ANALISIS KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR
PENYULINGAN MINYAK NILAM
OLEH SHAFEEG AHMAD F34050809 2010
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
ANALISIS KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR PENYULINGAN MINYAK NILAM
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
SHAFEEG AHMAD F34050809
2010
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Prototipe Separator Penyulingan Minyak Nilam Nama : Shafeeg Ahmad
NIM : F34050809
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc. NIP. 19620505 198903 1 016
Mengetahui : Ketua Departemen
Prof. Dr. Nastiti Siswi Indrasti NIP : 19621009 198903 2 001
SHAFEEG AHMAD. F34050809. Analisis Kinerja Prototipe Separator Penyulingan Minyak Nilam. Dibawah bimbingan : Meika Syahbana Rusli. 2010
RINGKASAN
Minyak nilam merupakan komoditas minyak atsiri Indonesia dengan jumlah produksi paling besar dibandingkan komoditas sejenis. Indonesia merupakan penghasil utama minyak nilam dunia dengan pangsa pasar hampir 90%. Total produksi minyak nilam Indonesia pada tahun 2006 mencapai 2.832.413 Kg atau senilai US$ 43.984.079.
Sampai saat ini minyak nilam kebanyakan masih diproduksi oleh masyarakat pada penyulingan skala kecil dengan teknologi sederhana, bahan yang korosif, dan efisiensi belum optimal. Separator merupakan bagian dari rangkaian alat penyulingan yang belum banyak mengalami perkembangan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pada separator mengingat minyak nilam termasuk minyak yang cenderung lebih sulit memisah dengan air sehingga potensi loss di separator besar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja separator industri kecil lalu membandingkannya dengan kinerja prototipe separator yang telah dirancang. Faktor yang digunakan adalah suhu distilat dan laju distilat dengan respon loss minyak.
Separator industri kecil terbuat dari aluminium dengan sekat pemisah di bagian tengah dari seng. Separator ini masih membutuhkan alat bantu dalam penggunaannya sehingga kurang efekitf. Desain separator juga menghasilkan aliran fluida dalam separator yang berlawanan dengan gerakan partikel minyak sehingga bisa menimbulkan loss minyak.
Kisaran suhu dan laju distilat yang dihasilkan IKM ini berturut-turut adalah 38,5-60 oC dan 1,28-2,72 liter/menit . Rata-rata loss minyak yang terjadi adalah 3,13 %. Pengujian kadar Patchouli Alcohol (PA) untuk minyak yang terbuang (loss) dengan alcoholmeter menunjukkan kadar PA-nya lebih besar dari 34%. Densitas minyak yang terbuang adalah 0,992 gr/ml. Pada suhu distilat yang lebih tinggi terdapat kecenderungan penurunan loss minyak sedangkan pada laju distilat yang lebih besar terdapat kecenderungan kenaikkan loss minyak.
Prototipe separator dirancang berdasarkan laju dan suhu distilat pada uji kinerja separator IKM. Separator ini mempunyai silinder dalam untuk membantu proses pemisahan minyak. Bagian atas separator terbuat dari kaca untuk memudahkan memantau jumlah minyak. Ujung bagian kaca dibuat semakin menyempit untuk memperkecil bidang kontak antara air dan minyak sehingga memudahkan dalam proses pengumpulan minyak. Minyak dikeluarkan dari separator melalui pipa yang ujungnya diberi kran. Prototipe separator terbuat dari bahan stailess steel.
Prototipe separator memiliki kinerja yang sangat baik. Pada uji kinerja prototipe separator, nilai tertinggi loss yaitu 0,24 % dan nilai terendah 0,09 % dengan nilai rata-rata loss minyak sebesar 0,16 %. Air buangan prototipe separator jauh lebih jernih daripada air buangan separator IKM. Prototipe separator sudah tidak lagi membutuhkan alat bantu berupa busa dan gayung untuk mengumpulkan minyak.
SHAFEEG AHMAD. F34050809. Performance Analysis of Separator Prototype in Patchouli Oil Distilation. Supervised by : Meika Syahbana Rusli. 2010
SUMMARY
Patchouli oil is an Indonesian important essential oil with the biggest total production compared to similar commodities. Indonesia is a major producer of patchouli oil in the world with almost 90% market share. The total production of Indonesian patchouli oil in 2006 reached 2.832.413 kg or the equivalent of U.S. $ 43,984,079.
Until now, most of patchouli oil is still produced in small-scale distillation with a simple technology, corrosive materials, and low efficiency. Separator is a part of distillation equipment that has not undergone many improvements. Therefore, research needs to be done on a separator considering the patchouli oil including an oil that tend to be more difficult to separate from water so there was big loss potential on separator.
The objectives of this study are to evaluate the performance of separator of IKM (Small Medium Industry) and then compare it with the performance of the prototype separator that has been developed. Observed factors are the distillate temperature and the flow rate with oil loss as a response.
The range of distillate temperatures and distillate flow rate in this IKM, respectively 38,5-60 oC and 1,28-2,72 liters/minute. The range of oil loss that occurs is 2,11 % - 4,35 % with an average value 3.13%. The result of Patchouli Alcohol (PA) Levels Test for waste oil (loss) with alcoholmeter indicates a PA level is bigger than 34%. Waste oil density is 0.992 g/ml. At higher distillate temperatures there is a decreasing trend of oil loss while at the bigger distillate flow rate there was a greater tendency to increase oil loss.
