• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Pasal 5 ayat 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Pasal 5 ayat 2"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan nasional salah satunya adalah agar setiap penduduk mendapatkan hak-hak kesehatannya seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Pasal 5 ayat 2 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Kemudian pada ayat 3 menyatakan bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Pasal 28 disebutkan bahwa pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu tetap terjamin. (UU Kesehatan, 2009)

Untuk mempercepat pencapaian tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional serta Milenium Development Goals (MDGs), pada tahun 2011, Menkes RI telah meluncurkan program Jaminan Persalinan atau disingkat dengan Jampersal. Jampersal adalah salah satu program andalan di bidang kesehatan yang salah satunya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu ( AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). (Amin, 2012). Jampersal ditujukan untuk masyarakat yang belum mempunyai jaminan pelayanan kesehatan, dan tidak terbatas pada masyarakat miskin atau kurang mampu meski sebenarnya jampersal adalah perpanjangan dari jamkesmas (Depkes RI, 2012).

(2)

Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 yang dilakukan sejak tahun 2001, Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 KH. Angka Kematian Bayi baru lahir (AKN) 19 per 1000 KH. Berdasarkan kesepakatan global MDG’s, diharapkan pada tahun 2015 angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 pada tahun 2015 (Depkes RI, 2012).

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT, 2001).

Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi di negeri ini. Untuk menurunkan AKI dan Bayi Baru Lahir diperlukan upaya dan inovasi baru, tidak bisa dengan cara-cara biasa. Upaya untuk menurunkan AKI dan bayi baru lahir harus melalui jalan yang terjal. Terlebih kala itu dikaitkan dengan target MDGs 2015 yang harus segera dicapai. Waktu yang tersisa hanya tinggal tiga tahun (sekarang tinggal dua tahun), ini tidak akan cukup untuk mencapai sasaran itu tanpa upaya-upaya yang luar biasa (Depkes RI, 2012).

Dalam pemilihan perawatan/penolong ibu pada masa maternity (hamil, bersalin dan paska persalinan), ibu juga akan dipengaruhi orang sekitarnya karena

(3)

hubungan antara individu/ interpersonal dengan orang di sekitarnya (suami, orangtua, tetangga). Dalam pemilihan penolong kehamilan (ANC), persalinan dan pasca persalinan pada tingkat komunitas, penetapan praktek perawatan atau pertolongan kehamilan (ANC), persalinan dan paska persalinan juga ditentukan oleh ketanggapan fasilitas kesehatan terhadap kebutuhan ibu terkait harapan, dukungan/kemudahan serta hambatan dalam mengakses tenaga kesehatan. Hal ini juga dipengaruhi kebijakan pemerintah yang diberlakukan antara lain pembiayaan kesehatan berupa Jampersal (Depkes RI, 2012).

Program Jampersal yang digulirkan sejak 2011 ini dinilai terobosan termutakhir dari Pemerintah yang diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting. Target pemerintah tahun 2012 pembiayaan persalinan adalah sekitar 2,5 juta ibu hamil mendapatkan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan bayi yang dilahirkan sampai dengan masa neonatal di fasilitas kesehatan. Program yang punya slogan Ibu Selamat, Bayi Lahir Sehat ini diharapkan memberikan kontribusi besar dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2012).

(4)

Mengingat program jampersal adalah program baru Pemerintah, pada tahun 2012 Depkes RI telahmelakukanriset tentang implementasi Jampersal oleh masyarakat dan diketahui hasil bahwa masih ada sebagian masyarakat (66,7%) yang belum mengetahui dan menggunakan jasa layanan Jampersal (Depkes RI, 2012).

Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai 69,3%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melaui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan. Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir (Riskesdas, 2010).

Menurut penelit ian sebelumnya o leh Sumiati pada tahun 2012, yang memilih jampersal sebanyak 19,05% dan yang t idak memilih sebesar 80,95% dengan pendidikan pasien rendah 26,31%, kurang 21,88% yang bekerja 34,21% dan berpenghasilan t inggi 33,33%. Sementara hasil penelit ian Siska Ama lia, diketahui sebagian besar tingkat kepuasan ibu bersalin di RSUD Kraton Kabupaten Pekalo nga n sebanyak 32 orang dengan ASKES adalah cukup puas yaitu sebanyak 12 orang

(5)

(75%) dan sebagian besar tingkat kepuasan bersalin dengan JAMPERSAL adalah cukup puas yaitu sebanyak 14 orang (87,5%) (Kompas, 2012).

Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun 2012, Jumlah ibu bersalin 8954 jiwa, jumlah AKI 22 jiwa jumlah sasaran. Sementara jumlah bayi 8531 jiwa, AKB 101 jiwa dari jumlah sasaran. Jumlah ibu hamil yang memeriksa kehamilannya di fasilitas kesehatan mencapai 9.384 orang, yang memanfaatkan program jaminan persalinan mencapai 6.152 orang (65,55%) dan sisanya diperkirakan bersalin di fasilitas kesehatan swasta yang tidak melakukan perjanjian kerja sama (PKS) program jaminan persalinan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie. Total alokasi dana Jampersal tahun anggaran 2012 untuk kabupaten Pidie Rp. 3.496.100.000,- (Dinkes Pidie, 2012).

Data yang diperoleh dari BPS Rosmawarni pada tahun 2012 jumlah ibu bersalin periode Januari s/d Desember adalah 349 pasien. Sementara jumlah pasien periode Januari s/d Juni 2013 sebanyak 187 pasien. Jadi jumlah pasien periode Januari 2012 s/d Juni 2013 adalah 536 pasien. BPS Rosmawarni adalah salah satu BPS di Kabupaten Pidie yang melayani pasien peserta Jampersal.

B. Perumusan Masalah

Bedasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan oleh ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

(6)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan oleh ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan berdasarkan pengetahuan ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013.

b. Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan berdasarkan informasi ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013.

c. Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan berdasarkan pendapatan ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan program jaminan persalinan oleh ibu bersalin.

2. Untuk BPS

Sebagai bahan masukan dalam upaya menyukseskan program jaminan persalinan.

(7)

3. Penelitian Selanjutnya.

Bagi peneliti lain dapat di jadikan bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian sejenis yang berkaitan dengan program jaminan persalinan.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Sarwono, 2010). Sementara menurut Prawirohardjo (2007), persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan tubuh di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang telah cukup bulan (37-42 minggu) atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau dengan jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri.

