• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pemebelajaran ini penulis hanya menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif. Cooperative berarti kerjasama.15 Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja ataupun membantuu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.16

Pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di kelas dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari

15

Buchari Alma, dkk, Guru Profesional:Menguasai Metode Dan Terampil Mengajar , (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. II, hal. 80

16 Etin Soolihatin, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta:

(2)

satu sama lain.17 Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning.18

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik pengertian sendiri bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang mengguanakan kelompok-kelompok kecil, serta siswa dalam satu kelompok terdiri 4-6 anak yang bersifat heterogen, saling bekerjasama dalam memecahkan masalah untuk mencapai tujuan belajar yang ditentukan.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar teori kooperatif kontruktivisme. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosio kultural dari pembelajaran. Menurutnya, bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap pada individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikehendakinya

17

Isjoni, Pemebelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet. IV, hal.23

18 Rusman, model-model pembelajaran:mengembangkan profesionalisme guru, (Jakarta:

(3)

susunan kelas bebentuk kooperatif.19 Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa. Sebenarnya, dalam pembelajaran istilah “model” juga banyak dipergunakan. Menurut Mills dalam Agus Suprijono bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.20

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.21

Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.22

Pengertian lain tentang model pembelajaran adalah apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh, maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

19 Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Inovatif Dalam Kelas:

Metode, Landasan Teori-Praktis Dan Penerapanya, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2010), hal. 67

20 Agus Suprij,ono, Cooperative Learning..., hal. 45 21 Ibid., hal. 45-46

(4)

secara khas oleh guru.23 Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Dalam pembelajaran, guru diharapkan membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hatiagar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pemebelajaranya sendiri dan pembelajaran dengan teman-teman satu kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab mempelajari materi yang akan dipresentasikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.

Model pembelajaran koopeatif akan efektif digunakan apabila:

(1) Guru menekankan pentingya usaha bersama di samping usaha secara individual.

(2) Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar. (3) Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar sendiri. (4) Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa. (5) Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan

berbagai permasalahan.24

Model pembelajaran kooperatif merupakan meupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian

(5)

serta dianjurkan oleh para ahli penelitian. Berikut merupakan realita dalam pembelajaran kooperatif yaitu:25

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas menjadi lebih efektif.

Ada lima unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif yang membedakanya dengan pembagian kelmpok yang dilakukan asa-asalan. Adapun lima unsur dasar tersebut adalah sebagai berikut: 1) Positive interdependen (saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua menjamin semua anggota kelompok mengerti.

Beberapa cara untuk membangun saling ketergantungan positif yaitu:26

(a) Menubuhkan perasaan siswa bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok mencapai tujuan. Siswa harus bekerjasama untuk mencapai tujuan.

(6)

(b) Mengusahakan agar semua sanggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.

(c) Mengatur sedemikian rupa sehingga siswa dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugaskelompok.

(d) Setiap siswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan siswa dalam kelompok.

2) Personal Responsibility (tanggung jawab Perseorangan)

Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Dalam sebuah kelompok, siswa diharuskan saling membantu memberi informasi, mengingatkan, memotivasi dan adanya sikap saling percaya.

4) Interpersonal Skill (komunikasi antar anggota)

(7)

menerima dan mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara kontruktif.

5) Group Processing (pemrosesan kelompok)

Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan pemrosesan dalam kelompok adalah meningkatkan evektifitas anggota dalam memberikan kontribusi dalam kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelejaran lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dengan kelompok. Tujuanyang ingin dicapai tidak hanya kemampuan kademik dalam pengertia penguasaan materi peljaran, tetapi juga adanaya unsurr kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.

Karakteristik atau ciri-ciri pemebelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pembelajaran Secara Tim

(8)

mencapai tujuan pembelajaran.27 Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya kelompok sendiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademis, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda-beda.28 Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

2) Diasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu:29

a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, menunjukkan bahwa pemebelajaran kooperatif dilaksanakan sesuaidengan perencanaan pelaksanaan, maksudnya pemebelajaran kooperatif dilaksnakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

(9)

c) Fungsi manajemen sebagai pelaksanan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksnakan sesuai dengan perencnaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama.

d) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.30 3) Kemampuan untuk bekerjasama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelmpok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditentukan dalam dalam pemebelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.31

4) Ketrampilan bekerjasama

Kemampuan bekerjasama itu dipraktikan melalui akivitas dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(10)

Pembelajaran kooperatif dirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong, dikehendaki untuk bekerjasama pada susatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:32 1) Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

32 http: model-pembelajaran-kooperatif-tipe-index card match -kelebihan-dan-kelemahan

(11)

konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

(12)

e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pertanggungjawaban individu menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dan saling kerjasama dalam belajar. Setelah proses belajar ini diharapkan para siswa akan mandiri dan siap menghadapi tes-tes selanjutnya. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk tampil maksimal dengan kelompoknya.33

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran dengan mengguanakan model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel 2.1, sebagai berikut:34

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase- 1

Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase- 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

33 Alam, dkk, Guru Profesional..., hal. 82

34Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

(13)

Fase Tingkah Laku Guru

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan Transisi secara efisien.

