• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA ABAD PERTENGAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA ABAD PERTENGAHAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA ABAD PERTENGAHAN

Pemikiran filsafat banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun, pada dasarnya filsafatbbaik di Barat, India, dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Di Yunani dengan mitosnya, di India dengan kitabnya Weda (Agama Hindu), dan di Cina dengan Confusiusnya. Di Barat mitos dapat lenyap sama sekali dan rasimyang menonjol, sedangkan di India filsafat tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal ini agama Hindu. Pembagian filsafat Barat adalah zaman Kuno, zaman Abad Pertengahan, zaman Modern, dan Masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan Neo-Kantianianisme dan Neo-tomisme.

Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik.

Periode Filsafat yunani telah mencapai kejayaannya sehingga melahirkan peradaban yunani dan menjadikan titik tolak peradaban manusia di dunia. Filsafat yunani telah menyebar dan mempengaruhi di berbagai bangsa diantaranya adalah bangsa Romawi, karena Romawi merupakan kerajaan terbesar di daratan Eropa pada waktu itu. Bangsa Romawi yang semula beragama kristen dan kemudian kemasukan filsafat merupakan suatu formulasi baru yaitu agama berintegrasi dengan filsafat, sehingga munculah filsafat Eropa yang tak lain penjelmaan dari filsafat Yunani.

Filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) bisa dikatakan abad kegelapan, karena pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan keyakinan. Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu: periode Scholastic Islam dan periode Scholastik Kristen.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sejarah perkembangan ilmu khususnya pada abad pertengahan.secara detail. Untuk memahami perbedaan dengan masa-masa perkembangan ilmu secara periodik lainnya. Penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat pada bab pembahasan.

Perkembangan Ilmu pada Zaman Abad Pertengahan

Zaman abad pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa itu hampir semua adalah teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah anchilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.

Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. Pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.

Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.

Adapun pemikiran Yunani yaitu: golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak

(2)

mengikuti wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.

Filasafat Yunani yang mengeluarkan banyak pemikir ulung, memiliki tempat yang cukup berpengaruh pada perkembangan ilmu filsafat di abad pertengahan. Pada masa itu, perkembangan kehidupan di dunia tidak bisa lepas dari dua agama besar yang saat itu saling mempengaruhi, Islam dan Nasrani. Masyarakat tersebut memiliki kontribusi besar dalam perkembangan dunia selanjutnya.

Filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) bisa dikatakan abad kegelapan, karena pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat sampai pada hukuman mati.

Periode-Periode pada Zaman Abad Pertengahan

Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode berikut. 1. Periode Patristik

Petristik berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen.

Periode ini mengalami dua tahap:

1. Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma.

2. Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu kesluruhan. (Endang Daruni Asdi, 1978, hlm 1-2) dikutip dari Surajiyo (2010: 85)

2. Periode Skolastik

Pada periode ini dibagi menjadi dua periode yaitu periode skolastik Kristen dan periode skolastik Islam.

1. Periode Skolastik Kristen

Periode ini disebut juga periode skolastik Kristen. Periode skolastik berlangsung dari tahun 2008-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap:

a. Periode skolastik awal (abad ke-9-12)

Ditandai oleh pembentukan metode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia. Masa ini merupakan kebagkitan pemikiran dari kungkungan gerejawan yang telah membatasi berfilsafat, karena berfilsafat sangat membahayakan bagi agama Kristen khususnya pihak gerejawan dan yang ditonjolkan dalam masa ini adalah hubungan antara agama dengan filsafat karena keduanya tidak dapat dipisahkan, dan dengan keduanya manusia akan memporoleh pengetahuan yang lebih jelas. Tetapi masa ini filsafat masih bertumpu pada alam pikiran dan karya-karya kristiani. Masa ini juga berdiri sekolah-sekolah yang menerapkan studi duniawi meliputi: tata bahasa, retorika, dialektika, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik. Sekolah yang mula-mula ada di biara Italia selatan ini akhirnya berpengaruh ke daerah-daerah yang lain.

(3)

Ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yunani, puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. Pada masa ini Scholastik mengalami kejayaan yang berlangsung dari tahun 1200-1300 M, disebut juga dengan masa yang berbunga dan bertumbuh kembang, karena muncul banyak Universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarkan pendidikan ilmu pengetahuan.