Prototype separator was designed based on the distillate flow rate and distillate temperature at the separator of IKM performance test. This separator has an inner cylinder to help the oil separation process. The top of the separator is made of glass to make it easier to monitor the amount of oil. The tip of the glass made narrowed to minimize surface contact between water and oil so facilitate the collecting process of oil. The oil removed from the separator through a pipe with faucet at the end. Separator prototype made of stainless steel.
Prototype separator has a very good performance. In the separator prototype performance test, the range of oil loss is 0.09 % - 0.24 % with an average value 0.16%. The waste water from separator prototype more clearly than the waste water from separator of IKM. Separator prototype no longer need additional tool such as foam and big spoon in collecting oil.
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul: “ANALISIS KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR PENYULINGAN MINYAK NILAM” adalah karya asli Saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya.
Bogor, Februari 2010 Yang memberi pernyataan
SHAFEEG AHMAD F34050809
Bogor sampai selesai pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan menengahnya di SLTP Negeri I Kudus pada tahun 2002 dan di SMU Negeri I Kudus pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di IPB
memilih Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian pada pemilihan mayor tahun 2006.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi. Pada tahun 2005/2006 penulis adalah anggota BEM TPB, LDK DKM Al
tahun 2006/2007 penulis adalah Fateta dan staff Departemen diamanahkan untuk menjadi Dire
Bogor (Organisasi Mahasiswa Daerah Kudus) dan pernah menjabat sebagai ketua di kerohanian, sekretaris, serta
praktikum mata kuliah Teknologi Minya
kuliah Peralatan Industri. Penulis juga pernah menjadi assisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2008 dan 2009.
Penulis melakukan praktek lapang
(International Flavor & Fragrance), Jakarta dan menyusun laporan praktek lapang dengan judul “Proses Produksi dan Sistem Pengawasan Mutu Produk Ekstrak Kakao
Essence Indonesia Jakarta”. Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menulis skripsi dengan judul
Separator Penyulingan Minyak Nilam” M.Sc. dan dinyatakan lulus pada tanggal
BIODATA
Penulis dilahirkan di Jakarta pada
31 Januari 1986 dari ayah bernama Ahmad Churry dan ibu bernama Sohra Hasan Abdat. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara.
Penulis memulai pendidikan formal pertamanya di Harbord Public School, Sydney hingga kelas 2 tingkat dasar. Penulis melanjutkan pendidikan dasarnya di SDIT Ummul Quro’ Bogor sampai selesai pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan menengahnya di SLTP Negeri I Kudus pada tahun 2002 dan di SMU Negeri I Kudus pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian pada
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi. Pada tahun is adalah anggota BEM TPB, LDK DKM Al-Hurriyah, dan IKMT. Pada tahun 2006/2007 penulis adalah Ketua Divisi Public Relation FBI (Forum Bina Islami
Departemen Sosial Politik BEM Fateta. Tahun 2007/2008 penulis diamanahkan untuk menjadi Direktur FBI Fateta. Penulis juga aktif di Keluarga Kudus Bogor (Organisasi Mahasiswa Daerah Kudus) dan pernah menjabat sebagai ketua di
PJS Ketua. Pada tahun 2008 penulis menjadi
praktikum mata kuliah Teknologi Minyak Atsiri dan koordinator assisten praktikum mata kuliah Peralatan Industri. Penulis juga pernah menjadi assisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2008 dan 2009.
Penulis melakukan praktek lapang pada tahun 2008 di PT Essence Indonesia ional Flavor & Fragrance), Jakarta dan menyusun laporan praktek lapang dengan
Produksi dan Sistem Pengawasan Mutu Produk Ekstrak Kakao
”. Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana enulis menulis skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Prototipe Separator Penyulingan Minyak Nilam” di bawah bimbingan Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli,
dan dinyatakan lulus pada tanggal 12 Februari 2010.
