BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengambilan Data 4.1.1 Profil Perusahaan
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang memiliki lima anak perusahaan penghasil semen yang memainkan peranan sangat penting sebagai strategic partner, maupun sebagai pendukung community development. Anak perusahaan diharapkan mampu mendukung bisnis inti Semen Indonesia selaku holding company dan memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk mencapai keunggulan kompetitif dan perkembangan perusahaan secara terus menerus. Anak perusahaan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk yang menghasilkan semen yaitu PT. Semen Tonasa (Persero) Tbk, PT. Semen Padang (Persero) Tbk, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk dan Thang Long Cement.
Peneliti melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yaitu PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. PT. Semen Gresik merupakan salah satu anak perusahaan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 7 Agustus 1957. Area pemasaran produk semen Gresik adalah wilayah Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi (sebagian) Pada awal pembentukannya, kapasitas terpasang PT. Semen Gresik hanya mencapai 250.000 ton semen per tahun, dan pada tahun 2018 kapasitas yang ditargetkan mencapai 16 juta ton/tahun. Kantor pusat PT. Semen Gresik terletak di Kabupaten Gresik, Jawa Timur sedangkan Kabupaten Tuban dijadikan sebagai pabrik semen.
4.1.2 Proses Produksi Semen
Berikut merupakan tahapan mengenai proses produksi semen yang terdapat pada perusahaan Semen Indonesia Tbk.
a. Proses Penyiapan Bahan Baku
Umumnya proses penyiapan bahan baku ini menggunakan beberapa alat berat. Bahan baku yang digunakan ialah bahan baku utama semen seperti clay (tanah liat) dan limestone (batu kapur). Lokasi penambangan biasanya jauh dari lokasi pabrik. Maka untuk beberapa pabrik menggunakan long belt conveyor untuk memindahkan material tersebut. Namun sebelum dikirim ke proses penghancuran, material tersebut disimpan pada surge bin. Ketika material dibutuhkan maka secara otomatis material tersebut akan dikirim ke lokasi pabrik menuju crusher.
b. Proses Penghancuran (Crushing)
Alat utama untuk menghancurkan bahan baku adalah crusher. Bahan baku hasil penambangan diangkut menggunakan dump truck dan kemudian dicurahkan ke dalam hopper. Dimana fungsi dari hopper adalah sebagai alat penampung awal untuk memasukaan ke dalam crusher. Crusher yang digunakan untuk mengancurkan batu kapur terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama disebut vibrator yang fungsinya untuk mengayak atau menyaring batu kapur sehingga batu kapur yang ukurannya lebih kecil akan langsung jatuh menuju belt conveyor. Batu kapur yang tertinggal akan secara langsung menuju bagian yang kedua, yaitu bagian yang memiliki alat penghancur yang dinamakan hammer. Setelah mengalami penghancuran, batu kapur tersebutakan jatuh menuju belt conveyor yang sama. c. Penyimpanan dan Pengumpanan Bahan Baku
Setelah mengalami proses penghancuran, bahan-bahan tersebut dikirim menuju tempat penyimpanan yaitu stock pile dengan menggunakan belt conveyor. Umumnya, stock pile terdiri dari dua sisi yaitu sisi kanan dan kiri, jika pada bagian kanan sedang digunakan sebagai proses, maka sisi bagian kiri akan diisi bahan baku dari crusher. Begitu juga sebaliknya. Untuk mengatur letak penyimpanan bahan baku, digunakan tripper selain itu stock pile juga dilengkapi dengan reclaimer. Dimana reclaimer ini berfungsi untuk memindahkan atau mengambil raw material dari stock pile ke belt conveyor dengan kapasitas tertentu, sesuai dengan kebutuhan proses, alat ini juga berfungsi untuk menghomogenkan bahan baku yang akan dipindahkan ke belt conveyor. Selanjutnya bahan baku dikirim dengan menggunakan belt conveyor
menuju tempat penyimpanan kedua, yang biasa dikatakan merupakan awalan masukan poses pembuatan semen, yaitu Bin. Pengumpulan bahan baku kedalam sistem proses selanjutnya diatur oleh weight feeder, yang diletakkan tepat dibawah bin. Prinsip kerja dari weight feeder ini adalah mengatur kecepatan scavenger conveyor, yaitu alat untuk mengangkut material dengan panjang tertentu dan mengatur jumlah bahan baku sehingga jumlah bahan baku yang ada pada scavenger conveyor sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selanjutnya bahan baku dijatuhkan ke belt conveyor dan dikirim ke vertical roller mill untuk mengalami penggilingan dan pengeringan. Pada belt conveyor terjadi pencampuran batu kapur, pasir silika, pasir besi dan tanah liat.
d. Penggilingan dan Pengeringan Bahan Baku
Alat utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan pengeringan bahan baku adalah raw mill. Media pengeringanya adalah udara panas yang berasal dari coller dan pre-heater. Udara panas tersebut juga berfungsi sebagai media pembawa bahan-bahan yang telah halus menuju proses selanjutnya. Bahan baku masuk kedalam raw mill pada bagian tengah (tempat penggilingan) sementara itu panas masuk kedalam bagian bawahnya. Material yangsudah tergiling halus akan terbawa udara panas keluar raw mill melalui bagian atas alat tersebut. Raw mill memiliki bagian yang dinamakan classifier yang berfungsi untuk mengendalikan ukuran partikel yang boleh keluar dari raw mill partikel dengan ukuran besar dikembalikan ke dalam raw mill untuk mengalami penghalusan selanjutnya sampai ukuran partikel mencapai ukuran yang diharapkan. Sementara itu partikel yang ukurannya telah memenuhi kebutuhan akan terbawa udara panas menuju cyclone. Dimana cyclone ini berfungsi untuk memisahkan antara partikel yang cukup halus dan partikel yang terlalu halus seperti debu. Partikel yang cukup halus akan turun ke bagian bawah cyclone dan dikirim ke blending silo untuk mengalami pengadukan dan homogenasi. Partikel yang terlalu halus akan terbawa udara panas menuju electrostatic precipitator. Alat ini berfungsi untuk menangkap debu-debu tersebut sehingga tidak lepas keudara. Debu-debu yang tertangkap, di kumpulkan di dalam dust bin, sementara itu udara akan keluar melalui stack.