Menurut Ambar Dwi. E (2011), persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukp bulan atau bayi hamper cukup bulan, di susul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Masih menurutnya, ada tiga jenis persalinan yaitu persalinan spontan, persalinan buatan dan persalinan anjuran.

Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan

(9)

menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan. Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran, mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran, merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi, memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi, pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko, pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit, memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat, pemberian ASI sedini mungkin (Depkes RI, 2008).

Menurut Ambar Dwi. E (2011) ada lima penyebab mulainya persalinan, yaitu

a. Penurunan Kadar Progerteron, yang menyebabkan timbulnya relaksasi otot uterus,sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot uterus. b. Teori ektitosin, pada akhir kehamilan kadar eksitosin bertambah. Oleh

sebab itu timbul timbul kontraksi otot uterus.

c. Kereganan otot, uterus seperti halnya kandung kemih dan lambung. d. Pengaruh janin, hipofisis dan kelenjar suprarenal janin memegang peran

karena pada anensefalus kehamilan sering lebih lama dari biasanya. e. Teori prostaglandin, yang menjadi salah satu penyebab permulaan

(10)

2. Tujuan Persalinan

Depkes RI (2008) menjelaskan bahwa tujuan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Fokus utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

3. Tanda Persalinan

Ada beberapa tanda persalinan (Mochtar, 2006) yaitu:

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam servik teraba mendatar dan pembukaan telah ada.

4. Penyebab Mulainya Persalinan

Menurut Ambar Dwi. E (2011) ada lima penyebab mulainya persalinan, yaitu

(11)

a. Penurunan Kadar Progerteron, yang menyebabkan timbulnya relaksasi otot uterus,sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot uterus. b. Teori ektitosin, pada akhir kehamilan kadar eksitosin bertambah. Oleh

sebab itu timbul timbul kontraksi otot uterus.

c. Kereganan otot, uterus seperti halnya kandung kemih dan lambung. d. Pengaruh janin, hipofisis dan kelenjar suprarenal janin memegang peran

karena pada anensefalus kehamilan sering lebih lama dari biasanya. e. Teori prostaglandin, yang menjadi salah satu penyebab permulaan

awalnya persalinan. 5. Tanda Persalinan

Ada beberapa tanda persalinan (Mochtar, 2006) yaitu:

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam servik teraba mendatar dan pembukaan telah ada.

6. Tahap Persalinan

Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :

a) Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :

(12)

1) Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Henderson (2006) menjelaskan bahwa fase laten adalah fase persalinan pada pembukaan 0-3 cm. Dikenal sebagai tahap yang dimulai dari kontraksi uterus yang teratur sampai pembukaan fase aktif, durasi maksimum yang direkomendasikan pada fase ini bervariasi dan telah ditetapkan yaitu selama 20 jam pada wanita primi dan 16 jam pada wanita multi. 2) Fase aktif adalah fase persalinan yang dikenal dari pembukaan 4cm

dan seterusnya dengan adanya aktivitas uterus yang reguler. Kontraksi menjadi semakin kuat dan sering sampai kira-kira 3-4 kali kontraksi per 10 menit (Henderson, 2006). Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm. Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam.

Menurut Muchtar (2006) kala I ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (Bloody Show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effasement). Darah berasal fari pecahnya

(13)

pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Dimulai dari his persalinan sampai pembukaan serviks menjadi lengkap. Melalui fase laten yaitu pembukaan yang sangat lambat dari 0 sampai 3 cmyang membutuhkan waktu sampai 8 jam, dan fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat, terbagi dalam fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan fase deselerasi (Ambar Dwi E, 2011).

b) Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.

Menurut Depkes (2006) Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, Kala II dikenal juga dengan kala pengeluaran. Kala II Yaitu tahap persalinan yang dimulai dari pembukaan serviks lengkap sampai bayi keluar dari uterus. Biasanya berlangsung 0,5 jam sampai 1,5 jam. Pada kala ke II terjadi perubahan pada kontraksi, uterus dan pergeseran organ dasar panggul (Ambar Dwi E, 2011). Pemberian kenyamanan pada ibu di Kala II persalinan diantaranya, pemberian posisi ibu saat melahirkan, seperti berbaring miring, jongkok, merangkak, berlutut berdiri, setengah duduk, berbaring miring dan duduk di pangkuan atau di kursi kecil. Posisi persalinan ibu hamil menentukan lama tidaknya proses persalinan berlangsung (Anik, 2010).

(14)

c) Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir. Menurut Mochtar (2006) Kala III dimulai setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Kala III yaitu periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta sudah dilahirkan seluruhnya. Pelepasan plasenta dimulai dari tengah yang di tandai dengan keluarnya tali pusat secara memanjangdari vagina tanpa adanya perdarahan vagina dan dapat dimulai dari pinggiryang di tandai keluarnya tali pusar memanjang dan keluarnya darah tidak melebihi 400ml (Ambar Dwi E, 2011).

d) Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan (Sarwono, 2010). Atau menurut Ambar Dwi E (2011) yaitu masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Secara klinis masih di akui kala ke IV sesuai pertimbangan klinis, meskipun masa itu adalah termasuk masa nifas. Mengingat masa ini adalah masa yang sering terjadi perdarahan.

(15)

B. Jaminan Persalinan 1. Pengertian

Jaminan persalinan adalah salah satu program andalan di bidang kesehatan yang salah satunya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jampersal sendiri sudah diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan sejak tahun 2011. Jampersal ditujukan untuk masyarakat yang belum mempunyai jaminan pelayanan kesehatan, dan tidak terbatas pada masyarakat miskin atau kurang mampu meski sebenarnya jampersal adalah perpanjangan dari jamkesmas. Beda jamkesmas dan jampersal adalah pada jenis pelayanan yang diberikan, dimana jampersal hanya melayani ibu hamil (empat kali pemeriksaan selama hamil), melahirkan baik di puskesmas, bidan polindes (bidan desa), Bidan Praktek Mandiri (BPM) atau klinik bersalin yang mengikuti program jampersal, atau bahkan di Rumah Sakit pemerintah atau di Rumah Sakit Swasta yang mengikuti program Jampersal (sampai kemungkinan dilakukan tindakan operasi atas indikasi), pemeriksaan ibu nifas dan bayinya (empat kali pemeriksaan), rujukan ke rumah sakit atas indikasi, termasuk fasilitas layanan KB satu kali untuk ibu yang baru melahirkan (diberikan selama masih dalam masa 42 hari) (Depkes, 2011).

