• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Usaha Tambak Kepiting Bakau (Scylla serrata) dan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Finansial Usaha Tambak Kepiting Bakau (Scylla serrata) dan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Kepiting Bakau (Scylla serrata)

Di Indonesia dikenal ada 2 macam kepiting sebagai komoditi perikanan yang diperdagangkan/komersial ialah kepiting bakau atau kepiting lumpur, dalam perdagangan internasional dikenal sebagai “Mud Crab” dan bahasa latinnya Scylla

serrata. Kepiting bakau ditangkap dari perairan estuaria yaitu muara sungai,

saluran dan petak-petak tambak di wilayah hutan bakau dimana binatang ini hidup dan berkembangbiak secara liar. Kepiting bakau lebih suka hidup diperairan yang relatif dangkal dengan dasar berlumpur, karena itu juga disebut kepiting berlumpur (Mud Crab) (Kanna, 2002). Gambar morfologi kepiting bakau dapat dilihat pada Gambar 2.

(2)

Kingdom : Animalia Phillum : Anthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili : Portunidae Genus : Scylla

Spesies : Scylla serrata

Kepiting Bakau (Scylla serrata) mempunyai ciri-ciri morfologi yaitu memiliki ukuran lebar kerapas lebih besar dari pada ukuran panjang tubuhnya dan permukaannya agak licin. Pada dahi antara sepasang matanya terdapat enam duri disamping kanan dan kirinya masing-masing sembilan duri. Kepiting jantan memiliki capit yang dapat mencapai dua kali lipat dari pada panjang kerapasnya. Sedangkan kepiting bakau betina relatif lebih pendek. Selain itu, kepiting bakau juga memiliki tiga pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang. Kepiting bakau jantan ditandai dengan abdomen bagian bawah berbentuk segitiga meruncing sedangkan kepiting bakau betina, bentuk abdomennya melebar (Kasry, 1996).

Deskripsi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

Ikan kakap putih mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Ikan kakap putih (Lates

calcarifer, Bloch), merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang

(3)

pertumbuhannya yang relatif cepat, mudah dipelihara dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga menjadikan ikan kakap putih cocok untuk usaha budidaya skala kecil maupun besar, selain itu telah terbukti bahwa ikan kakap putih dapat dibudidayakan di tambak air tawar maupun laut euryhaline (Meade, 1989). Gambar morfologi ikan kakap putih (L.calcarifer) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kakap Putih (Lates calcarifer)

Kingdom : Animalia Phillum : Chordata Kelas : Pisces

Ordo : Percomorphi Famili : Centroponidae Genus : Lates

Species : Lates calcarifer

(4)

bagian punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap, mata berwarna merah cemerlang. mulut lebar, sedikit serong dengan geligi halus bagian atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi, sirip punggung berjari-jari keras 3 dan lemah 7-8, dan sedangkan bentuk sirip ekor bulat (Sudrajat, 2008).

Tambak Perikanan

Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol (UU No. 31/2004). Kegiatan-kegiatan yang umum termasuk di dalamnya adalah budidaya ikan, budidaya udang, budidaya tiram dan budidaya rumput laut (alga). Di Indonesia, budidaya perairan dilakukan melalui berbagai sarana. Kegiatan budidaya yang paling umum dilakukan di kolam (empang), tambak, tangki, karamba, serta karamba apung (Romadon dan Endah, 2011).

Definisi tambak atau kolam adalah badan air yang berukuran 1 m2 hingga 2 ha yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara alami atau buatan manusia. Tambak atau kolam cenderung berada pada lahan dengan lapisan tanah yang kurang porus. Istilah kolam biasanya digunakan untuk tambak yang terdapat di daratan dengan air tawar, sedangkan tambak untuk air payau atau air asin merupakan salah satu fungsi tambak bagi ekosistem perairan adalah terjadinya pengkayaan jenis biota air. Bertambahnya jenis biota tersebut berasal dari pengenalan biota-biota yang dibudidayakan (Garno, 2004).