Ada beberapa faktor kenapa pada masa ini Scholastic mencapai keemasan yaitu:

• Pengaruh dari Aristoteles dan ahli fikir Islam sejak abad ke 12 sehingga pada abad ke 13 telah tumbuh ilmu pengetahuan yang luas.

• Berdirinya beberapa Universitas.

• Munculnya ordo-ordo yang membawa dorongan kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13.

Masa ini juga ada sorang filofos Agustinus yang menolak ajaran Aristoteles karena sudah dicemari oleh ahli fikir Islam, dan hal ini sangat membahayakan ajaran Kristen, maka Abertus Magnus dan Thomas, sengaja menghilangkan unsure-unsur atau selipan-selipan dari Ibnu Rusyd. Upaya Thomas Aquinas yang berhasil ini sehingga menerbitkan buku yang berjudul Summa Theologie, yang merupakan bukti kemenangan ajaran Aris Toteles deselaraskan dengan ajaran Kristen.

c. Periode skolstik akhir (abad ke-14-15)

Ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif. (Endang Daruni Asdi, 1987, hlm.3) dikutip dari Surajiyo (2010: 86). Masa ini ditandai denga kemalasan berfikir filsafat, sehingga menjadi stagnasi pemikiran filsafat Scholasti Kristen, Nicolous Cusanus (1401-1404 M) adalah tokoh yang terkenal pada masa ini, dan sebagai tokoh pemikir yang terakhir pada masa Scholastik. Menurut pendaptnya terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indera, dan kedua lewat akal, dan ketiga lewat intuisi. Dengan indera manusia mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda yang berjasad (sifatnya tidak sempurna). Dengan akal manusia bisa mendapatkan bentuk yang abstrak yang telah ditangkap oleh indera. Dan yang ketiga intuisi, dalam intuisi manusia akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi, karena dengan intuisi manusia dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Karena keterbatasan akal itu sendiri maka dengan intuisiah diharapkan sampai pada kenyataan, yaitu Tuhan.

2. Periode skolastik Islam

Para Scholastic Islamlah yang pertama mengenalkan filsafatnya Aristoteles diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat Aristoteles. Para ahli fikir Islam (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Rusyd dll. Mereka itulah yang memberi sumbagan sangat besar bagi para filosof eropa yang menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah benar. Namun dalam kenyataannya bangsa eropa tidak mengakui atas peranan ahli fikir Islam yang menghantarkan kemoserenan bangsa barat.

(4)

Tokoh-Tokoh Filsafat pada Zaman Abad Pertengahan Tokoh Filsafat Islam di Dunia Islam Barat

1. Ibnu Bajjah (1082-1138 M)

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya Ibn Al-Sha’igh Al-Tujibi Al-Andalusi Al-Samqusti Ibn Bajjah. Ibn bajjah dilahirkan di Saragossa, andalus pada tahun 475 H (1082 M).

Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : metafisika, teori pengetahuan, filsafat akhlaq, dan Tadbir al-mutawahhid.

2. Ibnu Tufail (1082-1138 M)

Nama lengkapnya adalah abu bakar Muhammad Ibn Abd Al-Malik Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Thufail Al-Kaisyi. Di barat dikenal dengan abu bacer.

3. Ibn Rusyd 520 H/1134 M (Teori Kebenaran Ganda) Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 – Marrakesh, Maroko, 10 Desember 1198) dalam bahasa Arab Ibnu Rasyid dan dalam bahasa Latin Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Salah satu Pemikiran Ibn Rusyd adalah ia membela para filosof dan pemikiran mereka dan mendudukkan masalah-masalah tersebut pada porsinya dari seranga al-Ghazali.Untuk itu ia menulis sanggahan berjudul Tahafut al-Tahafut.

Filsafat Islam Di Dunia Islam Timur.

1. Al-Ghazali / 1050-1111 M (Tahafutut al-Falasifah)

Pokok pemikiran dari al-Ghozali adalah tentang Tahafutu al-falasifah (kerancuan berfilsafat) dimana al-Ghazali menyerang para filosof-filosof Islam berkenaan dengan kerancuan berfikir mereka. Tiga diantaranya, menutur al-Ghazali menyebabkan mereka telah kufur, yaitu tentang : Qadimnya Alam, Pengetahuan Tuhan, dan Kebangkitan jasmani.