e. Pencampuran (Blending)
Alat utama yang digunakan untuk mencampur dan menghomogenkan bahan baku adalah blending silo, dengan media pengaduk adalah udara. Bahan baku masuk dari
bagian atas blending silo oleh karena itu alat transportasi yang digunakan untuk mengirim bahan baku hasil penggilingan blending silo adalah bucket elevator dan keluar dari bagian bawah blending silo dilakukan pada beberapa titik dengan jarak tertentu, dan diatur denagn menggunakan valve yang sudah diatur waktu bukanya. Proses pengeluaran dari beberapa titik dilakukan untuk memenuhi kehomogenan bahan baku.
f. Pemanasan awal (Pre-heating)
Alat utama yang digunakan untuk proses pemanasan awal bahan baku adalah preheater sedangkan alat bantunya adalah kiln feed bin. Setelah mengalami homogenasi di blending silo, material terlebih dahulu ditampung di dalam kiln feed bin, bin ini merupakan tempat umpan yang akan masuk ke dalam preheater, Ada 4 tahap pemanasan yang dilakukan dalam preheater. Pertama hingga ketiga adalah dipanaskan oleh angin panas dari kiln, namun yang ke empat adalah dibakar dengan api dan juga digunakan teknik cyclone sehingga benar- benar terbakar sempurna bahan bahan tersebut hingga suhu yang diinginkan sebelum masuk kiln adalah mencapai 850-900°c. Output dari preheater ini adalah debu panas, karena titik didih bahan bahan tersebut memang masih diatas suhu tersebut.
g. Proses pembakaran (Firring)
Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary kiln. Rotary kiln adalah alat berbentuk silinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan kemirinngan tertentu. Dimana ujung satunya adalah tempat material masuk sedangkan ujung lainnya adalah tempat terjadinya pembakaran bahan bakar. Material akan mengalami pembakaran dari temperatur rendah ke temperatur tinggi. Debu panas dari preheater yang mencapai 850- 900°c akan langsung masuk kiln. Di kiln akan disembur dengan serbuk batu bara yang menyala dengan api hingga suhu bagian dalam kiln mencapai 1400-1500°C. Untuk mengetahui sistem kerja tanur putar, proses pembakaran bahan bakarnya, tanur putar di lengkapi dengan gas analyzer. Gas analyzer ini berfungs i untuk mengendalikan kadar O2, CO, dan NOx pada gas buang jika terjadi kelebihan atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara bisa disesuaikan. Didalam tanur putar terjadi proses kalsinasi, simntering, clinkering. Bahan bakar dari kiln sendiri dihasilkan dari batu bara yang dihaluskan hingga menjadi bubuk pada proses di coal mill.
h. Pendinginan (Cooling)
Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan clinker adalah cooler. Cooler ini dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai saluran udara pendingin yang disebut grate dan alat pemecah clinker (clinker breaker). Setelah proses pembentukan clinker selesai dilakukan dalam tanur putar, clinker tersebut terlebih dahulu didinginkan didalam cooler sebelum disimpan didalam clinker silo. Cooler yang digunakan menggunakan udara luar sebagai pendingin. Udara yang keluar dari cooler dimanfaatkan sebagai media pemanas pada raw mill, sebagai pemasok udara panas pada kiln, dan sebagian lain di buang ke udara bebas. Proses pendinginan ini sama seperti preheater yaitu di ulangi berkali kali hingga suhu clinker menjadi sekitar 90- 100°C. Setelah didinginkan clinker dikirim menuju clinker silo dengan menggunakan alat transportasi yaitu deep pan conveyor. Sebelum sampai di clinker silo, clinker akan melalui sebuah alat pendeteksi kapur bebas, jika kandungan kapur bebas clinker melebihi batas yang diharapkan maka clinker melebihi batas yang diharapkan maka clinker akan dipisahkan dan disimpan dalam bin sendiri.
i. Proses Penggilingan Akhir
Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir dimana terjadinya pula penggilingan clinker dengan gypsum adalah ball mill. Alat ini berbentuk silinder horizontal. Bagian dalam ball mill terbagi menjadi dua bagian untuk memisahkan bola baja yang berukuran besar dan berukuran kecil. Bagian utama diisi dengan bola-bola baja yang berdiameter lebih besar dari pada bola-bola-bola-bola yang ada pada bagian kedua. Prinsip penggunaan bola-bola baja dari ukuran yang besar ke ukuran yang lebih kecil adalah bahwa ukuran bola-bola baja yang lebih kecil menyebabkan luas kontak tumbukan antara bola-bola baja dengan material yang akan digiling akan lebih besar sehingga diharapkan ukuran partikelnya akan lebih halus. Material yang telah mengalami peenggilingan kemudian diangkut oleh bucket elevator menuju separator. Sparator berfungsi untuk memisahkan semenyang ukuranya telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang cukup halus dibawa udara melalui cyclone kemudian disimpan didalam silo cement.
