• Tidak ada hasil yang ditemukan

Marah Halimcup 1972 -1995

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Marah Halimcup 1972 -1995"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN MARAH HALIM CUP

2.1 Mengenal Sosok Marah Halim Harahap

Pria dari Tabusira6, Tapanuli Selatan ini, lahir pada 28 Februari 1921. Tahun

1967 Marah Halim dilantik menjadi Gubernur Sumatera Utara. Dia menjadi Gubernur

menggantikan P.R. Telaumbanua7

Setelah lulus sekolah dasar, Marah Halim, anak keempat dari enam

bersaudara, sesungguhnya ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah MULO (sekolah

menengah) di Padang Sidempuan. Namun ini semua terkendala karena kemampuan

orangtua yang terbatas. ‘Marsaba di huta

. Orangtua Marah Halim adalah petani biasa.

Ayahnya, Jabbar Harahap adalah seorang petani yang mengusahakan sawah dan

ladang sebagaimana umumnya penduduk kampong Tabusira. Ayahnya adalah

penduduk biasa, tetapi Marah Halim sewaktu kecil adalah seorang anak yang luar

biasa. Di kampungnya memang terdapat sekolah rakyat yang dibangun swadaya oleh

penduduk tetapi kelas tertinggi hanya sampai kelas tiga.

8

6

Tabusira, suatu kampung kecil di Padang Sidempuan yang letaknya dekat dengan perbatasan Sipirok. Dari kampung ini terpapar dibawah sebuah lembah yang indah yang ditengahnya mengalir sungai Aek Batang Tura yang menjadi hulu terjauh dari sungai Barumun. Lembah ini sungguh sangat subur, karena iklim campuran antara berhawa panas (dari Padang Lawas) dan berhawa dingin (dari Sipirok).

7

Telaumbanua lahir di Gunung Sitoli, 30 September 1919. Menyelesaikan pendidikan pada H.I.S. di Sigumpolon, Tarutung dan pendidikan MULO juga di Sigumpolon dan H.I.K. di Solo, Jawa Tengah dan Sekolah Pendeta di Gunung Sitoli, Nias. Ia terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara pada tahun 1965-1967. Telaumbanua tutup usia pada 16 Februari 1987.1

8

Marsaba di Huta ialah Bahasa Suku Batak Angkola yang berarti bersawah di kampung tidak berminat, bersekolah yang lebih

(2)

11

lalu jalan keluarnya apa?’. Mungkin kegalauan ini menjadi beban pemikiran

tersendiri bagi Marah `Halim. Lantas, Marah Halim terpikir untuk merantau ke Deli

(maksudnya Medan). Pemahaman ini muncul karena Marah Halim sudah banyak

berinteraksi dengan pemuda-pemuda sebaya di luar kempungnya. Pada masa itu,

sudah banyak anak-anak Padang Sidempuan, anak-anak Sipirok dan juga anak-anak

Pargarutan yang telah berhasil di Pematang Siantar dan di Medan. Marah Halim

kemudian bersiap-siap hijrah ke Medan untuk menyusul abangnya nomor dua,

Sjamsoedin yang telah duluan merantau ke Tanah Deli.

Dengan bekal ijazah sekolah dasar, Marah Halim siap rohani dan jasmani

untuk memulai perantauan ke Medan. Dari Sipirok, Marah Halim menumpang bis

Sibualbuali menuju Padang Sidempuan dan dengan bis yang sama dari Padang

Sidempuan menuju Sibolga, lalu Tarutung dan hingga tiba di Pematang Siantar.

Marah Halim tidak sampai ke Medan hanya di Pematang Siantar. Di kota ini Marah

Halim diterima bekerja di perkebunan. Namun sebagai juru tulis bukanlah bakatnya,

karena boleh jadi Marah Halim terbiasa memegang pangkur sejak kecil di

kampungnya. Kemudian sejak pendudukan Jepang, Marah Halim melanjutkan

perantauan ke Medan. Namun situasi Kota Medan saat itu secara sosial ekonomi

tengah memburuk. Di Medan, Marah Halim tinggal bersama abangnya dan kemudian

berminat masuk pelatihan militer Jepang. Setelah proklamasi Agustus 1945

kehidupan Marah Halim tidak menentu. Ketika Belanda kembali, dengan

pengetahuan pelatihan tempur, Marah Halim yang sudah matang di usia jelang 25

(3)

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sumatra Timur. TKR ini kemudian berganti nama

menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Selama agresi militer Belanda pertama

Marah Halim diangkat sebagai Letnan.