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga

(16)

kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tnaga kesehatan yang kompeten.

2) Meningkatnya cakupan pelayanan : a) Bayi baru lahir

b) Keluarga Berencana pasca persalinan

c) Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. 3) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yan efisien, efektif,

transparan, dan akuntabel (Depkes RI, 2011).

3. Manfaat dan Tata Laksana Pelayanan Jaminan Persalinan

Manfaat yang diterima oleh penerima Jaminan Persalinan sebagaimana diuraikan dibawah ini adalah :

a. Pemeriksaan Kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada buku Pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi :

1) 1 kali pada triwulan pertama 2) 1 kali pada triwulan kedua 3) 2 kali pada triwulan ketiga

(17)

Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi diatas pada tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini.

b. Penatalaksanaan Persalinan meliputi : 1) Persalinan per vaginam

2) Persalinan per abdominam 3) Persalinan dengan komplikasi

c. Penatalaksanaan Neonatus dan Post Natal Care meliputi : 1) Perawatan esensial neonatus bayi baru lahir.

2) Perawatan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia, BBLR, infeksi, ikterus, kejang dan RDS) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini.

3) Tatalaksana asuhan PNC merupakan pelayanan ibu dan bayi baru lahir sesuai dengan buku pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal (Depkes RI, 2011).

4. Sasaran Jaminan Persalinan

Sesuai dengan tujuan Jaminan Persalinan yakni untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, maka sasaran yang dijamin oleh jaminan persalinan adalah :

a. Ibu hamil b. Ibu bersalin

c. Ibu nifas (sampai 42 hari pasca persalinan) d. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari).

(18)

Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak mendapatkan pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan normal maupun dengan komplikasi atau risiko tinggi untuk mencegah angka kematian ibu dan angka kematian bayi dari suatu proses persalinan (Kemenkes RI, 2011).

5. Ruang lingkup Jaminan Persalinan

Jaminan Persalinan merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses kehamilan, persalinan, paska persalinan dan pelayanan KB pasca salin serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak maksudkan untuk melindungi semua masalah kesehatan individu.

a) Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama (Puskesmas)

Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan atau pertolongan persalinan di puskesmas.

b) Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan (Rumah Sakit)

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang spesialitik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis.

(19)

c) Pelayanan Persiapan Rujukan

Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (Depkes RI, 2011).

7. Pendanaan Jaminan Persalinan

Pendanaan Jaminan Persalinan merupakan bagian intergrasi dari pendanaan Jamkesmas untuk pelayanan kesehatan tingkat pertama / pelayanan dasar maupun untuk pelayanan tingkat lanjutan dan pelayanan rujukan merupakan belanja bantuan sosial (Bansos) bersumber APBN yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian, percepatan pencapaian MDG’s 2015 serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan termasuk persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan (Depkes RI, 2011).

8. Kebijakan Operasional Jaminan Persalinan

a. Pengelolaan jaminan persalinan di setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

b. Pengelolaan kepesertaan jaminan persalinan merupakan perluasan kepesertaan dari program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen Jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan pesertanya.

c. Peserta program jaminan persalinan adalah seluruh sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan.

(20)

d. Peserta jaminan persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota. e. Pelaksanaan pelayanan jaminan persalinan mengacu pada standar

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

f. Pelayanan jaminan persalinan diselenggarakan dengan prinsip portabilitas, pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan.

g. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan POA Puskesmas.

h. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat (lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan (Depkes RI, 2011).

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan.

Penyebaran masalah kesehatan berbeda-beda tiap individu, kelompok/masyarakat dibedakan atas ciri-ciri manusia/ karakteristik, tempat dan waktu (Timmreck, 2004). Salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik manusia. Yang termasuk dalam unsur karakteristik manusia antara lain : pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status sosial

(21)

ekonomi, ras/etnik, agama dan sosial budaya. Begitu juga halnya dalam masalah pemanfaatan program jaminan persalinan juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan lingkungan sosial budaya (Azwar, 1999).

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar manusia memperoleh mata dan telinga (Notoatmodjo 2007). Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2010), pengetahuan yaitu “apabila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan benar, baik secara lisan maupun tulisan maka dapat disimpulkan bahwa ia mengetahui bidang tersebut.

Masih menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :

a. Pendidikan. Merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. b. Informasi. Merupakan yang di peroleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(22)

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c. Sosial budaya dan ekonomi. Merupakan kebiasan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi ekonomi seseorang.

d. Lingkungan. Merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

e. Pengalaman. Merupakan sebagai salah satu sumber pengetahuan yaitu suatu cara untuk memperoleh kebenaran, pengetahuan adalah sesuatu cara untuk memperoleh kebenaran yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

f. Usia. Yaitu yang mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik.

Notoatmodjo (2007) juga mengungkapkan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempuyai 6 tingkatan yakni:

(23)

a. Tahu (Know). Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension). Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication). Diartikan sebagai kemampuan untuk mengutamakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis). Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ad kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis). Menunjukan pada kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formmulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation). Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau mengunakan kreteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan dibagi 3 (tiga) kategori. Pengkatagorian ini didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) yaitu:

(24)

b. Tingkat pengetahuan cukup, jika jawaban benar responden 56%-75%. c. Tingkat pengetahuan kurang, jika jawaban benar responden < 56%.

Pengetahuan seseorang erat hubungannya dengan pemanfaatan jampersal oleh ibu hamil dan ibu bersalin dalam mendapatkan layanan persalinan. Jika ibu mengetahui adanya jampersal, ini akan memudahkan ibu untuk mendapatkan persalinan tanpa mengeluarkan biaya pribadi. Ini merupakan tujuan pembangunan kesehatan Indonesia yang dicanangkan oleh Menkes RI pada tahun 2011 bagi seluruh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat kurang mampu. Oleh karena itu pengetahuan ibu tentang Jampersal penting untuk diketahui agar pemanfaatannya lebih maksimal (Depkes RI, 2011).