2. Suhrawardi / 1158-1191 M (Isyraqiyah / Illuminatif)

Pokok pemikiran Suhrawardi adalah tentang teori emanasi, ia berpendapat bahwa sumber dari segala sesuatu adalah Nuur An-Nuur (Al-Haq) yaitu Tuhan itu sendiri. Yang kemudian memancar menjadi Nuur al-Awwal, kemudian memancar lagi mejadi Nuur kedua, dan seterusnya hingga yang paling bawah (Nur yang semakin tipis) memancar menjadi Alam (karena semakin gelap suatu benda maka ia semakin padat).Pendapatnya yang kedua adalah bahwa sumber dari Ilmu dan atau kebenaran adalah Allah, alam dan Wahyu bisa dijadikan sebagai perantara (ilmu) oleh manusia untuk mengetahui keberadaan Allah.

3. Ibnu Khaldun (1332 M-1406 M)

Khaldun membuat karya tentang pola sejarah dalam bukunya yang terkenal: Muqaddimah, yang dilengkapi dengan kitab Al-I'bar yang berisi hasil penelitian mengenai sejarah bangsa Berber di Afrika Utara. Dalam Muqaddimah itulah Ibnu Khaldun membahas tentang filsafat sejarah dan soal-soal prinsip mengenai timbul dan runtuhnya negara Dalam pemikiran Ibnu Khaldun tentang filsafat, tampaknya ingin mengatakan bahwa sejarah memberikan kekuatan intuisi dan inspirasi kepada filsafat, sedangkan filsafat menawarkan kekuatan logika kepada sejarah. Dengan begitu, seorang sejarawan akan mampu memperoleh hasil yang relatif valid dari proses penelitian sejarahnya denga. Dasar sejarah filsafatnya adalah :

a. Hukum sebab akibat yang menyatakan bawa semua peristiwa, termasuk peristiwa sejarah, berkaitan satu sama lain dalam suatu rangkaian hubungan sebab akibat. b. Bahwa kebenaran bukti sejarah tidak hanya tergantung kepada kejujuran

(5)

cendekiawan memberinya gelar dan titel berdasarkan tugas dan karyanya serta keaktifannya di bidang ilmiah

4. Al-Kindi

Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq ibn Sabbah ibn Imran ibn Ismail al-Ash‘ats bin Qais al-Kindi. Ia seorang filosof muslim yang pertama. Kindah adalah salah satu suku Arab yang besar pra-Islam. Kakeknya Al-Ash’ats ibn Qais, memeluk Islam dan dianggap sebagai salah seorang sahabat Nabi SAW. Menurut al-Kindi filsafat hendaknya diterima sebagai bagian dari kebudayaan Islam, oleh karena itu para sejarawan Arab awal menyebutnya “filosof Arab”. Menurutnya batasan filsafat yang ia tuangkan dalam risalahnya tentang filsafat awal adalah “filsafat” adalah pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan para filosof dalam berteori ialah mencapai kebenaran dan dalam prakteknya ialah menyesuaikan dengankebenaran. Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : Relevansi agama dan filsafat, fisika dan metafisika (hakekat Tuhan bukti adanya Tuhan dan sifat-sifatNya), Roh (Jiwa), dan Kenabian.

5. Abu Bakar Ar-Razi (865-925 M)

Nama lengkapnya adalah abu bakar muhammad ibn zakaria ibn yahya al-razi. Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : Akal dan agama (penolakan terhadap kenabian dan wahyu), prinsip lima yang abadi, dan hubungan jiwa dan materi.

6. Al-Farabi (870-950 M)

Al-Farabi Nama lengkapnya Abu Nash al-Farabi, lahir pada tahun 258 H / 870 M di Farab, meninggal pada tahun 339 H / 950 M. Sejarah mencatatnya sebagai pembangun agung sistem filsafat, dimana ia telah membaktikan diri untuk berfikir dan merenung, menjauh dari kegiatan politik, gangguan dan kekisruhan masyarakat. Al-Farabi adalah seorang yang logis baik dalam pemikiran, pernyataan, argumentasi, diskosi, keterangan dan penalarannya. Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : kesatuan filsafat, metafisika (hakekat Tuhan), teori emanasi, teori edea, Utopia jiwa (akal), dan teori kenabian.

7. Ibnu Maskawih (932-1020 M)

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’qub Ibn Miskawih. Ia lahir di kota Ray (Iran) pada 320 H (932 M) dan wafat di Asfahan pada 9 safar 421 H (16 Februari 1030 M). Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : filsafat akhlaq, dan jiwa.

8. Ibnu Sina (980-1037)

Ia dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran). Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : fisika dan metafisika, filsafat emanasi, filsafat jiwa (akal), dan teori kenabian.