Setelah berakhirnya agresi militer Belanda dan pasca pengakuan kedaulatan

Republik Indonesia (27 Desember 1949), Marah Halim kembali ke ‘pangkalan’ di

Medan dan mulai mengisi pos jajaran militer dengan fungsi staf perwira di wilayah

militer Sumatra Timur di Medan.

Selama Abdul Hakim menjabat sebagai Gubernur Sumatra Utara (25 Januari

1951-23 Oktober 1953), Kapten Marah Halim merupakan satu-satunya perwira

militer yang bebas keluar masuk kapan saja ke rumah sang Gubernur. Marah Halim

dikenal sebagai sosok yang tegas di lingkungan militer tetapi sangat komunikatif

dengan pihak-pihak sipil. Karena itu Abdul Hakim sebagai petinggi sipil tertinggi di

Sumatra Utara tidak sulit menjalin hubungan dengan Marah Halim. Konon,

kemampuan berbicara (mangkobar) yang hebat dari Marah Halim menjadi salah satu

alasan mengapa Marah Halim yang dipilih menjadi hakim militer di Aceh. Marah

Halim pada tahun 1952 ditugaskan untuk menjadi hakim militer di wilayah Aceh di

Kutaradja (kini Banda Aceh).

Nama Marah Halim Harahap mungkin lebih dikenal banyak orang sebagai

gubernur yang mencintai sepakbola. Pada masanya, pesepakbolaan Sumatera Utara

(4)

13

Medan Sekitarnya ) menjadi fenomenal. Referensi kebangkitan sepakbola Sumatera

Utara selalu merujuk pada masa ini

Ketika Marah Halim awal mulanya memangku jabatan sebagai Gubernur

Sumatera Utara, keadaan bangsa Indonesia masih belum pulih akibat luka-luka yang

ditimbulkan dari peristiwa Gerakan 30 September. Ia membersihkan pemerintahan

dari unsur komunis. Setelah keadaan terkendali, Marah Halim memulai pembangunan

di Sumatera Utara. Pada masa kepemimpinan Marah Halim Harahap bangunan fisik

di Sumatera Utara cukup meningkat. Hal itu dimungkinkan karena adanya ‘oil boom’

(dana yang cukup besar dari pemerintah pusat)9

Sejatinya pada masa itu rakyat Sumatera Utara sangat mendambakan

kehadiran sosok pemimpin, gubernur kepala daerah yang mampu mengatasi

masalah-masalah yang kompleks di Sumatera Utara. Untuk melancarkan roda pemerintahan . Pada masa itu juga cukup banyak

dibangun gedung olahraga di Sumatera Utara terutama di daerah-daerah tingkat II,

seperti di Tebing Tinggi dan Pematang Siantar.

Krisis kepemimpinan di Sumatera Utara karena akibat peristiwa G30S

merupakan prioritas utama pemikiran wakil-wakil rakyat di DPRD-GR Sumatera

Utara untuk mengambil langkah-langkah strategis sebagai hari depan Sumatera Utara.

Pimpinan di DPRD-GR ketika itu ialah J.H. Hutauruk selaku Dewan Ketua.

9

(5)

menuju ketertiban demi hukum dan konstitusi serta menempatkan UUD 1945 dan

Pancasila pada jalan yang benar sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

Maka setelah melalui proses dan mekanisme pemilihan sesuai dengan

peraturan dan perundangan (undang-undang No. 18 Tahun 1965) akhirnya DPRD

(GR) Provinsi Sumatera Utara memilih Kolonel Marah Halim Harahap sebagai

Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Tahun pertama Marah Halim sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Sumatera Utara program beliau lebih menitik-beratkan kepada meningkatkan

komunikasi dan hubungan kerja sama dengan para legislatif serta menggalang tali

silahturahmi dengan Sembilan parpol, ormas pemuda, ulama, tokoh pejuang/

angkatan ’45, seniman dan juga wartawan.