Untuk lebih memperjelas proses pembuatan semen secara kering dapat dilihat pada gambar berikut :
4.1.3 Pengambilan Data FMEA
Berikut adalah tata letak pabrik PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk plant Tuban yaitu :
Gambar 4.2 Tata Letak Pabrik PT. Semen Indonesia Keterangan Gambar:
1. Limestone Crushing 13. Clinker Cooler 2. Clay Crushing 14. Clinker Storages 3. Clay Storages 15. Central Control Room 4. Limestone Storages 16. Gypsum/Trass Bin 5. Raw Material 17. Cement Finish Mill 6. Iron Silica Storages 18. Cement Storages Silo
7. Raw Mill 19. Cement Packing and Load Out 8. Electrostatic Precipitator 20. Masque
9. Coal mill 21. Dormitory
10. Blending silo 22. Central Office 11. Suspension Preheater 23. Utilitas
Pengambilan data dilakukan di Central office, section of maintenance planning PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban. Section of maintenance planning berfokus untuk melakukan proses perawatan terhadap mesin serta peralatan. Salah satu cara yang diterapkan perusahaan untuk melakukan manajemen perawatan mesin dan peralatan proses produksi dengan menerapkan sistem Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Penerapan sistem FMEA baru diterapkan tahun 2015 akhir hingga saat ini. Data yang diperoleh dari record FMEA berupa data excel yang merupakan dokumentasi dari penerapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) tahun 2017 dan 2018 yaitu:
Tabel 4.1 Total Failure Mode Record FMEA
No. Record Failure Mode/Tahun Tahun
1. 1 Failure Mode 2015
2. 149 Failure Mode 2016 3. 88 Failure Mode 2017 4. 10 Failure Mode (Jan-Ags) 2018
Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa penerapan sistem Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) baru terlaksana di akhir tahun 2015. Namun ditahun berikutnya banyak data failure mode yang terekam sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap penerapan sistem fmea di setiap area kerja pada PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk pabrik Tuban agar berjalan dengan efektif.
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Pengelompokkan Failure List
Data yang diperoleh berisikan failure list yang terdata pada sistem Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban dengan mengelompokkan failure yang ada berdasarkan bagian area kerja sebagai berikut :
Tabel 4.2 Record Data Bagian Crusher
Categor i Area / Busines s Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequences O Current Prev. Control D RPN Medium Crusher Tuban 4 244T R1 Kabel drum /Penggulung kabel power Shaft bending vibrasi menyebabk an bearing motor rusak 8 Reducer cacat
Tripper Mati 6 Inspeksi Rutin, Ganti motor 0.75KW 3 144 High Crusher Tuban 2 Stora ge BC Storage / Menampung material Altirnative untuk subtitusi Bahan baku Material Tumpah keluar storage Mencemari lingkungan sekitar 7 Storage kurang luas dan tinggi Mengganggu Kenyamanan kerja dan kesehatan, butuh biaya dan tenaga untuk membersihka n 8 Pembersihan lokasi 4 224
Categor i Area / Busines s Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequences O Current Prev. Control D RPN Medium Crusher Tuban 4 244T R1 Rel Tripper / jalur lintasan tripper
Rel rusak tripper stop 9 Rel terlalu rendah, Roda aus, rel tidak alignment
Crusher stop 8 Modifikasi shaftGanti couplingRel diratakanreto rque baut clamp relInspeksi rutin harian, mingguan 5 360 High Crusher Tuban 2 252H P1 LCD / memberi info dari CCR ke OP Loader Untuk Komposisi Blok Clay LCD dan Keyboar d Error Tidak ada Informasi ke Loader 5 Power Supply Rusak Kualitas Mixpile Terganggu 8 Perbaikan Power Supply 6 240 High CCT 469M S1 Pemisah metal dari material Sambung an Belt sering nglokop
Belt Putus 6 Panas induksi magnet, panas area Tidak bisa memisahkan metal 9 - Repair spacing belt 3 162 High Crusher Tuban 3 243B C3 Belt Conveyor / transport material Belt Baru insert (70 M) rusak
Belt sobek 7 kualitas Material kurang Stop operasi crusher 3 Fastener scrapper dilonggarkan 7 147
Categor i Area / Busines s Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequences O Current Prev. Control D RPN Medium Crusher Tuban 1 251S S1 Storage Bahan baku alternatif, Menyimpan Material B3 Material Sering tumpah Material B3 mencemari lingkungan 8 Dinding Storage kurang tinggi dan Beton Rusak Image perusahaan terganggu 8 Pembersihan by KPL 3 192 High Crusher Tuban 4 234B C2 Metal Detector, Mendeteksi Logam asing yang terbawa material Metal Lolos ke alat transport Merusak Belt, bucket 7 Material Logam Asing tidak terdeteksi Alat transport stop 7 Tidak ada pengendalian 5 245 Medium CCT 469C R1M0 2 Motor drive untuk sizer Bearing Motor Cepat aus Motor Rusak 7 Base Plate Vibrasi
Sizer stop 5 Regrease rutin 3 bulan sekali, check vibrasi max 1 bulan sekali