Fase- 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase- 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase- 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

f. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Belajar bersama dalam kelompok (kooperatif) memiliki beberapa manfaat, antara lain:35

1) Belajar bersama dalam kelompok memiliki nilai kerjasama dan menanamkan pemahaman dalam diri siswa bahwa saling membantu adalah baik.

2) Belajar bersama membentuk keakraban dan kekompakan di kelas. Hal ini membantu siswa untuk mengenal siswa lain, memperhatikan dan membantu teman sekelas, serta menjadi

35 Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal.

(14)

kerasan baik sebagai anggota kelompok kecil maupun anggota seluruh kelas.

3) Belajar bersama dalam kelompok mampu menumbuhkan keterampilan dasar yang diperlukan dalam hidup. Keterampilan itu antara lain sikap mendengarkan, menerima pandangan orang lain, berkomunikasi secara efektif, menyelesaikan konflik, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

4) Belajar bersama dalam kelompok meningkatkan kemampuan akademis, rasa percaya diri, dan sikap positif terhadap sekolah. 5) Belajar bersama dalam kelompok dapat mengurangi atau bahkan

menghapus aspek negatif kompetensi. Saat ini yang mewarnai masyarakat adalah persaingan dan bukan kerjasama. Akibat buruk dari persaingan adalah munculnya rasa tega untuk saling menghancurkan, bahkan membunuh.

2. Tinjauan tentang Index Card Match

a. Pengertian Model Index Card Match

(15)

merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikemangka dengan index card match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari Kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainya yang berisi jawaban dan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Biasanya pendidik dalam kegiatan belajar mengajar memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi ataupun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat waktu, namun pendidik terkadang lupa bahwa tujuan pembelajaran bukan hanya materi yang selesai tepat waktu tetapi sejauh mana materi yang sudah disampaikan dapat diingat kembali oleh siswa.

Dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang atau review untuk mengetahui pemahaman siswa yang mendalam tentang materi akhlak terpuji terhadap kedua orang tua. Salah satu cara yang paling meyakinkan untuk menjadikan belajar tepat adalah menyertakan waktu untuk meninjau kembali materi yang sudah dipelajari. Materi yang sudah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat didalampikiran daripada materi yang tidak dibahas.

(16)

mengulangi kembali materi yang telah diberikan sebelumnya.36 Namun demikian,materi barupun tetap bisa diajarkan dengan model ini dengan catatan, siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

Berdasarkan pendapat diatas, model pembelajaran kooperatif tipe index card match merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerjasama dan dapat meningkatkan rasa tanggungjawab siswa atas materi yang dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Siswa saling bekerjasama dan saling membantu untuk menyelesaikan pertanyaan dan melempar pertanyaan kepada pasangan lain. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe index card match termasuk suatu cara pemebelajaran yang digunakan untuk meninjau ulang materi pelajaran dengan teknik mencari pasangan kartu index yang berupa jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasan menyenengkan.

b. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran index card match adalah sebagai berikut:

36 Agus Suprijono, cooperatif learning teori & aplikasi paikem (Yogyakarta: Pustaka

(17)

1) Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada didalam kelas.

2) Bagikan kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama

3) Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari dan setiap kertas berisi satu pertanyaan.

4) Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat tadi

5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban

6) Bagi setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang akan dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkn jawaban.

7) Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain

8) Setelah semua siswa menemukan pasngan dan duduk berdekatan, mintalah kepada seiap pasangan bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lainya. Selanjutnya soal tersebut oleh pasangan-pasangan yang lain.