2. Informasi

Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang yang mengolah, yang masuk kedalam diri individu melalui panca indera kemudian diteruskan ke otak atau ke pusat syaraf untuk diolah atau di proses dengan pengetahuan, pengalaman, selera yang dimiliki seseorang kemudian stimulus tersebut dapat dimengerti sebagai informasi (Wiryanto, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2007), sumber informasi mempengaruhi pengetahuan baik dari media maupun orang-orang dalam terkaitnya dengan kelompok manusia untuk memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu. Alat bantu media akan membantu dalam melakukan penyuluhan. Agar pesan kesehatan dapat disampaikan dengan jelas. Dengan

(25)

media orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan. Alat bantu media menurut Notoatmodjo (2005), dapat dibagi dalam tiga macam:

a. Media Cetak

Yaitu sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan kesehatan dengan variasi seperti: (1) Booklet; Suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tulisan maupun gambar. (2) Leafer; Bentuk penyampaian informasi melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun dalam bentuk gambar. (3) Selebaran. (4) Lembar balik (Flip Chart); Bentuk penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatann dalam bentuk lembar balik dimana tiap lembar berisi gambaran peragaan dan di baliknya berisi kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut. (5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang berkaitan dengan kesehatan. (6) Foster; Bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum.

b. Media Elektronika

Media sarana komunikasi merupakan sarana komunikasi dengan menggunakan elektronik terdiri dari televisi, radio, video, dan lain-lain.Untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi.

(26)

c. Media Papan

Papan yang dipasang di tempat-tempat umum yang diisi dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan.

Informasi adalah keterangan pemberitahuan kabar berita tentang suatu media dan alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, poster, spanduk, dan internet. Berkaitan dengan penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, informasi yang diperoleh harus berkualitas (Tugiman, 2005).

Pemanfaatan media informasi oleh ibu hamil dan bersalin penting untuk mengetahui tentang program Jampersal terlebih ini merupakan program yang baru diluncurkan oleh pemerintah. Oleh itu sumber informasi sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan Jampersal oleh ibu hamil dan bersalin. Jika media-media informasi tersebut bias dimanfaatkan dengan baik maka pengetahuan ibu tentang Jampersal akan baik dan sangat membantu untuk pemanfaatannya (Depkes RI, 2012). Kendala pengelolaan program Jampersal oleh pemerintah dikarenakan minimnya informasi yang diterima masyarakat dan ketiadaan informasi dapat menyebabkan warga kehilangan haknya atau “terpaksa” membayar untuk pelayanan persalinan (Blog Tifa, 2013). Sosialisasi program Jampersal lebih mengedepankan pendekatan komunikatif, bukan medis. Sosialisasi bisa menggunakan brosur, leaflet, atau booklet yang berbeda target sasaran. Pesan berjenjang, serial, dan berkesinambungan lebih efektif dan efisien disampaikan kepada aparatur desa/ kelurahan, tokoh masyarakat/

(27)

agama, supaya bisa kembali menjelaskan kepada masyarakat (Suara Merdeka, 2013).

Menurut Dachlia (2000) variabel keterpaparan informasi diperoleh dengan membuat indeks komposit, yaitu dengan menjumlahkan nilai (skor) sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan sumber informasi. Pertanyaan terdiri atas 5 kelompok yang bergradasi, mulai dari tingkat keterpaparan umum melalui televisi sampai spesifik melalui kegiatan diskusi/ mengobrol. Kegiatan diskusi/mengobrol diberi bobot lebih besar karena untuk dapat berdiskusi orang harus mempunyai minat dan ketertarikan. Tingkat kerpaparan umum mempunyai bobot kecil dari tingkat yang lebih tinggi. Adapun pengelompokkan tingkat keterpaparan secara bergradasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kelompok Tingkat Keterpaparan Informasi

Pertanyaan Bobot

Terpapar melalui televisi 1

Terpapar melalui radio 2

Terpapar melalui Koran/majalah 3

Terpapar melalui media lain, seperti poster, brosur, billboard, dll.

4

Terpapar melalui diskusi 5

Selanjutnya responden dikelompokkan dalam 2 katagori yaitu cukup bila mempunyai skor lebih besar dari nilai median/mean dan katagori kurang mempunyai skor sama atau lebih dari median/mean.

3. Pendapatan

Pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang di peroleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota

(28)

keluarga lainnya. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memanfatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Loedin, 1985).

Pendapatan seseorang atau keluarga membukakan berbagai kemungkinan dari seseorang atau kelurga itu. Pendapatan itu harus mengalir secara teratur setiap hari, setiap minggu dan setiap tahun, supaya seseorang atau keluarga dapat melanjutkan hidupnya. Kurangnya pendapatan akan dapat menghambat aktifitas, baik yang bersifat materialitis maupun non materialistis, seperti pendidikan, kesehatan, perjalanan dan rekreasi disamping kebutuhan akan pangan, sandang dan perumahan. Besarnya pendapatan seseorang atau keluarga mempunyai hubungan erat dalam pemenuhan untuk kebutuhan hidup keluarganya (Santoso, 2004).

Pengertian upah yang di anut oleh Negara Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 08 tahun 1981 mengenai Perlindungan Upah adalah Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh/pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan-perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (PP RI Perlindungan Upah, 1981)

(29)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, mengatur dengan tegas dan jelas mengenai pengupahan. Dalam Pasal 88 pada ayat (4) ditentukan bahwa Pemerintah menetapkan Upah Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf (a) berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk penetapan Upah Minimum dilakukan oleh Gubernur sebagaimana ditentukan dalam Pasal 89 ayat (3) Upah Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Propinsi dan/atau Bupati/Walikota (UU Ketenagakerjaan, 2003).

Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah tingkat upah terendah bagi kabupaten/kota yang berada di wilayah provinsi yang bersangkutan tanpa mempertimbangkan sektor tertentu. UMP bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan dan perekonomian pekerja/buruh (Budiono, 2007). Program Jampersal seperti yang dikutip dari artikel Depkes (2012) diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia khusunya masyarakat miskin dan kurang mampu. Untuk mengukur tingkat keadaan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari pendapatannya. Sehubungan dengan program Jampersal yang digulirkan pemerintah untuk masyarakat miskin dan kurang mampu maka pendapatan berkaitan dengan pemanfaatan jampersal dapat diukur dari UMP (Depkes RI, 2012) .