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Januari 1986 dari ayah bernama Ahmad Churry dan ibu bernama Sohra Hasan Abdat. Penulis merupakan putra pertama dari empat
Penulis memulai pendidikan formal pertamanya di Harbord Public School, Sydney ulis melanjutkan pendidikan dasarnya di SDIT Ummul Quro’ Bogor sampai selesai pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan menengahnya di SLTP Negeri I Kudus pada tahun 2002 dan di SMU Negeri I Kudus pada tahun 2005. melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian pada
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi. Pada tahun Hurriyah, dan IKMT. Pada Forum Bina Islami) . Tahun 2007/2008 penulis ktur FBI Fateta. Penulis juga aktif di Keluarga Kudus Bogor (Organisasi Mahasiswa Daerah Kudus) dan pernah menjabat sebagai ketua divisi PJS Ketua. Pada tahun 2008 penulis menjadi assisten k Atsiri dan koordinator assisten praktikum mata kuliah Peralatan Industri. Penulis juga pernah menjadi assisten mata kuliah Pendidikan
di PT Essence Indonesia ional Flavor & Fragrance), Jakarta dan menyusun laporan praktek lapang dengan Produksi dan Sistem Pengawasan Mutu Produk Ekstrak Kakao di PT ”. Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Kinerja Prototipe Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli,
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN ... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK NILAM ... 2
B. PENYULINGAN ... 4
C. DESAIN SEPARATOR ... 7
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT ... 10
1. Bahan ... 10
2. Alat ... 10
a. Evaluasi Kinerja Separator IKM ... 10
b. Analisis Kinerja Separator Prototipe ... 12
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ... 14
C. METODE PENELITIAN ... 14
1. Evaluasi Kinerja Separator UKM ... 14
2. Perancangan dan Konstruksi Prototipe Separator ... 17
3. Analisis Kinerja Prototipe Separator ... 17
ii
A. EVALUASI KINERJA SEPARATOR IKM ... 18
1. Kondisi Umum Penyulingan IKM ... 18
a. Rendemen Minyak Nilam ... 18
b. Suhu Distilat ... 19
c. Laju Distilat ... 21
2. Kinerja Separator ... 23
a. Kondisi umum separator IKM ... 24
b. Loss minyak ... 27
B. ANALISIS KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR ... 32
1. Kondisi umum penyulingan ... 32
a. Rendemen Minyak Nilam ... 33
b. Suhu Distilat ... 33
c. Laju Distilat ... 34
2. Loss Minyak ... 35
C. PERBANDINGAN KINERJA SEPARATOR IKM DENGAN PROTOTIPE SEPARATOR ... 37
1. Loss Minyak ... 37
2. Air Buangan (Overflow) ... 39
3. Cara Pengambilan Minyak ... 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 40
B. SARAN ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Persyaratan mutu minyak nilam ... 4
Tabel 2. Data selisih densitas beberapa jenis minyak dengan air ... 24
Tabel 3. Kecepatan partikel minyak naik melewati air ... 32
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema peralatan penyulingan minyak nilam IKM ... 10
Gambar 2. Separator Utama IKM ... 12
Gambar 3. Prototipe separator ... 13
Gambar 4. Perubahan suhu distilat selama evaluasi kinerja separator IKM ... 20
Gambar 5. Perbandingan suhu distilat dan suhu pemisahan pada percobaan 1 ... 21
Gambar 6. Perbandingan Suhu di Kondensor pada Evaluasi Kinerja Separator IKM... 21
Gambar 7. Perubahan laju distilat selama evaluasi kinerja separator IKM ... 23
Gambar 9. Aliran fluida dalam separator IKM ... 26
Gambar 10. Posisi busa pada separator IKM ... 27
Gambar 11. Loss minyak pada setiap penyulingan ... 28
Gambar 12. Jumlah loss minyak selama penyulingan... 29
Gambar 13. Grafik loss minyak terhadap laju distilat ... 30
Gambar 14. Grafik Loss minyak terhadap suhu distilat ... 31
Gambar 15. Perubahan suhu distilat selama analisis kinerja prototipe separator ... 33
Gambar 16. Perubahan suhu separator selama analisis kinerja prototipe separator ... 34
Gambar17. Perubahan laju distilat selama analisis kinerja prototipe separator ... 35
Gambar 18. Grafik Loss minyak terhadap suhu distilat ... 37
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Prosedur analisa kadar air dan kadar minyak ... 45
Lampiran 2. Prosedur Penentuan Bobot Jenis ... 47
Lampiran 3. Data lapang analisis kinerja separator IKM ... 48
Lampiran 4. Data lapang analisis kinerja prototipe separator ... 59
Lampiran 5. Peralatan penyulingan IKM saat evaluasi kinerja separator IKM ... 66
Lampiran 6. Peralatan penyulingan IKM saat analisis kinerja prototipe separator ... 67
1 I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Minyak nilam adalah salah satu minyak yang banyak dipergunakan sebagai bahan fiksatif pada parfum. Fungsi tersebut membuat permintaan minyak nilam dari Indonesia cukup siginifikan. Indonesia merupakan penghasil utama minyak nilam dunia dengan pangsa pasar senilai 90%, selebihnya dipasok oleh Cina, Brazil, dan beberapa negara lain. Pusat Data Industri (2006) mencatat produksi minyak nilam Indonesia pada tahun 2006 mencapai 2.832.413 Kg atau senilai US$ 43.984.079.
Penyulingan minyak nilam yang dilakukan masyarakat masih menggunakan teknologi yang sederhana, alat-alat yang korosif dan efisiensi yang rendah. Hal tersebut berpengaruh pada kualitas minyak nilam yang dihasilkan dan rendemen.
Rendahnya efisiensi dan rendemen tersebut bernilai signifikan bila dikonversi menjadi pendapatan yang diterima baik oleh penyuling maupun negara. Pertambahan produksi sebesar 1% saja akan meningkatkan pendapatan negara mencapai US$ 439.840, mengacu pada data Pusdatin (2006).
Kehilangan minyak atsiri pada proses penyulingan dapat terjadi pada beberapa tahapan, diantaranya adalah pada tahap perlakuan pendahuluan, proses penyulingan, dan proses pemisahan atau separasi. Pengamatan yang dilakukan terhadap penyulingan minyak nilam menunjukkan bahwa air pada proses pemisahan berwarna keruh dan kemungkinan besar minyak hasil penyulingan belum terpisahkan dengan sempurna sehingga menurunkan rendemen minyak nilam.