Marah halim lebih banyak mendengar dari mereka-mereka itu untuk biasa

mengetahui masalah-masalah serta situasi perkembangan yang tengah dihadapi oleh

Negara dan Pemerintah Orde Baru.

“Masalah politik menjadi tolak ukur bagi Marah Halim untuk mengklasifikasi sikap golongan-golongan politik mana yang betul-betul dalam pandangannya mengerti akan situasi, di samping golongan-golongan politik yang setengah-setengah tahu tetapi sebenarnya tidak tahu karena mendapat informasi pura-pura tahu. Dan ada tokoh atau golongan yang tidak tahu sama sekali tapi punya semangat yang tinggi”10

Marah Halim sebagai pimpinan pemerintahan daerah mengharapkan sekali

partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat Sumatera Utara akan tujuan

10

(6)

15

pembangunan yang telah dirumuskan oleh Pemerintahan Orde Baru di bawah

pimpinan Presiden Soeharto saat itu. Di samping itu, beliau juga ingin menciptakan

suatu iklim politik yang berorientasi pada pembangunan di Sumatera Utara,

memberikan motivasi kepada pimpinan parpol, ormas pemuda, pimpinan perguruan

tinggi dan organisasi sosial agar dapat mandiri dan bertanggung jawab membangun

Negara ini.

Marah halim juga dapat dikatakan seorang yang anti PKI, berkali-kali dalam

memberikan motivasi kepada masyarakat Sumatera Utara, tidak lupa ia terus

mengajak masyarakat untuk menyingkirkan dan membasmi orang-orang PKI di

Sumatera Utara sembari mengucapkan sumpah serapah kepada PKI yang

pemerintahan Orde Baru anggap sebagai pelaku terjadinya pembantaian misalnya

pada 30 September 1965 atau yang kemudian selama masa pemerintahan Orde Baru

dikenal dengan sebutan G30S-PKI.

Beliau juga rutin melakukan pembinaan dan menggalang kekuatan sosial

politik Orde Baru di daerah Sumatera Utara ini, karena beliau menyadari akan

pentingnya arti dari pembangunan sosial politik tak dapat dipisahkan dari

pembangunan ekonomi.

Muhammad TWH yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan Marah

Halim mengatakan, sosok Marah Halim mempunyai pembawaan yang keras dan

terkesan seram. Namun dengan pembawaan seperti itu, menurut Muhammad TWH,

(7)

“Dia walaupun keras tapi tetap bersahabat dan enak diajak bercandaan. Bahkan, saat kami bermain tenis sama-sama ia tak jarang mendapat ejekan bercandaan dari kawan-kawannya, tapi tetap saja suasana selalu dapat ia bawa santai,” terang TWH.11

Sejak sebelumnya kegiatan olahraga memang telah memperlihatkan hasil

yang baik. Gubernur Marah Halim hanya tinggal memberi dorongan dan mengadakan

berbagai macam turnamen olahraga, sehingga kegairahan sangat terasa. Turnamen

yang bersifat Nasional diadakan di Medan yang di kenal dengan Turnamen Sepak

Bola Marah Halim Cup yang terus berlangsung kendatipun porsinya berbeda, baik

dari segi peserta maupun dari segi penyelenggaraan, tetapi kemeriahan terasa. Banyak

sekali kegiatan dan prestasi olahraga yang memperlihatkan grafik menaik, di masa

kepemimpinan Marah Halim selama dua periode.

2.2 Ide lahirnya Marah Halim Cup

12

Penabalan Marah Halim Cup tidak lain sebagai tanda terima kasih masyarakat

olahraga di Sumatera Utara khususnya, atas pembinaaan Gubernur Sumatera Utara

Marah Halim Harahap terhadap semua cabang olahraga, terutama sepakbola.

Pada mulanya Marah Halim Cup dicetuskan dan direncanakan hanyalah

sebatas turnamen tingkat daerah di Sumatera Utara. Setelah dilantik sebagai kepala

daerah tingkat I sumatera utara pada tahun 1967, Gubernur Marah Halim menyetujui

diadakannya perebutan kejuaraan Marah Halim Cup di semua daerah tingkat II.

