• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Dalam Kerangka GATT Dan WTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Dalam Kerangka GATT Dan WTO"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA DALAM GENERAL

AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE (GATT) DAN WORLD TRADE

ORGANIZATION (WTO)

A. Sejarah Perjalanan GATT Menuju WTO

Pasca perang dunia kedua Negara-negara mencoba membangun suatu sistem perdagangan internasional melalui sekumpulan peraturan internasional yang cukup rumit yang ketentuan-ketentuan pokoknya diatur dalam General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang ditandatangani pada tahun 1947.

Namun, dengan tidak mengecilkan arti yang telah dicapai General Agreement on

Tariff and Trade (GATT), masih terdapat suatu masalah besar yang senantiasa

mengancam kelancaran dan ketertiban perdagangan internasional yang tidak hanya efisiensi dan efektif, tetapi juga adil, yaitu karena masih terjadi ketidakpatuhan Negara-negara terutama Negara ekonomi kuat (Negara superpower) terhadap ketentuan-ketentuan General Agreement on Tariff and

Trade (GATT). Salah satu alasan yang menimbulkan ketidakpatuhan ini adalah

kurang berfungsinya mekanisme penyelesaian sengketa.25

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) semula merupakan

kondifikasi sementara mengenai peraturan hubungan perdagangan antar Negara penandantangan 23 negara sambil menunggu berlakunya Piagam Havana dan ketentuan-ketentuan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) tersebut akan dimasukkan ke dalam Piagam Havana sebagai bagian dari peraturan

25

(2)

perdagangan berdasar Piagam Havana. Karena piagam Havana gagal untuk diberlakukan, maka General Agreement on Tariff and Trade (GATT) akhirnya menjadi instrument hukum yang berdiri sendiri.

Untuk mengisi kekosongan hukum di bidang perdagangan internasional, karena Piagam Havana gagal berlaku kemudian melalui sebuah Protocol of

Provisional Application, General Agreement on Tariff and Trade (GATT)

diberlakukan mulai 1948. Semula General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dimaksudkan berlaku sementara waktu sambil menunggu dibentuknya perjanjian internasional yang permanen yang mengatur perdagangan internasional. Namun dalam praktik, hingga terbentuknya persetujuan World Trade

Organization (WTO), General Agreement on Tariff and Trade (GATT) berlaku

sebagai peraturan perdagangan internasional yang terpenting dan juga berperan sebagai organisasi perdagangan internasional.26

GATT sebenarnya hanya salah satu dari IX Chapters yang direncanakan menjadi isi dari Havana Charter mengenai pembentukan International Trade

Organization (ITO) pada tahun 1947, yaitu Chapter IV: Commercial Policy.

NamunInternational Trade Organization (ITO) tidak berhasil didirikan, Rencana pembentukan International Trade Organization (ITO), yang merupakan satu dari 3 (tiga) kerangka Bretton Woods Institution. Kedua organisasi lainnya adalah International Monetary Fund (IMF) dan International

Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang sering dikenal

dengan World Bank.

26

(3)

walaupun Havana Charter sudah disepakati dan ditandatangani oleh 53 negara pada Maret 1948. Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat menolak untuk meratifikasinya di mana Kongres Amerika Serikat khawatir wewenangnya dalam menentukan kebijakan Amerika Serikat semakin berkurang.27

The General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) atau (Persetujuan

Umum Mengenai Tarif Perdagangan) adalah suatu perjanjian internasional yang sejarah lahirnya bertepatan dari sejarah lahirnya ITO (Internasional Trade

Organization). Tujuannya antara lain sebagai forum yang membahas dan

mengatur masalah perdagangan dan ketenagakerjaan internasional. Dasar pemikiran penyusunan GATT adalah kesepakatan yang memuat hasil-hasil negosiasi tarif dan klausul-klausul perlindungan (protektif) guna mengatur komitmen tarif. GATT karenanya dirancang sebagai suatu persetujuan tambahan yang posisinya dibawah piagam ITO. Tetapi tidak dirancang sebagai organisasi internasional. Menyadari piagam ITO tidak diratifikasi oleh negara pelaku utama perekonomian dunia, negara-negara mengambil inisiatif untuk memberlakukan GATT melalui “Protocol of Provisional Appliacation” (PPA) yang ditandatangani oleh 22 negara anggota asli GATT pada akhir tahun 1947. sejak itulah GATT kemudian diberlakukan dan perjalanan sejarah menunjukkan GATT bahkan berubah menjadi organisasi internasional.28

27 Orinton Purba, Fungsi Dan Peranan Wto Dalam Era Perdagangan Bebas, melalui

29 Mei 2016

28 Budi Harman, GATT Sebagai Organisasi Ekonomi Internasional, melalui

(4)

Dalam konferensi internasional yang diselenggarakan setelah peran dunia II, perdagangan internasional semula akan diatur berdasar perjanjian internasional multilateral di bawah the International Trade Organization (ITO) yang akan dijadikan sebagai salah satu organ khusus dari PBB. Melalui konferensi internasional yang diselenggarakan dari tahun 1946 hingga 1948 dihasilkan Piagam Havana (the Havana Charter) yang merupakan peraturan dasar dari ITO. Akan tetapi, Piagam Havana tersebut ternyata gagal untuk diberlakukan karena tidak diratifikasi mayoritas Negara-negara peserta perundingan, termasuk Amerika Serikat. Oleh karena itu Piagam Havana tidak dapat diberlakukan dan ITO juga gagal terbentuknya sebagai organisasi perdagangan internasional di bawah PBB.29

Sejak tahun 1947-1994 sistem General Agreement on Tariff and Trade (GATT) memuat peraturan-peraturan mengenai perdagangan dunia dan menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional tertinggi. Hampir setengah abad teks legal General Agreement on Tariff and Trade (GATT) masih tetap sama sebagaimana pada tahun 1947 dengan beberapa penambahan diantaranya bentuk persetujuan disepakati oleh beberapa negara saja dan upaya-upaya pengurangan tarif. Masalah-masalah perdagangan diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang dikenal dengan nama “Putaran Perdagangan”

(Trade Round)”, sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi perdagangan

29

(5)

internasional. Sebagai upaya mewujudkan cita-cita perbaikan ekonomi dunia yang hancur akibat perang dunia ke II.30

Bersamaan dengan perundingan pembentukan Piagam Havana, sejumlah Negara juga melakukan perundingan-perundingan perdagangan internasional berkaitan dengan konsesi tarif (bea masuk) timbal balik. Hasil perundingan tersebut kemudian dituangkan dalam the General Agreement on tariff and Trade (GATT) tanggal 30 Oktober 1947. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) semula merupakan kodifikasi sementara mengenai peraturan hubungan perdagangan antar Negara penanda tangan (ditanda tangani 23 negara) sambil menunggu berlakunya Piagam Havana dan ketentuan-ketentuan General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 tersebut akan dimasukkan ke dalam

Piagam Havana sebagai bagian dari peraturan perdagangan berdasarkan Piagam Havana sebagai bagian dari peraturan perdagangan berdasarkan Piagam Havana. Karena Piagam Havana gagal untuk diberlakukan, maka General Agreement on

Tariff and Trade (GATT) 1947 akhirnya menjadi instrument hukum yang berdiri

sendiri.31

Hasil dari perundingan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) putaran Uruguay tersebut adalah disetujuinya persetujuan pembentukan WTO beserta lampiran-lampirannya (the Agreement Establishing the World Trade

Organization and annexes). Dengan terbentuknya World Trade Organization

(WTO), maka terealisir cita-cita masyarakat internasional untuk memiliki suatu organisasi internasional universal yang membidangi masalah-masalah

30 Hata. Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT dan WTO-Aspek-Aspek Hukum

dan Non Hukum. Bandung: Refika Aditama, 2006, hal 53-56

31

(6)

perdagangan dunia. Persetujuan tentang pembentukan World Trade Organization (WTO) tidak merupakan perjanjian internasional tunggal yang berdiri sendiri, namun merupakan persetujuan internasional yang terdiri dari banyak instrument yang berkaitan dan merupakan satu kesatuan.32

World Trade Organization (WTO) merupakan suatu fenomena menarik

dalam hokum internasional. Ada sementara pengamat yang menyatakan bahwa

World Trade Organization (WTO) merupakan satu bentuk hukum internasional

yang memiliki daya paksa sangat kuat yang antara lain ditunjukkan oleh jauh lebih efektifnya mekanisme penyelesaian perselisihan di antara sesama Negara anggotanya dibandingkan yang pernah dimiliki GATT 1947. Sebagai pengganti dari General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) 1947 dalam kurun waktu sepuluh tahun World Trade Organization (WTO) telah memperhatikan efektivitas dan effisiensi lebih besar dibandingkan dengan GATT 1947 selama hampir setengah abad keberadaannya.33

World Trade Organization (WTO) merupakan salah satu organisasi

internasional publik terbesar di bidang perdagangan pada saat ini. Sebagai sebuah organisasi Negara di seluruh wilayah dunia, organisasi internasional dan kesatuan ekonomi yang memiliki otonomi penuh dalam melakukan perdagangan internasionalnya (pasal XXI ayat 1 dan pasal XXII ayat 1 persetujuan WTO).