Sampai saat ini belum banyak penelitian khusus yang dilakukan untuk menciptakan desain separator yang sesuai dengan karakteristik minyak nilam dan kondisi proses operasi penyulingan di masyarakat. Karena pentingnya proses separasi ini maka desain separator yang baik akan meningkatkan rendemen minyak nilam dan kualitas yang dihasilkan. Selain itu juga dapat meningkatkan efektivitas kerja dengan mengurangi waktu untuk mengumpulkan minyak serta menghindari kontak antara pekerja dengan minyak nilam seperti yang terjadi saat ini.
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja separator industri kecil penyulingan nilam untuk menghitung loss minyak sebenarnya yang terjadi serta mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi loss minyak.
2 II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MINYAK NILAM
Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth) dengan cara penyulingan. Pada tanaman nilam, minyak atsiri terdapat dalam semua bagian tanaman seperti akar, batang, dan daun. Walaupun tidak banyak digunakan di dalam negeri, minyak nilam merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia (Sudaryani dan Sugiharti, 1998).
Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985).
Tanaman nilam mempunyai bentuk daun yang lonjong, berwarna hijau, dan mempunyai bulu di bagian atas. Bunga nilam berwarna ungu kemerahan yang tumbuh di ujung tangkai. Daun nilam umumnya bergerombol (Tasma dan Hamid, 1989).
Mustofa (1973) menyatakan bahwa tanaman ini tumbuh di daerah tropis di antara semak belukar sampai setinggi dua meter. Ketaren (1985) juga menyatakan hal yang sama yaitu nilam merupakan tanaman tropis, hal ini disebabkan karena tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur dengan curah hujan tinggi, yaitu antara 2300-3000 milimeter per tahunnya.
1. Komposisi kimia
Minyak nilam terdiri dari komponen-komponen bertitik didih tinggi sehingga baik dipakai sebagai zat pengikat dalam parfum dan dapat membentuk bau yang harmonis. Zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi daripada zat pewangi, sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat (Ketaren, 1985). Menurut Luthony dan Rahmayati (1994), peranan minyak nilam sebagai fiksatif tidak dapat digantikan oleh senyawa sintetis apapun sehingga sangat penting dalam dunia perfumery. Sifat-sifat minyak nilam antara lain sulit tercuci, sukar menguap jika dibandingkan minyak atsiri lain, dapat larut dalam alkohol, dan dapat dicampur dengan minyak atsiri lainnya (Guenther, 1949).
3 Menurut Anomious dalam Rahendas (2005), minyak nilam tersusun dari dua komponen yaitu komponen utama (mayor konstituen) dan komponen kecil (minor konstituen). Komponen utama yaitu patchouli alkohol (patchoulol) yang merupakan senyawa seskuiterpen trisiklik, sedangkan komponen kecil antara lain patchoullene, azulene, eugenol, benzaldehide, sinnamaldehide, keton, dan senyawa seskuiterpen lainnya. Seskuiterpen yang terdapat dalam minyak nilam lebih dari sepuluh macam, tetapi yang dapat diidentifikasi antara lain β-patchoulen, α-guajen, bulnesen, dan patchouli alkohol yang merupakan komponen utama (40 %) yang menentukan bau minyak nilam.
Berdasarkan komponen kimianya minyak nilam dapat dibagi menjadi dua golongan utama yaitu golongan terpen dan terpen-O. Terpen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang rumus bangunnya dibentuk dari unit kimia isoprene (C5 H8). Terpen merupakan senyawa alami yang dihasilkan dalam tanaman melalui proses metabolisme sekunder.
Minyak nilam terdiri dari campuran persenyawaan terpen dengan alkohol-alkohol, aldehid, dan ester-ester yang memberikan bau khas, misalnya patchouli alkohol (Sastrohamidjojo, 2004).
Senyawa-senyawa terpen dalam minyak tercampur dengan alkohol-alkohol, aldehid, dan ester-ester yang memberikan bau khas. Senyawa-senyawa itu misalnya benzaldehid, patchoulen alkohol, eugenolbenzoat yang masing-masing mempunyai bau khas. Komponen yang termasuk dalam terpen-O disebut juga sebagai komponen-komponen berat diantaranya nor-patcoulol, patchouli alkohol, dan pogostol.
2. Mutu
Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau batasan yang dituangkan dalam standar mutu. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak atsiri menurut Ketaren (1985), adalah sebagai berikut:
1. Jenis tanaman dan umur panen
2. Perlakuan bahan olah sebelum ekstraksi
3. Sistem, jenis paralatan, dan kondisi proses ekstraksi 4. Perlakuan terhadap minyak atsiri setelah ekstraksi 5. Pengemasan dan penyimpanan
4 Minyak nilam digolongkan dalam satu jenis mutu dengan nama “Patchouli oil”. Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk seluruh dunia karena setiap negara penghasil dan pengimpor menentukan standar mutu minyak nilam sendiri.