(18)

c. Kelebihan dan Kelemahan Index Card Match

Adapun kelebihan dan kelemahan index card match adalah: 1) Kelebihan index card match

a) Peserta didik belajar untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala yang diberikan oleh guru

b) Dapat menumpuk rasa tanggung jawab

c) Mendorong peserta didik supaya berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan

d) Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktifan dan kecakapan peserta didik

e) Hasil belajar akan tahan lama karena pelajaran sesuai dengan minat belajar peserta didik

f) Waktu yang digunakan tidak hanya sebatas jam-jam pelajaran di sekolah

2) Kelemahan index card match

a) Peserta didik harus memiliki kesiapan dan kematangan mental. Juga rasa percaya diri

b) Penerapan metode index card match membutuhkan waktu yang lama

c) Guru dan peserta didik membutuhkan pembiasaan terlebih dahulu sebelum menggunakan metode ini.37

37 Ismail, Strategi Pebelajaran Agama Islam Berbsis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media

(19)

3. Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran a. Belajar

1) Pengertian Belajar

Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi dalam diri seseorang merupakan hasil dari proses belajar. Kita lihat perubahan pada bayi, misalnya bayi yang asalnya tidak dapat tengkurap kemudian dapat tengkurap, perubahan-perubahan tersebut terjadi karena kematangan. Perubahan hasil belajar seseorang itu karena seseorang tersebut berusaha untuk belajar.

Menurut Gagne dalam Kokom Komalasari mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja).38

Sedangkan menurut Harold Spears dalam Agus Suprijono mendefinisikan belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.39

38

Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Revika Aditama, 2010), hal. 2

39Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(20)

Jika dikaitkan dengan pendapat diatas, maka perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencangkup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk untuk hidup, serta dalam proses belajar mengajar bukan hanya didominasi oleh aktifitas menghafal, tetapi juga melakukan, mengamati, membaca, dan ikut menyimpulkan.

2) Teori-teori Belajar

Adapun teori-teori belajar antara lain:

a) Teori belajar menurut Faculty Psychology (Ilmu Jiwa Daya)

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya seperti daya berpikir, mengenal, mengingat, mengamat dan lainnya. Berdasarkan pandangan ini, maka yang dimaksud dengan belajar adalah usaha melatih daya-daya itu agar berkembang, sehingga kita dapat berpikir, mengingat dan sebagainya. Cara yang digunakan adalah dengan menghafal, memecahkan soal-soal, dan berbagai jenis lainnya.

b) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

(21)

membentuk hubungan-hubungan stimulus-respon dan melatih hubungan itu agar bertalian erat.

c) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt (Organis)

Menurut teori ini, jiwa manusia merupakan satu keseluruhan yang bulat, bukan tanggapan-tanggapan (elemen-elemen). Jiwa manusia bersifat hidup dan aktif, dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, belajar menurut pandangan ini berarti mengalami, bereaksi, berbuat, dan berpikir secara kritis.

3) Prinsip-prinsip Belajar a) Prinsip Kesiapan

Tingkat keberhasilan belajar tergantung pada kesiapan pelajar. Apakah siswa sudah siap dalam mengosenterasikan pikiran, atau apakah kondisi fisiknya sudah siap untuk belajar.

b) Prinsip Asosiasi

(22)

c) Prinsip Latihan

Pada dasarnya melakukan sesuatu itu perlu berulang-ulang, baik mempelajari pengetahuan maupun keterampilan.

d) Prinsip Efek (Akibat)

Situasi emosional pada saat belajar akan mempengaruhi hasil belajarnya. Situasi emosional tersebut dapat disimpulkan sebagai perasaan senang atau tidak senang dalam proses belajar.

4) Tipe-tipe belajar

Dalam praktik pengajaran, penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi merupakan tindakan yang kurang bijaksana, karena tidak ada suatu teori belajarpun yang cocok untuk segala situasi. Karena masing-masing mempunyai landasan yang berbeda dan situasi tertentu.

Menurut Gagne dalam syaiful Sagala, belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe tersebut merupakan prasyarat bagi tipe belajar diatasnya. Tipe belajar yang dikemukakan Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar. Kedelapan tipe itu adalah:40

40 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hal.

