BAB II
LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN MARAH HALIM CUP
2.1 Mengenal Sosok Marah Halim Harahap
Pria dari Tabusira6, Tapanuli Selatan ini, lahir pada 28 Februari 1921. Tahun
1967 Marah Halim dilantik menjadi Gubernur Sumatera Utara. Dia menjadi Gubernur
menggantikan P.R. Telaumbanua7
Setelah lulus sekolah dasar, Marah Halim, anak keempat dari enam
bersaudara, sesungguhnya ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah MULO (sekolah
menengah) di Padang Sidempuan. Namun ini semua terkendala karena kemampuan
orangtua yang terbatas. ‘Marsaba di huta
. Orangtua Marah Halim adalah petani biasa.
Ayahnya, Jabbar Harahap adalah seorang petani yang mengusahakan sawah dan
ladang sebagaimana umumnya penduduk kampong Tabusira. Ayahnya adalah
penduduk biasa, tetapi Marah Halim sewaktu kecil adalah seorang anak yang luar
biasa. Di kampungnya memang terdapat sekolah rakyat yang dibangun swadaya oleh
penduduk tetapi kelas tertinggi hanya sampai kelas tiga.
8
6
Tabusira, suatu kampung kecil di Padang Sidempuan yang letaknya dekat dengan perbatasan Sipirok. Dari kampung ini terpapar dibawah sebuah lembah yang indah yang ditengahnya mengalir sungai Aek Batang Tura yang menjadi hulu terjauh dari sungai Barumun. Lembah ini sungguh sangat subur, karena iklim campuran antara berhawa panas (dari Padang Lawas) dan berhawa dingin (dari Sipirok).
7
Telaumbanua lahir di Gunung Sitoli, 30 September 1919. Menyelesaikan pendidikan pada H.I.S. di Sigumpolon, Tarutung dan pendidikan MULO juga di Sigumpolon dan H.I.K. di Solo, Jawa Tengah dan Sekolah Pendeta di Gunung Sitoli, Nias. Ia terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara pada tahun 1965-1967. Telaumbanua tutup usia pada 16 Februari 1987.1
8
Marsaba di Huta ialah Bahasa Suku Batak Angkola yang berarti bersawah di kampung tidak berminat, bersekolah yang lebih
11
lalu jalan keluarnya apa?’. Mungkin kegalauan ini menjadi beban pemikiran
tersendiri bagi Marah `Halim. Lantas, Marah Halim terpikir untuk merantau ke Deli
(maksudnya Medan). Pemahaman ini muncul karena Marah Halim sudah banyak
berinteraksi dengan pemuda-pemuda sebaya di luar kempungnya. Pada masa itu,
sudah banyak anak-anak Padang Sidempuan, anak-anak Sipirok dan juga anak-anak
Pargarutan yang telah berhasil di Pematang Siantar dan di Medan. Marah Halim
kemudian bersiap-siap hijrah ke Medan untuk menyusul abangnya nomor dua,
Sjamsoedin yang telah duluan merantau ke Tanah Deli.
Dengan bekal ijazah sekolah dasar, Marah Halim siap rohani dan jasmani
untuk memulai perantauan ke Medan. Dari Sipirok, Marah Halim menumpang bis
Sibualbuali menuju Padang Sidempuan dan dengan bis yang sama dari Padang
Sidempuan menuju Sibolga, lalu Tarutung dan hingga tiba di Pematang Siantar.
Marah Halim tidak sampai ke Medan hanya di Pematang Siantar. Di kota ini Marah
Halim diterima bekerja di perkebunan. Namun sebagai juru tulis bukanlah bakatnya,
karena boleh jadi Marah Halim terbiasa memegang pangkur sejak kecil di
kampungnya. Kemudian sejak pendudukan Jepang, Marah Halim melanjutkan
perantauan ke Medan. Namun situasi Kota Medan saat itu secara sosial ekonomi
tengah memburuk. Di Medan, Marah Halim tinggal bersama abangnya dan kemudian
berminat masuk pelatihan militer Jepang. Setelah proklamasi Agustus 1945
kehidupan Marah Halim tidak menentu. Ketika Belanda kembali, dengan
pengetahuan pelatihan tempur, Marah Halim yang sudah matang di usia jelang 25
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sumatra Timur. TKR ini kemudian berganti nama
menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Selama agresi militer Belanda pertama
Marah Halim diangkat sebagai Letnan.