Standar mutu minyak nilam Indonesia ditetapkan dalam SNI O6-2385-2006 yang merupakan revisi dari SNI O6-2385-1998. Standar ini meliputi ruang lingkup (syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengemasan), definisi, jenis mutu, pengambilan contoh dan rekomendasi yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan mutu minyak nilam
Karakteristik Satuan Persyaratan
Warna - Kuning muda – coklat kemerahan
Bobot jenis (25oC/25oC) - 0,950 – 0,975
Indeks Bias 25oC (nD 25) - 1,507 – 1,515
Putaran Optik - (-48)-(-65)
Bilangan Asam - Maks. 8,0
Bilangan Ester - Maks. 20,0
Kelarutan dalam etanol 90 % pada suhu 20 oC ±3 oC
- Larutan jernih atau opalesensi ringan dalam
perbandingan volume 1 :10 perbandingan volume 1-10 bagian
Patchouli alcohol (C15H26O) % Min. 30
Alpha copaene (C15H24) % Maks. 0,5
Kandungan besi (Fe) mg/Kg Maks. 25
Sumber: Standar Nasional Indonesia
B. PENYULINGAN
Menurut Miall dalam Guenther (1948), penyulingan dapat didefinisikan sebagai pemisahan komponen-komponen dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Pada penyulingan minyak atsiri dari tanaman, uap harus berfungsi lain pula yaitu dapat mentransmisikan panas. Berbeda dengan cairan, bahan tanaman tidak mampu untuk meneruskan panas ke seluruh bagian tanaman. Energi panas ditransmisikan melalui air mendidih ke dalam bahan dengan cara perendaman bahan, atau dengan melewatkan uap air panas di antara bahan tanaman tersebut.
Minyak atsiri yang mudah menguap terdapat dalam kelenjar minyak khusus di dalam kantung minyak atau di ruang antar sel di dalam jaringan tanaman. Minyak atsiri tersebut harus dibebaskan sebelum disuling yaitu dengan merajang atau memotong jaringan tanaman dan membuka kelenjar minyak sebanyak mungkin sehingga minyak dapat dengan mudah diuapkan. Jika bahan tidak dirajang atau dipotong, berarti minyak
5 dalam tanaman harus dibebaskan dengan kekuatan difusi air (hidrodiffusion) (Guenther, 1948).
1. Metode Penyulingan
a. Penyulingan air (Water Distilation)
Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang disuling kemungkinan mengembang/mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses (Sastrohamidjojo, 2004).
Sistem ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain prosesnya sederhana dan dapat mengekstrak minyak dari bahan yang berbentuk bubuk (akar, kulit, kayu) dan bunga-bungaan yang mudah membentuk gumpalan jika kena panas (Ketaren, 1985) b. Penyulingan Uap dan Air (Water and Steam Distilation)
Bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikt di bawah ketinggian bahan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air (Sastrohamidjojo, 2004). Sistem penyulingan air dan uap lebih efisien daripada penyulingan air karena jumlah bahan bakar yang diperlukan lebih kecil, penyulingan lebih singkat, dan rendemen minyak yang dihasilkan lebih besar (Ketaren, 1985).
c. Penyulingan uap langsung (Steam Distilation)
Prinsip metode ini sama dengan penyulingan uap dan air, hanya saja air penghasil tidak diisikan bersama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer (Luthony dan Rahmawati, 1994). Distilasi uap digunakan untuk cairan yang titik didihnya tinggi atau cairan yang mengalami dekomposisi saat dipanaskan pada titik didihnya. Distilasi ini dilakukan dengan cara memanaskan cairan dengan uap air yang secara aktif dimasukkan ke dalamnya melalui pipa (Cook dan Cullen, 1986).
Menurut Ketaren (1985), daun nilam sebaiknya disuling dengan uap langsung dengan sumber uap berasal dari ketel uap yang letaknya terpisah. Minayk nilam sukar menguap pada penyulingan dengan tekanan rendah (sekitar 1 atmosfir) sehingga membutuhkan waktu penyulingan yang lebih lama. Minyak yang dihasilkan antara kedua sistem ini mempunyai mutu yang berbeda, karena penyulingan daun pada tekanan tinggi tidak selamanya menghasilkan minyak nilam bermutu lebih baik walaupun lama
6 penyulingannya lebih singkat. Pada penyulingan modern, biasanya proses penylingan dimulai dari tekanan rendah (sekitar 1 atmosfir) dan akhirnya tekanan tinggi, sehingga penetrasi uap ke dalam daun dapat berlangsung dengan sempurna.
2. Peralatan Penyulingan a. Ketel Uap (Boiler)
Ketel uap merupakan alat yang berfungsi untuk menghasilkan uap dan ukuran ketel uap yang digunakan tergantung pada jumlah uap yang dibutuhkan (Ketaren, 1985). Ada dua macam ketel uap, yaitu ketel uap bertekanan tinggi (kira-kira 100 psia atau lebih) dan ketel uap bertekanan rendah (40-45 psia). uap bertekanan tinggi digunakan untuk menghasilkan suhu yang lebih tinggi. Ketel uap bertekanan tinggi lebih efisien untuk penyulingan, karena mempersingkat proses penyulingan. Dalam beberapa hal, dikehendaki uap bertekanan rendah, sehingga minyak yang dihasilkan lebih larut dalam alkohol dan tidak mengandung resin.
b. Ketel Suling
Ketel suling atau biasanya disebut tangki berfungsi sebagai tempat air dan/atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan, serta untuk menguapkan minyak atsiri. Pada bentuk sederhana, ketel suling berbentuk silinder atau tangki. Tangki tersebut dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka dan diapitkan pada bagian atas ketel. Pada atau dekat penampang atas tangki dipasang pipa yang berbentuk leher angsa (gooseneck) untuk mengalirkan uap ke kondensor (Guenther, 1948).