(23)

a) Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar isyarat mirip dengan respon bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dengan telunjuk merupakan isyarat, sedangkan diam dan datang merupakan respon. Tipe belajar seperti ini dilakukan dengan merespon atau isyarat, jadi respon yang dilakukan bersifat umum, kabur dan emosional.

b) Belajar Rangkaian (Chaining)

Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antara berbagai S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat tali sepatu, makan-minum, merokok, atau gerakan verbal, seperti selamat tinggal, bapak ibu, dan sebagainya.

c) Belajar Membedakan atau Diskriminasi (Discrimination Learning)

(24)

d) Belajar Konsep (Concept Learning)

Yaitu corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek

e) Belajar Aturan (Rule Learning)

Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam berbagai macam aturan.aturan-aturan ini jadinya tersusun dari kejadian-kejadian yang khusus dan dapat disebut sebagai hukum, dalil, kaidah, rumus dan lain sebagainya. f) Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving)

Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks, karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama penggunaan aturan-aturan yang ada disertai proses analisis dan penyimpulan.

g) Belajar Aturan (Rule Learning)

(25)

h) Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving)

Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks, karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama penggunaan aturan-aturan yang ada disertai proses analisis dan penyimpulan.

b. Pembelajaran

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.41

Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media/alat pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran serta tindak lanjut pembelajaran. Kedua pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut meliputi:42

41

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual..., hal. 3

(26)

a) Persiapan

Persiapan dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan menyusun persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga, dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencangkup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang akan disajikan kepada para siswa dan mengecek jumlah dan keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.

b) Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran

Dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuat, pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan, atau strategi, atau metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.

c) Tindak Lanjut

(27)

5. Keterkaitan Belajar dengan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Keterkaitan belajar dengan pembelajaran dapat digambarkan dalam sebuah sistem, proses belajar dan pembelajaran memerlukan masukan dasar (raw input) yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar (learning teaching process) dengan harapan berubah menjadi keluaran (output) dengan kompetensi tertentu. Selain itu, proses belajar dan pembelajaran dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan yang menjadi masukan lingkungan (environment input) dan faktor instrumental (instrumental input) yang merupakan faktor yang sengaja dirancang untuk menunjang proses belajar mengajar dan keluaran yang ingin dihasilkan.43

Lingkungan dapat berupa alam dan sosial budaya, sedangkan instrumental berupa kurikulum, program, sarana, dan sebagainya. Raw input merupakan kondisi siswa seperti unsur fisiologis (fisik secara umum dan panca indera), unsur psikologis (minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif)

Keterkaitan antara belajar dan pembelajaran dapat dilihat dalam bagan berikut:

(28)

Gambar 2.1 Proses belajar 44

Sedangkan bagan proses pembelajaran adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Proses Pembelajaran 45

Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa sebagai suatu sistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain. Tujuan merupakan komponen

44 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Prenada Media Group, 2006), hal. 58

45 Ibid., hal. 59

Proses

S

Input Output

Proses

S

Input Output

Evaluasi Tujuan

Isi/materi

Model/metode

(29)

yang sangat penting dalam pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa, apa yang harus dimiliki siswa, semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Jika diibaratkan, tujuan sama dengan komponen jantung pada sistem tubuh manusia.

2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.46 Definisi lain hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.47

Menurut Keller dalam Nashar memandang hasil belajar sebagai keluaran dari berbagai masukan. Beberapa masukan tesebut menurut Keller dapat dibedakan menjadi dua kelompok, masukan pribadi (personal inputs) mdan masukan yang berasal dari lingkungan (environmental inputs).48

Dalam hal ini penekanan hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh langsung terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan itu terjadi pada seseorang dalam disposisi atau

46Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran,

(Jakarta: Delia Press, 2004), hal. 77

47Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005), hal. 22

(30)

kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui usaha yang sungguh-sungguh dilakukan dalam waktu tertentu dan bukan merupakan proses pertumbuhan.

b. Klasifikasi Hasil Belajar

Horward Kingsley dalam Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.49

Sedangkan menurut Gagne dalam Sri Esti Wuryani Djiwandono membagi lima kategori hasil belajar, yakni: 50

1) Informasi Verbal

Adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan.

2) Kemahiran Intelektual

Kemahiran Intelektual menunjuk pada “knowing how”, yaitu bagaimana kemampuan seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri.

3) Pengaturan Kegiatan Kognitif

Yaitu kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.

4) Sikap

49 Nana Sudjana, Penilaian...., hal. 22

50 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal.

(31)

Yaitu sikap tertentu seseorang terhadap suatu objek. Misalnya siswa bersikap positif terhadap sekolah karena sekolah berguna baginya.

5) Keterampilan Motorik

Yaitu apabila seorang siswa yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan anggota badan secara terpadu.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar. Menurut Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana mengklasifikasikan hasil belajar secara garis besar menjadi tiga ranah, yakni:51

1) Ranah Kognitif

Yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat sedang.

2) Ranah Afektif

Yaitu berkenaan dengan sikap, yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

(32)

3) Ranah Psikomotoris

Yakni berkenaan dengn hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek dari ranah psikomotoris, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan kasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.