(5)

(akuakultur). Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, kepiting serta kerang. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu, walaupun sebenarnya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya (Nasution, dkk., 2005).

Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi: tambak intensif, tambak semi intensif, dan tambak tradisional. Perbedaan dari ketiga jenis tambak tersebut terdapat pada teknik pengelolaan mulai dari padat penebaran, pola pemberiaan pakan, serta sistem pengelolaan air dan lingkungan. Hewan yang dibudidayakan dalam tambak adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang (Norton and Jeffrey, 1993).

Menurut Wardany (2007), terdapat 3 sistem budidaya ikan, yaitu: 1. Sistem Budidaya Tradisional

(6)

alamiah, pemberantasan hama juga tidak dilakukan, akibatnya produktivitas semakin rendah.

2. Sistem Budidaya Semi-Intensif

Petakan tambak pada sistem budidaya semi-intensif memiliki bentuk yang lebih teratur dengan maksud agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya. Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1 ha sampai 3 ha per petakan. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran air (outlet) yang terpusat untuk pergantian air, penyiapan kolam sebelum ditebari benih, dan pemanenan. Pakan ikan masih dari pakan alami yang didorong pertumbuhannya dengan pemupukan. Tetapi selanjutnya perlu diberi pakan tambahan berupa ikan-ikan rucah dari laut, rebon, siput-siput tambak, dicampur dengan bekatul (dedak halus).

3. Sistem Budidaya Intensif

Petakan tambak pada sistem budidaya intensif dilakukan dengan teknik canggih dan memerlukan masukan (input) biaya yang besar. Petakan umumnya kecil 0,2-0,5 ha per petakan dengan tujuan agar lebih mudah dalam pengelolaan air dan pengawasannya. Makanan sepenuhnya tergantung dari makanan yang diberikan dengan komposisi yang ideal bagi pertumbuhan. Tambak diberi aerasi (dengan kincir atau alat lain) untuk menambah kadar oksigen dalam air. Pergantian air dilakukan sangat sering yaitu minimal 1 kali setiap minggu dan biasanya dengan menggunakan pompa, agar air menjadi bersih tidak menjadi kotor oleh sisa-sisa makanan dan kotoran ikan yang padat itu.

(7)

perikanan budidaya secara total pada tahun 1996 berjumlah 733.095 ton dan meningkat menjadi 1.076.750 ton pada tahun 2001. Produksi perikanan budidaya tersebut diperoleh dari areal budidaya seluas (kotor) 555.835 ha pada tahun 1996 dan meningkat menjadi 674.670 ha pada tahun 2001, dengan luas air sebesar 492.879 ha pada tahun 1996 dan meningkat menjadi 568.421 ha pada tahun 2001 (Nasution, dkk., 2005).

Kegiatan Usaha Tambak Ikan

Adanya kebutuhan tinggi akan pemukiman dan peningkatan kegiatan ekonomi seperti permintaan yang tinggi terhadap komoditas perikanan tambak, terjadilah alih fungsi atau konversi daerah pesisir menjadi tambak. Pada waktu relatif singkat, terjadi perubahan lingkungan pesisir dari wilayah mangrove menjadi areal tambak. Sesungguhnya mangrove memiliki berbagai macam manfaat ekonomis dan manfaat ekologis. Secara ekonomis mangrove berperan menyediakan berbagai macam kebutuhan manusia seperti penyedia kayu bakar, bahan bangunan, peralatan rumah tangga serta manfaat non fisik seperti olah raga, rekreasi dan lainnya. Hutan mangrove memiliki manfaat ekologis sebagai perlindungan bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan; berfungsi sebagai daerah pemijahan (spawning grounds) dan daerah pembesaran (nursery grounds) berbagai jenis ikan udang, kerang-kerangan dan spesies lainnya (Suzana, dkk., 2011).