c. Kondensor
Kondensor adalah peranti penukar-kalor khusus yang digunakan untuk mencairkan uap dengan mengambil kalor. Kalor laten diambil dengan menyerapnya ke dalam zat cair yang lebih dingin yang disebut pendingin (coolant). Karena suhu pendingin di dalam kondensor itu tentu meningkat, maka alat itu juga bekerja sebagai pemanas. Kondensor dapat dibagi menjadi dua golongan. Golongan pertama disebut kondensor jenis selongsong-dan-tabung (shell and tube condenser), uap yang terkondensasi dipisahkan dari pendingin oleh permukaan perpindahan-kalor berbentuk tabung. Golongan kedua disebut dengan kondensor kontak (contact condenser), arus pendingin dan arus uap, yang keduanya biasanya adalah air, bercampur secara fisik, dan meninggalkan sebagai satu arus tunggal (McCabe et. al.,1993).
7 Menurut Ketaren (1985), bak pendingin (kondensor) adalah suatu alat yang berupa bak atau tabung silinder dan di dalamnya terdapat pipa lurus atau berbentuk spiral yang berfungsi untu mengubah uap menjadi bentuk cair. Kondensor ada dua macam yaitu coil condenser dan tubular condenser. Pengeluarn panas dari uap lebih efektif dengan tubular condenser karena mempunyai permukaan yang lebih luas. d. Separator
Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak dari air suling (condensed water). Jumlah volume air suling selalu lebih besar dari jumlah minyak, dalam hal ini diperlukan agar air suling tersebut terpisah secara otomatis dari minyak atsiri. Sebagian besar alat pemisah dirancang menurut rancangan botol Florentine kuno dan sering dinamakan botol Florentine (Guenther, 1948).
Campuran dua zat cair yang mempunyai berat jenis berlainan dapat dipisahkan dengan jalan pengendapan. Keadaan ini sering dinamakan pemisahan atau separasi. Aparat tempat melakukan separasi itu biasanya berupa bejana silinder yang sering disebut separator. Bergantung dari tujuan penggunaannya, pada konstruksinya diperhatikan perbandingan antara garis tengah dan ukuran tinggi. Perbandingan ini antara lain tergantung dari kecepatan pengendapan. Separator ada yang bekerja secara kontinu dan diskontinu. Contoh dari separator yang bekerja secara kontinu adalah “botol florentina” (Beygeyk, 1968).
C. DESAIN SEPARATOR
Dalam membuat desain sebuah separator maka setidaknya harus diperhatikan beberapa faktor dibawah ini:
1. Densitas (density)
Densitas adalah salah satu sifat dari fluida. Densitas didefinisikan sebagai massa (m) dibagi volume (V). Satuan standarnya adalah kg/m3. Untuk semua tujuan paktis, cairan dianggap bersifat tak-mampu-mampat (incompressible), dengan kata lain volume dan densitas tidak terpengaruh oleh tekanan. Walaupun hal itu tidak sepenuhnya benar, perubahan yang terjadi tidak berarti. Pengaruh dari suhu dan densitas dari cairan bagaimanapun tidak bisa diabaikan karena cairan mengembang dan memadat saat suhu berubah (Darby, 2001).
Menurut Mc Cabe et. al.(1993), walaupun densitas fluida bergantung pada suhu dan tekanan, perubahan densitas karena variabel itu mungkin besar dan mungkin pula kecil. Jika densitas itu hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang agak besar pada
8 suhu dan tekanan, maka fluida itu disebut fluida tak-mampu-mampat (incompressible). Akan tetapi, jika densitasnya peka terhadap perubahan variable itu, fluida itu bersifat mampu-mampat (compressible).
Beberapa bahan tanaman menghasilkan fraksi minyak yang lebih ringan dari air di awal penyulingan dan fraksi minyak selanjutnya lebih berat dari air karena pertambahan bobot jenis dari fraksi-fraksi minyak (Guenther,1947).
Menurut Denny (2001), dasar yang menyebabkan pemisahan jenis minyak apapun dari air adalah perbedaan densitas antara dua cairan tersebut. Saat suhu naik, densitas minyak akan turun lebih cepat daripada penurunan densitas air. Untuk minyak yang lebih ringan daripada air, perbedaan densitas meningkat seiring dengan kenaikan suhu sehingga minyak dan air dapat terpisah lebih cepat. Bahkan untuk minyak yang lebih berat dari air, pemisahan juga akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, meskipun densitas minyak mendekati densitas air. Faktor lain yang juga mempengaruhinya adalah kekentalan air.
2. Laju alir distilat
Laju alir didefinisikan sebagai jumlah fluida yang mengalir melalui lokasi tertentu dalam sistem per unit waktu. Karena jumlah fluida dapat dinyatakan sebagai volume dan massa, maka ada dua jenis laju alir yaitu volumetrik dan massa. Laju alir volumetrik adalah volume dari fluida yang melalui penampang melintang dalam unit waktu. Satuan dasarnya adalah m3/s. Jika satuan m3/s terlalu besar maka digunakan satuan yang lebih kecil yaitu dm3/s yang setara dengan liter/second (l/s) (Darby, 2001).