3. Tinjauan tentang Aqidah Akhlak a. Rasional

Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: al-Qur‟an- Hadits, Aqidah-Akhlak, fiqih, dan tarikh (sejarah) kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-Qur‟an-Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber Aqidah-Akhlak,

syari‟ah/fiqih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di

(33)

muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari aqidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari aqidah (keimanan dan keyakinan

hidup). Syari‟ah/fiqih merupakan sistem norma (aturan) yang

mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yangmengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan system kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah) kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah.

(34)

dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma‟ al-husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma‟ al -husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlaqul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, serta Qadla dan Qadar. Al-Akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. b. Tujuan

(35)

pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT;

2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai aqidah Islam.

c. Ruang Lingkup

Mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Ruang lingkup mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

1) Aspek Aqidah (keimanan), meliputi:

a) Kalimat thoyyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallah, basmalah, alhamdulillah, subhanallah,

Allahu Akbar, ta‟awwud, Masya Allah, Assalamu‟alaikum,

shalawat, Tarji‟, Laa haula wala quwwata illa billah dan

(36)

b) Al-Asma Husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahman, ar-Rahiim, as-Sami‟, ar -Razak, al-Mughny, al-Hamid, asy-Syakur, al-Quddus, ash-Shomad, al-Muhaimin, al-„Adhim, al- Karim, Kabir, al-Malik, al-Bathin, al-Waly, al-Mujib, al-Wahhab, al-‟Alim, adh-Dhahir, ar-Rasyid, al-Hadi, as-Salam, al-Mu‟min, al -Latif, al-Baqi, al-Bashir, al-Muhyi, al-Mumit, al-Qowy, al- Hakim, Jabbar, Mushawwir, Qadir, Ghafur, al-Afuww, ash-Shabur dan al-Halim.

c) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat thoyyibah, Al-Asma al-Husna dan pengenalan terhadap sholat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.

d) Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rosul dan Hari akhir serta Qadla dan Qadar Allah)

2) Aspek Akhlak meliputi:

(37)

bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qonaah dan tawakal.

b) Mengindari Akhlak Sayi‟ah (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik dan murtad.

3) Aspek adab Islami, meliputi:

a) Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan, minum, bersin, belajar dan bermain.

b) Adab terhadap Allah, yaitu: Adab di Masjid, mengaji dan beribadah.

c) Adab kepada sesama, yaitu: Kepada orang tua, saudara, guru, teman dan tetangga

d) Adab terhadap lingkungan.

Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad s.a.w., masa remaja Nabi

Muhammad s.a.w., Nabi Ismail, Kan‟an, kelicikan saudara-saudara

Nabi Yusuf a.s., Tsa‟labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu Lahab,

(38)

Nabi Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu aqidah dan Akhlak.52

. d. Pengertian Aqidah

Kata „aqoid’ jamak dari „aqidah, berarti “kepercayaan”

maksudnya adalah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang islam artinya mereka menempatkan atas kebenarannya disebutkan dalam Al-Qur‟an dan hadits nabi muhammad saw.

Aqidah islamiyah selalu berkaitan dengan iman, seperti: iman kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitab-nya, rasul-rasul-nya, hari akhir (hari kiamat-pembalasan)

Untuk itu Allah memerintahkan semua umat manusia agar menggunakan akal pikirannya dengan sebaik-baiknya, dan memperhatikan serta merenungkan segala ciptaanNya. Salah satu

untuk berma‟rifat (mengetahui), mengenal, dan meng-imani

sifat-sifat dan kekuasaan Allah SWT ialah dengan memperhatikan segala makhluk ciptaaNya.53

.

Adapun langkah-langkah dalam mengajar Aqidah antara lain: 1) Dengan pendekatan dogmatis yaitu pendekatan berdasarkan

dogma yaitu sesuatu yang harus diterima dengan yakin sebagai suatu kebenaran

52 Departemen Agama Republik Indonesia, Standar Kompetensi Lulusan (Skl), Standar

Kompetensi (Sk) Dan Kompetensi Dasar (Kd) Mata Pelajaran Aqidah-Akhlak Madrasah Ibtidaiyah (www.lkp2i.org, diakses pada tanggal 1 Desember 2016)

53 Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004),

(39)

2) Pendekatan normatif yaitu pendekatan berdasarkan norma yaitu ukuran atau ketentuan yang berlaku