World Trade Organization (WTO) dibentuk melalui persetujuan tentang

pembentukan World Trade Organization (WTO), yang mulai berlaku secara efektif di bidang perdagangan, dapat dikatakan World Trade Organization (WTO)

32 Ibid, hal 68 33

(7)

merupakan penerus dan perluasan dari organisasi perdagangan dunia sebelumnya yakni General Agreement on Tariff and Trade (GATT).34

Inisiatif pembentukan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) muncul dari Amerika selama dan sesudah Perang Dunia II dimana diyakini bahwa salah satu pendorong terjadinya perang tersebut adalah kondisi ekonomi dunia. Diyakini bahwa telah terjadi disfungsi ekonomi internasional pada masa itu. Perlindungan terhadap tarif dan perdagangan dipandang memiliki tanggung jawab yang paling besar atas terjadinya depresi dan ketidakpercayaan yang tinggi antar bangsa-bangsa berkaitan dengan isu perdagangan. Konflik yang terjadi itu merupakan konsekuensi dari ketidakpercayaan. Oleh karenanya, kemudian timbul konsep bahwa situasi seperti itu hendaknya dapat diantisipasi dan perdagangan internasional pada masa akan datang harus dibuat sebebas mungkin. General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) merupakan sebuah perjanjian multilateral

yang bukan merupakan sebuah organisasi maupun institusi. General Agreement

on Tariff and Trade (GATT), yang pada awalnya merupakan sebuah perjanjian

multilateral, akhirnya dikembangkan sebagai sebuah institusi dan dalam prakteknya beroperasi seperti sebuah organisasi internasional. Dengan diberlakukannya Protocol of Provisional Application, akhirnya General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) dapat beroperasi antara tahun 1948 –

1994. Secara de facto, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) mampu mencapai hasil yang signifikan dalam meliberalisasi perdagangan dunia. Salah satu kunci keberhasilan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) adalah

34

(8)

pada pengurangan tarif diantara para pihak anggota General Agreement on Tariff

and Trade (GATT). Namun, terdapat beberapa permasalahan yang substansi

dalam pelaksanaan GATT.35

Dalam perjalanannya, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) telah melakukan beberapa perundingan pertama di lakukan di Geneva, Switzerland (1947), kemudian Annency (France 1948) Torguay, Switzerland (1950), Geneva Switzerland (1956), Dillon round, Geneva (1960-1961), Kenedy round, Geneva (1964-1967), Tokyo round, Geneva (1973-1979) dan terakhir Uruguay Round Marrakesh (1986-1994). Sejak keberadaan GATT 1948 sampai terbentuknya WTO pada 1995, sudah dilakukan 8 (delapan) putaran perundingan perdagangan multilateral, dimana putaran perundingan kali ini, yaitu Doha

Development Agenda (DDA) atau Doha Round prosesnya memakan waktu paling

lama, dan sampai saat ini belum berhasil diselesaikan. Putaran Uruguay yang dipandang paling luas cakupannya bisa diselesaikan dalam waktu sekitar 9 (sembilan) tahun. Putaran Doha atau yang lebih kita kenal sebagai Doha

Development Round atau Doha Development Agenda (DDA) pada 2001,

dimaksudkan sebagai langkah lanjutan agar tatanan perdagangan multilateral yang ada bisa sesuai dengan situasi perdagangan terkini. Beberapa diantaranya menyangkut upaya agar perdagangan produk pertanian dan perdagangan jasa dapat lebih bebas, menyempurnakan persetujuan-persetujuan yang sudah ada

35

(9)

seperti misalnya Anti Dumping dan subsidies (termasuk subsidi dibidang perikanan), fasilitasi perdagangan dan sebagainya.36

Perundingan Uruguay inilah yang dianggap salah satu perundingan yang paling menentukan perkembangan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) di masa yang akan datang. Putaran Uruguay merupakan putaran perundingan yang berlangsung lama dan mencangkup segi-segi pengaturan yang lebih luas. Di sana tidak hanya dibicarakan mengenai masalah tarif dan non tarif saja tetapi juga masalah-masalah lain yang di golongkan sebagai aspek non trade seperti, hak atas kekayaan intelektual, dan kepentingan negara-negara miskin yang harus diperhatikan. Kemudian pada putaran terakhir ini pula disahkan persetujuan untuk membentuk sebuah organisasi perdagangan yang di sebut World Trade

Organization (WTO).37

Disepakatinya General Agreement on Tariff and Trade (GATT) didasarkan pada pertimbangan bahwa hubungan perdagangan dan ekonomi antar Negara harus dijalankan dengan sasaran untuk meningkatkan standar hidup, menjamin lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan dan pemenuhan kebutuhan, pemanfaatan sumber-sumber daya dunia sepenuhnya, serta memperluas produksi serta pertukaran barang. Cara untuk mencapai tujuan-tujuan ini adalah dengan mengadakan pengaturan timbal balik dan saling menguntungkan untuk mengurangi tariff dan hambatan-hambatan perdagangan lainnya serta menghilangkan diskriminasi dalam perdagangan internasional.

36

http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/157-juli-2011/1152-diplomasi-perdagangan-multilateral.html

37

(10)

Dalam tahun-tahun berikutnya berbagai tambahan dan penyempurnaan telah dilakukan melalui peraturan perundingan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang biasa disebut putaran perundingan (round).38

Pada tahun 1954-1955, teks General Agreement on Tariff and Trade (GATT) mengalami perubahan. Ada dua perubahan penting yang terjadi. Pertama, dikeluarkannya protokol yang merubah bagian I dan Pasal XXIX dan XXX dan protokol yang merubah preambule dan bagian 2 dan 3. Protokol pertama mensyaratkan penerimaan oleh semua Negara peserta. Namun karena Uruguay Round tidak meratifikasinya, protocol ini menjadi tidak berlaku sejak tanggal 1 Januari 1968. Sedangkan protokol kedua mulai berlaku sejak tanggal 28 November 1957. Pada tahun 1965, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) mendapat tambahan bagian baru, yaitu bagian keempat. Bagian ini berlaku secara de facto tanggal 8 Februari 1965 dan mulai berlaku efektif tanggal 27 Juni 1965. Bagian ini khusus mengatur kepentingan perluasan ekspor bagi Negara-negara berkembangan (Pasal XXXVI – XXXVIII).39

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) didirikan berdasarkan

suatu perjanjian internasional. Namun demikian perjanjian tersebut tidak dimaksudkan untuk mendirikan sebuah organisasi internasional. General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) disepakati Negara-negara sambil

menunggu terbentuknya sebuah organisasi perdagangan dunia terbentuknya sebuah organisasi perdagangan dunia bernama International Trade Organization yang ternyata tidak terwujud. Namun demikian tidak dapat dikatakan General

38

Hata, Op.Cit, hal 145

39

(11)

Agreement on Tariff and Trade (GATT) membentuk sebuah organisasi

internasional. Dengan demikian persyaratan pertama tidak terpenuhi. Dalam naungan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) telah dibentuk berbagai organ. Organ-organ ini memiliki kompetensi atas dasar General Agreement on

Tariff and Trade (GATT) sendiri atau atas dasar keputusan organ General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang sudah ada. Jadi dapat dikatakan

bahwa persyaratan kedua telah terpenuhi.

Selanjutnya General Agreement on Tariff and Trade (GATT) didirikan berdasarkan hukum internasional karena General Agreement on Tariff and Trade (GATT) adalah sebuah perjanjian internasional, demikian juga perjanjian-perjanjian lain dalam kerangka General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Kerjasama dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dimaksudkan untuk berlangsung lama dan Negara-negara peserta mengejar tujuan yang sama. Jadi persyaratan lainnya pun terpenuhi. Jadi, secara hukum General Agreement on

Tariff and Trade (GATT) bukan sebuah organisasia internasional. Pengakuan

sebagai organisasi internasional adalah perlu karena terkait legal capacity dari organisasi tersebut dalam hukum internasional. Dalam pada itu sekalipun persyaratan sebagai organisasi internasional tidak terpenuhi namun tak dapat disangkal bahwa General Agreement on Tariff and Trade (GATT) lebih dari sekedar sebuah perjanjian internasional. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) meletakkan kerangka tindakan para pihak dalam perjanjian (contracting

(12)

organ-organ dan secretariat tetap yang berfungsi dengan baik sehingga eksistensinya sebagai organisais tidak dapat disangkal.40

Putaran Tokyo gagal menyelesaikan masalah produk utama yang berkaitan dengan perdagangan produk pertanian dan penetapan persetujuan baru mengenai “safeguards” (emergency import measures). Meskipun demikian, serangkaian persetujuan mengenai hambatan non tarif telah muncul di berbagai perundingan, yang dalam beberapa kasus menginterpretasikan peraturan General Agreement on

Tariff and Trade (GATT) yang sudah ada. Selanjutnya adalah Putaran Uruguay

(1986-1994) yang mengarah kepada pembentukan WTO. Putaran Uruguay memakan waktu 7,5 tahun. Putaran tersebut hampir mencakup semua bidang perdagangan. Pada saat itu putaran tersebut nampaknya akan berakhir dengan kegagalan. Tetapi pada akhirnya Putaran Uruguay membawa perubahan besar

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) atau “Persetujuan

Umum tentang Tarif dan Perdagangan” yang ditandatangani pada tahun 1947 adalah suatu kesepakatan multilateral yang mewajibkan Negara anggotanya untuk melakukan kerjasama ekonomi internasional. General Agreement on Tariff and

Trade (GATT) menuntut anggotanya untuk mengorganisasikan perdagangan luar

negari mereka sesuai dengan prinsip perlakuan bangsa yang paling menguntungkan (mosr-favoured nation treatment). Yaitu, yang bertujuan untuk membuat perdagangan luar negeri sebebas mungkin melalui penurunan tingkat tarif dan penghapusan hambatan kuota impor, an untuk memberikan pengarahan tertentu terhadap kebijakan perdagangan luar negeri Negara-negara tersebut.