Waktu tinggal distilat dalam separator merupakan perbandingan antar laju distilat dengan volume separator. Berdasarkan penelitian terhadap minyak nilam oleh Uzwatania (2009), pada awal penyulingan waktu tinggal distilat dalam separator lebih singkat karena tingginya laju distilat pada saat itu. Oleh sebab itu, minyak yang terpisah harus segera dikeluarkan dari separator karena minyak yang tersuling pada awal cukup banyak dan mencegah minyak bercampur lagi dengan air.
Minyak dan air kadang-kadang tidak segera terpisah di dalam alat pemisah minyak, terutama jika perbedaan antara bobot jenis air dan minyak relatif kecil. Distilat tidak boleh mengalir terlalu cepat, dan gerakan turbulen harus dicegah atau dengan kata lain tabung pemisah harus cukup besar agar minyak dapat memisah dari air secara sempurna sehingga butiran minyak tidak terbawa oleh air. Aliran distilat secara merata dan kontinyu diperoleh dengan cara memasang corong yang panjang ke
9 dalam labu pemisah dan ujung corong di dalam bejana dibengkokan ke arah atas.
Dengan demikian aliran distilat dari kondensor langsung ke corong tanpa meng ganggu lapisan minyak. Minyak akan keluar dari corong, naik ke atas atau turun ke
dasar tabung pemisah. Jika corong tersebut tidak dipasang, maka distilat dari kondensor akan menetes langsung ke permukaan minyak, dan tetesan minyak ini akan berdispersi dengan air membentuk suspensi. Jika bobot jenis minyak mendekati bobot jenis air, maka minyak harus dikeluarkan secepat mungkin sampai batas lapisan minyak-air untuk menghindari agitasi dari kedua media tersebut (Guenther, 1948).
A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman ini
bawah sinar matahari selama 1
Sebelum disuling, nilam terlebih dahulu menggunakan golok atau kapak.
2) Xylene teknis untuk menguji kadar air nilam dengan metode 2. Alat
a. Evaluasi Kinerja Separator IKM Peralatan yang digunakan
dari peralatan untuk proses penyulingan nilam dan separator.
Gambar 1.
1. Ketel Suling
Ketel suling yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter
dan tinggi 287 cm. Kedalaman ruang bahan baku adalah 182 cm dari ujung atas ketel sedangkan bagian
C
III. METODOLOGI
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman ini dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari selama 1-2 hari hingga mencapai kadar air ± 10% (wb).
, nilam terlebih dahulu dirajang dengan ukuran menggunakan golok atau kapak.
teknis untuk menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell
Kinerja Separator IKM
Peralatan yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja separator
proses penyulingan nilam yang meliputi ketel suling, kondensor,
Gambar 1. Skema peralatan penyulingan minyak nilam IKM (A) Ketel Suling, (B) Kondensor, ( C) Separator
Ketel suling yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter
Kedalaman ruang bahan baku adalah 182 cm dari ujung atas ketel sedangkan bagian yang tersisa di bawahnya adalah ruang untuk
B
A
10 yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dikeringkan dengan cara dijemur di 2 hari hingga mencapai kadar air ± 10% (wb). dengan ukuran ± 10 cm
Bindwell-Sterling
kinerja separator IKM terdiri uling, kondensor,
IKM: ndensor, ( C) Separator
Ketel suling yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 150 cm Kedalaman ruang bahan baku adalah 182 cm dari ujung atas untuk air kukusan.
11 Volume total ketel adalah 5071,7 liter sedangkan yang dapat diisikan bahan adalah 3216,2 liter. Ketel ini terbuat dari bahan besi yang bagian dalamnya dilapisi lembaran aluminium. Tutup ketel dilengkapi dengan 24 mur dan baut.
Di dalam ketel terdapat saringan yang berfungsi untuk memisahkan bahan baku nilam dengan air kukusan. Saringan ini terbuat dari besi dan bersifat tidak permanen sehingga bisa dilepas untuk memudahan pembersihan. Pipa penghubung antara ketel dengan kondensor terletak di bagian samping atas ketel.
2. Kondensor
Kondensor yang digunakan adalah jenis kondensor spiral berbentuk persegi panjang. Panjang total pipa ini dari ketel sampai separator adalah 60 meter dengan panjang spiral adalah 48 meter. Kondensor ini terbuat dari bahan stainless steel. Bak kondensor terbuat dari semen dengan ukuran panjang 6 meter, lebar 5 meter, dan kedalaman 1 meter.
3. Separator
Separator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air yang terdapat dalam distilat berdasarkan perbedaan densitas antara keduanya. Minyak yang mempunyai densitas lebih besar dari air akan mengapung sedangakan minyak yang densitasnya lebih kecil akan tenggelam.