3) Pendekatan rasional yaitu pendekatan dengan akal pikir yang dapat diterimanya

4) Pendekatan praktis atau keteladanan ialah pendekatan berdasarkan kenyataan dalam praktik yang dapat diteladani.54

Aqidah yang benar dan baik akan dapat mempengaruhi dalam hidup seseorang. Hal itu dapat dilihat dari cara berfikir, bicara, budi pekerti atau akhlaknya. Sehingga dapat disebutkan dalam Al-Qur‟an (Qs. Al-An‟am: 162-163)55:

Artinya: Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) e. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jama‟ dari khulukun

yang menurut bahasa adalah budi pekerti, tingkah laku atu tabiat. Perkataan ini bersumber pada Al-Qur‟an (Qs. Al-Qalam:4):

Artinya: Dan Sesungguhnya Kamu Benar-Benar Berbudi Pekerti Yang Agung.

(40)

Dalam Islam akhlak sangat penting bagi manusia, bahkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan dalam kehidupan bernegara.

Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat kemanusiaan-nya. Dalam Islam akhlak ada dua yaitu akhlak mahmudah yang menurut Islam baik dan akhlak madzmumah yang menurut yang tidak baik menurut agama Islam.

Jadi pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak-tanduknya (tingkah lakunya). supaya Dalam pelaksanaanya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang yang diajar berakhlak baik. Pengajaran akhlak salah satu bagian dari pengajaran agama, karena itu patokan penilainnya adalah ajaran agama. Yang menjadi sasaran pembicaraan akhlak ialah perbuatan

seseorang pada diri sendiri seperti sabar, wara‟, zuhud, ridha, qanaah

(41)

disiplin dan sebagainya. Disamping itu membahas sifat-sifat terpiji dan tercela menurut ajaran agama.56

f. Aqidah Akhlak

Aqidah islamiyah adalah iman kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitab-nya, rasul-rasul-nya, hari akhir (hari kiamat-pembalasan).57 Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat kemanusiaan-nya. Dalam islam akhlak ada dua yaitu akhlak mahmudah yang menurut Islam baik dan akhlak madzmumah yang menurut agama islam yang tidak baik.

Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat kemanusiaan-nya. Dalam islam akhlak ada dua yaitu akhlak mahmudah yang menurut Islam baik dan akhlak madzmumah yang menurut yang tidak baik menurut agama Islam.

Jadi pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak-tanduknya (tingkah lakunya). supaya Dalam pelaksanaanya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang yang diajar berakhlak baik. Pengajaran akhlak salah satu bagian dari

56 Ibid, hal 126-127

57Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004),

(42)

pengajaran agama, karena itu patokan penilainnya adalah ajaran agama. Yang menjadi sasaran pembicaraan akhlak ialah perbuatan seseorang pada diri sendiri seperti sabar, wara‟, zuhud, ridha, qanaah dan sebagainya. Juga perbuatan yang berhubungan dengan orang lain seperti pemurah, penyantun, penyayang, benar, berani, jujur, patuh, disiplin dan sebagainya. Disamping itu membahas sifat-sifat terpuji dan tercela menurut ajaran agama.58

g. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match Pada Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Perilaku Terpuji Terhadap Kedua Oran Tua

Model pembelajaran kooperatif tipe index card match diterapkan di kelas III dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang. Tahapan dalam penelitian ini meliputi: tes awal (pre test), pembentukan kelompok, belajar kelompok, dan tes akhir (pos test). Sebelum proses pembelajaran siswa dibagi menjadi dua kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk menjamin tingkat heterogen dalam setiap kelompok, supaya setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Dengan demikian terdapat empat kali pertemuan yang dilakukan dalam penelitian ini.

(43)

Proses pembelajaran kooperatif tipe index card match terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, inti dan akhir.

a). Kegiatan Pendahuluan

Pada kegiatan awal peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa tahu apa yang akan mereka pelajari, sehingga siswa akan terarah, termotivasi, dan terpusat perhatiannya dalam belajar. Peneliti juga mempertegas dalam menyampaikan materi aqidah akhlak.

b). Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, peneliti menjelaskan materi dengan tanya jawab dan ceramah, kemudian peneliti membagi siswa menjadi dua kelompok. Peneliti membagikan kartu kepada setiap siswa, dimana kartu tersebut sebagian berisi pertanyaan dan sebagian lagi berisi jawaban. Setelah semua siswa mendapatkan kartu yang sebagian berisi pertanyaan dan sebagian lagi berisi jawaban, pendidik meminta masing-masing siswa untuk mencari pasangan dari kartu yang mereka bawa. Dengan maksud mengajak siswa untuk berfikir kritis serta menuntut mereka untuk bertanggung jawab. Jika ada yang belum mengerti untuk dimusyawarahkan secara bersama-sama sebelum bertanya kepada peneliti atau guru.