(30)

D. Kerangka Teoritis

Berdasarkan ulasan teori di atas maka yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1. Kerangka Teoritis Depkes RI (2012): - Informasi - Status Ekonomi/Pendapatan Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan Depkes RI (2011): - Pengetahuan - Sikap/prilaku - Pendidikan

(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah program yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut Depkes (2011) dan Depkes (2012), tingkat pengetahuan, informasi dan pendapatan ibu bersalin berpengaruh terhadap pemanfaatan Jampersal. Berdasarkan teori tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan

Pemanfaatan program Jaminan Persalinan Informasi

(32)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Dependen (terikat)

1. Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan Pembiayaan pelayanan persalinan oleh pemerintah yang meliputi, pertolongan persalinan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di fasilitas kesehatan Wawancara. Dengan Kriteria : a. Ada, jika memanfaatkan Jaminan Persalinan b. Tidak ada, jika tidak

memanfaatkan Jaminan Persalinan Kuesioner a. Ada b. Tidak ada Nominal

Variabel Independen (bebas) 2. Pengetahuan Segala sesuatu

yang ibu ketahui tentang Program Jaminan

Persalinan

Wawancara. Dengan Kriteria :

a. Baik, jika jawaban benar >75%.

b. Cukup, jika jawaban benar 56%-75%. c. Kurang, jika jawaban

benar <56%.

Kuesioner a. Baik b. Cukup c. Kurang

Ordinal

3. Informasi Segala informasi tentang manfaat program jaminan persalinan yang diperoleh ibu dari berbagai macam media.

Wawancara. Dengan Kriteria :

a. Cukup > mean dan b. Kurang ≤ mean. Kuesioner a. Cukup b. Kurang Ordinal 4. Pendapatan Jumlah penghasilan rata-rata keluarga baik ibu maupun keluarga yang dihitung dalam sebulan. Wawancara. Dengan Kriteria :

a. Di atas UMP, jika penghasilan rata-rata ≥Rp.1.650.000,- /Bln. b. Di bawah UMP, jika

penghasilan rata-rata <Rp.1.650.000,-/Bln. Kuesioner a. Di atas UMP b. Di bawah UMP Ordinal

(33)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan desain crosssectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan program jaminan persalinan di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie tahun 2013.

B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasinya adalah ibu bersalin di BPS Rosmawarni. Untuk menentukan populasi yang tidak diketahui dalam penelitian ini menggunakan teori oleh Lameshow et al., 1990, dalam Notoadmodjo 2010 adalah sebagai berikut :

n

Keterangan :

n

= Besar Sampel

= Nilai Z pada Derajat kemaknaan (biasanya 95%=1,96) = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak

diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50). Proporsi prevalensi 19% (0,19).

(34)

Derajat penyimpangan terhadap populasi yang di inginkan : 10% (0,10),5% (0,05) atau 1% (0,01). Maka :

n

=

62,2. Dibulatkan 63.

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Maka jumlah sampel yang diambil adalah 63 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik purpossive sampling yaitu dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang penulis tentukan yaitu:

- Ibu bersalin tahun 2013,

- Tidak buta huruf (bisa baca tulis), dan - Bersedia diwawancarai.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 15 s/d 23 Agustus 2013.

(35)

D. Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para responden, dan bukan berasal dari pengumpulan data yang pernah dilakukan sebelumnya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan peninjauan langsung ke lapangan dengan menggunakan kuesioner yang telah peneliti persiapkan sebelumnya, seperti wawancara kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia sehingga penulis tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie dan BPS Rosmawarni serta referensi referensi buku-buku perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya, misalnya berbentuk data penduduk, maupun teori-teori yang mendukung penelitian ini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang menyediakan jawaban alternative dan responden hanya memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Kuesioner terdiri dari 25 buah pertanyaan dalam bentuk tertutup, yang meliputi data umum/karakteristik ada 7 pertanyaan, data penelitian tentang Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan ada 1 pertanyaan, Pengetahuan 10 pertanyaan, Informasi 5 pertanyaaan, dan Pendapatan 1 pertanyaan.

(36)

F. Pengolahan Data

Setelah data berhasil dikumpulkan langkah selanjutnya yang akan penulis lakukan adalah pengolahan data secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing. Sebelum instrument wawancara dan observasi digunakan penulis melakukan pemeriksaan ulang terlebih dahulu dan melakukan uji coba instrument untuk menilai kesesuaian instrument, demikian juga data yang di kumpulkan.

2. Coding. Setelah selesai editing, penulis melakukan pengkodean atau angka tertentu melalui simbol setiap jawaban.

3. Tabulating. Mengolah data dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

G. Analisa Data

Data hasil penelitian dianalisa secara manual dengan melihat jumlah dan persentase dari tiap-tiap variabel penelitian dalam bentuk tabulasi silang.

H. Penyajian Data

Data yang telah dianalisa kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dinarasikan.

(37)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Persalinan Swasta (BPS) Rosmawarni. BPS ini terletak di Desa Masjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. BPS ini didirikan oleh ibu Rosmawarni pada tahun 2002 yang terletak di jalan Beureunuen – Tiro Km. 4 Desa Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. Batas wilayah meliputi:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pulo Drien 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tong Weng 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ulee Gampong 4. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Tong Peria

Jumlah tenaga di BPS tersebut sebanyak tiga orang, saat ini dipimpin oleh Ibu Rosmawarni dan dibantu oleh dua orang yang berprofesi sebagai bidan. Sarana dan prasarana yang tersedia meliputi satu unit ruangan Persainan, satu unit ruang nifas, dan tiga unit ruangan untuk pasien rawat inap.

Persalinan yang diberikan di BPS tersebut meliputi pelayanan ibu bersalin, pelayanan nifas, pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, dan pelayanan umum.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mulai tanggal 15 sampai dengan 23 Agustus 2013 terhadap 63 responden yaitu pasien ibu

(38)

bersalin yang pernah berkunjung ke BPS Rosmawarni dengan memberikan kuesioner serta wawancara yang berisikan 10 pertanyaan tentang pengetahuan, 1 Pertanyaan tentang Informasi, dan 1 pertanyaan pendapatan keluarga. Penyajian hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi responden baik variabel bebas maupun variabel terikat.

1. Pengetahuan Ibu Bersalin

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Bersalin di BPS Rosmawarni Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013

No. Pengetahuan F % 1 2 3 Baik Cukup Kurang 48 13 2 76,2 20,6 3,2 Total 63 100

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 63 responden, mayoritas pengetahuan baik sebanyak 48 orang (76,2%), pengetahuan cukup 13 orang (20,6%) dan yang pengetahuan kurang 2 orang (3,2%).