Filsafat Islam Setelah Ibnu Rushdi 1. Nashirudin Thusi

Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Muhammad Al-Hasan Nashir Al-Din Al-Thuai Al-Muhaqqiq. Ia lahir pada 18 Februari 1201 M / 597 H di Thus, sebuah kota di Khurasan. Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika, jiwa, moral, politik, dan kenabian.

(6)

2. Shuhrawardi al-Maqtul

Nama lengkapnya adalah Syeikh Shihab Al-Din Abu Al-Futuh Yahya Ibn Habasy Ibn Amirak Al-Suhrawardi, ia dilahirkan di suhraward, Iran barat laut, dekat zan-jan pada tahun 548 , Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika dan cahaya, epistimologi, kosmologi, dan psikologi.

3. Mulla shadra

Nama lengkapnya Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami Siyrazi, sering disebut shadr al-din al-sirazi atau akhund mulla shadra. Dikalangan murid-muridnya diokenal dengan shadr al-mutti’allihin. Ia dilahrikan di syiraz pada tahun 979 H/980 H atau 1571 /1572 M dari sebuah keluarga terkenal lagi berpengaruh. Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika, epistimologi, dan fisika

4. Muhammad Iqbal

Dr.Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Wilayah Punjab (pakistan barat) pada tahun 1877. Iqbal berasal dari keluarga Brahma Kashmir, tetapi nenek moyang Muhammad Iqbal telah memeluk islam 200 tahun sebelum Ia dilahirkan. Ayah muhammad Iqbal, Nur Muhammad adalah penganut islam yang taat dan cenderung ke pada ilmu tasawuf. Diantara filsafatnya adalah tentang ego dan khudi, ketuhanan, materi dan kausalitas, moral, dan insan al-Kamil.

Adapun tokoh-tokoh filsafat pada abad pertengahan antara lain: 1. Plotinus ( 204-270 )

Plotinus adalah filosof pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori ini diikuti oleh banyak filosof Islam. Teori itu merupakan jawaban terhadap pertanyaan Thales kira-kira delapan bad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya Tuhan. Filsafat Plotinus kebanyakan bernapas mistik, bahkan tujuan filsafat menurut pendapatnya adalah mencapai pemahaman mistik. Permulaan abad pertengahan barangkali dapat dikatakan dimulai sejak Plotinus. Karena pengaruh agama Kristen kelihatannya sangat besar; filsafatnya berwatak spiritual. Secara umum ajaran plotinus di sebut Plotinisme atau neoplatonisme. Jadi, ajaran plotinus tentulah berkaitan erat dengan ajaran Plato. Pengaruhya jelas sangat besar, pengaruh itu ada pada teologi kristen, juga pada renaissance. Kosmologi Plotinus cukup tinggi, terutama dalam kedalaman spekulasinya dan daya imajinasinya. Dan pandangan mistis merupakan ciri filsafatnya.

Metafisika Plotinus

Dalam berbagai hal Plotinus memang bersandar pada doktrin-doktrin Plato. Sama dengan Plato, ia menganut realitas idea,. Pada Plato idea itu umum: artinya setiap jemis objek hanya ada satu idenya. Pada Plotinus idea itu partikular, sama dengan dunia partikular. Perbedaan mereka yang pokok ialah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing.

Sistem metafisika Plotinus di tandai dengan konsep transendens. Menurut pendapatnya dalam pikiran terdapat tiga realitas : The One, The Mind, The Soul. a. The One ( Yang Esa ) adalah Tuhan dalam pandangan philo(Avey: 49), yaitu

suatu realitas yang tidak mungkin dapat di pahani melalui metode sains dan logika. ia berada di luar eksistensi, diluar segala nilai. Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada; Ia itu cahaya di atas cahaya. Kita tidak mungkin mengetahui esensinya; kita hanya mengetahui bahwa ia itu pokok atau prinsip yang berada di belakang akal dan jiwa. Ia adalah pencipta semua yang ada. Mereka merasa memiliki pengetahuan keilahian juga tidak akan dapat merumuskan apa Ia itu sebenarnya (lihat Mayer: 323).

(7)

b. The Mind ( Nous ) (lihat Runes: 215) adalah gambaran tentang Yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan Nouns adalah benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya kita harus melaui perenungan.

c. The Soul ( psykhe ) merupakan arsitek dari semua fenomena yang ada di alam, soul itu mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi di belakang dunia, dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Jiwa manusia juga mempunyai dua aspek: yang pertama intelek yang tunduk pada reinkarnasi, dan yang kedua adalah irasional.