40

(13)

bagi sistem perdagangan dunia sejak diciptakannya General Agreement on Tariff

and Trade (GATT) pada akhir Perang Dunia II. Meskipun mengalami kesulitan

dalam permulaan pembahasan, Putaran Uruguay memberikan hasil yang nyata. Hanya dalam waktu 2 tahun, para peserta telah menyetujui suatu paket pemotongan atas bea masuk terhadap produk-produk dari negara berkembang, penyelesaian sengketa, dan menyepakati agar para anggota memberikan laporan reguler mengenai kebijakan perdagangan. Hal ini merupakan langkah penting bagi peningkatan transparansi aturan perdagangan di seluruh dunia.41

Pembentukan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dinyatakan bahwa perdagangan dan hubungan ekonomi internasional harus bertujuan untuk meningkatkan standar-standar kehidupan global, yang mengusahakan tercapainya suatu tingkat penyerapan tenaga kerja sepenuhnya (full

employment) menjamin pertumbuhan pendapatan riil yang tinggi dan

terus-menerus, mengamankan permintaan efektif, mengeksploitasi sepenuhnya sumber-sumber daya dunia, dan barnag-barang dan berhasrat untuk mendukung pelaksanaan tujuan-tujuan ini sebagai akibat dari penandatanganan persetujuan untuk menghilangkan tarif dan hambatan-hambatan perdagangan lainnya di dalam perdagangan internasional.42

World Trade Organization (WTO) merupakan badan internasional yang

mempromosikan liberalisasi perdagangan dan berkompeten untuk menghasilkan aturan perdagangan antarnegara. Anggota World Trade Organization (WTO) yang

41

H.S Kartadjoemena, GATT dan WTO- Sistem, Forum, dan Lembaga Internasional di

Bidang Perdagangan. Jakarta: UI Press, 2002, hal 48

42

Apridar, Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam

(14)

saat ini berjumlah 148 negara dan diperkirakan akan terus meningkat menandakan bahwa peranan badan dunia tersebut dalam mengatur perdagangan dunia semakin besar dan penting. Disamping itu, sistem perdagangan multilateral tersebut juga memiliki implikasi secara langsung terhadap kebijakan perdagangan negara-negara anggotanya, mengingat semkin tinggi interdepensi dan integrasi Negara-negara anggota ke dalam ekonomi global.43

Perjanjian pembentukan World Trade Organization (WTO) merupakan perjanjian terpenting yang dihasilkan Putaran Uruguay. Dengan terbentuknya

World Trade Organization (WTO), maka mulai 1 Januari 1995 persoalan tentang

apakah General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sebuah organisasi internasional atau bukan sudah terjawab. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 kini diintegrasikan ke dalam salah satu perjanjian yang merupakan

annex dari World Trade Organization (WTO) Agreement yakni Multilateral

Agreement on Trade in Goods atau General Agreement on Tariff and Trade

(GATT) 1994.44

B. Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Kesepakatan GATT

Proses perundingan Uruguay Round upaya penyempurnaan sistem penyelesaian sengketa GATT mencakup keseluruhan substansi dari sistem berlaku dalam GATT tersebut. Hal pertama yang perlu dicatat sebagai prinsip umum dalam sistem penyelesaian sengketa yang secara eksplisit dikemukakan dalam perjanjian hasil Uruguay Round adalah fungsi dari sistem tersebut adalah untuk

43

Faisal Santiago, Op.Cit, hal 113

44

(15)

menjaga agar setiap anggota tetap menghormati hak dan kewajiban masing-masing sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.45

Dari perjalanannya, GATT 1947 belum dapat memberikan kepuasan bagi Negara anggota karena GATT hanyalah merupakan sekumpulan aturan sehingga bila terjadi sengketa antar anggota tidak dapat diselesaikan karena GATT tidak memiliki Badan Penyelesaian Sengketa. Dari pengalaman tersebut maka pada perundingan Akhir Putaran Uruguay 1994, para Menteri Perdagangan anggota GATT tidak memiliki kesatuan prosedur penyelesaian sengketa melainkan aturan-aturan yang terpisah-pisah. Di satu sisi terdapat sistem konsiliasi dan penyelesaian sengketa bersifat umum yang didasarkan Pasal XXII dan XXIII, dan disisi lain terdapat prosedur penyelesaian sengketa yang khusus sebagaimana terdapat dalam berbagai dokumen yang dihasilkan perundingan perdagangan Putaran Tokyo 1979. Menurut Pasal XXII ayat (1) GATT, setiap negara peserta harus memberikan pertimbangan yang simpatik kepada negara peserta lain, serta memberikan kesempatan yang cukup untuk berkonsultasi mengenai hal-hal yang diajukan negara peserta lain yang ada pengaruhnya terhadap pelaksanaan Perjanjian. Pasal ini mengatur konsultasi dua tahap. Pertama, di antara sesama negara peserta GATT, kemudian Contracting Parties, negara peserta secara bersama-sama. Pasal ini telah disempurnakan dari waktu ke waktu. Sedangkan Pasal XXIII menentukan kapan suatu negara peserta dapat menggunakan prosedur ini guna melindungi kepentingannya.

45

(16)

GATT bersepakat untuk mendirikan suatu organisasi yang kuat yaitu WTO, yang berdiri secara resmi pada tanggal 1 Januari 1995.46

Sebenarnya arsitek aturan-aturan GATT sejak semula tidak membayangkan atau menciptakan GATT sebagai suatu lembaga yang akan menyelesaikan sengketa dagang di antara negara anggotanya.Pada awalnya GATT semata-mata dimaksudkan sebagai lampiran (Annex) yang akan diletakkan pada Piagam Organisasi Perdagangan Internasional (The Charter of the International

Trade Organization). Disamping itu, GATT sejak semula dibentuk semata-mata

untuk mengatur pengurangan tarif. Dalam GATT, perselisihan di antara anggota biasanya diselesaikan melalui konsultasi antara pihak-pihak yang bersangkutan atau dengan perantaraan Contracting Parties (Organ utama GATT, yakni negara-negara anggota yang bertindak bersama-sama). Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan maka akan diserahkan kepada Contracting Parties sendiri yang kemudian akan melakukan penyelidikan, dan memberikan rekomendasi atau putusan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.47

46

Sebagai lembaga, maka GATT telah menerapkan tatacara dan prosedur untuk menangani sengketa yang timbul antara negara peserta. Dalam konteks hukum internasional secara umum, masyarakat internasional memberikan peluang untuk melakukan penyelesaian sengketa antara negara melalui berbagai cara. Sengketa antar negara dapat diatasi melalui:

47 Benny Swastik Nasution, Penyelesaian Sengketa dalam GATT dan WTO, melalui

(17)

1. Proses dimana pihak yang bersengketa menerima penyelesaian sengketa yang dirumuskan dan diputuskan oleh pihak ketiga;

2. Proses dimana pihak yang bersengketa dianjurkan supaya berembuk dan berusaha untuk menyelesaikan sengketa di antara mereka sendiri.48

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) didirikan atas dasar

kesepakatan provisional selepas perang dunia kedua bersamaan dengan pembentukan lembaga-lembaga multilateral lain yang ditujukan guna menata kerjasama ekonomi internasional. Lembaga-lembaga ini biasanya disebut lembaga Bretton Woods, yakni World Bank dan International Monetary Fund. Sebenarnya Negara-negara peserta konperensi Bretton Woods merencanakan pembentukan

Internasional Trade Organization (ITO) yang akan erupakan badan khusus PB

yang akan ditugasi tidak hanya menangani masalah perdagangan dunia akan tetapi juga menciptakan aturan-aturan di bidang ketenagakerjaan, perjanjian komoditi, investasi internasional dan jasa dan praktek bisnis curang.