Setelah berakhirnya agresi militer Belanda dan pasca pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia (27 Desember 1949), Marah Halim kembali ke ‘pangkalan’ di
Medan dan mulai mengisi pos jajaran militer dengan fungsi staf perwira di wilayah
militer Sumatra Timur di Medan.
Selama Abdul Hakim menjabat sebagai Gubernur Sumatra Utara (25 Januari
1951-23 Oktober 1953), Kapten Marah Halim merupakan satu-satunya perwira
militer yang bebas keluar masuk kapan saja ke rumah sang Gubernur. Marah Halim
dikenal sebagai sosok yang tegas di lingkungan militer tetapi sangat komunikatif
dengan pihak-pihak sipil. Karena itu Abdul Hakim sebagai petinggi sipil tertinggi di
Sumatra Utara tidak sulit menjalin hubungan dengan Marah Halim. Konon,
kemampuan berbicara (mangkobar) yang hebat dari Marah Halim menjadi salah satu
alasan mengapa Marah Halim yang dipilih menjadi hakim militer di Aceh. Marah
Halim pada tahun 1952 ditugaskan untuk menjadi hakim militer di wilayah Aceh di
Kutaradja (kini Banda Aceh).
Nama Marah Halim Harahap mungkin lebih dikenal banyak orang sebagai
gubernur yang mencintai sepakbola. Pada masanya, pesepakbolaan Sumatera Utara
13
Medan Sekitarnya ) menjadi fenomenal. Referensi kebangkitan sepakbola Sumatera
Utara selalu merujuk pada masa ini
Ketika Marah Halim awal mulanya memangku jabatan sebagai Gubernur
Sumatera Utara, keadaan bangsa Indonesia masih belum pulih akibat luka-luka yang
ditimbulkan dari peristiwa Gerakan 30 September. Ia membersihkan pemerintahan
dari unsur komunis. Setelah keadaan terkendali, Marah Halim memulai pembangunan
di Sumatera Utara. Pada masa kepemimpinan Marah Halim Harahap bangunan fisik
di Sumatera Utara cukup meningkat. Hal itu dimungkinkan karena adanya ‘oil boom’
(dana yang cukup besar dari pemerintah pusat)9
Sejatinya pada masa itu rakyat Sumatera Utara sangat mendambakan
kehadiran sosok pemimpin, gubernur kepala daerah yang mampu mengatasi
masalah-masalah yang kompleks di Sumatera Utara. Untuk melancarkan roda pemerintahan . Pada masa itu juga cukup banyak
dibangun gedung olahraga di Sumatera Utara terutama di daerah-daerah tingkat II,
seperti di Tebing Tinggi dan Pematang Siantar.
Krisis kepemimpinan di Sumatera Utara karena akibat peristiwa G30S
merupakan prioritas utama pemikiran wakil-wakil rakyat di DPRD-GR Sumatera
Utara untuk mengambil langkah-langkah strategis sebagai hari depan Sumatera Utara.
Pimpinan di DPRD-GR ketika itu ialah J.H. Hutauruk selaku Dewan Ketua.
9
menuju ketertiban demi hukum dan konstitusi serta menempatkan UUD 1945 dan
Pancasila pada jalan yang benar sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Maka setelah melalui proses dan mekanisme pemilihan sesuai dengan
peraturan dan perundangan (undang-undang No. 18 Tahun 1965) akhirnya DPRD
(GR) Provinsi Sumatera Utara memilih Kolonel Marah Halim Harahap sebagai
Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Tahun pertama Marah Halim sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Sumatera Utara program beliau lebih menitik-beratkan kepada meningkatkan
komunikasi dan hubungan kerja sama dengan para legislatif serta menggalang tali
silahturahmi dengan Sembilan parpol, ormas pemuda, ulama, tokoh pejuang/
angkatan ’45, seniman dan juga wartawan.