Tentang Ilmu

Idea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus; ia menganggap sains lebih rendah dari metafisika, metafisika lebih rendah dari pada keimanan. Surga lebih berarti dari pada bumi, sebab syurga itu tempat peristirahatan jiwa yang mulia. Bintang-bintang adalah tempat tinggal dewa-dewa. Ia juga mengakui adanya hantu-hantu yang bertempat diantara bumi dan bintang-bintang. Semua ini memperlihatkan rendahnya mutu sains Plotinus.

Tentang Jiwa

Menurut Plotinus jiwa adalah kekuatan Ilahiah, jiwa merupakan sumber kekuatan. Alam semesta berada didalam jiwa dunia. Jiwa tidak dapat di bagi secara kuantitatif karena jiwa itu adalah sesuatu yang satu tanpa dapat di bagi. Alam semesta ini merupakan unit-unit yang juga tidak dapat di bagi. Jiwa setiap individu adalah satu, itu di ketahui dari kenyataan bahwa jiwa itu ada di setiap tempat di badan. Bukan sebagian di sana dan sebagian disini pada badan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa jiwa anda sama dengan jiwa saya, berarti jiwa hanya satu, jiwa itu individual.

Etika dan Estetika Plotinus

Etika Plotinus dimulai dengan pandangannya tentang politik. Ia mengatakan bahwa seseorang adalah wajar memenuhi tugas-tugasnya sebagai warga negara sekalipun ia tidak tertarik pada masalah politik.

Keindahan bagi Plotinus adalah memiliki arti spritual, karena itu estetika dekat sekali dengan kehidupan moral. Esensi keindahan tidak terletak pada harmoni dan simetri. Keindahan itu menyajikan keintiman dengan Tuhan yang Maha Sempurna.

Bersatu Dengan Tuhan

Tujuan filsafat Plotinus ialah terciptanya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah pertama-tama dengan mengenal alam melalui alat indra, dengan ini kita mengenal keagungan Tuhan, kemudian kita menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa ilahi. Jadi perenuangan itu dimulai dari perenungan tentang alam menuju jiwa ilahi, objeknya dari yang jamak kemudian kepada Yang Satu. Dalam perenungan terakhir itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara yang merenung dengan yang direnungkan (Mayer: 332).

Kedudukan Plotinus

Sebelum filsafat kuno mengakhiri zamannya, seorang filosof membangun sebuah sistem yang disebut neo-Plotonisme. Jelas ia adalah seorang metafisikawan yang besar. Orang itu adalah Plotinus. Nama ini sering tertukar dengan nama Plato, yang ajarannya diperbaharuinnya dengan menggunakan nama neo-Platonisme.

(8)

2. Augustinus ( 354 – 430 )

Ajaran Augustinus dapat dikatakan berpusat pada dua pool, Tuhan dan manusia. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa seluruh ajaran Augustinus berpusat pada Tuhan. Kesimpulan ini di ambil karena ia mengatakan bahwa ia hanya ingin mengenal Tuhan dan Roh, tidak lebih dari itu (Encylopedia Americana: 2: 686).

Ia yakin benar bahwa pemikiran dapat mengenal kebenaran, karena itu ia menolak skeptisisme. Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti mengandung kesungguhan. Ia sependapat dengan Plotinus yang mengatakn bahwa Tuhan itu diatas segala jenis (catagories). Sifat Tuhan yang paling penting ialah kekal, bijaksana, maha kuasa, tidak terbatas, maha tahu, maha sempurna dan tidak dapat diubah. Tuhan itu kuno tetapi selalu baru, Tuhan adalah suatu kebenaran yang abadi.