Sekalipun Piagam ITO (disebut juga Havana Charter) akhirnya disetujui dalam konferensi PBB mengenai perdagangan dan ketenagakerjaan di Havana pada bulan Maret 1948 namun terbukti sulit diratifikasi oleh perundang-undangan nasional. Ketika pemerintah Amerika Serikat tidak akan meminta ratifikasi kongres atas Havana Charter ini, maka secara efektif rencana pembentukan ITO pun berakhir. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang merupakan bagi rancangan piagam ITO akhirnya disepakti untuk diberlakukan secara provisional sejak tahu 1948. Sejak itu General Agreement on Tariff and Trade

48

H. S. Kartadjoemena, GATT dan WTO: Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di

(18)

(GATT) merupakan satu-satunya instrument multilateral yang mengatur perdagangan internasional.49

Dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT), perselisihan di antara anggota biasanya diselesaikan melalui konsultasi antara pihak-pihak yang bersangkutan atau dengan perantaraan Contracting parties (organ utama General

Agreement on Tariff and Trade (GATT)), yakni Negara-negara anggota yang

bertindak bersama-sama). Jika contracting parties (

pihak-pihak yang

berkontrak dalam hukum perjanjian internasional berarti negara-negara

yang menjadi peserta suatu perjanjian atau konvensi internasional

) yang

kemudian akan melakukan penyelidikan dan memberikan rekomendasi atau keputusan pada pihak-pihak yang bersangkutan.

Sebenarnya arsitek aturan-aturan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sejak semula tidak membayangkan atau menciptakan General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) sebagai suatu lembaga yang akan

menyelesaikan sengketa dagang di antara Negara anggotanya. Pada awalnya,

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) semata-mata dimaksudnya

sebagai lampiran (annex) yang akan disertakan dalam piagam organisasi perdagangan internasional (the charter of the international Trade Organization). Di samping itu, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sejak semula dibentuk hanya untuk mengatur pergurangan tarif.

50

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dinilai memiliki peranan

terbesar bagi sistem perdagangan multilateral mengingat peranan perdagangan

49

Hata, Op.Cit, hal 144

50

(19)

barang yang jauh lebih besar dibandingkan peranan perdagangan dari sektor jasa. Hasil kesepakatan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) mengatur banyak hal guna mengurangi hambatan-hambatan yang terjadi dalam perdagangan multilateral dari mulai upaya penurunan hambatan tarif dan non tarif hingga upaya pengaturan penggunaan hambatan teknis/ Technical Barriers to Trade (TBT) sehingga menjadi lebih transparan dan berkesinambungan.51

Dalam upaya memahami aspek hukum dan tata cara penyelesaian sengketa yang diatur di dalam lampiran dari Agreement Estabilishing World Trade

Organization perlu ditelusuri berbagai ketentuan yang menjadi dasar hukumnya.

Sistem pengaturan penyelesaian sengketa World Trade Organization (WTO) seperti halnya pengaturan-pengaturan lainnya dari sistem General Agreement on

Tariff and Trade (GATT), terkait ketentuan General Agreement on Tariff and

Trade (GATT) 1947, yaitu pasal XXII dan XXIII berdasarkan perjanjian General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1994. Dalam menganalisis ketentuan

penyelesaian sengketa pasal XXII dan pasal XXIII General Agreement on Tariff

and Trade (GATT) 1994 yang menunjuk pada ketentuan General Agreement on

Tariff and Trade (GATT) 1947, perlu diperhatikan perubahan-perubahan yang

terjadi akibat ketentuan baru tersebut. Dengan berubahnya status persetujuan GATT 1947, menjadi salah satu intrumen WTO, General Agreement on Tariff

and Trade (GATT) 1947 mengubah istilah yang digunakan dalam General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 yaitu istilah “contracting parties”

51

(20)

menjadi member, dan sekretaris eksekutif General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dengan direktur jendral WTO.52

C. Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Kesepakatan WTO

Pada awalnya negara selalu menyelesaikan sengketa dengan cara peperangan. Hal ini dikarenakan perang masih dianggap sebagai alat diplomasi yang ampuh. Namun seiring timbulnya kesadaran masyarakat internasional bahwa peperangan hanya menimbulkan kesengsaraan, maka dibuatlah ketentuan hukum positif yang menyatakan bahwa penggunaan kekerasan dalam hubungan antarnegara dilarang. Kesadaran tersebut menumbuhkan keyakinan masyarakat internasional bahwa setiap sengketa harus diselesaikan secara damai. Istilah sengketa (dispute) dalam hukum internasional harus dibedakan dengan konflik (conflict) dan situasi (situation). Kata sengketa dan situasi dapat ditemukan berdampingan dalam Piagam PBB sedangkan konflik digunakan masyarakat internasional secara umum.53

52 Thor B. Sinaga, Op.Cit, hal 122 53

Hilton Tarnama Putra dan Eka An Aqimuddin, Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di

Asean, Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2011, hal 1

(21)

Putaran Uruguay (1986-1994) mengarah kepada pembentukan World

Trade Organization (WTO). Putaran tersebut hampir mencakup semua bidang

perdagangan. Putaran Uruguay membawa perubahan besar bagi sistem perdagangan dunia sejak diciptakannya General Agreement on Tariff and Trade (GATT) pada akhir Perang Dunia II. Meskipun mengalami kesulitan dalam permulaan pembahasan, Putaran Uruguay memberikan hasil yang nyata. Hanya dalam waktu 2 tahun, para peserta telah menyetujui suatu paket pemotongan atas bea masuk terhadap produk-produk tropis dari negara berkembang, penyelesaian sengketa, dan menyepakati agar para anggota memberikan laporan reguler mengenai kebijakan perdagangan. Selain itu, pencapaian terbesar dari Putaran Uruguay tentunya adalah tercapainya kesepakatan pembentukan organisasi perdagangan dunia yang kemudian dikenal sebagai World Trade Organization (WTO). Hal ini merupakan langkah penting bagi peningkatan transparansi aturan perdagangan di seluruh dunia.

Sistem penyelesaian sengketa dalam World Trade Organization (WTO) telah menjadi suatu alat yang dibutuhkan dalam menyelesaikan sengketa perdagangan internasional yang terjadi diantara sesama anggota World Trade

Organization (WTO). Semenjak timbulnya masalah mengenai proses pelaksanan

keputusan atas sengketa yang terjadi berdasarkan pada sistem sebelumnya yaitu

General Agreement on Tariff and Trade (GATT).54

Penyelesaian sengketa World Trade Organization (WTO) telah berkembang sebagai suatu alat yang baku adalam penyelesaian sengketa

54

(22)

internasional yang muncul. Perkembangan yang cukup dramatic dalam dunia transaksi perdagangan internasional adalah dengan lebih diterapkan sistem alternatif penyelesaian sengketa (alternative resolution) dibandingkan sistem peradilan yang umum dikenal masyarakat selama beberapa tahun terakhir.

Setelah terbentuknya World Trade Organization (WTO), putaran perdagangan digantikan dengan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi di World Trade Organization (WTO). Konferensi Tingkat Menteri (KTM) pertama diselenggarakan pada 9 – 13 Desember 1996 di Singapura. Diikuti lebih dari 120 Menteri negara anggota

World Trade Organization (WTO), Konferensi Tingkat Menteri (KTM)

Singapura tersebut menghasilkan 2 deklarasi yakni dalam bidang standar inti perburuhan dan keputusan untuk membentuk kelompok kerja (working group) untuk melakukan pengkajian atas hubungan antara perdagangan dan investasi, hubungan antara perdagangan dan kompetisi, fasilitasi perdagangan, dan transparansi di bidang pengadaan pemerintah (government procurement) yang kemudian dikenal sebagai Isu Singapura (Singapore Issues).

Setelah mencapai beberapa keberhasilan di kedua Konferensi Tingkat Menteri (KTM) sebelumnya, Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ketiga yang dilaksanakan di Seattle pada tahun 1999 yang diagendakan untuk merumuskan agenda millenium World Trade Organization (WTO) justru mengalami kegagalan. Demonstrasi besar-besaran di luar gedung pertemuan delegasi World

(23)

pandangan antara negara maju dengan negara berkembang menyebabkan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Seattle gagal dalam mencapai kesepakatan.

Sebagai upaya perbaikan dari kegagalan di Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Seattle, dilaksanakan KTM keempat di Doha (9-14 November 2001) yang dihadiri oleh 142 negara. Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Doha menghasilkan dokumen utama berupa Deklarasi Menteri (Deklarasi Doha) yang menandai diluncurkannya putaran perundingan baru mengenai perdagangan jasa, produk pertanian, tarif industri, lingkungan, isu-isu implementasi, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), penyelesaian sengketa, dan peraturan World Trade

Organization (WTO).

