• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack.) Berumur 5, 10 dan 15 Tahun di Kebun Begerpang Estate PT.PP. London Sumatra Indonesia Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack.) Berumur 5, 10 dan 15 Tahun di Kebun Begerpang Estate PT.PP. London Sumatra Indonesia Tbk"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen minyak sawit urutan kedua di dunia setelah Malaysia yang menguasai sekitar 85% pangsa pasar dunia. Pada saat ini, tanaman kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan andalan negara Indonesia karena dapat menghasilkan devisa negara yang cukup besar yang memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat (Fauzi et al., 2002).

Menurut Direktorat Jendral Perkebunan (2012) produksi minyak sawit di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 produksi minyak sawit mencapai 12.477.752 ton meningkat lagi menjadi 13.872.602 ton pada tahun 2009 dan terus meningkat menjadi 14.038.148 ton pada tahun 2010 dan pada tahun 2012 mencapai 14.788.270 ton. Sektor minyak kelapa sawit Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini terlihat dari total luas areal perkebunan kelapa sawit yang terus bertambah yaitu menjadi 7,3 juta hektar pada tahun 2009 dari 7,0 juta hektar pada tahun 2008. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang

menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012).

(2)

dari 85% keseluruhan areal perkebunan karet, kakao dan teh berada pada tahap menghasilkan. Perkebunan kelapa sawit merupakan lahan usaha Lonsum terbesar, dengan luas areal 41.870 hektar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara seluas 27.359 hektar merupakan kebun produktif dengan prasarana yang sudah tertata rapi dan lahan seluas 9.277 hektar sebagian besar merupakan perkebunan kelapa sawit yang baru mulai matang dalam berbagai tahap pengembangan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur (http://www.londonsumatra.com, 2013).

Perkembangan harga ekspor yang terus meningkat dan semakin membaik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit cukup potensial untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan volume ekspor minyak sawit pada tahun 2009 menjadi 9,5 juta ton dengan nilai US $ 5,7 milyar terjadi penurunan di tahun 2010 sebesar 9,4 juta ton dengan nilai US $ 7,6 milyar dan menurun lagi di tahun 2011 sebesar 8,4 juta ton dengan nilai US $8,7 milyar. Volume ekspor yang menurun setiap tahunnya dapat disebabkan oleh berbagai faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012).

(3)

Dari data sekunder yang diperoleh bahwa pada kebun Begerpang Estate PT.PP. London Sumatra Indonesia, Tbk yang terletak di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 produksi kelapa sawit mencapai produksi tertinggi dari 10 tahun terakhir yakni sebesar 114,489 ton dengan luas lahan tanaman menghasilkan (mature) 4.852,6 ha dan data curah hujan menunjukkan jumlah curah hujan 1.801 mm/tahun dan jumlah hari hujan 100 hari hujan/tahun. Sedangkan pada tahun 2008 produksi kelapa sawit sebesar 101,725 ton dengan luas lahan tanaman menghasilkan 4.915,9 ha dan data curah hujan menunjukkan jumlah curah hujan 1.637 mm/tahun dan jumlah hari hujan 86 hari hujan/tahun. Pada tahun 2010 produksi kelapa sawit sebesar 102,306 ton dengan luas lahan tanaman menghasilkan 4.649,4 ha dan data curah hujan menunjukkan jumlah curah hujan 1.576 mm/tahun dan jumlah hari hujan 88 hari hujan/tahun.

Hujan berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit. Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan penyebaran hujan sepanjang tahun merata (Siregar et. al, 2006). Tinggi rendahnya curah hujan dapat dilakukan sebagai evaluasi produksi untuk tahun-tahun ke depan. Kondisi iklim sangat memegang peranan penting karena mempengaruhi potensi produksi. Tiap daerah mempunyai iklim yang berbeda-beda sehingga potensi produksinya juga berbeda-beda pula. Pengaruh iklim merupakan faktor alami sehingga seolah-olah tidak dapat diubah, namun pada kondisi tanah sampai tingkat tertentu dapat dikendalikan dengan pendekatan teknologi sehingga masih dapat diharapkan mendukung peningkatan produktivitasnya (Risza, 1994).