Categor i Area / Busines s Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequences O Current Prev. Control D RPN Medium Crusher Tuban 1 231C R2 Bearing Hammer, Bantalan rotor. Tempara tur oil sirkulasi bearing hammer panas 92oC, mematik an pada 100oC Limestone crusher mati 7 Oli sirkulasi bearing hammer bocor Stop operasi Crusher 7 Penggantian type oil grade lebih tinggi -Modifikasi cover seal. Dan Pemasangan Breather 4 196 High Crusher Tuban 3 243B C6 Reducer, Mereduce putaran motor Oil reducer bocor Reducer kehabisan oil, Belt stop 7 Seal kurang presisi Stop operasi Crusher 6 Ganti seal, service di BM 4 168 Medium Crusher Tuban 3 243B CA Balt Conveyor Belt Sobek Memanja ng 20 cm pada 2 titik di belt stop belt conveyor, material tumpah 7 Ada rol yang macet Stop operasi Crusher 7 Inspeksi rutin PMCR dan OPCR 5 245
Tabel 4.3 Record Data FMEA Bagian Produksi 1 Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequen ces O Current Prev. Control D RP N Medium Raw Mill Tuban 2 331/2/3 AC1-2 Reducer mengubah putaran drive motor Reducer macet
Apron stop 9 lifetime lebih dari 20 tahun Rawmill mati 3 Inspeksi dan lubrikasi rutinPemberi an grease pada seal 9 243 Medium Raw Mill Tuban 1 351BE 2 Bucket Elevator / Transfer material product dari Airslide ke Silo. Steelcord Sudah Putus Belt bucket Putus 9 lifetime Rawmill stop, Kapasitas Kiln turun 4 Potong Sambung Belt bucket 8 288 High Raw Mill Tuban 1 351BE 4 reducer, mengurangi ratio putaran
korosi gear rusak 7 bucket sangat jarang beroperasi sehingga terjadi kondesasi dalam gear box Bucket tidak dapat beroperasi 8 inspeksi berkala 7 392
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequen ces O Current Prev. Control D RP N High Kiln Tuban 2 442KL 1 Pondasi / Support untuk Kiln drive Pondasi retak Vibrasi saat torque di atas 70 persen 8 Ada initial crack yang kemasukan oil. Kapasitas turun menjadi 80% dari normal capacity 7 Maintain operasi torque kiln dibawah 70 persen dan Menambah support antara pondasi timur dan barat 3 168 High Kiln Tuban 2 442FN RMO0 1 Variable Speed drive / Mengatur kecepatan motor Nilai kapasitansi kapasitor DC BUS link terjadi deviasi > 10% DC BUS undervolta ge 7 Temperatur e DC BUS capacitor >60oC Drive stop / Kiln slow down 4 maintain temperature (Service AC, Inspeksi VSD Pembersihan ruangan) 5 140 High Raw Mill Tuban 1 321RR 1 reducer scrapper lifetime, temperatur e reducer panas & suara kasar kerusakan reducer, 7 lifetime innerpart hampir mendekati kerusakan gear Raw mill berhenti operasi dan stock umpan kiln tersendat 9 inspeksi, ganti oil bila panas
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequen ces O Current Prev. Control D RP N High Raw Mill Tuban 1 341RM 1 bearing grinding roll & axle seal do bearing macet, seal bocor vibrasi raw mill, pemakaian oli meningkat, kerusakan tire & table
8 lifetime bearing (5 tahun), sal bocor dan pecah Raw mill stop 7 inspeksi 7 392 High Raw Mill Tuban 2 352BE 2 reducer bucket reducer panas, suara kasar kerusakan reducer 7 lifetime over (sdh 8 tahun), seal bocor, corosive
Kiln stop 8 inspeksi rutin 8 448
High Raw Mill Tuban 1 341RM 1 tools hydarulic torque & pump u/ assy grinding roll preasure tak tercapai, tidak dapat berputar hydraulic torque macet 7 kesalahan pemakaian, over preasure Tidak dapat melakuka n perbaikan 8 pembersihan dan perawatan tools 7 392 High Raw Mill Tuban 1 331AC 1 DC Drive 40 HP/ Penggerak reducer Apron Conveyor Motor terbakar, stop Apron conveyor 7 Life time lebih pendek Rawmill Stop 4 Ganti unit, service rutin, inspeksi by IP 8 224
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequen ces O Current Prev. Control D RP N High Kiln Tuban 1 441AN 1 Gmu / gas monitoring unit analyzer
GMU Error Tidak Bisa Memonitor ing Gas Buang Burner 7 Motherboar d Rusak
Kiln stop 4 IInspeksi dan Cleaning saat overhoul Serta penggantian unit yang rusak 8 224 High Raw Mill Tuban 2 342RM 1 maximator tools untuk repair reducer mill, rocker arm, grinding roll dll hose, connector bocor preassure tak tercapai 5 lifetime (>10 tahun) Rawmill stop 6 perawatan berkala 5 150 High Kiln Tuban 1 441CC 1 Actuator / Penggerak cooler Pressure rendah, Langkah Actuator tidak terpenuhi. 12 stroke/ mnt menjadi 6 stroke/mnt Cooler berat 7 Tidak bisa melakukan cek kondisi actuator tanpa mematikan kiln Kapasitas Cooler berkurang 6 5 210
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequen ces O Current Prev. Control D RP N High Kiln Tuban 1 470FN 3 Venting / Sealing air pressure standar di atas 38 mbar Flow rendah dibawah 25 mbar Mematikan Atox mill 7 kebocoran Flexible Joint Stop produksi pulverize, menguran gi kapasitas kiln 7 Check pada waktu atox off 6 294 High Kiln Tuban 3 443KL 1 Superbolt (16 EA)/ Pengikat maingear Superbolt putus >4 EA di 1 titik Maingear lepas 9 misalignme nt antara shell kiln dan maingear
Kiln stop 7 Inspeksi harian by Operator, mingguan by PMKC 7 441 High Kiln Tuban 4 484PW 01 Rotor / Alat timbang material pulvurize untuk memenuhi kebutuhan operasi Motor Trip/Overl oad Suply Material Pulvurize Terganggu 6 Gap Motor Tidak Sama
Kiln stop 5 Inspeksi visula mingguan
1 0