Deklarasi tersebut mengamanatkan kepada para anggota untuk mencari jalan bagi tercapainya konsensus mengenai Singapore Issues. Deklarasi juga memuat mandat untuk meneliti program-program kerja mengenai electronic

commerce, usaha kecil (small economies), serta hubungan antara perdagangan,

(24)

Special and Differential Treatment/S&D), namun tidak mengusulkan suatu

tindakan konkrit mengenai isu tersebut. Para menteri setuju bahwa masalah S&D ini akan ditinjau kembali agar lebih efektif dan operasional.

Meksiko tanggal 10-14 September 2003. Berbeda dengan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) IV di Doha, Konferensi Tingkat Menteri (KTM) V di Cancun kali ini tidak mengeluarkan Deklarasi yang rinci dan substantif, karena gagal menyepakati secara konsensus, terutama terhadap draft teks pertanian, akses pasar produk non pertanian/Non Agriculture Market Access (NAMA) dan

Singapore issues. Dari keempat kesepakatan utama yang dihasilkan oleh World

Trade Organization (WTO), Setelah gagalnya Konferensi Tingkat Menteri

(KTM) V World Trade Organization (WTO) di Cancun, Meksiko pada tahun 2003, Sidang Dewan Umum World Trade Organization (WTO) tanggal 1 Agustus 2004 berhasil menyepakati Keputusan Dewan Umum tentang Program Kerja Doha, yang juga sering disebut sebagai Paket Juli. Pada kesempatan tersebut berhasil disepakati kerangka (framework) perundingan lebih lanjut untuk DDA (Doha Development Agenda) bagi lima isu utama yaitu perundingan pertanian, akses pasar produk non-pertanian/Non Agriculture Market Access (NAMA), isu-isu pembangunan dan impelementasi, jasa, serta fasilitasi perdagangan dan penanganan Singapore issues lainnya.

(25)

penetapan batas waktu negosiasi untuk beberapa isu seperti isu mengenai modalitas pertanian dan Non Agriculture Market Access (NAMA). Sedangkan Perundingan World Trade Organization (WTO) selanjutnya direncanakan di luar rutinitas agenda yang dilaksanakan 2 tahun sekali yakni dilaksanakan di Jenewa pada 30 November hingga 2 Desember 2009. Dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) VII Jenewa ini, Indonesia melalui Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu ditunjuk sebagai wakil ketua konferensi. Pada akhirnya Konferensi Tingkat Menteri (KTM) VII Jenewa tidak menghasilkan kesepakatan yang berarti dimana para menteri menegaskan kembali komitmen mereka untuk menyelesaikan perundingan putaran Doha dan mengharapkan adanya perubahan yang positif pada kuartal pertama 2010.

Sepanjang perjalanannya, World Trade Organization (WTO) telah berhasil mencapai berbagai kesepakatan yang memiliki peranan penting dalam perkembangan perdagangan dunia. Kesepakatan-kesepakatan dalam World Trade

Organization (WTO) mencakup barang, jasa, dan kekayaaan intelektual yang

mengandung prinsip-prinsip utama liberalisasi. Adapun secara umum struktur dasar kesepakatan dalam World Trade Organization (WTO) meliputi:

1. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yakni kesepakatan di bidang

perdagangan barang

(26)

karena itu dalam hal pengauran perdagangan barang World Trade

Organization (WTO) tinggal meneruskan dalam hal pengaturan berdasarkan

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dengan

modifikasi-modifikasi.55

a. Ketentuan-ketentuan di dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang dilampirkan pada persetujuan akhir yang diterima pada penutupan siding kedua dari Komite persiapan di Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Perdagangan dan pekerjaan, sebagaimana dibetulkan, diubah atau diganti dengan persyaratan instrument-instrumen hokum yang mulai berlaku sebelum tanggal mulai berlakunya persetujuan

World Trade Organization (WTO).

Dibawah persetujuan World Trade Organization (WTO), General Agreement

on Tariff and Trade (GATT) tetap diberlakukan dan menjadi bagian dari

General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Berdasarkan persetujuan

WTO, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) diberlakukan sebagai berjanjian pokok di bidang perdagangan barang diantaranya:

b. Ketentuan di dalam instrument hukum tertera menurut General Agreement

on Tariff and Trade (GATT) sebelum tanggal mulai berlakunya

persetujuan World Trade Organization (WTO) yakni protokol dan sertifikasi berhubungan dengan konsesi tarif, protocol aksesi mengenai peenrapan sementara dan penarikan penerapan sementara dan bagian II

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) diterapkan sementara

sepenuhnya tanpa bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku pada tanggal protocol.

c. Kesepakatan-kesepakatan yang berlaku diantaranya kesepakatan tentang pasal II : 1(b) General Agreement on Tariff and Trade (GATT), kesepakatan tentang penafsiran pasal XVII General Agreement on Tariff

and Trade (GATT), kesepakatan tentang ketentuan neraca pembayaran di

dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT), kesepakatan tentang penafsiran pasal XXIV General Agreement on Tariff and Trade (GATT), kesepakatan berhubungan dengan pelepasan kewajiban menurut

General Agreement on Tariff and Trade (GATT).56

d. Protokol Marrakesh terhadap GATT

55

Triyana Yohannes, Op.Cit, hal 77

56

(27)

The General Agreement on Tarif and Trade (GATT yang telah

diamandemen) sebagai perjanjian internasional pokok yang mengatur perdagangan barang terdiri dari 4 bagian dan 38 pasal.57

2. General Agreement on Trade and Services (GATS) yakni kesepakatan di

bidang perdagangan jasa

Salah satu hasil penting yang dihasilkan oleh Uruguay Round adalah kesepakatan tentang kerangka kerja dibidang jasa atau yang biasa disebut GATS (General Agreement on Trade in Services), ini merupakan suatu perjanjian yang relatif baru dan juga merupakan perjanjian perdagangan multilateral yang pertama di bidang jasa.58

57 Ibid, hal 79

58 Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral Ditjen Multilateral Ekonomi,

Keuangan dan Pembangunan Departemen Luar Negeri RI, Buku Seri Terjemahan

Persetujuan-Persetujuan WTO: Persetujuan-Persetujuan Bidang Jasa (General Agreement on Trade in Services/ GATS),

hal. 1.

Dalam perundingan ini negara berkembang berhasil menempatkannya dalam peraturan tersendiri di luar kerangka hukum dari General Agreement on Tariff and Trade (GATT) /

World Trade Organization (WTO). Hal ini dilakukan untuk menghilangkan

kemungkinan persilangan antara masalah-masalah General Agreement on

Tariff and Trade (GATT) /World Trade Organization (WTO) mengenai

(28)

Trade (GATT)/ World Trade Organization (WTO) dianggap sebagai suatu

langkah kemajuan penting bagi General Agreement on Tariff and Trade (GATT) / World Trade Organization (WTO).59

Dibentuknya GATS seperti ditegaskan dalam Deklarasi Punta Del Este adalah untuk membentuk suatu kerangka prinsip-prinsip atau aturan-aturan material mengenai perdagangan jasa. Dokumen-dokumen penting yang harus diperhatikan dalam mempelajari GATS adalah; framework agreement, initial

commitments, sectoral annex dan ministerial decision and understanding.

Framework agreement adalah perjanjian GATS itu sendiri yang mengandung

satu perangkat konsep umum, asas, dan ketentuan yang menimbulkan kewajiban berkenaan dengan segala tindakan yang berkaitan dengan perdagangan jasa.60

Perdagangan jasa merupakan salah satu topik dalam perundingan World Trade

Organization (WTO), yang kemudian menghasilkan kesepakatan the General

Agreement on Trade in Service (GATS), yakni persetujuan World Trade

Organization (WTO) yang mengatur perdagangan jasa, yang terdiri dari enam

bagian dan 29 pasal. Dalam perdagangan jasa di bawah GATS beberapa prinsip World Trade Organization (WTO) tidak diberlakukan secara sangat ketat seperti halnya dalam perdagangan barang. Misalnya prinsip national treatment sebagaimana diatur dalam pasal III GATT, yang mengharuskan para

59

Mochtar Kusumaatmadja. Perjanjian WTO Mengenai Perdagangan Internasional Jasa

(GATS) Dilihat dari Prespektif Negara Berkembang, Seminar Aspek Hukum Perdagangan Jasa

Menurut WTO dan Komitmen Indonesia di Bidang Finansial, Institut Bankir Indonesia, hal 14

60 Masdyn, Makalah Hukum Internasional tentang Perdagangan Jasa, melalui

(29)

anggota World Trade Organization (WTO) memperlakukan secara sama antara produk domestik dengan produk impor.

Untuk menangani persetujuan World Trade Organization (WTO) yang menyangkut perdagangan jasa, dalam struktur organisasi World Trade

Organization (WTO) juga dibentuk Dewan khusus yang menangani masalah

perdagangan jasa, yakni the Council for Trade in Service.61 Dewan World

Trade Organization (WTO) untuk perdagangan jasa memiliki subsidiary

bodies antara lain ebrupa professional service, GATS rules and specific

commitment.62

3. General Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Properties

(TRIPs) yakni kesepakatan di bidang hak kekayaan intelektual.

