79
PERAN MUHADLARAH DALAM MENINGKATKAN KETRAMPILAN BAHASA ARAB
Aliba’ul Chusna
Pengajar Bahasa Arab IAIN Ponorogo uul_chusna@ymail.com
Abstrak: Tujuan utama pembelajaran Bahasa Arab adalah untuk
meningkatkan kemampuan berBahasa Arab. Tercapainya tujuan ini ditandai dengan penguasaan pelajar terhadap empat ketrampilan yang terkandung di dalamnya, yaitu ketrampilan menyimak, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca, dan ketrampilan menulis. Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh para pengajar Bahasa Arab untuk mewujudkan tujuan tersebut, baik dari segi perbaikan kurikulum, penggunaan metode dan media pembelajaran yang bervariasi, maupun kegiatan-kegiatan kebahasaan yang diharapkan mampu menunjang penguasaan Bahasa Arab. Salah satunya adalah kegiatan
muhadlarah atau latihan berpidato dengan menggunakan Bahasa Arab.
Berpidato identik dengan pengembangan ketrampilan berbicara. Akan tetapi pada praktiknya kegiatan ini mencakup pengembangan empat ketrampilan sekaligus. Dan artikel ini berupaya untuk menjelaskan peran muhadlarah dalam meningkatkan empat ketrampilan yang terdapat dalam pembelajaran Bahasa Arab.
Kata kunci : muhadlarah, ketrampilan Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari di Indonesia. Bukan hanya karena mayoritas penduduknya adalah kaum muslimin, akan tetapi Bahasa Arab telah menjadi salah satu bahasa internasional sebagaimana diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tujuan pembelajaran Bahasa Arab tidak lagi hanya difokuskan kepada tujuan agama_untuk memahami al-Qur’an dan hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam_ akan tetapi untuk keperluan komunikasi social. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Asrori (2011:3) bahwa pembelajaran Bahasa Arab pada hakikatnya adalah pengembangan kemahiran berkomunikasi sosial dengan menggunakan Bahasa Arab. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Arab adalah mengembangkan komunikasi dengan menggunakan Bahasa Arab, baik secara lisan maupun tulis.
Tercapainya tujuan pembelajaran Bahasa Arab ditandai dengan penguasaan pelajar terhadap empat ketrampilan berbahasa, yaitu: maharah istima’, kalam, qiro’ah, dan kitabah. Empat ketrampilan tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dpisahkan dan diharapkan dapat dikuasai oleh pelajar secara seimbang.
Untuk mencapai tujuan tersebut bukanlah hal yang mudah. Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh para pakar dan pengajar bahasa Arab, baik dari segi kurikulum, materi, strategi, maupun media. Selain itu juga diadakan berbagai macam kegiatan untuk menunjang pengembangan empat ketrampilan Bahasa Arab. Salah satunya adalah muhadlarah. Dilihat dari konsep kegiatannya, muhadlarah penulis nilai dapat meningkatkan empat ketrampilan berbahasa Arab secara seimbang, baik dari
80
Ketrampilan Bahasa
Sebagaimana bahasa lain, ketrampilan dalam Bahasa Arab terdiri dari ketrampilan menyimak, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca, dan ketrampilan menulis. Dan penguasaan terhadap empat ketrampilan tersebut mutlak diperlukan sebagai tanda telah tercapainya tujuan pembelajaran Bahasa Arab.
1. Ketrampilan menyimak (maharah al-istima’)
Menyimak dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah istima’. Menyimak berbeda dengan mendengar (al-sima’). Mendengar adalah menangkap suara tanpa disengaja seperti mendengar suara gaduh. Sedangkan menyimak adalah menangkap suara dengan sengaja untuk tujuan tertentu seperti mendengarkan penjelasan guru di dalam kelas (al-Gali dan Abdullah, 2012:32).