11

Wawancara dengan Muhammad TWH 13 Oktober 2014 di Medan 12

(8)

17

Kejuaraan tersebut dimulai pada tahun 1970 dengan menetapkan secara bergiliran

tiap ibukota Kabupaten dan Kotamadya sebagai tuan rumah dari cabang olahraga

yang dipertandingkan.13

13

Sorip Harahap & Tim, Sejarah Olahraga Sumatera Utara, Medan: Hasmar, 1991, hlm. 84 Sebagai persiapan untuk menghadapi PON Turnamen Marah Halim ini amat

berguna dalam usaha meningkatkan prestasi para atlit peserta. Kemudian timbul ide

untuk meningkatkan perebutan kejuaraan Marah Halim Cup daerah ke tingkat

nasional. Pencetus ide ini adalah Ketua Harian KONI Sumatera Utara, Kamaruddin

Panggabean, yang pada masa itu juga menjadi Komisaris Daerah PSSI Sumatera

Utara.

Realisasi ide tersebut pada bulan April tahun 1972 mempertemukan enam

kesebelasan besar PSSI dalam pertandingan-pertandingan yang turut menyemarakkan

perayaan Hari Jadi ke-63 Kota Medan.Setahun berikutnya setelah melihat kelancaran

dan suksesnya pertandingan pada tahun 1972 tersebut, Gubernur Marah Halim

menyambut baik ide untuk meningkatkan Kejuaraan Marah Halim Cup ke tingkat

internasional dengan ikut sertanya kesebelasan luar negeri. Kemudian turnamen ini

akhirnya mempunyai nama resminya di ajang internasional, yaitu “Marah Halim Cup

Football Tournament”.

Selain turut menyemarakkan perayaan Hari Jadi Kota Medan, turnamen ini

bertujuan untuk meningkatkan mutu persepakbolaan di daerah Sumatera Utara

(9)

Dengan adanya partisipasi kesebelasan-kesebelasan luar negeri dalam Marah

Halim Cup Football Tournament sekaligus keindahan alam, adat istiadat dan

seni-budaya Sumatera Utara telah diperkenalkan kepada dunia luar, hal itu dapat

mendukung promosi di bidang pariwisata yang pada saat itu tengah digalakkan

dengan giat oleh Pemerintah Pusat.14

14Ibid

. hlm. 85

Sejak Turnamen Marah Halim Cup ini bergulir pada tahun 1972, yang waktu

itu hanya diikuti oleh kesebelasan-kesebelasan dalam negeri, perkembangannya dari

tahun ke tahun menunjukkan grafik yang sangat positif. Pada tahun kedua turut

mengambil bahagian dari turnamen ini ialah kesebelasan Malaysia, Singapura,

Hongkong, Muangthai dan Birma, sedangkan pada tahun 1974 muncul Khmer, Korea

dan Jepang.

India, Taiwan dan Australia juga pernah tercatat turut mengambil bahagian

sebagai tim dari luar negeri yang memperbanyak jumlah peserta pada tahun 1976 dan

1977 yang menjadi tiga belas tim dengan enam kesebelasan yang berasal dari klub

Indonesia.

Dari tahun ke tahun, Panitia Penyelenggara berusaha untuk mendatangkan

kesebelasan-kesebelasan tangguh dari luar negeri dengan maksud menyajikan

(10)

19

Dari tim dalam negeri tidak selalu dapat diharapkan partisipasinya untuk ikut

serta dikarenakan berbagai halangan, demikian juga dengan tim-tim dari luar negeri

menghadapi hal yang serupa dengan tim lainnya.

Bila pada perebutan kejuaraan Marah Halim Cup tercatat jumlah terbanyak

pada turnamen ke-5 dan ke-6, masing-masing tiga belas tim, angka ini menurun pada

tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat sejak turnamen Marah Halim Cup ke-13

yang hanya berjumlah enam peserta. Pada tahun 1988 sampai dengan 1991 jumlah

pesertanya menjadi delapan tim.

2.3 Marah Halim Cup

Sejak turnamen dimulai untuk memperebutkan Piala Marah Halim pada tahun

1972 hingga September 1991 telah berlangsung selama 20 tahun, diikuti oleh 20

kesebelasan dalam negeri dan 24 tim luar negeri. Yang pertama pada tahun 1972

hanya diikuti oleh 6 kesebelasan dalam negeri baru kemudian pada tahun 1973

berikutnya maju selangkah dengan mengikutsertakan 5 tim dari luar negeri.