2. Informasi Ibu Bersalin

(39)

Distribusi Frekuensi Informasi Ibu Bersalin di BPS Rosmawarni Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013

No. Informasi F % 1 2 Cukup Kurang 43 20 68,2 31,8 Total 63 100

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 63 responden, mayoritas yang mendapat informasi cukup sebanyak 43 orang (68,3%) dan yang mendapatkan informasi kurang 20 orang (31,8%).

3. Pendapatan Keluarga Ibu Bersalin Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga Ibu Bersalin di BPS Rosmawarni Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten

Pidie Tahun 2013 No. Pendapatan F % 1 2 Diatas UMP Dibawah UMP 23 40 36,5 63,5 Total 63 100

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 63 responden, mayoritas berpendapatan dibawah UMP sebanyak 40 orang (63,5%) dan yang berpendapatan diatas UMP 23 orang (36,5%).

4. Pemanfaatan Jampersal Oleh Ibu Bersalin Tabel 5.5

(40)

Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Jampersal Oleh Ibu Bersalin di BPS Rosmawarni Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie

Tahun 2013

No. Pemanfaatan Jampersal F %

1 2 Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan 46 17 73,1 26,9 Total 63 100

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 63 responden, mayoritas yang memanfaatkan Jampersal sebanyak 46 orang (73,1%) dan yang tidak memanfaatkan Jampersal 17 orang (26,9%).

5. Gambaran Pemanfaatan Jampersal Berdasarkan Pengetahuan Ibu Bersalin

Tabel 5.6

Distribusi Gambaran Pemanfaatan Jampersal Berdasarkan Pengetahuan Ibu Bersalin Di BPS Rosmawarni

Kecamatan Mutiara Timur Tahun 2013

No Pengetahuan

Pemanfaatan Jampersal

Total

Ada Tidak Ada

F % F % F %

1 Baik 39 81,3 9 18,7 48 100

2 Cukup 7 53,8 6 46,2 13 100

3 Kurang 0 0 2 100 2 100

Total 46 17 63

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang pengetahuan baik mayoritas memanfaatkan Jampersal yaitu sebanyak 39 orang (81,3%). Dari 13 responden yang berpengetahuan cukup mayoritas juga memanfaatkan Jampersal yaitu sebanyak sebanyak 7 orang (53,8%). Serta dari 2 responden yang berpengetahuan kurang keseluruhan (100%) tidak memanfaatkan Jampersal. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa

(41)

semakin baik pengetahuan, maka semakin banyak yang memanfaatkan Jampersal.

6. Gambaran Pemanfaatan Jampersal Berdasarkan Informasi Ibu Bersalin

Tabel 5.7

Distribusi Gambaran Pemanfaatan Jampersal Berdasarkan Informasi Ibu Bersalin Di BPS Rosmawarni

Kecamatan Mutiara Timur Tahun 2013

No Informasi

Pemanfaatan Jampersal

Total

Ada Tidak Ada

F % F % F %

1 Cukup 42 97,6 1 2,4 43 100

2 Kurang 4 20 16 80 20 100

Total 46 17 63

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang mendapatkan informasi cukup mayoritas memanfaatkan Jampersal yaitu sebanyak 42 orang (97,6%). Dari 20 responden yang mendapatkan informasi kurang mayoritas tidak memanfaatkan Jampersal yaitu sebanyak 16 orang (80%). Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa semakin cukup informasi yang didapat, maka semakin banyak yang memanfaatkan Jampersal.

7. Gambaran Pemanfaatan Jampersal Berdasarkan Pendapatan Keluarga Ibu Bersalin

(42)

Distribusi Gambaran Pemanfaatan Jampersal Berdasarkan Pendapatan Keluarga Ibu Bersalin Di BPS Rosmawarni

Kecamatan Mutiara Timur Tahun 2013

No Pendapatan

Pemanfaatan Jampersal

Total

Ada Tidak Ada

F % F % F %

1 Dibawah UMP 36 90 4 10 40 100

2 Diatas UMP 10 43,4 13 56,6 23 100

Total 46 17 63

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 40 responden yang berpendapatan dibawah UMP mayoritas memanfaatkan Jampersal yaitu sebanyak 36 orang (90%). Dari 23 responden yang berpendapatan diatas UMP mayoritas tidak memanfaatkan Jampersal yaitu sebanyak 13 orang (56,6%). Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa semakin rendah pendapatan, maka semakin banyak yang memanfaatkan Jampersal.

C. Pembahasan

1. Gambaran Pemanfaatan Jampersal Berdasarkan Pengetahuan Ibu Bersalin

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa yang memanfaatkan Jampersal paling banyak pada tingkat pengetahuan baik yaitu 81,3%. Sedangkan yang tidak memanfaatkan Jampersal keseluruhan pada pengetahuan kurang yaitu 100%.

Menurut penelitian sebelumnya di wilayah Puskesmas Dupak Kota Surabaya yang dilakukan oleh Intan (2013) diketahui bahwa sebagian besar (40%) responden yang belum menggunakan Jampersal menjelaskan bahwa mereka belum mengetahui program Jampersal. Sedangkan 13,33% ibu

(43)

mengaku belum memenuhi persyaratan untuk mengikuti Jampersal sehingga mereka tidak dapat mengikuti program ini.

Pada dasarnya pengetahuan ibu tentang pemanfaatan Jampersal sangat penting diketahui karena ini merupakan tujuan pembangunan kesehatan Indonesia yang dicanangkan oleh Menkes RI pada tahun 2011 bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Depkes (2011) bahwa ibu yang mengetahui atau memiliki pengetahuan baik tentang pemanfaatan Jampersal, akan cenderung untuk memanfaatkan jasa tersebut. Oleh karena itu pengetahuan ibu tentang Jampersal penting untuk diketahui agar pemanfaatannya lebih maksimal.

Asumsi peneliti yang berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sejumlah responden yang berpengetahuan baik hampir keseluruhannya lebih cenderung untuk memanfaatan Jampersal. Maka tingkat pengetahuan ibu bersalin cenderung berpengaruh terhadap pemanfaatan Jampersal dalam hal ini pemanfaatan untuk menggunakan jasa Jampersal saat persalinan.

Masih adanya ibu bersalin yang belum menggunakan jasa layanan Jampersal pada BPS Rosmawarni diakibatkan oleh masih adanya ibu bersalin yang berpengetahuan rendah tentang program Jampersal.