Istima’ merupakan ketrampilan yang bersifat reseptif. Melalui ketrampilan ini,
pelajardapat menerima informasi dari orang lain dalam bentuk lisan. 2. Ketrampilan berbicara (maharah al-kalam)
Ketrampilan berbicara dikenal dengan maharah al-kalam dalam pembelajaran Bahasa Arab. Berbeda dengan ketrampilan menyimak yang bersifat reseptif dimana kita bertindak sebagai penerima pesan, berbicara merupakan ketrampilan yang bersifat produktif. Ketrampilan ini menghasilkan informasi yang kita sampaikan kepada orang lain (penyimak) dalam bentuk lisan. Dan penguasaan seorang pelajar terhadap ketrampilan ini menandakan bahwa ia telah mampu merealisasikan tujuan utama pembelajaran bahasa yaitu mampu berkomunikasi dengan orang lain dan memahamkan apa yang ia inginkan .
3. Ketrampilan membaca (maharah al-qira’ah)
Senada dengan ketrampilan menyimak, ketrampilan membaca yang dikenal dengan istilah maharah al-qira’ah juga merupakan kemahiran berbahasa yang bersifat reseptif. Dalam ketrampilan ini, kita menerima informasi dari orang lain (penulis) dalam bentuk tulisan.
Ketrampilan ini diberikan setelah pelajar menguasai istima’ dan kalam. Akan tetapi sebagian kalangan menempatkan ketrampilan ini pada urutan kedua dan diajarkan setelah maharah al-istima’.
4. Ketrampilan menulis (maharah al-kitabah)
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya sehingga orang lain dapat memahaminya(Dalman, 2014:5). Dalam hal ini terjadi komunikasi yang baik antara penulis dan pembaca.
Ketrampilan menulis atau yang dikenal dengan maharah al-kitabah dalam Bahasa Arab memiliki sifat yang sama denga ketrampilan berbicara. Ketrampilan ini bersifat produktif menghasilkan atau memberikan informasi kepada orang lain (pembaca) dalam bentuk tulisan.
Muhadlarah
Muhadlarah adalah nama lain dari kegiatan latihan berpidato dengan
menggunakan Bahasa Arab. Istilah ini muncul di kalangan pelajar pondok pesantren. Mereka diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut yang dilaksanakan tiap minggu. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih pelajar dalam berbicara di depan umum.
Pidato merupakan bagian dari public speaking. Pidato dapat dimaknai sebagai upaya menyampaikan gagasan dan pikiran kepada khalayak. Dan pidato yang baik adalah pidato yang dapat memberika kesan positif bagi siapa saja yang
81
mendengarkannya, seperti pidato pembangkit semangat, pidato kenegaraan, pidato keagamaan, dan khutbah jum’at.
Tujuan Pidato
Rakhmat (2013:149) menjelaskan tujuan pidato secara umum adalah:
1. mempengaruhi (persuasif) orang lain supaya mau mengikuti kemauan orang yang berpidato secara sukarela.
2. Memberi pemahaman atau informasi kepada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang disampaikan.
Sementara itu, Suhandang (2009:74-75) menyebutkan empat tujuan pidato. Pertama, untuk memberitahu (to inform). Termasuk dalam kategori pidato ini ini adalah dosen yang memberikan kuliah dan penjelasan ilmuwan. Kedua, untuk menghibur (to
entertain). Termasuk dalam kategori ini adalah pidato-pidato yang dibumbui dengan
humor dan sindiran seperti yang disampaikan pada acara makan malam. Ketiga, untuk memperkuat kepercayaan (to strengthen beliefe). Pidato untuk memperkuat kepercayaan seringkali didengar pada saat upacara, khutbah, maupun rapat politik. Keempat, untuk mengubah kepercayaan (to change beliefe). Untuk tujuan terakhir ini dapat diwujudkan melalui ketiga tujuan awal dari pidato.
Jenis Pidato
Muslimin (2011:87) mengelompokkan pidato ke dalam enam kategori, yaitu: 1. Pidato politik, pidato yang mengandung unsur politik.
2. Pidato kenegaraan, pidato yang disampaikan oleh pemerintah di hadapan masyarakat berkenaan dengan masalah tertentu dalam pemerintahan.
3. Pidato militer, pidato yang disampaikan berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dengan militer.
4. Pidato sosial kemasyarakatan, pidato berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dengan social kemasyarakatan.
5. Pidato perayaan, pidato yang disampaikan pada saat-saat perayaan, seperti pernikahan, kelulusan.
6. Pidato keagamaan, pidato yang berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah agama.
Sementara itu, Rakhmat (2014:150-152) membagi pidato ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1. pidato impromptu, pidato ini dilakukan secara spontan, tiba-tiba dan tanpa persiapan sebelumnya.