Dari tahun ke tahun telah diikuti berbagai kesebelasan untuk menyemarakkan

turnamen ini, sebagaimana tercantum dalam daftar yang tertera di bawah ini. Kota

Medan sebagai Tuan rumah penyelenggara pertandingan menampilkan PSMS pada

tahun 1972 dan 1973 sebagai juara pertama 2 kali berturut-turut. Selain PSMS tim

lokal yang juga pernah keluar sebagai peraih trofi adalah Persija Jakarta pada tahun

(11)

Dalam urutan di bawah ini tercatat nama-nama kesebelasan Asia yang pernah

menjuarai Marah Halim Football Tournament seperti Birma, Korea, Jepang, Irak,

dengan catatan bahwa Korea terbanyak menjadi juara, yaitu 4 kali. Dari Eropa,

Negeri Belanda dan Jerman Barat tampil sebagai tim terkuat yang menjuarai Marah

Halim Cup, sedang kesebelasan Australia juga pernah memboyong Piala Marah 2 kali

ke negara Kangguru.

Penyelenggaraan turnamen Piala Marah Halim berlangsung tiap tahun, kecuali

pada tahun 1987 dan 1990. Untuk jelasnya di bawah ini diuraikan kesebelasan para

(12)

21

No Waktu penyelengaraan Peserta Juara I Juara II Juara III

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

7-16 April 1972

10-24 April 1973

18 Maret - 05 April 1974

05-24 April 1975

30 April-15 Mei 1976

19 Maret - 4 April 1977

03 -14 Maret 1978

27 April - 09 Mei 1979

30 April - 14 Mei 1980

24 April - 07 Mei 1981

11 - 20 Juni 1982

01 - 16 April 1983

04 - 10 Mei 1984

12 -17 April 1985

11 - 16 April 1986

27 Mei - 8 juni 1988

1 - 11 Juli 1989

28 Agustus - 5 September 1991

16 April - 24 April 1995

6 Tim 11 Tim 12 Tim 10 Tim 13 Tim 13 Tim 9 Tim 10 Tim 11 Tim 10 Tim 8 Tim 7 Tim 6 Tim 6 Tim 6 Tim 8 Tim 8 Tim 8 Tim 7 Tim Medan Medan Jepang Australia Australia Jakarta Birma Birma Belanda Korea Jerman Barat Korea Irak Korea Yugoslavia Jepang Belanda RRC Medan Jaya Surabaya Jakarta Medan Korea Korea Jepang Medan Islandia Birma Jepang Jepang Medan Inggris Inggris Korea PSMS Jepang Medan Jaya Harimau Tapanuli Jakarta Birma Ujungpandang Medan Birma Muangthai Korea/Jepang Turki Korea Belanda Italia Irak Muangthai Muangthai Muangthai Hungaria RRC Australia Pelita Jaya

Tabel. 1 Daftar Peraih Juara Marah Halim Cup 1972 – 199515

(13)

2.3.1. Marah Halim Cup sebagai Turnamen Nasional

Setelah pelantikan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tahun 1967

sebagai tonggak awal dimulainya Turnamen Marah Halim Cup melalui persetujuan

Gubernur Marah Halim Harahap yang diadakan di Seluruh Daerah Tingkat II Di

Sumatera Utara. Kejuaran ini dimulai pada awalnya 1970 sebagai persiapan untuk

menghadapi pekan olahraga nasional (PON) serta untuk meningkatkan prestasi

atlet-atlet SUMUT peserta PON.

Melihat antusiasme atlit sepakbola maka timbul ide Ketua Harian KONI

SUMUT Kamaruddin Panggabean yang pada saat itu juga menjadi Ketua PSSI

Sumatera Utara untuk menjadikan turnamen ini sebagai perebutan turnamen tingkat

nasional, yang diikuti oleh 6 klub perserikatan PSSI yaitu PSMS Medan, Persija

Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar dan Persema Malang.

2.3.2 Marah Halim Cup sebagai Turnamen Internasional

Pada tahun kedua turut mengambil bahagian kesebelasan Malaysia,

Singapura, Hongkong, Muangthai dan Birma, sedang pada tahun 1974 muncul

Kamboja, Korea Selatan dan Jepang.