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Cosequen ces O Current Prev. Control D RP N High Kiln Tuban 4 444FN 01 Expansion Joint downcomer / Sambungan flexible antar ducting Expansion joint deformasi Support, ducting downcomer rusak / colapse 7 Design Expansion joint yang terpasang kurang sesuai Stop Operasi 8 Inspeksi mingguan, Penambalan 4 224 High Kiln Tuban 3 443FN F Fan / Menghasilka n udara untuk pendinginan cooler Fan vibrasi tinggi Bearing motor atau bearing fan rusak 8 Pondasi kurang kuat, tidak ada vibration damper Fan stopped / kiln shut down interlocke d 6 Penguatan baseplate (pasang penguat base plate) Inspeksi mingguan (PML dan IP) 3 144 Medium Kiln Tuban 3 483FN 4 Fan / Mengalirkan udara untuk burner gun Fan vibrasi tinggi Housing bearing motor rusak 7 Bearing motor rusak Motor fan stop - kiln stop 6 Inspeksi rutin mingguan 3 126
Tabel 4.4 Record Data FMEA Bagian Produksi 2 Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Coseque nces O Current Prev. Control D RPN Medium Finish Mill Tuban 2 544B M1 smartfill unit / mendeteksi volume material kompartemen ball mill fill level sensor rusak penunjuka n tidak akurat 6 kabel sensor terkelupas karena support sensor lepas Feed rate berkuran g 4 repair support kabel, retorque fill level sensor 4 96 High Finish Mill Tuban 3 523B E1 Transportasi terakraw material line mill 5 Bucket elongation Bucket alarm 6 Chain lifetime (original 3 tahun) Bucket stop 6 Inspeksi rutin 1 bulan sekali saat service rutin 3 108 High Finish Mill Tuban 3 546B M1 Bolt trunion / mengikat trunion
Bolt putus Material / semen bocor 7 Deformasi pada trunion plate, Compartem en 1 overload Lingkun gan kotor, Loss cement producti on 8 Doubling plate trunion dan Ganti dimensi dan material bolt 6 336
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Coseque nces O Current Prev. Control D RPN High Finish Mill Gresik 20018 328 automation charger kontrol finish mill a b c gresik Automatio Charger sudah obsolete dan tidak menjamion performance Finish Mill ABC gresik tidak bisa beroperasi 10 Komponen sudah obsolete Shut down finish mill A B C Gresik 9 Service rutin dan inspeksi 9 810 High Finish Mill Gresik SG- 2301-FM untuk loading material dari storage ke apron excavator spare part obsolete supply material di finish mill terganggu
9 life time Operasio nal finish mill tidak lancar 8 Melakukan inspeksi 7 504 High Finish Mill Tuban 4 547R M01 Grinding Process Kualitas dibawah standar Blaine dan mesh dibawah standar 5 penggunaan water spray tinggi lebih dari 5000 lt/mnt komplain pelangga n 8 Meminimalk an penggunaan waterspray maks. 3000lt/mnt (sebelumnya diatas 5000 lt/mnt) 6 240
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Coseque nces O Current Prev. Control D RPN High Finish Mill Tuban 4 547R M01 Grinding Process Kualitas dibawah standar Blaine dan mesh dibawah standar 5 penggunaan water spray tinggi lebih dari 5000 lt/mnt komplain pelangga n 8 meminimalk an penggunaan waterspray maks. 3000lt/mnt (sebelumnya diatas 5000 lt/mnt) 6 240 Low Finish Mill Tuban 4 547F N19
Booster Fan Penggunaan panas berlebih dan kebutuhan panas untuk WHRPG kurang Power consumtio n tinggi 4 efisiensi biaya dan substitusi panas ke WHRPG kurang tagihan listrik tinggi dan pemenuh an panas untuk WHRPG kurang 3 mematikan booster fan, tidak memakai panas dari cooler kiln 3 36 High Finish Mill Gresik Finish Mill# D Fan/Menarik Produk White Cement dari Cyclone Separator Vibrasi Tinggi Impeller Unbalance 8 Terjadi Coating pada impeller
Mill Stop 8 Service Rutin
Pembersihan Impeller
Tabel 4.5 Record Data FMEA Bagian Packing Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Coseque nces O Current Prev. Control D RPN High Electric al & Dcs PLG Tuban 1-2 PC dan software untuk Report dan record Produksi
Obsolete Tidak bisa melakukan report produksi 6 - software tidak didukung lagi - lifetime Hardware. Terjadi kesalaha n data produksi 8 Reset rutin hampir tiap hari 3 144 High Electric al & Dcs ER3 (PAN EL MV 301) Current Transformer Short Circuited Explosion 7 Obsolete (life time >20 tahun) Terjadi kesalaha n data produksi 5 Infeksi Cleaning Check Termografi 7 245 High Electric al & Dcs 442F N2 Power transformer/ menurunkan level tegangan sebagai supply rectifier ACS1000 Trafo short circuit Coil/windi ng transforma tor rusak 8 High temperature , thermal fault, acidity tinggi Shut down 4 Inspeksi bulanan 6 192 High Electric al & Dcs ER16 (SUB 4) Cable duct / Tempat Cable
kabel short Kiln 1,2,3,4 stop
8 Panas di kabel duct
Kiln stop 6 Check termografi dan inspeksi kabel duct
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Coseque nces O Current Prev. Control D RPN Medium Electric al & Dcs TM40 2_Tra fo Distri busi ER4 Mensupply Kebutuhan Power Listrik Area Kiln Feet Tuban 1 Kandungan Gas Acethylene Cukup Tinggi Akan Terjadi Explotion di Internal Trafo 7 Kemungkin an adanya flash over pada kontak mekanik tap changer di internal trafo Kemungkin an di sebabkan rusaknya sambungan antara coil winding trafo menuju ke kontak tap changer. Kiln tuban 1 stop 6 Test DGA (Dissolve Gas Analysis) 6 252 Medium Electric al Dan Penunja ng 20019 572 kabel power/suply power ke ph 2 - pelabuhan gresik Kabel banyak sambungan dan sudah obsolote Power ke PH 2 - Pelabuhan Gresik Trip 9 Kabrl obsolote dan banyak sambungan Area Ph 2 dan pelabuha n power off 8 Cek visual jaringan kabel 9 648
