wadah

penerus kemajuan bangsa dan negara itu sendiri. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kurikulum adalah elemen yang

saling berkait antara satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme

dan perubahan keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan

yang akan meneruskan kebudayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan pelaksanaan rencana program investasi keciptakaryaan, unit/bagian organisasi Bappeda yang terlibat adalah Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan yang

Saat trafficking mencapai kurang lebih 15000 lintasan yaitu setelah diaplikasikan beban 12 kN, pada material campuran busa aspal terjadi retak disepanjang lintasan

Kondisi mengenai penjadwalan dan presensi teknisi yang dimaksud adalah apakah penjadwalan dan presensi teknisi yang dilakukan pada PT Orela Shipyard telah

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERARIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEMESTER II

Hasil Analisis Indeks Gravitasi dan Aksesbilitas menunjukkan bahwa pusat pertumbuhan berperan besar dalam menyediakan pelayanan serta kesempatan kerja sebagai

Masih banyak terjadinya kasus-kasus pelnggaran HAM baik pelanggaran HAM berat maupun ringan yang terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat dapat memperliatkan peran

Kemenangan yang mencolok dari Partai Thai Rak Thai dalam Pemilu 2005, tidak hanya melapangkan jalan bagi Thaksin Shinawatra untuk kembali menjadi PM, tetapi sekaligus

[r]