Perdagangan internasional dalam biang Hak MIlik Intelektual (HKI) merupakan hal yang lazim dan banyak terjadi dalam kehidupan industry modern. Dalam kehidupan industry yang semakin modern diprediksikan bahwa perdagangan HKI akan semakin penting seperti halnya perdagangan barang dan jasa. Perdagangan HKI terjadi melalui berbagai macam lisensi atas berbagai macam HKI. Tujuan pengaturan perdagangan aspek HKI, World

Trade Organization (WTO) membentuk persetujuan khusus tersendiri, yakni

The Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights,

including Counterfeit goods (disingkat TRIPs).63

61 Triyana Yohannes, Op.Cit, hal 98

62 Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO), Jakarta : PT.

Citra Aditya Bhakti, 2004, hal 44

63

(30)

Perlindungan HAKI merupakan isu penting pada tingkat internasional dan dianggap sebagai alat untuk meningkatkan kreativitas dan penciptaan. Karena itu dbentuklah WIPO (World Intellectual Property Organization) untuk merundingkan kesepakatan mengenai perlindungan HAKI. WIPO menghasilkan beberapa konvensi internasional, misalnya Konvensi Paris (1967) tentang Perlindungan tentang Kekayaan Industri dan Konvensi Berne (1971) tentang Perlindungan Terhadap Karya Tulis dan Seni.

TRIPS (Trade Related aspects of Intellectual Property Rights) merupakan perjanjian internasional di bidang HaKI terkait perdagangan. Perjanjian ini merupakan salah satu kesepakatan di bawah organisasi perdagangan dunia atau WTO (World Trade Organization) yang bertujuan menyeragamkan sistem HaKI di seluruh negara anggota World Trade Organization (WTO). HaKI merupakan isu perdagangan baru yang dibahas dalam perundingan perdagangan Putaran Uruguay berlangsung. TRIPS merupakan rejim peraturan HaKI dengan obyek perlindungan paling luas dan paling ketat. Karena merupakan bagian dari World Trade Organization (WTO) maka, pelaksanan TRIPS dilengkapi dengan sistem penegakan hukum serta penyelesaian sengketa.

4. TRIMs (Trade-Related Investment Measures)

(31)

Trade Organization (WTO) dalam hubungannya untuk meningkatkan

investasi dan mencegah proteksi dalam investasi dan perdagangan.

Menurut sistem World Trade Organization (WTO), masalah perdagangan bebas dalam hubungan dengan penanaman modal asing ini terdapat ketentuannya dalam Agreement on Trade Related Invested Measures (TRIMs). TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang menyangkut atau berkaitan dengan perdagangan. Secara umum sesuatu didefinisikan sebagai TRIMs jika peraturan investasi di negara bersangkutan dikaitkan dengan persyaratan yang dapat mempengaruhi perdagangan. Persetujuan ini dimaksudkan untuk memacu perkembangan dan liberalisasi yang progresif perdagangan dunia dan memudahkan arus penanaman modal antarnegara.64 Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk mengurangi atau menghapus kegiatan perdagangan dan meningkatkan kebebasan kegiatan investasi antar Negara. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Kesepakatan TRIMs tidak terlalu membebani negara-negara anggotanya secara signifikan dan tidak menghambat negara anggotanya, khususnya negara berkembang untuk mengatur penanaman modal asing di wilayahnya. Implikasi lainnya dari Kesepakatan TRIMs adalah bahwa kesepakatan tersebut membatasi kewenangan atau kontrol Negara penerima modal terhadap penanaman modal secara langsung. Kesepakatan TRIMs ini harus membantu menciptakan iklim

64

(32)

berusaha yang lebih aman bagi masuknya penanaman modal yang menghambat perdagangan.65

5. Penyelesaian sengketa (Dispute Settlements)

Kesepakatan World Trade Organization (WTO) mengenai penyelesaian sengketa (Understanding on Rules and Procedures Governing

the Settlement of Dispute/ DSU) menandai dimulainya proses yang lebih

terstruktur dan tahap-tahap prosedur yang lebih jelas. Dengan sistem penyelesaian sengketa World Trade Organization (WTO) diharapkan akan diperoleh kestabilan dan perkiraan peraturan perdagangan internasional yang berpihak pada kegiatan bisnis, petani, pekerja dan konsumen dari seluruh dunia. Penyelesaaian sengketa menjadi tanggung jawab Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body/DSB) yang merupakan penjelmaan dari Dewan Umum (General Council/GC). DSB adalah satu-sataunya badan yang memiliki otoritas membentuk panel yang terdiri dari para ahli yang bertugas menelaah kasus.66

Dengan kesepakatan World Trade Organization (WTO), pengaturan penyelesaian sengketa perdagangan internasional telah dilengkapi dengan aturan-aturan yang lebih komprehensif sehingga membentuk suatu sistem yang cukup dapat diandalkan sebagai alat penyelesaian sengketa. Pengaturan yang telah cukup lengkap tersebut telah diperkuat pula dengan kehadiran suatu lembaga

65 H. Gofar Bain, Uruguay Round dan Sistem Perdagangan Masa Depan, Jakarta:

Djambatan, 2001. hal. 86.

66 Lesza Leonardo, Penyelesaian sengketa dalam kerangka WTO, melalui

(33)

penyelesaian sengketa sebagai lembaga permanen dari World Trade Organization (WTO).

Dispute Settlement Understanding (DSU) adalah tulang punggung dari

rejim perdagangan multilateral saat ini. Sistem ini diciptakan oleh para negara anggota World Trade Organization (WTO) pada saat Uruguay Round dengan harapan untuk menciptakan suatu sistem yang kuat dan dapat mengikat semua pihak dalam rangka menyelesaikan sengketa perdagangan dalam kerangka World

Trade Organization (WTO). Dengan sistem penyelesaian sengketa ini juga diharapkan agar Negara anggota dapat mematuhi peraturan-peraturan yang disepakati dalam WTO Agreement. Sistem penyelesaian sengketa ini juga dinilai

sebagai kontribusi unik dari World Trade Organization (WTO) terhadap kestabilan perekonomian global. Sistem penyelesaian sengketa World Trade

Organization (WTO) dibentuk sebagai pembaruan dari sistem penyelesaian

sengketa General Agreement on Tariff and Trade (GATT).67

Dengan sistem penyelesaian sengketa World Trade Organization (WTO) diharapkan akan diperoleh kestabilan dan perkiraan peraturan perdagangan internasional yang berpihak pada kegiatan bisnis, petani, pekerja dan konsumen dari seluruh dunia Sistem penyelesaian sengketa World Trade Organization (WTO) memainkan peran penting dalam mengklarifikasi dan penegakan kewajiban anggota dalam WTO Agreement. Penyelesaian sengketa memang

bukan kegiatan utama dalam kinerja organisasi World Trade Organization

67 Mekanisme penyelesaian sengketa dalam perjanjian WTO sekarang ini intinya

(34)

(WTO), namun penyelesaian sengketa adalah bagian yang sangat penting dalam kenyataan kinerja organisasi. Penyelesaian sengketa World Trade Organization (WTO) juga menjadi perangkat penting dalam manajemen negara anggota World Trade Organization (WTO) dan kaitannya dengan hubungan ekonomi yang

luas.68

Perbedaan mendasar antara penyelesaian sengketa berdasarkan GATT dengan penyelesaian sengketa WTO adalah menyangkut adanya instrument retaliasi dalam WTO. Selama lima puluh tahun keberadaan GATT hanya satu kasus yang disetujui GATT Council untuk dikenakan retaliasi dalam bentuk

suspension of concessions or obligation. Pada era WTO sampai dengan tahun

2010 WTO telah mengotorisasi enam retaliasi.69

1. Penyelesaian sengketa WTO

Lebih jauh tentang perbedaan antara penyelesaian sengketa WTO dengan penyelesaian sengketa GATT dapat dijelaskan dibawah ini:

- Menawarkan suatu sistem penyelesaian sengketa yang diunifikasi untuk sengketa dagang di bawah semua persetujuan WTO

- Complainant (penggugat) memiliki hak untuk mengajukan proses panel.

Tidak ada jalan bagi defendat (tergugat) untuk memblok atau menghalangi litigasi formal pada tahap ini. Beberapa batasan, pengugat mendapat

68

Menurut pasal 3 ayat (7) Dispute Settlement Understanding (DSU), sasaran dan tujuan utama sistem penyelesaian sengketa WTO adalah menjamin penyelesaian yang positif bagi suatu sengketa melalui konsultasi daripada proses pengadilan, jika konsultasi gagal, suatu sengketa dibawa ke panel penyelesaian sengketa WTO. Sedangkan menurut pasal 3 ayat (2) system penyelesaian sengketa WTO bertujuan untuk memelihara hak dan kewajiban negara anggotanya berdasarkan ketentuan-ketentuan yangterdapat di lampiran Persetujuian WTO

69 Zulkain Sitompul, Pemanfaatan Sistem Perdagangan Multilateral Untuk Kepentingan

Indonesia, Makalah disampaikan dalam seminar tentang Pembaharuan Hukum Menuju

(35)

menjamin kekuasaan guna menyusun agenda selama berlangsungnya proses litigasi.