Teori Pengetahuan

Agustinus menolak teori kemungkinan. Kita, katanya, tidak pernah dituntun oleh ukuran relatif. Tentang penolakannya terhadap teori kemungkinan dari septisisme, inilah argumennya. Saya tahu bahwa saya tahu dan mencinta. Bagaimana jika Anda bersalah? Saya bersalah, jadi saya ada. Kesalahan saya membuktikan adanya saya. Jika saya tahu bahwa saya tidak bersalah, saya pun tahu bahwa saya ada. Saya mencintai diri saya, baik tatkala saya bersalah maupun tatkala saya tidak bersalah, kedua-duanya tidaklah palsu. Bila kedua-duanya palsu, berarti saya mencintai objek yang palsu, jadi saya mencintai objek yang tidak ada. Akan tetapi, karena saya benar-benar ada, karena saya bersalah atau tidak bersalah, maka saya mencintai objek yang benar-benar ada, yaitu saya. Tidak ada orang yang tidak ingin bahagia; semua orang ingin bahagia, jadi tidak ada orang yang ingin tidak ada sebab bagaimana mungkin seseorang memiliki kebahagiaan sementara ia tidak ada (lihat Mayer: 358).

Teori tentang Jiwa

Agustinus menentang ajaran yang mengatakan bahwa jiwa itu material. Menurut pendapatnya jiwa atau roh itu material. Agustinus membuktikan imaterialnya jiwa dengan mengatakan bahwa jiwa itu di dalam badan, ada di mana-mana dalam badan pada waktu yang sama. Bila jiwa itu material, ia akan terikat pada tempat tertentu dalam badan. Hanya dengan mengatakan bahwa jiwa itu imaterial kita dapat menjelaskan kegiatan jiwa di dalam badan (Mayer: 359). Menurut Agustinus, jiwa tidak mempunyai bagian karena ia imaterial. Akan tetapi, jiwa mempunyai tiga kegiatan pokok: pertama; mengingat, kedua; mengerti, ketiga; mau. Oleh karena itu, memiliki atau menggambarkan ketritunggalan alam (the cosmic trinity).

Peran Penting Augustinus

Augustinus di anggap telah meletakan dasar-dasar pemikiran abad pertengahan, mengadaptasikan platonisme ke dalam idea-idea kristen, memberikan formulasi sistematis tentang filsafat kristen. filsafat Augustinus merupakan sumber atau asal usul reformasi yang dilakukan oleh protestan, khususnya pada Luther, Zwingli dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujiannya kepada kehidupan petapa, pandangannya tentang dosa asal, semuanya merupakan faktor yang memeberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad pertengahan. Paham teosentris Augustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang barat. Anggapanya yang meremehkan pengetahuan duniawi, kebenciannya kepada teori-teori kealaman dan imannya kepada Tuhan tetap merupakan bagian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah orang barat lebih memiliki sifat instropektif. Karena Augustinuslah diri dalam hubungannya dengan Tuhan menjadi penting dalam filsafat.

(9)

3. Boethius

Boethius adalah philosof yang semasa dengan Augustinus dan memiliki gaya yang hampir serupa. Bukunya yang berjudul The Consolation of Philosophy, merupakan buku filsafat yang klasik. Selain buku itu ia juga menulis karya-karya yang berpengaruh pada abad pertengahan. Ia dikatakan sebagai penemu quadrium yang merupakan bidang studi poko pada abad pertangahan. Ia dianggap sebagai filosof skolastik yang pertama, karena ia berpandapat bahwa filsafat merupakan pendahulu kepada agama. Sesudah boethius, eropa mulai mengalami depresi besar-besaran. Menurunnya kebudayaan latin, tumbuhnya materialisme agama, munculnya feodalisme, invasi besar-besaran, munculnya supranaturalisme baru, semuanya merupakan faktor yang dapat menghasilkan kekosongan intelektual. Semua para ilmuwan pada waktu itu lebih tertarik pada teologi daripada filsafat, dan mereka mempertahankan dogma-dogma kristen.

Asal istilah abad kegelapan adalah penggunaan untuk menunjukan periode pemikiran pada tahun 1000-an, yaitu antara masa jatuhnya imperium Romawi dan Renaissance abad ke-15. Seorang tokoh yang terkenal abad ini adalah St. Anselmus dialah yang mengeluarkan pernyataan credo ut intelligam yang dapat dianggap sebagai ciri utama abad pertengahan. Sekalipun pada umumnya filosof abad pertengahan berpendapat seperti itu (mengenai hubungan akal dan iman), Anselmulah yang diketahui mengeluarkan pernyataan itu.

4. Anselmus ( 1033-1109 )

Anselmus, Uskup Agung Canterbury, lahir di Alpen, Italia, sekitar tahun 1033. Ia menolak keinginan ayahnya agar ia meniti karier di bidang politik dan mengembara keliling Eropa untuk beberapa tahun lamanya. Seperti anak-anak muda lainnya yang cerdas dan bergejolak, ia bergabung ke biara. Di biara Bec, Normandia, di bawah asuhan seorang guru yang hebat, Lanfranc, Anselmus memulai karier yang patut dicatat.