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Coseque nces O Current Prev. Control D RPN High Electric al Dan Penunja ng 50015 777 Vertical Turbine Pump Bak Tubanan Performa Pump Rendah Supply Air dari bak Tubanan Terganggu /Macet 7 Performa Pump Menurun Stock Air Cepat Habis 8 Dilakukan Service Rutin 8 448 High Electric al Dan Penunja ng Lift Area II-41 Transportasi Naik/Turun Orang dan Barang Hasil Temuan Audit/Sertif ikasi Pergeraka n, Buka/Tutu p Pintu Berat 7 Bagian Pintu putus & Miring Orang Naik ke Top Silo Tergang gu 9 Pembenahan Sementara 8 504 High Electric al Dan Penunja ng Lift Area II-61 Transportasi Naik/turun Orang dan Barang Hasil Temuan Audit/Sertif ikasi Peneranga n buruk, Apar tidak ada, Emegency door/Call/ bell buruk, Buffer buruk 7 Penerangan buruk, Apar tidak ada, Emegency door/Call/b ell buruk, Buffer buruk Transpor t Orang/B arang ke lantai atas/Top silo tergangg u 9 Pembenahan Sementara 8 504
Categori Area / Busine ss Service Equip ment Component / Function Failure mode Failure Effect S Failure Cause Failure Coseque nces O Current Prev. Control D RPN High Finish Mill Gresik Finish Mill# A Liner Shell Comparteme nt-2 Liner Shell Aus Product Cement menurun 8 Tergerus Oleh Material Cement dan Grinding Ball
Mill Stop 9 Monitoring kondisi liner(didokum entasi), Cek keausan secara periodik, 3 216 High Electric al Dan Penunja ng Vibrat ing Scree n PM#5 Menyaring Product Cement sebelum masuk Packing Machine Vibrating Screen Stop Coil sering terbakar 7 Mutu Coil rendah, Specifikasi tidak ada Release Packing Machine Stop 8 Cek Amper, AdJustmen Getaran 6 336 Medium Packer Gresik PLC 50017 009 & 50017 040 plc unit packer 3 & 4 gresik PLC sudah absolute, performa tidak bisa dipastikan release packer berhenti total 9 absolute Stop release packer 3 & 4 9 service / cleaning & conection 9 729
4.2.2 Usability Testing
Dalam melakukan sebuah perbaikan sistem dari sistem awalan sampai sistem usulan yang direkomendasikan perlu diuji untuk dapat mengetahui seberapa cocok sistem usulan tersebut diterapkan. Untuk itu, perlu adanya usability testing terhadap perbaikan – perbaikan yang diberikan. Usability testing bertujuan untuk mengetahui secara mendalam kepuasan user terhadap suatu produk atau sistem yang baru dalam membantu mencapai tujuan yang diinginkan oleh user. Pada kasus yang diteliti, berbagai perbaikan sistem yang diberikan akan menjadi sebuah sistem baru yang utuh kemudian user memberikan penilian apakah perbaikan sistem baru yang diberikan dapat berguna dan mempermudah user dalam mengerjakannya. Adapun bentuk pertanyaan yang akan diajukan kepada user dalam melakukan usability testing yaitu:
Tabel 4.6 Daftar Pertanyaan (Kuesioner) Usability Testing
No. Kategori Pertanyaan
1. Usefulness
Adanya New Form FMEA (NFF) membuat saya bekerja lebih efektif
Adanya NFF membuat saya bekerja lebih produktif NFF sangat berguna bagi saya
NFF membuat saya lebih mudah dalam menyelesaikan tugas yang saya kerjakan
Dengan adanya NFF mampu menghemat waktu dalam bekerja
2. Ease for Use
NFF mudah ketika digunakan
NFF selalu berhasil dalam menentukan Nilai RPN dan Kategori Mudah untuk diedit data yang salah pada NFF
NFF dapat digunakan tanpa Petunjuk Penggunaannya Mudah digunakan bagi User yang Baru mengetahui NFF
3. Ease for Learning
Mudah dipelajari untuk menggunakan template NFF Penggunaan NFF mudah untuk diingat
NFF sangat mudah digunakan
Pengguna cepat mahir dalam menggunakan NFF. 4. Satisfaction
Saya merasa puas dengan NFF NFF bekerja sebagaimana seharusnya Saya rasa perusahaan memerlukan NFF
4.2.2.1 Hasil Wawancara New Template FMEA (NTF)
Setalah menentukan kategori – kategori untuk melakukan usability testing (Usefulness, Ease for use, Ease for learning dan Satisfaction) maka langkah selanjutnya melakukan wawancara kepada pengguna dengan memberikan NTF awalan dan NTF usulan. Berikut ini merupakan hasil wawancara yang telah dilakukan :
Tabel 4.7 Hasil Wawancara Usability Testing
No Narasumber Hasil Wawancara
1. Manager Section of Mainternance
Planning
Hasil wawancara dengan Pak Eko Setiawan mengenai template usulan (New Template FMEA) terbagi kedalam empat kategori yaitu usefulness, ease for use, use for learning dan satisfaction. Untuk kategori usefulness Pak Eko Setiawan berpendapat bahwa new template fmea secara tampilan dan content yang ada dapat dikatakan lebih efektif karena selain adanya penambahan kolom pewarnaan area kerja, juga terdapat penambahan kolom frekuensi aktual dan frekuensi target untuk menyimpulakan suatu failure efektif atau kurang efektif dalam menerapkan FMEA. NTF sangat berguna karena selama ini tidak ada frekuensi aktual dan frekuensi target sehingga dapat membantu bagian pemeliharaan untuk bisa lebih waspada terhadap failure yang kurang efektif. Dalam ease for use, penggunaan template usulan juga sangat mudah karena ada kolom pewarnaan otomatis untuk setiap area kerja kemudian dapat dikatakan sangat mudah digunakan karena content yang ada lebih tersistem (berurutan) terutama pada kolom nilai severity, occurance dan detection. Kemudian pada template yang baru, melakukan edit data juga tegolong mudah karena kolom kolom penting saling terkoneksi contohnya jika ingin mengedit nilai RPN.