2. Gambaran Pemanfaatan Jampersal Berdasarkan Informasi Ibu Bersalin

(44)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memanfaatkan Jampersal paling banyak pada katageri informasi cukup yaitu 97,6%. Sedangkan yang tidak memanfaatkan Jampersal paling banyak pada informasi kurang yaitu 80%.

Menurut hasil Riset Implementasi Jampersal oleh Depkes RI tahun 2012 yang diketuai oleh Tety Rachmawati di 14 Kabupaten/Kota Indonesia, diketahui bahwa masyarakat yang tidak memanfaatkan Jampersal 66,7% belum tersosialisasi dan mendapatkan informasi tentang Jampersal, sementara sisanya sudah mendapatkan informasi dan menggunakan Jampersal.

Pemanfaatan media informasi penting untuk mengetahui tentang program Jampersal dan berpengaruh terhadap pemanfaatannya. Oleh itu sumber informasi sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan Jampersal oleh ibu hamil dan bersalin. Jika media-media informasi tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik maka ibu bersalin akan cenderung untuk memanfaatkan Jampersal dan sangat membantu untuk pemanfaatannya (Depkes RI, 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan tingginya ibu dengan katagori informasi cukup memanfaatkan Jampersal dan yang mendapatkan informasi kurang hampir keseluruhan tidak memanfaatkan Jampersal.

Asumsi peneliti berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mendapatkan informasi cukup tentang Jampersal cenderung lebih banyak menggunakan jasa layanan Jampersal pada saat persalinan. Jika informasi tentang Jampersal yang dimiliki ibu bersalin cukup, maka ibu

(45)

bersalin akan semakin besar kemungkinan bahkan cenderung untuk memanfaatkan jasa tersebut.

Masih adanya ibu bersalin yang belum menggunakan jasa layanan Jampersal pada BPS Rosmawarni diakibatkan oleh masih adanya ibu bersalin yang belum dan kurang memiliki informasi tentang program Jampersal. Petugas kesehatan dalam hal ini bidan harus lebih dapat terus memberi tahu tentang program Jampersal pada masyarakat.

3. Gambaran Pemanfaatan Jampersal Berdasarkan Pendapatan Keluarga Ibu Bersalin

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memanfaatkan Jampersal paling banyak pada tingkat pendapatan dibawah UMP yaitu 90%. Sedangkan yang tidak memanfaatkan Jampersal paling banyak pada tingkat pendapatan diatas UMP yaitu 56,6%.

UMP sendiri yaitu tingkat upah terendah bagi Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Provinsi yang bersangkutan tanpa mempertimbangkan sektor tertentu. UMP bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan dan perekonomian pekerja/buruh (Budiono, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyaknya keluarga ibu bersalin dengan pendapatan dibawah UMP yang memanfaatkan Jampersal.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astrid Kizi di Puskesmas Candi Puro Kota Malang (2012), diketahui responden pengguna Jampersal yang berpenghasilan Rp. 500.000,- sampai 1 Juta sebesar 47.62%, sedangkan non Jampersal yang berpenghasilan Rp. 500.000,-

(46)

sampai 1 Juta sebesar 58.73%. Responden yang berpenghasilan Rp. 500.000,- sampai 1 Juta lebih besar pada responden non Jampersal dibandingkan dengan responden pengguna Jampersal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astrid berbanding terbalik dengan penelitian yang peneliti lakukan di BPS. Rosmawarni Kabupaten Pidie, dimana responden yang berpenghasilan rendah lebih banyak menggunakan jasa Jampersal.

Program Jampersal seperti yang dikutip dari artikel Depkes (2012) diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat miskin dan kurang mampu. Untuk mengukur tingkat keadaan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari pendapatannya. Sehubungan dengan program Jampersal yang digulirkan pemerintah khusunya untuk masyarakat miskin dan kurang mampu maka pendapatan berkaitan dengan pemanfaatan Jampersal dapat diukur dari tingkat UMP.

Asumsi peneliti berdasarkan uraian hasil penelitian bahwa ibu bersalin yang berpedapatan dibawah UMP atau tergolong masyarakat yang berpenghasilan rendah atau kurang mampu lebih memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan jasa Jampersal. Sesuai tujuan pemerintah yaitu Jampersal diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia terutama masyarakat kurang mampu. Karena program ini tidak memungut biaya atau gratis maka pasien yang menggunakan jasa ini didominasi oleh ibu bersalin yang berpenghasilan dibawah UMP.

Bagi sebagian mereka yang berpenghasilan diatas UMP, lebih memilih untuk tidak menggunakan jasa Jampersal, mungkin mereka

(47)

meragukan kualitas layanan bagi peserta Jampersal. tetapi pada hakikatnya dalam melayani tiap pasien, petugas kesehatan harus selalu memberikan kualitas jasa pelayanan yang baik dan memuaskan. Bagi mereka yang berpenghasilan di bawah UMP lebih cenderung menggunakan Jampersal karena keterbatasan biaya dan menganggap Jampersal adalah sebuah program untuk membantu masyarakat kalangan menengah dan bawah untuk mendapatkan jasa pertolongan di Rumah Sakit atau tempat persalinan lainnya baik pemerintah dan swasta (yang melakukan Perjanjian Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan) dalam hal layanan Jampersal.

(48)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan program jaminan persalinan ibu bersalin di BPS Rosmawarni pada 63 responden dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Gambaran pemanfaatan Jampersal berdasarkan pengetahuan ibu bersalin. Responden yang memanfaatkan Jampersal paling banyak pada tingkat pengetahuan baik yaitu 81,3%. Maka responden yang berpengetahuan baik memiliki kecenderungan untuk lebih memanfaatkan Jampersal.

2. Gambaran pemanfaatan Jampersal berdasarkan informasi ibu bersalin. Responden yang memanfaatkan Jampersal paling banyak pada katagori informasi cukup yaitu 97,6%. Maka responden yang mendapatkan informasi cukup lebih cenderung memanfaatkan Jampersal.

3. Gambaran pemanfaatan Jampersal berdasarkan pendapatan keluarga ibu Bersalin. Responden yang memanfaatkan Jampersal paling banyak pada tingkat pendapatan dibawah UMP yaitu 90%. Maka responden yang berpendapatan dibawah UMP memiliki kecendrungan untuk lebih memanfaatkan Jampersal.