- Kedua belah pihak yang bersengketa bias mengajukan appeal (banding) atas keputusan panel.

- Adopsi atas keputusan final (baik laporan dari panel maupun appellate body atau badan banding dalam sistem penyelesaian sengketa WTO tidak lagi bias di veto oleh pihak tergugat yang kalah.

- Fase implementasi telah dibuat secara lebih terstruktur. Jika Negara yang kalah tidak memenuhi rekomendasi atau keputusan panel, maka penggugat memiliki hak untuk meminta compensation (kompensasi) atau untuk melakukan apa yang disebut sebagai countervailing measures.

2. Penyelesaian sengketa GATT

- Terdiri dari setidaknya delapan struktur yang berbeda terkait dengan sengketa dagang, tergantung pada sifat dari restriksi perdagangan. Fitur GATT ini telah menyebabkan para pihak cenderung menggunakan forum shopping dengan tujuan untuk menemukan lingkungan (forum) penyelesaian yang paling mereka sukai.

(36)

- Adopsi atas keputusan final masih bisa di veto oleh pihak tergugat yang kalah

- Fase implementasi belum terstruktur sebagaimana yanga dibuat oleh WTO.

D. Ruang Lingkup Pengaturan GATT dan WTO

Diluncurkannya putaran (perundingan) Uruguay tahun 1986 membawa angina perubahan terhadap pengaturan penyelesaian sengketa. Dalam perundingan tersebut, penyelesaian sengketa merupakan salah satu subjek agenda pembahasan yang penting. Tujuan dari perundingan mengenai subjek tersebut adalah untuk meningkatkan dan memperkuat aturan-aturan dan prosedur penyelesaian sengketa. Perundingan mencakup pula upaya-upaya untuk mengawasi pelaksanaan putusan yang dikeluarkan.

Selengkapnya mandat penyelesaian sengketa yang dikeluarkan dalam

Deklarasi Punta Del Este (Uruguay) berbunyi sebagai berikut: in order to ensure

prompt and effective resolution of disputes to the benefit of all contracting parties,

negotiations shall aim to improve and strengthen the rules and the procedures of

the dispute settlement process, while recognizing the contribution that would be

made by more effective and enforceable GATT rules and discriplines.

Negotiations shall include the development of adequate arrangement for

overseeing and monitoring of the procedures that would facilitate compliance eith

adopted recommendations (dalam rangka untuk memastikan resolusi yang cepat

(37)

penyelesaian sengketa, sementara mengakui kontribusi yang akan dibuat oleh lebih efektif dan dapat dilaksanakan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) aturan dan discriplines. Negosiasi akan mencakup pengembangan pengaturan yang memadai untuk mengawasi dan memantau prosedur yang akan memfasilitasi kepatuhan eith mengadopsi rekomendasi).

Dalam pembahasan mengenai subjek perundingan ini, terdapat beberapa perkembangan pengaturan sebagai berikut:70

1. Mid-Term Review Montreal

Satu hal penting yang lahir dari perkembangan pengaturan guna memperbaiki penyelesaian sengketa adalah lahirnya kesepakatan dari para anggota World Trade Organization (WTO) mereka sepakat untuk tidak mengambil tindakan sepihak terhadap pihak lainnya yang diduga telah melanggar aturan-aturan perdagangan. Menghadapi kasus demikian, para angoota akan menyelesaikannya melalui system penyelesaian yang ada dan menaati aturan-aturan dan putusan-putusannya.

Upaya ke arah perbaikan yang penting lainnya, antara lain adalah pertemuan Montreal (the Ministerial Mild-Review of the Uruguay Round

Negotiations, Desember 1988). Pada pertemuan menteri di Montreal ini,

mayoritas Negara anggota General Agreement on Tariff and Trade (GATT) menghendaki dipertahankannya prosedur penyelesaian sengketa yang lama du mana Negara tertuntut dapat memblok (memveto) dikeluarkannya suatu keputusan terhadapnya. Veto seperti ini merupakan

70

(38)

suatu katup penyelamat (safety value). Sarana ini pokoknya merupakan dorongan bagi pemerintah untuk ikut serta dalam persidangan-persidangan penyelesaian sengketa. Adanya katup penyelamat ini memberikan jaminan kepada pemerintah yang bersangkutan untuk menarik diri dari persidangan manakala mereka merasa bahwa sesuatu (dalam hal ini keputusan panel) akan merugikannya.

Pertemuan Montreal ini menghasilkan dua kesepakatan penting yaitu :71 a. Pembentukan suatu badan khusus penyelesaian sengketa General

Agreement on Tariff and Trade (GATT), yaitu Dispute Settlement Body (DSB). Fungsi badan ini antara lain adalah mengawasi secara

langsung proses penyelesaian sengketa dalam General Agreement on

Tariff and Trade (GATT).

b. Menetapkan suatu unsur otomatisasi (elements of automaticity). Unsur otomatisasi yang tercakup di dalamnya adalah penetapan jangka waktu untuk setiap tahapan atau proses penyelesaian sengketa, aturan-aturan dan syarat-syarat bagi pembentukan panel dan ketentuan yang memberi wewenang kepada Dirjen World Trade Organization (WTO) untuk memilih para anggota panel apabila para pihak gagal mencapai kata sepakat mengenai komposisi anggota panel dalam kurun waktu yang ditentukan dan pembentukan panel secara otomatis manakalah para pihak gagal mencapai penyelesaian melalui konsultasi dalam jangka waktu 60 hari.

2. Draf Final Act

Perkembangan penting kedua adalah inisiatif Dirjen General Agreement

on Tariff and Trade (GATT), yang pada waktu itu dijabat oleh Arthur

Dunkel. Dalam upayanya mempercepat perundingan putaran Uruguay, beliau menyusun dan mengeluarkan Draft Final Act (DFA). DFA itulah yang menjadi cikal bakal hasil akhir putaran Uruguay. Dalam DFA tersebut, ketentuan mengenai penyelesaian sengketa diletakkan di bawah

71

(39)

Understanding on Dispute Settlement Rules and Procedures

(Understanding). Understanding atau perjanjian memuat hal-hal berikut:72

a. Penetapan waktu untuk setiap proses penyelesaian sengketa

b. Pembentukan badan penyelesaian sengketa (DSB atau Dispute

Settlement Body)

c. Prosedur untuk konsultasi

d. Pembentukan secara otomatis suatu panel apabila para pihak gagal mencapai penyelesaian sengketa melalui onsultasi dalam kurun waktu 60 hari

e. Ketentuan tentang syarat-syarat dan aturan-aturan dan laporan Badan Banding (Appellate Body)

f. Pembentukan badan banding (Appellate Body) untuk meninjau isu-isu hokum (issue of law) dan penafsiran hokum yang terdapat dalam laporan panel.

g. Persyaratan tegas bahwa suatu pihak harus melaksanakan rekomendasi-rekomendasi atau putusan-putusan DSB dalam waktu yang wajar, atau pihak lainnya dapat secara otomatis diberi wewenang untuk mengambil tindakan balasan (retaliasi). Pihak yang dikalahkan disyaratkan untuk melaksanakan laporan atau putusan panel atau DSB dalam jangaka waktu 30 hari setelah pengesahan

h. Suatu kewajiban spesifik yang mensyaratkan bahwa para pihak harus mengikuti aturan-aturan dan prosedur-prosedur DSB serta larangan melakukan tindakan sepihak.

3. Perubahan Draft Final Act

Perubahan yang terdapat dalam Draft Final Act tahun 1991 di atas diterapkan secara khusus terhadap pengaturan penyelesaian sengketa yang terdapat dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947. Perubahan ketiga yang berlangsung dalam proses perundingan yang dilaksanakan antara Januari 1992 dengan Desember 1993, telah memperluas memberlakuan system penyelesaians engketa tersebut (DFA) terhadap seluruh perjanjian yang berada di bawah WTO. Dengan perluasan ini, system penyelesaian sengketa menjadi berlaku terhadap

72

(40)

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan perjanjian di bidang

barang (WTO), perjanjian di bidang perdagangan jasa (GATT), perjanjian perdagangan yang terkait dengan hak atas kekayaan intelektual (HaKI/TRIPS), serta perjanjian-perjanjian yang tergolong dalam

Plurilateral Trade Agreement yang terdapat dalam lampiran, keseluruhan

perjanjian tersebut, di luar Plurilateral Trade Agreement disebut dengan

Covered Agreement.