Marah halim lebih banyak mendengar dari mereka-mereka itu untuk biasa
mengetahui masalah-masalah serta situasi perkembangan yang tengah dihadapi oleh
Negara dan Pemerintah Orde Baru.
“Masalah politik menjadi tolak ukur bagi Marah Halim untuk mengklasifikasi sikap golongan-golongan politik mana yang betul-betul dalam pandangannya mengerti akan situasi, di samping golongan-golongan politik yang setengah-setengah tahu tetapi sebenarnya tidak tahu karena mendapat informasi pura-pura tahu. Dan ada tokoh atau golongan yang tidak tahu sama sekali tapi punya semangat yang tinggi”10
Marah Halim sebagai pimpinan pemerintahan daerah mengharapkan sekali
partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat Sumatera Utara akan tujuan
10
15
pembangunan yang telah dirumuskan oleh Pemerintahan Orde Baru di bawah
pimpinan Presiden Soeharto saat itu. Di samping itu, beliau juga ingin menciptakan
suatu iklim politik yang berorientasi pada pembangunan di Sumatera Utara,
memberikan motivasi kepada pimpinan parpol, ormas pemuda, pimpinan perguruan
tinggi dan organisasi sosial agar dapat mandiri dan bertanggung jawab membangun
Negara ini.
Marah halim juga dapat dikatakan seorang yang anti PKI, berkali-kali dalam
memberikan motivasi kepada masyarakat Sumatera Utara, tidak lupa ia terus
mengajak masyarakat untuk menyingkirkan dan membasmi orang-orang PKI di
Sumatera Utara sembari mengucapkan sumpah serapah kepada PKI yang
pemerintahan Orde Baru anggap sebagai pelaku terjadinya pembantaian misalnya
pada 30 September 1965 atau yang kemudian selama masa pemerintahan Orde Baru
dikenal dengan sebutan G30S-PKI.
Beliau juga rutin melakukan pembinaan dan menggalang kekuatan sosial
politik Orde Baru di daerah Sumatera Utara ini, karena beliau menyadari akan
pentingnya arti dari pembangunan sosial politik tak dapat dipisahkan dari
pembangunan ekonomi.
Muhammad TWH yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan Marah
Halim mengatakan, sosok Marah Halim mempunyai pembawaan yang keras dan
terkesan seram. Namun dengan pembawaan seperti itu, menurut Muhammad TWH,
“Dia walaupun keras tapi tetap bersahabat dan enak diajak bercandaan. Bahkan, saat kami bermain tenis sama-sama ia tak jarang mendapat ejekan bercandaan dari kawan-kawannya, tapi tetap saja suasana selalu dapat ia bawa santai,” terang TWH.11
Sejak sebelumnya kegiatan olahraga memang telah memperlihatkan hasil
yang baik. Gubernur Marah Halim hanya tinggal memberi dorongan dan mengadakan
berbagai macam turnamen olahraga, sehingga kegairahan sangat terasa. Turnamen
yang bersifat Nasional diadakan di Medan yang di kenal dengan Turnamen Sepak
Bola Marah Halim Cup yang terus berlangsung kendatipun porsinya berbeda, baik
dari segi peserta maupun dari segi penyelenggaraan, tetapi kemeriahan terasa. Banyak
sekali kegiatan dan prestasi olahraga yang memperlihatkan grafik menaik, di masa
kepemimpinan Marah Halim selama dua periode.
2.2 Ide lahirnya Marah Halim Cup
12
Penabalan Marah Halim Cup tidak lain sebagai tanda terima kasih masyarakat
olahraga di Sumatera Utara khususnya, atas pembinaaan Gubernur Sumatera Utara
Marah Halim Harahap terhadap semua cabang olahraga, terutama sepakbola.