India, Taiwan dan Australia tercatat sebagai Tim Luar Negeri yang turut

memperbanyak jumlah peserta pada tahun 1976 dan 1977 yang menjadi 13

(14)

23

penyelenggaraan turnamen ke-4 Marah Halim cup sejak 1975 memperoleh

pengesahan dari Asian Football Confederation atau AFC dan Federation

Internationale de Football Association (FIFA). Hal itu membuktikan adanya

kepercayaaan atas turnamen ini dari federasi internasional yang, membawahi dan

menilai turnamen sepakbola diberbagai negara di dunia.

Dari tahun ke tahun panitia penyelenggaraan berusaha untuk mendatangkan

kesebelasan-kesebelasan tangguh dari luar negeri dengan maksud menyajikan

pertandingan yang bermutu guna menarik penonton sebanyak-banyaknya sekaligus

untuk meningkatkan kualitas sepakbola di dalam negeri. Dengan adanya partisipasi

kesebelasan-kesebelasan luar negeri dalam Marah Halim Cup Football Tournament

sekaligus keindahan alam, adat istiadat dan seni-budaya Sumatera Utara turut pula

diperkenalkan kepada dunia luar, hal itu dapat mendukung promosi di bidang

pariwisata yang pada saat itu tengah digalakkan dengan giat oleh Pemerintah Pusat.

Sejak tahun 1974 Turnamen Marah Halim ini sudah terdaftar sebagai

turnamen resmi federasi sepakbola dunia FIFA. Halim Panggabean, mantan Pengurus

PSMS dan juga merupakan anak dari Kamarrudin Panggabean mengatakan bahwa

tingkat kepopuleran sepakbola Sumut mulai semakin meningkat di dalam negeri

karena adanya Marah Halim Cup.

“Gubernur Marah Halim termasuk penggila bola, dia selalu mengatakan

biarlah kalah dalam pertandingan lain asalkan jangan kalah main sepakbola,”

(15)

Tujuan utama Marah Halim menyelenggarakan ajang ini ialah untuk

merangsang pesepakbolaan Sumatera Utara agar dapat berprestasi di tingkat

internasional. Untuk itulah maka, sepanjang turnamen ini bergulir PSMS selalu

diikutsertakan sebagai salah satu peserta Tuan rumah.

Suksesnya Turnamen Marah Halim Cup yang bertaraf internasional semakin

membangkitkan gairah Marah Halim untuk memancing bakat-bakat olahraga lainnya

di Sumatera Utara untuk dapat berprestasi kelak di level internasional. Maka itu,

kemudian dibuatlah Marah Halim Cup antarkabupaten yang mempertandingkan

beberapa cabang olahraga, antara lain bola voli, badminton, atletik, dan lain-lain

Gambar

Tabel. 1 Daftar Peraih Juara Marah Halim Cup 1972 – 199515

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan penyampaian Dokumen Kualifikasi Saudara pada Pengadaan Jasa Konsultansi Metode Seleksi Sederhana Pekerjaan Jasa Konsultansi Perencanaan Pembangunan

 Di US, aturan pajak mendorong Corporate giving untuk pendidikan, amal, penelitian; dan keagamaan sejak tahun 1936. Aturan sekarang mengijinkan perusahaan

Perbedaan : Penelitian diatas meneliti tentang pengaruh pemberian pendidikan kesehatan hipertensi kehamilan terhadap upaya pemeliharaan tekanan darah ibu hamil

Pada pertemuan kedua siklus I yang diperoleh dari aktivitas siswa adalah 26 dengan rata-rata 2,9 (72,22%) kategori baik.Pada pertemuan kedua ini aktivitas siswa sudah

Pardede, Pontas M., 2007, Manajemen Operasi dan Produksi: Teori, Model, dan.. Kebijakan, Penerbit

Beside the optimizations achieved in data management (i.e. relationship between data and working process, updating procedures, exhaustive Index of Items) it is now

This paper aims that to discuss GIS integrated 3D modelling affects in urban planning and environmental design, explain Turkish planning processes with GIS and 3D modelling, and

By observing the existing internal space layout and the two schematically designed variations emphasize that different weight should be considered for Visual