(44)

menjawabnya. Selesai membaca guru meminta siswa untuk menempelkan kartu soal dan 126 jawabannya di papan tulis. Setelah kegiatan selesai peneliti bersama kelompok lain menanggapi hasil pekerjaan kelompok yang ditunjuk. Pada kegiatan akhir, peneliti dan siswa menyimpulkan materi bersama-sama. Kegiatan ini dilakukan agar daya ingat siswa terhadap materi yang diberikan dapat dipahami oleh siswa.

c) Penutup

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap penutup yaitu peneliti bersama-sama siswa menarik kesimpilan tentang materi perilaku terpuji terhadap kedua orang tua yang telah dibahas. Selanjutnya peneliti meminta salah satu siswa untuk memimpin doa pada akhir pembelajaran. Dan dilanjutkan dengan menutup salam oleh peneliti B. Penelitian Terdahulu

Setelah peneliti melakukan kajian pustaka terhadap skripsi yang berhubungan dengan judul skripsi peneliti, ternyata terdapat beberapa skripsi yang mempunyai kemiripan dengan skripsi peneliti. Beberapa kajian pustakanya adalah:

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ervan Yopi Putranto dengan judul

“Penerapan Strategi Pembelajaran Index Card Match Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN

Pasanggrahan 02 Kota Batu.” Menyimpulkan bahwa hasil belajar mata

(45)

strategi pembelajaran index card match, strategi pembelajaran index card match sangat efektif untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan tingkat keberhasilan siswa yang cukup memuaskan yang dapat diketahui dari indikator keberhasilan serupa nilai hasil belajar siswa dan proses pembelajaran. Jenis penelitiannya adalah PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus II telah mencapai target, bahwa strategi pembelajaran index card match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS.59

2. Zayyinna Munfa‟ati dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match terhadap. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV di MIN Tunggangri

Kalidawir Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013” dalam skripsi tersebut

telah disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran index card match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa kelas IV pada materi penjumlahan bilangan pecahan meningkat setelah penerapan strategi pembelajaran index card match. Juga dilihat dari hasil tes sebelum tindakan sampai akhir tindakan.60

3. Faul Badi'atuz Zahro' dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match Untuk Meningkatkan

59 Ervan Yopi Putranto, Penerapan Strategi Pembelajarn Index Card Match Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Pasanggrahan 02 Kota Batu, (Universitas Negeri Malang: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011), hal XIV

60 Zayyina Munfa‟ati, Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajarn Aktif tipe Index Card

(46)

Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas V Min Pandansari Ngunut Tulungagung Tahun Ajaran 2014/2015. Dapat disimpulkan peserta didik sangat senang dan antusias bekerja dalam kelompok dengan metode index card match. peserta didik tampak senang saat satu wakil kelompok melaporkan hasil diskusi,hal ini terlihat dari pemberian tepuk tangan ketika wakil kelompok selesai membacakan laporan. Berdasarkan hasil tes akhir pada siklus kedua menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman peserta didik pada materi tersebut. Kegiatan pembelajaran telah menunjukkan keatifan peserta didik dalam belajar.61

4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anis Kurlillah Fitriyati dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Index Card

Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Lambang Bilangan Romawi Pada Siswa Kelas IV A SDN Tukangan Yogyakarta”. Menyimpulkan bahwa hasil belajar Matematika siswa kelas IV A mengalami peningkatan setelah menerapkan strategi pembelajaran index card match, strategi pembelajaran index card match sangat efektif untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan tingkat keberhasilan siswa yang sangat baik. Dapat memuaskan hasil kerjasama siswa pada model pembelajaran active learning tipe index card match meningkat.62

61 Faul Badi'atuz Zahro', dalam skripsinya yang berjudul P enerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Index Card Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas V Min Pandansari Ngunut Tulungagung Tahun Ajaran 2014/2015,(Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2015)

62 Anis Kurlillah Fitriyati dengan judul skripsinya Penerapan Model Pembelajaran Active

(47)

5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Kalsum dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 004

Genduang Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan”.

menyimpulkan bahwa hasil belajar IPA. Hal ini dibuktikan dengan tingkat keberhasilan siswa yang cukup memuaskan yang dapat diketahui dari indikator keberhasilan serupa nilai hasil belajar siswa dan proses pembelajaran. Jenis penelitiannya adalah PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus II telah mencapai target, bahwa strategi pembelajaran index card match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA.63