(8)

bervariasinya daya dukung dan tingkat kesesuaian lahan pada setiap hamparan tidak sama. Selain itu ketersediaan komoditas untuk mencapai optimalisasi produksi masih dihadapkan pada masalah pemasaran hasil dan keterbatasan jumlah produksi. Teknologi budidaya tambak pada dasarnya adalah merupakan teknologi terapan, kendati demikian keberhasilan penerapan teknologi dilapangan ditentukan oleh tingkat penguasaan terhadap faktor-faktor produksi yaitu meliputi wadah tempat budidaya/tambak, media budidaya/air, organisme budidaya, ketersediaan pakan, benih dan teknologi pengolahan lahannya (Ruchmana, 2013).

Budidaya ikan adalah usaha yang dimulai dengan pemeliharaan nener yang bertujuan untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi. Teknologi pembudidayaan ikan dapat dibagi menjadi 4, yaitu ekstensif (kepadatan 2000-3000 ekor/ha), tradisional plus (kepadatan 4000-6000 ekor/ha), semi-intensif (kepadatan 8000-12000 ekor/ha) dan intensif (kepadatan > 20000 ekor/ha). Kedalaman air pada masing-masing teknologi secara berurutan adalah 50 cm, 80 cm, 100 cm, dan 120 cm. Pada budidaya ekstensif, seluruh suplai makanan mengandalkan pakan alami, sedangkan pada tradisional plus suplai makanan berupa pakan alami ditambah pelet atau dedak halus. Untuk semi-intensif dan intensif sebagian besar menggunakan pakan buatan (Reksono, dkk., 2012).

Menurut Ruchmana (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pemeliharaan ikan di tambak adalah sebagai berikut :

a. Tenaga Kerja

(9)

dua kelompok tenaga kerja yaitu tenaga kerja biasa (kasar) dan tenaga kerja khusus (ahli).

b. Lahan Tambak

Besar kecil lahan termasuk factor yang mempengaruhi produksi tambak ikan. Ukuran tambak yang besar menjadikan jumlah ikan yang dibudidayakan juga semakin banyak sehingga produksi ikan pun semakin besar. Luas lahan yang tidak sebanding dengan jumlah ikan akan mengakibatkan kondisi ikan menjadi tidak sehat.

c. Benih

Benih sangat erat kaitannya dengan kualitas ikan. Sejak awal kualitas benih harus diperhatikan dimana benih dipilih melalui proses seleksi dengan ketat. Benih harus benar-benar sehat sehinngga dapat tumbuh dan berkembang menjadi besar dan pada saatnya siap untuk dipanen. Benih yang kurang baik akan mudah terserang penyakit dan dampak terburuk adalah benih mati sebelum dewasa. Hal ini jelas akan sangat mengurangi jumlah produksi ikan.

d. Pakan Tambahan

(10)

e. Pupuk

Pemupukan tambak dilakukan untuk menumbuhkan makanan alami ikan. Hal ini penting karena selain memperoleh makanan tambahan ikan yang dipelihara dalam tambak tersebut akan memperoleh makanan alami, misalnya klekap (lab-lab), lumut dan fitoplankton. Jenis pupuk yang sering digunakan adalah dedak kadar, bungkil kelapa, pupuk kandang, kompos, TSP, dan urea.

Analisis Kelayakan Usaha Tambak Analisis Ekonomi

Usaha perikanan dapat didefenisikan sebagai setiap organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan perikanan. Analisis usaha perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan berlangsung. Dalam analisis usaha perikanan komponen yang digunakan adalah biaya produksi, penerimaan usaha, dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan (Ruslan, 2004).

(11)

oleh harga, produksi, luas lahan, dan biaya usaha tani (Annisa dan Lamursa, 2014).