4. Dispute Settlement Understanding

Dengan dimaksukkannya perubahan ketiga inilah, kemudian tercapai perjanjian akhir atau Final Act Putaran Uruguay. Pengaturan mengenai mekanisme penyelesaian sengketa General Agreement on Tariff and Trade (GATT) diatur dalam the Understanding on Rules and Procedures

Governing the Settlement of Dispute (the Dispute Settlement

Understanding/DSU) yang diterapkan pada bulan April 1994. DSU ini

berada dalam Annex 2 dari the Agreement Establishing the WTO (Perjanjian WTO). Berdasarkan pasal 2 perjanjian World Trade

Organization (WTO). Artinya, kekuatan mengikat perjanjian ini sama

dengan perjanjian utama (pokok)nya yaitu perjanjian World Trade

Organization (WTO).

(41)

(Dispute Settlement Body atau Badan Penyelesaian sengketa), Appellate

Body (Badan Banding) dan Arbitrase. Badan yang paling berperan dalam

proses penyelesaian sengketa adalah DSB. DSB sendiri pada hakikatnya tidak lain adalah General Council (dewan umum), yaitu salah satu badan kelengkapan utama World Trade Organization (WTO).

DSB ini mempertegaskan bahwa membedakan proses penyelesaian sengketa dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan

World Trade Organization (WTO). Dalam General Agreement on Tariff

and Trade (GATT), penyelesaian akhir suatu sengketa ditentukan oleh

suatu badan tersendiri yang khusus diberi berwenang untuk menyelesaikannya. Jadi, setiap kasus terdapat badan sendiri. Dalam World

Trade Organization (WTO), badan tersebut sudah ada dan permanen

sifatnya, yaitu DSB. Begitu pula dalam World Trade Organization (WTO), sekarang ini sudah terdapat aturan dan syarat-syarat yanga sifatnya standar yang digunakan oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketanya. Perjanjian Putaran Uruguay mengenai penyelesaian sengketa ini memuat 128 paragraf yang dikelompokkan dalam 27 pasal. Keseluruhan paal ini pada prinsipnya memuat berbagai aturan yang merupakan perbaikan dari prosedur penyelesaian sengketa General

Agreement on Tariff and Trade (GATT). Perbaikan yang penting lainnya

(42)

World Trade Organization (WTO) mengatur juga tentang perlakuan

berbeda dan khusus yang ditujukan bagi negara-negara sedang berkembang yang menjadi anggotanya73. Bahkan hampir semua persetujuan World Trade

Organization (WTO) mengandung ketentuan tentang special rights (differential

and more favourable) bagi negara-negara sedang berkembang anggota WTO.74

Sekretariat World Trade Organization (WTO) telah mengklasifikasi 6 tipologi yang menjelaskan tujuan dari Special and Differential Treatment (S&D

Treatment), yaitu75, pertama, ketentuan yang bertujuan untuk meningkatkan peluang perdagangan bagi anggota negara berkembang. Ketentuan ini mencakup semua tindakan yang dilakukan oleh negara-negara anggota dalam rangka meningkatkan peluang-peluang perdagangan bagi negara berkembang. Untuk maksud ini ada beberapa ketentuan yang tersebar dalam 4 persetujuan (pertanian, tekstil dan pakaian jadi, perdagangan jasa, dan Enabling Clause), yang dapat dimanfaatkan oleh negara anggota.76

Kedua, ketentuan di mana negara anggota World Trade Organization

(WTO) harus melindungi kepentingan Developed Countries (DCs). Ketentuan ini adalah memuat tindakan yang dapat dilakukan oleh negara anggota, atau tindakan yang dapat dihindarkan oleh negara anggota agar kepentingan negara berkembang dapat terlindungi. Ketiga, fleksibilitas komitmen, tindakan dan penggunaan

diakses tanggal 1 April 2016

74 Y. Triyana, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Catatan Kuliah

Pascasarjana Hukum Bisnis, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2009, hal 11

76 Pada waktu Putaran Tokyo (1979) berakhir, negara-negara sepakat mengeluarkan

putusan mengenai pemberian perlakuan yang lebih menguntungkan dan partisipasi yang lebih besar bagi negara sedang berkembang dalam perdagangan dunia. Inilah yang disebut dengan

(43)

instrumen kebijakan. Ketentuan ini terkait dengan tindakan negara berkembang yang dapat dilakukan melalui exception (pengecualian) dari disiplin yang harus diterapkan oleh negara-negara anggota secara umum. Keempat, periode waktu transisi. Ketentuan ini berhubungan dengan pengecualian ikatan waktu dari disiplin yang secara umum diterapkan. Kelima, bantuan teknis. Mengenai bantuan teknis, negara maju telah sepakat untuk memberikan bantuan teknis kepada negara berkembang dan terbelakang. Hal ini dilakukan karena level of development tiap negara anggota World Trade Organization (WTO) berbeda. Dan keenam, ketentuan yang berhubungan dengan Least-Developed Countries (LDCs). Ketentuan ini penerapannya terbatas hanya bagi negara terbelakang sesuai dengan kriteria PBB.

Dalam lingkupan yang lebih luas sebelumnya, telah ada instrumen yang

mengatur prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan aturan permainan dalam

perdagangan internasional dibidang jasa dibawah payung World Trade Organization

(WTO). Instrumen tersebut adalah General Agremeent Tarrif on Service (GATS).

Pengaturan mengenai kerangka perjanjian GATS ini terdapat dalam Annex 1b dari

Piagam World Trade Organization (WTO). Aturan dalam Annex 1b tersebut tidak

terpisahkan dari Piagam World Trade Organization (WTO) itu sendiri.

Pengaturan penyelesaian sengketa World Trade Organization (WTO) terdapat dalam Understanding on Rules and Procedures Governing the Setllement

of Disputes (disebut juga Dispute Setllement Understanding-DSLI), yakni salah

satu dari perjanjian dalam naungan World Trade Organization (WTO) Agreement. Dalam perjanjian ini ditegakkan kembali bahwa Negara-negara anggota World

(44)

prinsip-prinsip penyelesaian sengketa GATT sebagaimana terdapat dalam Pasal XXII dan XXIII General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947.

Dispute Settlement Body dibentuk oleh WTO Agreement dan berfungsi

melaksanakan peraturan-peraturan dan prosedur mengenai konsultasi dan penyelesaian sengketa, termasuk juga perjanjian-perjanjian terkait jika tidak ada pengaturan lain. Oleh karena itu Dispute Settlement Body (DSB) berwenang membentuk panel (sekelompok ahli yang akan memeriksa persoalan yang disengketakan), menerima laporan panel dan juga badan baru yakni Lembaga Banding, mengawasi implementasi putusan dan rekomendasi dan menguasakan penangguhan konsesi serta kewajiban-kewajiban lain dalam perjanjian yang terkait.77

Dalam liberalisasi perdagangan jasa melalui kerangka World Trade

Organization (WTO), sistem penyelesaian sengketa diatur dalam Pasal XXIII

GATS.78

77 Hata, Op.Cit, hal 168

78 Pasal XXIII GATS ayat (1) “Dispute Settlement and Enforcement “ , “If any Member

should consider that any other Member fails to carry out its obligations or specific commitments under this Agreement, it may with a view to reaching a mutually satisfactory resolution of the matter have recourse to the DSU.”

Dalam liberalisasi perdagangan jasa melalui kerangka World Trade

Organization (WTO), sistem penyelesaian sengketa diatur dalam Pasal XXIII

GATS.Dalam ketentuan GATS, suatu putusan disahkan berdasarkan konsensus, yang

berarti tidak ada keputusan jika terdapat keberatan dari suatu negara. Di bawah

ketentuan World Trade Organization (WTO), putusan secara otomatis disahkan

kecuali ada konsensus untuk menolak hasil putusan, dengan mekanisme ini maka

negara yang ingin menolak suatu hasil putusan harus melobi seluruh anggota World

Referensi

Dokumen terkait

Para pihak dalam sengketa internasional dapat saja menyelesaikan sengketa yang terjadi di antara mereka ke badan peradilan internasional seperti International Court of

Dalam tempo tiga puluh hari sejak diterimanya laporan panel, anggota yang bersangkutan akan diberi waktu yang pantas untuk melakukannya.akan tetapi berbeda dengan system GATT,

Kedua, Perkembangan perdagangan internasional merupakan hubungan perdagangan lintas negara yang tertib dengan rezim GATT/ WTO Ketiga, Perbandingan sistem penyelesaian

Winarta, Frans Hendra, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia dan Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2013. Yerxa, Rufus dan Bruce Wilson, ed, Key Issues

Sejarah Singkat World Trade perubahan besar dan memberikan hasil Organization yang nyata bagi sistem perdagangan dunia, dalam putaran ini substansi perundingan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti bagaimana World Trade Organization (WTO) sebagai organisasi yang bergerak dalam regulasi perdagangan internasional

pihak menyelesaikan sengketanya melalui cara-cara penyelesaian sengketa yang dikenal dalam hukum (perdagangan) internasional, yakni negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase,

Kemudian aturan-aturan dalam GATT 1947 diintegrasikan ke dalam sistem WTO, yang tidak hanya mengatur perdagangan barang, tetapi juga perdagangan jasa, masalah hak milik intelektual, dan