Pada mulanya Marah Halim Cup dicetuskan dan direncanakan hanyalah
sebatas turnamen tingkat daerah di Sumatera Utara. Setelah dilantik sebagai kepala
daerah tingkat I sumatera utara pada tahun 1967, Gubernur Marah Halim menyetujui
diadakannya perebutan kejuaraan Marah Halim Cup di semua daerah tingkat II.
11
Wawancara dengan Muhammad TWH 13 Oktober 2014 di Medan 12
17
Kejuaraan tersebut dimulai pada tahun 1970 dengan menetapkan secara bergiliran
tiap ibukota Kabupaten dan Kotamadya sebagai tuan rumah dari cabang olahraga
yang dipertandingkan.13
13
Sorip Harahap & Tim, Sejarah Olahraga Sumatera Utara, Medan: Hasmar, 1991, hlm. 84 Sebagai persiapan untuk menghadapi PON Turnamen Marah Halim ini amat
berguna dalam usaha meningkatkan prestasi para atlit peserta. Kemudian timbul ide
untuk meningkatkan perebutan kejuaraan Marah Halim Cup daerah ke tingkat
nasional. Pencetus ide ini adalah Ketua Harian KONI Sumatera Utara, Kamaruddin
Panggabean, yang pada masa itu juga menjadi Komisaris Daerah PSSI Sumatera
Utara.
Realisasi ide tersebut pada bulan April tahun 1972 mempertemukan enam
kesebelasan besar PSSI dalam pertandingan-pertandingan yang turut menyemarakkan
perayaan Hari Jadi ke-63 Kota Medan.Setahun berikutnya setelah melihat kelancaran
dan suksesnya pertandingan pada tahun 1972 tersebut, Gubernur Marah Halim
menyambut baik ide untuk meningkatkan Kejuaraan Marah Halim Cup ke tingkat
internasional dengan ikut sertanya kesebelasan luar negeri. Kemudian turnamen ini
akhirnya mempunyai nama resminya di ajang internasional, yaitu “Marah Halim Cup
Football Tournament”.
Selain turut menyemarakkan perayaan Hari Jadi Kota Medan, turnamen ini
bertujuan untuk meningkatkan mutu persepakbolaan di daerah Sumatera Utara
Dengan adanya partisipasi kesebelasan-kesebelasan luar negeri dalam Marah
Halim Cup Football Tournament sekaligus keindahan alam, adat istiadat dan
seni-budaya Sumatera Utara telah diperkenalkan kepada dunia luar, hal itu dapat
mendukung promosi di bidang pariwisata yang pada saat itu tengah digalakkan
dengan giat oleh Pemerintah Pusat.14
14Ibid
. hlm. 85
Sejak Turnamen Marah Halim Cup ini bergulir pada tahun 1972, yang waktu
itu hanya diikuti oleh kesebelasan-kesebelasan dalam negeri, perkembangannya dari
tahun ke tahun menunjukkan grafik yang sangat positif. Pada tahun kedua turut
mengambil bahagian dari turnamen ini ialah kesebelasan Malaysia, Singapura,
Hongkong, Muangthai dan Birma, sedangkan pada tahun 1974 muncul Khmer, Korea
dan Jepang.
India, Taiwan dan Australia juga pernah tercatat turut mengambil bahagian
sebagai tim dari luar negeri yang memperbanyak jumlah peserta pada tahun 1976 dan
1977 yang menjadi tiga belas tim dengan enam kesebelasan yang berasal dari klub
Indonesia.
Dari tahun ke tahun, Panitia Penyelenggara berusaha untuk mendatangkan
kesebelasan-kesebelasan tangguh dari luar negeri dengan maksud menyajikan
19
Dari tim dalam negeri tidak selalu dapat diharapkan partisipasinya untuk ikut
serta dikarenakan berbagai halangan, demikian juga dengan tim-tim dari luar negeri
menghadapi hal yang serupa dengan tim lainnya.