2. pidato manuskrip, pidato dengan naskah.
3. pidato memoriter, pidato yang ditulis dalam bentuk naskah dan kemudian dihafalkan.
4. pidato ekstempore, juru pidato hanya menyiapkan garis besar dari isi pidato untuk kemudian dikembangkan secara fleksibel.
5. pidato informatif, pidato yang bertujuan untuk menyampaikan informasi tertentu. 6. pidato pesuasif, pidato dengan tujuan utama untuk mempengaruhi orang lain supaya
mau menerima ajakan orang yang berpidato.
82
Apabila melihat dari jenis-jenis pidato sebagaimana disampaikan oleh Jalaluddin Rakhmat di atas, maka muhadlarah masuk dalam kategori pidato memoriter. Hal ini karena dalam kegiatan muhadlarah setiap siswa yang mendapatkan giliran untuk berpidato dituntut untuk menulis materi pidatonya ke dalam sebuah naskah dan menyampaikannya dengan cara dihafalkan.
Konsep Muhadlarah
Muhadlarah dilakukan secara berkelompok, Dalam kelompok tersebut terdiri dari juru pidato, pendengar, dan pembimbing. Juru pidato dapat ditentukan dengan cara dipilih langsung oleh pembimbing sesuai nomor absen atau ditentukan dengan cara undian. Pendengar adalah semua anggota kelompok yang tidak bertugas menjadi juru pidato atau pembawa acara. Sedangkan pembimbing dapat berasal dari guru ataupun siswa senior yang dianggap memiliki kecakapan dalam berpidato, baik dari segi penguasaan bahasa maupun teknik berpidato.
Setelah juru pidato ditentukan. Mereka diwajibkan untuk membuat naskah pidato dan menulisnya kemudian mengumpulkannya kepada pembimbing. Naskah tersebut akan dikoreksi oleh pembimbing dan dikembalikan kepada calon juru pidato untuk kemudian dihafalkan dan disampaikan pada saat muhadlarah.
Adapun susunan kegiatan muhadlarah yang biasa dilakukan oleh para pelajar pondok pesantren maupun sekolah-sekolah adalah sebagai berikut:
Pertama, pembawa acara membuka kegiatan muhadlarah. Kedua, pembacaan ayat suci Al-Qur’an.
Ketiga, pelajar yang bertugas sebagai juru pidato maju ke depan untuk menyampaikan
materi yang telah disiapkan.
Keempat, salah seorang pendengar membaca ringkasan pidato yang telah disampaikan
oleh juru pidato.
Kelima, tanya jawab tentang isi materi pidato. Keenam, feedback dari pembimbing.
Dalam kegiatan muhadlarah, tidak hanya pelajar yang bertugas sebagai juru pidato yang harus focus terhadap kegiatan tersebut, akan tetapi semua pelajar dalam kelompok tersebut. Bagi mereka yang tidak bertugas sebagai juru pidato diwajibkan untuk menyimak pidato yang disampaikan untuk kemudian membuat ringkasan dan membacanya. Selain membuat ringkasan, mereka juga diwajibkan untuk menyiapkan satu buah pertanyaan kepada juru pidato.
Di akhir kegiatan, pembimbing akan memberikan klarifikasi dan saran-saran terkait pidato-pidato yang disampaikan, baik dari segi isi materi, teknik penyampaian, maupun kesalahan-kesalahan bahasa yang ada selama kegiatan muhadlarah berlangsung. Hal ini dimaksudkan sebagai evaluasi kegiatan muhadlarah yang telah dilaksanakan dengan harapan tidak akan terjadi kesalahan serupa pada kegiatan
muhadlarah selanjutnya.
Peran Muhadlarah dalam Meningkatkan Ketrampilan Bahasa Arab
Selama ini, pidato senantiasa identik dengan pengembangan ketrampilan berbicara (kalam). Hal ini wajar terjadi mengingat fokus kegiatan tersebut adalah berbicara di depan publik. Akan tetapi, apabila kita mencermati kegiatan muhadlarah atau latihan berpidato sebagaimana dilaksanakan di pondok pesantren, dapat kita ketahui bahwa kegiatan tersebut dapat meningkatkan tidak hanya terbatas pada ketrampilan berbicara
83
(kalam), akan tetapi juga ketrampilan-ketrampilan bahasa lainnya, yaitu ketrampilan menyimak (istima’), membaca (qiro’ah), dan menulis (kitabah) sekaligus.