Ease for learning, penggunaan NTF sangat mudah untuk digunakan karena dengan adanya content kolom yang saling terkoneksi mulai dari pewarnaan area otomatis, penentuan nilai RPN dan juga penentuan efektif atau tidaknya suatu failure akan memudahkan pengguna baik pengguna rutin maupun pengguna awam. Penggunaan NTF juga mudah untuk diingat karena selain adanya penambahan kolom baru, NTF juga mengurutkan (didekatkan) kolom nilai severity, occurance dan detection. Kemudian pemberian sample untuk pengguna dirasa tidak perlu karena penggunaanya sudah cukup mudah ditambah dengan adanya workshop singkat mengenai FMEA tentu akan memudahkan user. Untuk kategori satisfaction, tentunya dengan adanya NTF sangat memuaskan jika dibandingkan dengan yang awal dikarenakan template usulan
No Narasumber Hasil Wawancara
selain memiliki tampilan yang sistematis namun juga sangat membantu user dalam mengerjakan pendataan failure mode. 2. Kepala Regu
FMEA
Menurut pak Aris adanya new template fmea (NTF) membuat pekerjaan bisa berjalan dengan efektif dan sangat berguna karena template fmea yang baru terdapat beberapa pengurangan kolom sehingga membuat pak aris tidak perlu bingung (muter-muter) untuk mencari fill yang tidak perlu diisi. Tempalte FMEA yang baru membuat lebih produktif yang berarti akan banyak failure mode yang dicatat. Format FMEA yang lama dengan NTF memiliki kegunaan yang sama namun pada NFT dibuat lebih simple namun tetap mudah digunakan. Penggunaan NFT juga memudahkan karena fill yang diisi lebih sedikit dibandingkan dengan template yang lama. Untuk ease for use dapat dikatakan mudah untuk digunakan dari yang sebelumnya dan implementasi penggunaannya lebih efektif dari yang lama karena kolom Frekuensi target dan aktual sudah terkoneksi dan langsung keluar kesimpulan efektif atau kurang efektif. Kemudian kategori ease for learning, NTF memang mudah untuk dimengerti tetapi tetap perlu diberi contoh atau sample pengisian (1 baris atau 2 baris) sehingga pengguna lain yang baru memakai FMEA tetap bisa mengisi template yang ada (bisa menyesuaikan). Dengan adanya NTF mampu membuat pengguna cepat mahir namun tetap perlu diberi sample pengisian agar user bisa memprediksi pengisian FMEA. Untuk satisfaction. Pada NTF pengguna bisa langsung menarik kesimpulan karena kolom Saverity, Detection dan Occurance berdekatan jadi tidak perlu melihat banyak kolom agar bisa mendapatkan summary-nya (Kesimpulan). Pak aris merasa puas dengaan NTF karena cukup banyak perbaikan – perbaikan fundamental yang dilakukan namun dengan catatan penting yaitu user diberi sample 1 baris agar pengguna tidak bingung atau salah dalam mengisi template FMEA.
3. Kepala Bagian Kerja Crusher
Hasil wawancara dengan pak Rohmana mengenai template usulan (New Tempalte FMEA) terbagi kedalam empat kategori yaitu usefulness, ease for use, use for learning dan satisfaction. Untuk kategori usefulness Pak Rohmana berpendapat bahwa new template fmea sangat efektif dikarenakan adanya penghilangan kolom menjadi lebih simple dan penggolongan kategorinya lebih mudah dipaham sehingga dapat dikatakan sangat efektif dan juga mampu menambah produktivitas dalam mengisi data ke table FMEA. New template FMEA juga dapat menghemat waktu dibandingan dengan template awal karena fill yang harus diisi tidak telalu banyak dan kolom yang ada di
No Narasumber Hasil Wawancara
NTF langsung menunjukkan point – point apa saja yang harus diisi. Kemudian untuk kategori ease for use, template usulan lebih mudah untuk digunakan walaupun perbedaannya tidak jauh namun dapat dikatakan lebih mudah digunakan karena ada kategori yang dikurangi sehingga tidak membingungkan pengguna. Kemudian untuk penambahan tabel frek. aktual dan target tentu sangat membantu dalam memberikan informasi kepada tim FMEA mengenai failure mana yang harus diprioritaskan untuk diperbaiki dan membuat orang (Tim FMEA) menjadi lebih waspada agar frekuensi aktual tidak melebihi frekuensi target.
Ease for learning, untuk template FMEA yang baru sangat mudah untuk dipahami terutama karena beberapa kolom sudah saling terkoneksi seperti halnya kolom frekuensi target dan frekuensi aktual. Kemudian bentuk template yang sederhana membuat pengguna lebih mudah dalam mempelajari walaupun tanpa bantuan petunjuk pengisian. Hal pendukung lainnya karena adanya penambahan warna area kerja khusus sangat membantu namun penggunaan kata area kerjanya perlu untuk “dibakukan” (standar penamaan area kerja) karena seringkali user menuliskan area kerja pelabuhan dengan menggunakan kata bahasa inggris (port). Kemudian untuk satisfaction, adanya template usulan cukup memuaskan dibandingkan dengan template awal karena adanya beberapa hal yang ditambahkan dan dikurangi sehingga template usulan jauh menjadi lebih menarik dan mudah digunakan namun koreksi yang perlu dilakukan yaitu perlu adanya standarisasi penamaan area kerja.