Bila pada perebutan kejuaraan Marah Halim Cup tercatat jumlah terbanyak
pada turnamen ke-5 dan ke-6, masing-masing tiga belas tim, angka ini menurun pada
tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat sejak turnamen Marah Halim Cup ke-13
yang hanya berjumlah enam peserta. Pada tahun 1988 sampai dengan 1991 jumlah
pesertanya menjadi delapan tim.
2.3 Marah Halim Cup
Sejak turnamen dimulai untuk memperebutkan Piala Marah Halim pada tahun
1972 hingga September 1991 telah berlangsung selama 20 tahun, diikuti oleh 20
kesebelasan dalam negeri dan 24 tim luar negeri. Yang pertama pada tahun 1972
hanya diikuti oleh 6 kesebelasan dalam negeri baru kemudian pada tahun 1973
berikutnya maju selangkah dengan mengikutsertakan 5 tim dari luar negeri.
Dari tahun ke tahun telah diikuti berbagai kesebelasan untuk menyemarakkan
turnamen ini, sebagaimana tercantum dalam daftar yang tertera di bawah ini. Kota
Medan sebagai Tuan rumah penyelenggara pertandingan menampilkan PSMS pada
tahun 1972 dan 1973 sebagai juara pertama 2 kali berturut-turut. Selain PSMS tim
lokal yang juga pernah keluar sebagai peraih trofi adalah Persija Jakarta pada tahun
Dalam urutan di bawah ini tercatat nama-nama kesebelasan Asia yang pernah
menjuarai Marah Halim Football Tournament seperti Birma, Korea, Jepang, Irak,
dengan catatan bahwa Korea terbanyak menjadi juara, yaitu 4 kali. Dari Eropa,
Negeri Belanda dan Jerman Barat tampil sebagai tim terkuat yang menjuarai Marah
Halim Cup, sedang kesebelasan Australia juga pernah memboyong Piala Marah 2 kali
ke negara Kangguru.
Penyelenggaraan turnamen Piala Marah Halim berlangsung tiap tahun, kecuali
pada tahun 1987 dan 1990. Untuk jelasnya di bawah ini diuraikan kesebelasan para
21
No Waktu penyelengaraan Peserta Juara I Juara II Juara III
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
7-16 April 1972
10-24 April 1973
18 Maret - 05 April 1974
05-24 April 1975
30 April-15 Mei 1976
19 Maret - 4 April 1977
03 -14 Maret 1978
27 April - 09 Mei 1979
30 April - 14 Mei 1980
24 April - 07 Mei 1981
11 - 20 Juni 1982
01 - 16 April 1983
04 - 10 Mei 1984
12 -17 April 1985
11 - 16 April 1986
27 Mei - 8 juni 1988
1 - 11 Juli 1989
28 Agustus - 5 September 1991
16 April - 24 April 1995
6 Tim 11 Tim 12 Tim 10 Tim 13 Tim 13 Tim 9 Tim 10 Tim 11 Tim 10 Tim 8 Tim 7 Tim 6 Tim 6 Tim 6 Tim 8 Tim 8 Tim 8 Tim 7 Tim Medan Medan Jepang Australia Australia Jakarta Birma Birma Belanda Korea Jerman Barat Korea Irak Korea Yugoslavia Jepang Belanda RRC Medan Jaya Surabaya Jakarta Medan Korea Korea Jepang Medan Islandia Birma Jepang Jepang Medan Inggris Inggris Korea PSMS Jepang Medan Jaya Harimau Tapanuli Jakarta Birma Ujungpandang Medan Birma Muangthai Korea/Jepang Turki Korea Belanda Italia Irak Muangthai Muangthai Muangthai Hungaria RRC Australia Pelita Jaya
Tabel. 1 Daftar Peraih Juara Marah Halim Cup 1972 – 199515
2.3.1. Marah Halim Cup sebagai Turnamen Nasional
Setelah pelantikan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tahun 1967
sebagai tonggak awal dimulainya Turnamen Marah Halim Cup melalui persetujuan
Gubernur Marah Halim Harahap yang diadakan di Seluruh Daerah Tingkat II Di
Sumatera Utara. Kejuaran ini dimulai pada awalnya 1970 sebagai persiapan untuk
menghadapi pekan olahraga nasional (PON) serta untuk meningkatkan prestasi
atlet-atlet SUMUT peserta PON.