Di dalam filsafat Anselmus kelihatan iman merupakan tema sentral pemikirannya. Iman kepada Kristus adalah yang paling penting sebelum yang lain. Dari sini dapatlah kita memahami pernyataannya, credo ut intelligam (believe in order to understand/percayalah agar mengerti). Ungkapan itu menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman daripada akal. Iapun mengatakan wahyu harus diterima dulu sebelum kita mulai berfikir. Kesimpulannya akal hanyalah pembantu wahyu.

Anselmus berpegang pada motto yang juga dipegang Agustinus, "Saya percaya agar dapat mengerti." Yang ia maksudkan dengan pernyataan itu adalah bahwa tanpa wahyu, tidak ada kebenaran karena itu mereka yang mencari kebenaran harus beriman dahulu pada wahyu tersebut. Ia mengemukakan argumentasi ontologi (informasi yang dapat mengarah ke penemuan sesuatu yang penting) untuk percaya kepada Allah. Singkatnya, ia menyatakan bahwa rasio manusia membutuhkan ide mengenai suatu Pribadi yang sempurna (Allah), oleh sebab itu Pribadi tersebut harus ada. Ide ini telah menawan hati banyak filsuf dan teolog sepanjang masa.

Pembuktian Adanya Tuhan

Anselmus mencoba memberikan dua cara untuk membuktikan bahwa Allah/ Tuhan memang ada:

1. Melihat Adanya Hal-hal yang Terbatas, yang mengandaikan adanya hal-hal

yang tidak terbatas. Demikian juga halnya dengan yang besar secara relatif mengandaikan juga adanya hal-hal yang besar secara mutlak. Beradanya “yang ada” secara relatif mengandaikan beradanya “ yang ada secara mutlak, yakni Allah.

(10)

2. Penguraian. Menurut Anselmus, apa yang kita sebut Allah memiliki suatu pengertian yang lebih besar dari segala sesuatu yang bisa kita pikirkan. Apabila kita berbicara tentang Allah, yang kita maksudkan ialah suatu pengertian yang lebih besar dari pada apa saja yang dapat kita pikirkan. Dengan begitu pengertian “Allah” yang ada di dalam rumusan pemikiran kita adalah lebih besar daripada apa saja yang ada di dalam pikiran. Apa yang di dalam pikiran ada sebagai yang tertinggi atau yang lebih besar, tentu juga berada di dalam kenyataan sebagai yang tertinggi dan yang terbesar

5. Thomas Aquinas (1225-1274)

Berdasarkan filsafatnya pada kepastian adanya Tuhan. Aquinas mengatahui banyak ahli teologi percaya pada adanya Tuhan hanya berdasarkan pendapat umum. Menurut Aquinas, eksestensi Tuhan dapat diketahui dengan akal. Untuk membuktikan. Ia mengajukan lima dalil (argumen) untuk membuktikan bahwa eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal, seperti sebagai berikut ini :

1. Argumen Gerak

Diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Setiap yang bergerak pasti di gerakan oleh yang lain, sebab tidak mungkin suatu perubahan dari potensialitas ke aktualitas bergerak tanpa ada penyebabnya, dari sini dapat dibuktikan bahwa Tuhan itu ada.

2. Sebab yang Mencukupi (efficient cause)

Sebab pasti menghasilkan musabab, tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri sebab. Itu berarti membuang sebab sama dengan membuang musabab, olehkarena itu dapat disimpulkan bahwa Tuhanlah yang menjadi penyebab dari semua musabab.

3. Kemunginan dan Keharusan (possibility and necessity)

Kalau demikian, harus ada Sesuatu Yang ada sebab tidak mungkin muncul yang ada bila ada Pertama itu tidak ada. Sebab, bila pada suatu waktu tidak ada sesuatu, maka tidak mungkin muncul sesuatu yang lain. Jadi, Ada Pertama itu harus ada karena adanya alam dan isinya ini. Akan tetapi, Ada Pertama itu, Ada yang harus ada itu, dari mana? Terjadi lagi rangkaian penyebab. Kita harus berhenti pada Penyebab yang harus ada; itulah Tuhan.