4. Kepala Bagian Kerja Produksi I
Berdasarkan wawancara dengan Bu Eka Puspa Ningrum mengenai usability testing terhadap New Tempalte FMEA (NTF) terbagi menjadi 4 kategori yaitu usefulness, ease for use, ease for learning dan satisfaction. Untuk kategori usefulness, Bu Eka berpendapat bahwa NTF cukup efektif namun tidak jauh berbeda dalam hal isi kontennya, hanya saja untuk NTF pengerjaannya bisa lebih cepat dan menghemat waktu dikarenakan beberapa kolom yang ada sudah saling terkoneksi terutama kolom pewarnaan area kerja. Kemudian untuk ease for use, Bu Eka berpendapat bahwa NTF mudah dikerjakan karena semua failure yang ada sudah disesuaikan dengan masing – masing area kerja. NTF juga mudah digunakan karena selain tampilannya yang cukup menarik dan bahkan walaupun isi kontennya jauh lebih banyak, NTF juga dapat dikerjakan dengan mudah. namun tetap perlu adanya petunjuk
No Narasumber Hasil Wawancara
atau pengertian dari setiap isi konten yang ada seperti misalnya menunjukkan pengertian dari failure cause, effect dan lainnya. Untuk kategori ease for learning, Bu Eka berpendapat bahwa penggunaan NTF mudah dipahami dan mudah dikerjakan oleh pengguna yang baru dengan catatan diberikan penjelasan mengenai isi konten yang harus diisi serta diberikan contoh pengisian NTF. Jika pengguna sudah bisa menggunakan NTF maka untuk pengisiannya berikutnya, penggunan akan lebih mahir untuk mengoperasikan NTF ini. Untuk kategori satisfaction, Bu Eka berpendapat bahwa NTF cukup memuaskan karena tampilan yang cukup menarik serta penempatan isi konten sudah diterapkan secara urut. Namun Bu Eka berharap NTF bisa segera diterapkan kedalam sebuah aplikasi dismartphone guna membuat penerapan FMEA jauh lebih efektif dan efisien.
5. Kepala Bagian Kerja Produksi II
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak solihin mengenai perbaikan sistem yang dilakukan terhadap sistem FMEA melalui template usulan (New Template FMEA) yang terbagi kedalam empat kategori yaitu usefulness, ease for use, use for learning dan satisfaction. Untuk kategori usefulness, Pak Solihin berpendapat bahwa NTF memiliki kebergunaan yang lebih banyak dibandingkan template awalan (sebelum). NTF walaupun memiliki kolom yang cukup banyak dibandingkan template awal namun waktu pengerjaan bisa lebih cepat karena kolom yang ditampilkan mudah dimengerti sehingga record failure yang diinput tentu akan lebih maksimal. Untuk kategori ease for use, Pak Solihin berpendapat bahwa pengoperasian NTF jauh lebih mudah dibandingkan dengan template usulan karena isi konten sudah otomatis terhubung dengan jenis failure contohnya seperti pewarnaan area kerja. Selain itu, pengisian kolom ranking hingga kolom RPN juga berdekatan sehingga memudahkan pengguna untuk memberikan penilaian dan menentukan kesimpulan.
Untuk kategori ease for learning, Pak Solihin berpendapat bahwa template yang baru sangat mudah untuk dipahami karena adanya penamaan yang baku terhadap failure mode dan area kerja. Kemudian adanya penambahan kolom efektif atau kurang efektifnya FMEA juga membantu pengguna agar bisa lebih mewanti wanti failure mode yang diambang batas failure target yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya untuk kategori satisfaction, Pak Solihin menilai bahwa NTF berhasil memberikan perbaikan, baik dari isi
No Narasumber Hasil Wawancara
konten hingga meningkatkan kebergunaan template sebelumnya.
6. Kepala Bagian Kerja Packer
Hasil wawancara dengan Pak Eko Budi Santoso mengenai template usulan (New Template FMEA) yang terbagi kedalam empat kategori yaitu usefulness, ease for use, use for learning dan satisfaction. Untuk kategori usefulness Pak Eko berpendapat bahwa new template fmea sangat efektif karena pengguna mudah membaca dengan cepat isi konten yang ada dalam judul kolom dan juga NTF dapat menghemat waktu pengerjaan dan cepat menentukan kesimpulan dikarenakan kolom severity, occurance dan detection sudah didekatkan. Dalam ease for use, penggunaan template usulan juga sangat mudah karena dari pembacaannya saja sudah mudah dan ditambah lagi dengan adanya penambahan warna khusus untuk tingkatan kategori resiko pada failure berdasarkan nilai RPN. Template baru tentu memudahkan pengguna dalam mengerjakan dan mengoperasikannya namun tetap perlu ada petunjuk penggunaan terutama pengisian template fmea untuk new user. Tujuan adanya petunjuk penggunaan juga akan cepat membuat user lebih mudah memahami template yang baru terutama nilai S, O, D tidak perlu disingkat.
Ease for learning, pada new template fmea terdapat kolom frekuensi target dan frekuensi aktual yang membantu pengguna untuk selalu memonitror tiap failure yang terjadi agar tidak melewati target yang sudah ditentukan. Walaupun new template fmea berisi kolom judul konten lebih banyak dari template awal namun pengguna justru lebih mudah memahami isi konten yang harus diisi. Untuk kategori satisfaction, Pak Eko berpendapat template baru sangat memuaskan baik dari segi tampilan, isi konten, dan kemudahan dalam pengoperasian template baru tersebut namun tetap perlu adanya penambahan memberikan kepanjangan dari istilah – istilah yang ada contoh S yaitu saverity, O yaitu occurance dan lain-lain.