Melihat antusiasme atlit sepakbola maka timbul ide Ketua Harian KONI
SUMUT Kamaruddin Panggabean yang pada saat itu juga menjadi Ketua PSSI
Sumatera Utara untuk menjadikan turnamen ini sebagai perebutan turnamen tingkat
nasional, yang diikuti oleh 6 klub perserikatan PSSI yaitu PSMS Medan, Persija
Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar dan Persema Malang.
2.3.2 Marah Halim Cup sebagai Turnamen Internasional
Pada tahun kedua turut mengambil bahagian kesebelasan Malaysia,
Singapura, Hongkong, Muangthai dan Birma, sedang pada tahun 1974 muncul
Kamboja, Korea Selatan dan Jepang.
India, Taiwan dan Australia tercatat sebagai Tim Luar Negeri yang turut
memperbanyak jumlah peserta pada tahun 1976 dan 1977 yang menjadi 13
23
penyelenggaraan turnamen ke-4 Marah Halim cup sejak 1975 memperoleh
pengesahan dari Asian Football Confederation atau AFC dan Federation
Internationale de Football Association (FIFA). Hal itu membuktikan adanya
kepercayaaan atas turnamen ini dari federasi internasional yang, membawahi dan
menilai turnamen sepakbola diberbagai negara di dunia.
Dari tahun ke tahun panitia penyelenggaraan berusaha untuk mendatangkan
kesebelasan-kesebelasan tangguh dari luar negeri dengan maksud menyajikan
pertandingan yang bermutu guna menarik penonton sebanyak-banyaknya sekaligus
untuk meningkatkan kualitas sepakbola di dalam negeri. Dengan adanya partisipasi
kesebelasan-kesebelasan luar negeri dalam Marah Halim Cup Football Tournament
sekaligus keindahan alam, adat istiadat dan seni-budaya Sumatera Utara turut pula
diperkenalkan kepada dunia luar, hal itu dapat mendukung promosi di bidang
pariwisata yang pada saat itu tengah digalakkan dengan giat oleh Pemerintah Pusat.
Sejak tahun 1974 Turnamen Marah Halim ini sudah terdaftar sebagai
turnamen resmi federasi sepakbola dunia FIFA. Halim Panggabean, mantan Pengurus
PSMS dan juga merupakan anak dari Kamarrudin Panggabean mengatakan bahwa
tingkat kepopuleran sepakbola Sumut mulai semakin meningkat di dalam negeri
karena adanya Marah Halim Cup.
“Gubernur Marah Halim termasuk penggila bola, dia selalu mengatakan
biarlah kalah dalam pertandingan lain asalkan jangan kalah main sepakbola,”
Tujuan utama Marah Halim menyelenggarakan ajang ini ialah untuk
merangsang pesepakbolaan Sumatera Utara agar dapat berprestasi di tingkat
internasional. Untuk itulah maka, sepanjang turnamen ini bergulir PSMS selalu
diikutsertakan sebagai salah satu peserta Tuan rumah.
Suksesnya Turnamen Marah Halim Cup yang bertaraf internasional semakin
membangkitkan gairah Marah Halim untuk memancing bakat-bakat olahraga lainnya
di Sumatera Utara untuk dapat berprestasi kelak di level internasional. Maka itu,
kemudian dibuatlah Marah Halim Cup antarkabupaten yang mempertandingkan
beberapa cabang olahraga, antara lain bola voli, badminton, atletik, dan lain-lain