1. Ketrampilan Menyimak
Ketrampilan ini nampak pada saat seluruh pelajar diwajibkan untuk menyimak pidato yang disampaikan oleh juru pidato yang bertugas. Mereka diwajibkan untuk membuat ringkasan dan menyiapkan pertanyaan. Kedua hal tersebut tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya keseriusan para pelajar dalam menyimak pidato. Semakin mereka sering menyimak pidato yang disampaikan oleh teman mereka dengan focus dan serius, maka akan dapat meningkatkan ketrampilan menyimak yang mereka miliki.
2. Ketrampilan Berbicara
Ketrampilan ini muncul tidak hanya dari pelajar yang bertugas sebagai juru pidato saja, akan tetapi juga dari para pelajar yang bertugas sebagai pendengar. Pelajar yang ditunjuk sebagai juru pidato harus menyampaikan materi pidato yang telah dihafalkan di depan teman-temannya. Hal ini secara otomatis akan melatih ketrampilan mereka dalam berbicara.
Sedangkan para pelajar yang tidak bertugas, mereka akan ditunjuk secara spontan untuk menyampaikan ringkasan ataupun memberikan pertanyaan kepada juru pidato terkait materi pidato yang telah disampaikan. Semakin sering mereka menyampaikan ringkasan ataupun prtanyaan secara lisan di hadapan teman-temannya, maka akan membuat mereka terbiasa dalam berbicara Bahasa Arab sehingga diharapkan ketrampilan berbicara yang mereka miliki akan semakin berkembang.
3. Ketrampilan Membaca
Sebelum menyampaikan pidato di hadapan teman-teman satu kelompok, pelajar yang ditunjuk sebagai juru pidato diwajibkan untuk membuat naskah pidato. Untuk membuat naskah yang baik, mereka dituntut untuk membaca berbagai macam referensi terkait dengan tema yang akan di ambil. Dan setelah naskah dikoreksi dan dikembalikan oleh pembimbing, calon juru pidato harus membacanya secara berulang-ulang dan memahaminya untuk kemudian menghafalnya. Dengan semakin sering dan banyaknya referensi yang dibaca, maka akan melatih ketrampilan membaca yang mereka miliki. 4. Ketrampilan Menulis
Sebelum kegiatan muhadlarah, calon juru pidato diwajibkan untuk menulis materi yang akan disampaikan ke dalam sebuah naskah. Selain calon juru pidato, pelajar yang bertugas sebagai pendengar juga diwajibkan untuk menulis ringkasan materi pidato yang mereka dengar. Aktifitas ini menuntut pelajar untuk mengeluarkan kemampuan mereka dalam merangkai kata dan kalimat dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tata Bahasa Arab. Dan hal ini akan melatih kemampuan mereka dalam menulis.
Penutup
Muhadlarah merupakan salah satu kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan empat ketrampilan Bahasa Arab sekaligus, istima’, kalam, qiro’ah, dan
kitabah. Dalam kegiatan muhadlarah keempat ketrampilan bahasa tersebut dapat
dikembangkan secara bersamaan. Dan melalui kegiatan ini diharapkan penguasaan empat ketrampilan Bahasa Arab yang dimiliki oleh pelajar akan semakin meningkat.
84
Daftar Rujukan
Al-Gali, Abdullah dan Abdul Hamid Abdullah. 2012. Menyusun Buku Ajar Bahasa
Arab. Padang: Akademia Permata
Asrori, Imam. 2011. Strategi Belajar Bahasa Arab: Teori & Praktek. Malang: Misykat Daman. 2014. Ketrampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers
Muslimin, Imam. 2011. Fann al-Khithobah al-‘Arabiyyah. Malang: UIN Maliki Press Rakhmat, Jalaluddin. 2013. Public Speaking: Kunci Sukses Bicara di Depan Publik
(Teori dan Praktik). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suhandang, Kustadi. 2009. Retorika: Strategi, Teknik, dan Taktik Pidato. Bandung: Penerbit Nuansa.