(49)

B. Saran

1. Institusi Pendidikan

Agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang persalinan melalui proses belajar mengajar, dan lebih memperbanyak bahan bacaan tentang Jampersal.

2. Tempat Penelitian/BPS

Agar lebih menjelaskan tentang program Jampersal pada ibu bersalin agar mereka dapat memanfaatkan program pemerintah tersebut dengan baik demi tercapainya persalinan yang nyaman.

3. Peneliti Lain

Agar bisa lebih mengembangkan penelitian ini dengan baik dan bermutu baik tentang persalinan atau Jampersal.

(50)

Ahyan, Syahibul, 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang.

www.syahibul628.wordpress.com (Diakses 1 Feb. 2013)

Ali, G. M. (2001) Kemampuan dan Kemauan Membayar Premi Asuransi Kesehatan di Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol. 04/Nomor 02/2001, Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM, Yogyakarta

. (2003) Mencari Alternatif Pembiayaan Kesehatan Berbasis Asuransi Kesehatan Sosial di Era Desentralisasi. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol. 06/Nomor 02/2003, Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM, Yogyakarta

Amin, Muhammad. 2012, Buku Saku Bidan, Media Aesculapius, Jakarta. Anoraga, P. (2006) Psikologi Kerja. Rineka Cipta, Jakarta

Arikunto. S, 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

Astrid Kizy. 2012. Kepuasan Ibu Bersalin Terhadap Status Penggunaan Jampersal. Skripsi. Prodi S-1 Kebidanan Universitas Brawijaya, Malang.

Azwar, A. (1999) Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara, Jakarta

Budiono. 2007. Penerapan Upah Minimum Dalam Kaitannya Dengan Upaya Perlindungan Bagi Pekerja/Buruh untuk perkembangan Perusahaan. Thesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Diponogoro. Semarang.

Budiarto, 2007. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta.

Dinkes Pidie, 2012, Laporan Ibu Hamil, Ibu Bersalin dan Bayi.

Dapkes RI. 2011. Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

, 2011. Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan, Kementerian Kesehatan R.I, Jakarta.

, 2012. Dirjen Anak. Artikel Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

(51)

. 2006, Asuhan Persalinan Normal, Edisi Baru Dengan Resusitasi. Depkes RI, Jakarta.

Dachlia. 2000, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Beresiko Terinfeksi HIV/AIDS Pada Pelaut/Pekerja Pelabuhan di Jakarta, Manado dan Surabaya (Thesis). Universitas Indonesia. Jakarta.

Erawati, Ambar D. 2012, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal, Penerbit Buku Kedokteran EGD, Jakarta.

Harian Kompas, 2012. Kepuasan Pasien Jampersal di RSUD Kraton. Halaman 12. Kolom 3. Pekalongan.

Henderson. 2006, Buku Ajar Konsep Kebidanan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Hardiwinoto, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. http:/ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com (Diakses 1 Februari 2013).

Hidayat, Alimul. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. ECG: Jakarta.

Lailiyana, dkk,. 2011, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan, Penerbit Buku Kedokteran EGD, Jakarta.

Loedin. 1985. Konsep Kebidanan. Toha Putra: Semarang.

Mandriwati, G.A., 2008 Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, EGC, Jakarta.

Maryunani, Anik. 2010, Nyeri Dalam Persalinan : Teknik dan Cara Penanganannya, Trans Info Media, Jakarta Timur.

Mochtar, Rustam. 2006, Buku Acuan Pelayanan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Notoatmadjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta:Jakarta ---, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Rineka Cipta:Jakarta ---, 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta:Jakarta

Prawirohardjo, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Jakarta : PT. Bina Pustaka. Peraturan Pemerintah RI Nomor 08 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah. Rachmawati, Tety. dkk. 2012, Riset Evaluasi Implementasi Jampersal,

(52)

Sari, I Nina. Pudjiraharjo, Widodo J. 2013. Ekuitas Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 1 Januari – Maret 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.

Suara Merdeka. 2013. Optimalisasi Program Jampersal. Diposting 18 Juli 2013 oleh Fuad Fatkhurrohman. Dalam Blog suaramerdeka.com.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/01/15 /212017/10/Optimalisasi-Program-Jampersal

Sunaryo. 2005, Psikologi Keperawatan, EGC:Jakarta.

Timreck, 2004. Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa, Madia Aeculapius: Jakarta. Tugiman. 2005, Media dan Informasi. Rineka Cipta:Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenaga kerjaan

Yayasan TIFA, 2013. Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi, Tingkatkan Kualitas Layanan Jampersal. Dalam Blog TIFA. Diposting 15 April 2013. 11:25. http://www.tifafoundation.org/tag/jampersal/.

Gambar

Tabel 2.1 Kelompok Tingkat Keterpaparan Informasi
Gambar 2.1. Kerangka Teoritis Depkes RI (2012): -  Informasi -  Status Ekonomi/Pendapatan  Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan Depkes RI (2011): -  Pengetahuan -  Sikap/prilaku -  Pendidikan
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Scene Mulai Main Memilih tombol Menu Sistem akan berpindah scene ke scene Menu Sukses, output sesuai yang diha- rapkan, scene akan berpindah ke scene Menu Scene Mulai Main

Implementasi Ajax ( Asynchronous Javascript and XML HTTP ) dalam proses evaluasi beban kinerja dosen yang akan dibangun diharapkan dapat membantu pihak PPMAI UKSW

1. H 0 : Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Kauman Tulungagung. H 1 : Ada pengaruh kecerdasan

Melihat adanya langkah yang dilakukan tersebut, pihak KSU BMT Robbani berharap dapat mengetahui sisi keuangan calon anggota dengan menilai seberapa besar modal

Dalam Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa untuk semuamata pelajaran sains, salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran sainsadalah

Hasil menunjukkan pola hubungan IHSG dengan faktor makroekonominya di BEI menggunakan pendugaan parameter copula dengan pendekatn tau kendall dengan hasil fitting log-likelihood

Dalam mata kuliah profesi kependidikan mahasiswa diajarkan untuk menguasai kode etik keguruan, dan bersikap sebagai seorang guru yang menguasai kompetensi dasar

NO NO.TILANG NAMA TERDAKWA / TERPIDANA ALAMAT TERDAKWA / TERPIDANA PASAL YANG DILANGGA BARANG BUKTI VERSTEK DENDA Rp, SUBSIDER BIAYA PERKARA