4. Memperhatikan Tingkatan yang Terdapat pada Alam

Isi alam ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, misalnya ada yang indah, lebih indah dan terindah. Dengan demikian sebab tertinggi menjadi sebab tingkatan di bawahnya. Maha sempurna, Maha Benar adalah Tuhan sebagai tingkatan tertinggi.

Pandangan Aquinas tentang jiwa amat sederhana. Katanya, jiwa dan raga mempunyai hubungan yang pasti: raga menghadirkan matter dan jiwa menghadirkan form yaitu prinsip-prinsp hisup yang aktual. Kesatuan antara jiwa dan raga bukanlah terjadi secara kebetulan. Kesatuan itu diperlukan untuk terwujudnya kesempurnaan manusia. Yang dimaksud jia oleh Aquinas ialah kapasitas intelektual dan kegiatan vital kejiwaan lainnya. Oleh karena itu Aquinas mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal.

Menurut Aquinas etika adalah:

Dasar kebaikan adalah kemurahan hati (charty) yang menurut Aquinas lebih dari kedermawanan atau belas kasihan.

Kehidupan petapa (ascetic) memainkan peranan yang kuat didalam etikanya. Oleh karena itu ia setuju dengan pendapat St. Augustinus yang mengajarkan bahwa kehidupan membujang (celebacy) lebih baik dari pada kawin.

(11)

Mengenai kebebasan kemauan (free will) ia menyatakan bahwa manusia berada dalam kedudukan yang berbeda dari Tuhan. Tuhan selalu benar, sedangkan manusia kadang-kadang salah

Tentang gereja

Di dalam filsafat gereja, Aquinas mengatakan bahwa manusia tidak akan selamat tanpa pelantara gereja. Sakramen-sakramen gereja itu perlu, sakramen itu mempunyai dua tujuan yaitu : Pertama, menyempurnakan manusia dalam penyembahan kepada Tuhan. Kedua, menjaga manusia dari dosa. Aquinas juga mengatakan bahwa Baptis mengatur permulaan hidup, penyesalan (confirmation) untuk keperluan pertumbuhan manusia dan sakramen maha kudus (eucharist) untuk menguatkan jiwa.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpuln antara lain:

1. Filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) bisa dikatakan abad kegelapan, karena pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat sampai pada hukuman mati.

2. Periode-periode pada abad pertengahan terdiri dari: a. Periode Patristik

b. Periode Skolastik yang terdiri dari skolastik kristen dan Islam.

3. Adapun tokoh-tokoh yang hidup pada zaman abad pertenghan antara lain: a. Plotinus ( 204-270 ) b. Augustinus ( 354 – 430 ) c. Boethius d. Anselmus ( 1033-1109 ) e. Thomas Aquinas (1225-1274) DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Filsafat abad pertengahan (online), http://id.scribd.com/doc/12898373/Filsafat-Abad-pertengahan, di akses pada 16 April 2013.

Nuryandi. 2010. Tokoh-Tokoh Filsafat pada Abad Pertengahan (online), http://nuryandi- cakrawalailmupengetahuan.blogspot.com/2012/07/tokoh-tokoh-filsafat-abad-pertengahan.html, di akses pada 16 April 2013.

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

___________

Oleh: Anang Mujiono

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan

Bercak pada kromatogram hasil pengembangan dengan wasbenzen dan kloroform (1:9 v/v) diuji aktivitasnya sebagai antioksidan penangkap radikal dengan disemprot larutan DPPH

Manfaat ensiklopedi ada tiga yaitu: (1) Sebagai sarana untuk mencari informasi dasar mengenai berbagai masalah, (2) Sebagai sarana utama dalam langkah awal untuk

Stereotipe positif memperlihatkan pada seororang wanita yang ingin menjadi agen muslimah di Eropa harus memiliki kesabaran dalam melakukan sesuatu hal mengenai

Kelam Tengah Kabupaten Kaur, diperoleh permasalahan pembelajaran IPA antara lain: (1) selama proses belajar mengajaryang dilakukan guru kelas, gurulah yang banyak

Bersamaan dengan itu, pada awal tahun 80-an, LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) lahir di tengah-tengah masyarakat kita dengan memperkenalkan sistem pengajaran yang

Puisi yang berjudul Legal Alien ini dibuat untuk menunjukkan bagaimana perkembangan seseorang dengan identitasnya sebagai orang amerika keturunan meksiko

Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa resin akrilik yang dilakukan pemolesan dengan cangkang telur dan pasta gigi menghasilkan nilai kekasaran permukaan dibawah nilai yang