(4)

yang mempengaruhi fluktuasi produksi adalah sebagai berikut: 1) Dua puluh empat bulan setelah kemarau panjang (bulan kering) bunga jantan lebih banyak daripada bunga betina; 2) Sebelas bulan setelah bulan kering, bunga-bunga berguguran atau abortus; dan 3) Enam bulan setelah bulan kering, buah abortus.

Menurut Risza (2009) produktivitas tanaman kelapa sawit juga bergantung pada komposisi umur tanaman. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman ini berubah setiap tahunnya sehingga berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas per hektar per tahunnya. Produksi TBS yang dihasilkan akan terus bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai produksi yang optimal dan maksimal pada saat tanaman berumur 9–14 tahun, dan setelah itu produksi TBS yang dihasilkan akan mulai menurun. Umumnya, tanaman kelapa sawit akan optimal menghasilkan TBS hingga berumur 25–26 tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi fluktuasi TBS yang dihasilkan tanaman kelapa sawit adalah umur tanaman.

Dalam Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun. Menurut Pahan (2008) produksi optimal dapat dicapai saat rata-rata umur tanaman 15 tahun. Acuan penentuan batasan umur 15 tahun didasarkan pada umur 15 tahun akan tercapai produksi puncak. Kondisi ini berpengaruh pada BJR kebun sehingga faktor umur tanaman sangat mempengaruhi produksi TBS yang dihasilkan tanaman kelapa sawit.

(5)

produksi kelapa sawit. Pemahaman terhadap pengaruh unsur cuaca dan umur tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit sangat diperlukan sebagai dasar untuk memprediksi dan evaluasi terhadap produktivitas TBS kelapa sawit. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) pada tanaman berumur 5, 10 dan 15 tahun di kebun Begerpang Estate PT.PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) pada

tanaman berumur 5, 10 dan 15 tahun di kebun Begerpang Estate PT.PP. London Sumatra Indonesia, Tbk.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi

keduanya terhadap produksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) pada tanaman berumur 5, 10 dan 15 tahun di kebun Begerpang Estate PT.PP. London Sumatra Indonesia, Tbk.

Kegunaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Those research questions arewhat kind of the functions of speech applied by the English teacher in classroom interaction at SMK Negeri 3 Banjarmasin, andwhat are

Untuk mengubah Surat Permintaan, klik Choose File dan pilih kembali Surat Permintaan yang sesuai.. Klik Upload File

Dengan dilaksanakannya program Subsidi Angkutan Barang Tol Laut pada enam (6) rute/trayek non-komersil pada tahun 2016 akan menurunkan disparitas harga dan meningkatkan

Pada penulisan ilmiah ini dijelaskan langkah-langkah membuat sabuah rancangan aplikasi pendaftaran kursus yang diadakan oleh lembaga kursus Avosta Course dengan menggunakan bahasa

Dan juga perancangan di perusahaan, biasanya dari kabel jaringannya sudah diberi kode namun masih banyak juga kabel jaringan dari client lain yang masih blank atau tidak diberi

Digunakan untuk mengukur berat Alumunium Profil, piston bekas, TiB (Titanium Boron) yang akan digunakan dalam proses pelebutan.. Timbangan tersebut dapat dilihat pada

Melihat tersebarnya anggota HAPI di seluruh wilayah indonesia, yang terstruktur dalam DPP (Dewan Pimpinan Pusat), DPD (Dewan Pimpinan Daerah) dan DPC (Dewan Pimpinan Cabang),

5.Masih didapati ketidaksesusaian realisasi antara capaian indikator kinerja program dan kegiatan yang dilaksanakan SKPD dengan rencana program dan kegiatan prioritas daerah