Dari kedua uraian penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti akan mengkaji persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Untuk mempermudah memaparkan persamaan dan perbedaan tersebut, akan diuraikan dalam tabel berikut:

Bilangan Romawi Pada Siswa Kelas IV A SDN Tukangan Yogyakarta, (Yogyakarta: skripsi tidak diterbitkan, 2015)

63

(48)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Dan Judul

Penelitian Persamaan Perbedaan

1 2 3

Ervan Yopi putranto:

“Penerapan strategi

pembelajaran index card match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas SDN Pesanggrahan

Faul Badi'atuz Zahro' dalam skripsinya yang berjudul

“Penerapan Model

(49)

Pelalawan” . meningkatkan hasil belajar

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan peneliti pada penelitian ini yakni terletak pada tujuan penelitian dan juga penerapan model pembelajaran index card match untuk beberapa mata pelajaran, subjek dan lokasi penelitian berbeda. Selain hal tersebut kegunaan dari penelitian terdahulu ada yang menggunakan model pembelajaran index card match sebagai acuan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Hipotesis Tindakan/Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “jika model pembelajaran kooperatif tipe index card match diterapkan dengan baik pada proses pembelajaran fiqih, maka kualitas belajar siswa kelas V di MIN Pandansari

Ngunut Tulungagung dapat meningkat”.

(50)

D. Kerangka Berfikir

Gambar 2.3. Kerangka Berfikir

---Sebab---Proses---Akibat---

Proses pembelajaran yang baik yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam lingkungan belajar, memotivasi siswa agar aktif, dan mmberikan kebebasan siswa untuk berkreasi dalam melakukan pembelajaran secara optimal. Pencarian informasi merupakan salah satu ketrampilan awal yang harus dikuasai oleh siswa dan dilanjutkan dengan pengembangan ketrampilan yang akan menjadikan siswa menguasai dasar– dasar ketrampilan tersebut, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ketrampilan yang sudah dikuasai dalam berbagai situasi dan materi pelajaran baru.

Peneliti mengadakan penelitian di MI Roudlotul Ulum Sumbergempol Tulungagung dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe index card match yang dapat membuat siswa berpartisipasi dan bertanggungjawab di dalam kelas. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe index

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index

Card Match

Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Meningkatkan kerjasama 2. Meningkatkan

keaktifan 3. Meningkatkan

hasil belajar

Siswa kelas III MI Roudlotul Ulum Sumbergempol

(51)

card match dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe index card match yang dapat membuat siswa berpartisipasi dan bertanggungjawab di dalam kelas. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe index card match (mencari pasangan kartu) yang dilakukan oleh peneliti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran fiqih dilakukan di MI Roudlotul Ulum Sumbergempol Tulungagung akan semakin meningkatkan hasil belajar siswa, jika diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe index card match (mencari pasangan kartu), hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe index card match (mencari pasangan kartu) merupakan salah satu cara untuk mengingat atau mereview materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar.

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.2 Proses Pembelajaran 45
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Memandangkan masalah yang dihadapi oleh responden dalam/untuk menerap KI dalam P&P telah dikenalpasti iaitu dalam kekurangan pengetahuan dan kemahiran untuk

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada Pokja

Berdasarkan refleksi yang mereka lakukan kebanyakan mahasiswa menyadari bahwa aspek yang terpenting dari nilai caring adalah ketulusan.. Dari hasil refleksi mereka

Kesimpulan: Tidak ada perbedaan efektivitas kompres hangat basah dan kering terhadap nyeri punggung bawah pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Telen.. Saran: Untuk peneliti

Dan dari 14 (empat belas) perusahaan yang mendaftar tersebut terdapat 10 (sepuluh) perusahaan yang mengupload tabel kualifikasi, yaitu sebagai berikut :.. Arcplan

Masalah yang dihadapi oleh guru perlu diberi perhatian untuk memastikan pengajaran matematik melalui intgerasi KBAT ini berjalan dengan lancar dan berjaya. Dapatan kajian

Banyak penonton sepak bola di stadion pada hari Sabtu adalah 2.678 orang, sedangkan pada hari Minggu sebanyak 4.795 orang.. Berapa orang jumlah penonton dalam dua

st rengt h of brand associat ions, dan Uniqueness of brand associat ions (Fat lahah, 2013); (2) Kepuasan pelanggan, indikat ornya adalah kepuasan t erhadap kemampuan unt uk