PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI ARITMATIKA SOSIAL PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Muhammad Muhklisin, Tri Nova Hasti Yunianta
muhammad.lisin10@gmail.com; trinova.yunianta@staff.uksw.edu
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Abstrak
Berpikir kritis diperlukan dalam pelajaran matematika. Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan berpikir yang perlu dimiliki oleh setiap peserta didik laki-laki maupun perempuan. Melalui berpikir kritis ini, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan bernalar dalam menghadapi permasalahan sehari-hari, salah satunya adalah soal cerita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir kritis siswa laki-laki dan perempuan pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 7 Salatiga. Terdapat 4 tahap proses berpikir kritis dalam penelitian ini, yaitu clarification, assesment, inference, dan strategies. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan subjek menggunakan purposive sampling, sehingga diperoleh 4 siswa yang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan yang masing-masing memiliki kemampuan matematika rata-rata yang sama. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data, yaitu dengan menggabungkan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau kesimpulan. Melalui kegiatan subjek dalam menyelesaikan soal cerita matematika dan dilanjutkan dengan wawancara untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek AL dengan gender perempuan dan subjek TA dengan gender laki-laki dapat melalui semua tahapan proses berpikir kritis, artinya siswa mampu melalui tahap clarification, assesment, inference, dan strategies. Adapun subjek yang belum dapat melalui semua tahapan proses berpikir kritis adalah subjek SR dengan gender perempuan dan subjek PC dengan gender laki-laki, dimana keduanya hanya mampu mencapai tahap inference. Temuan dari penelitian ini didapat bahwa subjek laki-laki dan perempuan mempunyai kemampuan berpikir kritis yang sama. Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan mengenai proses kemampuan berpikir kritis siswa laki-laki dan perempuan, sehingga siswa, guru dan peneliti dapat merancang dan mengembangkan pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk berlatih berpikir kritis.