Komponen biaya akan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan faktor–faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya operasional adalah sejumlah dana yang dikeluarkan agar proses produksi berlangsung. Biaya investasi yang diperhitungkan dalam cashflow terdiri dari : biaya investasi awal yang dikeluarkan pada tahun ke satu dan biaya reinvestasi yang muncul pada saat proyek berjalan. Biaya investasi awal terdiri atas biaya investasi pembuatan tambak serta biaya investasi perlengkapan (Rubiana, 2010).

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proyek berjalan. Biaya ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel, biaya operasional dikeluarkan pada tahun kesatu sampai tahun tujuh. Pada tahun pertama biaya operasional yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan tahun ke dua sampai tahun ke tujuh. Hal ini disebabkan karena periode awal digunakan untuk melakukan investasi pembuatan tambak, pada tahun itu skala produksi masih kecil (Romadon dan Endah, 2011).

(12)

variabel terdiri dari gaji/upah karyawan, biaya pakan, pembelian benih ikan kakap, biaya angkut benih, obat-obatan, bonus karyawan, bahan bakar minyak, dan isi ulang oksigen (Rubiana, 2010).

Analisis Finansial

Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif usaha pembesaran kepiting bakau dan ikan kakap putih pada tambak. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria– kriteria penilaian investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback period. Untuk menganalisis dengan empat kriteria tersebut, digunakan arus kas (cashflow) untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama umur proyek (Reksono, dkk., 2012).

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang dari

manfaat dengan nilai sekarang dari biaya. NPV ini dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang timbul oleh investasi. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan yang merupakan perbandingan atau rasio jumlah bersih sekarang yang negatif. Internal Rate of

Return (IRR) merupakan tingkat discount rate (suku bunga) yang menjadikan

NPV suatu proyek sama dengan nol. IRR menggambarkan kemampuan suatu proyek mendapatkan tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan selama proyek berlangsung (Wardany, 2007).

(13)

Setelah diketahui pajak maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Kriteria investasi akan menunjukkan layak tidaknya usaha dari sisi finansial. Untuk mencari batas maksimal suatu perubahan sehingga dengan batas tersebut usaha masih dikatakan layak maka analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value perlu dilakukan (Perdana, 2008).

Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) adalah meneliti suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Bagaimana sensitivitasnya manfaat sekarang (nilai bersih) suatu proyek pada tingkat nilai ekonomi atau pada harga finansial, atau terhadap rasio perbandingan manfaat dan investasi atau terhadap biaya-biaya pelaksanaan yang terus meningkat, terhadap penurunan harga-harga, terhadap perpanjangan periode waktu pelaksanaan). Pada bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat beberapa masalah utama yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan dan hasil (Dolorosa, dkk., 2014).

Gambar

Gambar 2. Morfologi Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Gambar 3. Kakap Putih (Lates calcarifer)

Referensi

Dokumen terkait

• Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Ditjen Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas. tanah yang pada tahun

142 Lampiran 21 Hasil Peramalan Metode Exponential Smoothing dengan alpha=0.1...143 Lampiran 22 Hasil Peramalan Metode Exponential Smoothing dengan alpha=0.2...144 Lampiran

 Board mikrokontroler jenis Arduino Uno yang terhubung dengan modul sensor IR, PIR, RFID reader, saklar tekan, dan buzzer.  Relay 5V yang terhubung dengan power

Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik yang sangat pesat seperti perubahan suara, tumbuhnya bulu pada tubuh bagian tertentu, tumbuhnya jakun pada pria, mulai membesarnya

Battery back up yang digunakan pada sistem ini adalah sebuah powerbank dengan kapasitas 10.000mAh, yang berfungsi sebagai cadangan listrik untuk menghidupkan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada

Hambatan apa saja yang dialami oleh Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata TWI dalam meningkatkan pengunjung wisata.. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana

Pada sebuah ruangan steril dibutuhkan sebuah alat pengukur untuk mengambil sample udara yang berada di dalam ruangan tersebut dengan menggunakan sebuah alat yang bernama air