Separator yang digunakan di IKM ini didesain untuk memisahkan minyak nilam yang mempunyai densitas lebih besar dari air. Separator IKM ini terdiri dari tiga bagian. Separator utama terbuat bahan aluminium berbentuk tabung. Di bagian tengah separator ini dipasang sebuah plat dari seng yang membagi separator menjadi dua bagian sama besar mulai dari atas dan menyisakan celah di bagian bawah. Celah ini dibuat untuk mengatur jalannya fluida dalam separator agar menuju ke saluran air buangan. Distilat akan jatuh pada ruang pertama separator sehingga minyak yang tersuling akan terkumpul di permukaan ruang pertama. Separator kedua dan ketiga terbuat dari ember yang diberi pipa sebagai saluran air buangan. Bentuk pipa saluran air buangan separator dua dan tiga sama seperti separator satu serta terbuat dari bahan PVC. Gambar 2 separator utama dapat dilihat di bawah ini.
b. Analisis Kinerja Separator Prototipe Pada saat analisis
penggantian peralatan penyulingan karena Departemen Perindustrian berupa satu set alat
baru ini maka alat penyulingan lama dibongkar dan tidak digu untuk masing-masing bagiannya dijabarkan di bawah ini.
a. Boiler
Boiler yang digunakan adalah enam belas lubang berbentuk
Masing-masing lubang berdiameter 2 inch. untuk menambah luas permukaan
Boiler ini terbuat dari bahan besi sedangkan batu bata. Diameter silinder tangki air adalah 70 cm
Boiler ini dilengkapi dengan 2 manometer/ mengontrol tekanan dalam boiler. Kapasitas
adalah 10 bar gauge. Gambar boiler in b. Ketel Suling
Ketel suling yang digunakan dalam analisis memiliki kapasitas yang lebih kecil dari
digunakan berjumlah 2 buah. Masing
Gambar 2. Separator Utama IKM
Kinerja Separator Prototipe
analisis kinerja separator prototipe dilakukan, sudah terjadi ggantian peralatan penyulingan karena IKM ini mendapatkan bantuan dari Departemen Perindustrian berupa satu set alat suling sistem uap. Dengan adanya a baru ini maka alat penyulingan lama dibongkar dan tidak digunakan
masing bagiannya dijabarkan di bawah ini.
g digunakan adalah jenis pipa api. Di bagian bawah boiler terdapat enam belas lubang berbentuk silinder yang masuk sampai bagian penampung air.
masing lubang berdiameter 2 inch. Lubang ini adalah pipa api yang berfungsi untuk menambah luas permukaan pemanasan sehingga steam lebih cepat dihasilkan.
r ini terbuat dari bahan besi sedangkan tungku pembakaran terbuat dari Diameter silinder tangki air adalah 70 cm dengan panjang 170 cm.
Boiler ini dilengkapi dengan 2 manometer/pressure gauge boiler
mengontrol tekanan dalam boiler. Kapasitas maksimal masing-masing manometer . Gambar boiler ini dapat dilihat pada Lampiran 5
g yang digunakan dalam analisis kinerja prototipe s g lebih kecil dari ketel suling sebelumnya. Ketel 2 buah. Masing-masing ketel memiliki diameter 96 cm dengan
Ruang I Ruang II
12 kinerja separator prototipe dilakukan, sudah terjadi IKM ini mendapatkan bantuan dari . Dengan adanya alat lagi. Kondisi
. Di bagian bawah boiler terdapat silinder yang masuk sampai bagian penampung air. Lubang ini adalah pipa api yang berfungsi
lebih cepat dihasilkan. ungku pembakaran terbuat dari
panjang 170 cm.
pressure gauge boiler untuk masing manometer
kinerja prototipe separator ini suling sebelumnya. Ketel yang memiliki diameter 96 cm dengan
tinggi 152 cm. Ketebalannya
Kapasitas maksimal untuk bahan baku nilam dalam kondisi kering normal (kadar air ±10%) adalah 112 kg.
Steam dialirkan secara seri dari boiler ke kedua buah ketel. Pipa masuk steam ke ketel berada tepat di tengah bagian alas ketel. Pipa keluar steam terletak tepat di tengah tutup ketel. Steam dari masing
juga terdapat dua buah. c. Kondensor
Kondensor yang terdapat pada alat penyulingan ini adalah jenis
Masing-masing ketel suling mempunyai satu kondensor yang dipasang di sebelahnya. Diameter selongsong (shell
distilat dalam kondensor sebesar 1,25 inch.
disalurkan pada satu pipa untuk dialirkan ke separtor dilihat pada Lampiran 5.
d. Separator
Separator yang digunakan adalah Gambar 3 di bawah ini
Keterangan
A. Corong masuknya distat D. Saluran air buangan
Ketebalannya adalah 4 mm dan terbuat dari bahan stainless steel. Kapasitas maksimal untuk bahan baku nilam dalam kondisi kering normal (kadar air
n secara seri dari boiler ke kedua buah ketel. Pipa masuk steam ke ketel berada tepat di tengah bagian alas ketel. Pipa keluar steam terletak tepat di tengah tutup ketel. Steam dari masing-masing ketel akan dialirkan ke konden
Kondensor yang terdapat pada alat penyulingan ini adalah jenis
masing ketel suling mempunyai satu kondensor yang dipasang di sebelahnya. shell) sebesar 30 cm dan tingginya 149 cm. Diameter dalam kondensor sebesar 1,25 inch. Distilat yang keluar dari kedua kondensor disalurkan pada satu pipa untuk dialirkan ke separtor. Gambar kondensor ini
Separator yang digunakan adalah separator prototipe. Dapat dilihat pada
Gambar 3. Prototipe Separator
A. Corong masuknya distat B.Tutup kaca C.Silinder dalam . Saluran air buangan (overflow) E. Pipa keluar minyak
A 15 cm 47,6 cm 60 cm 15 cm 55 cm A E C D B 13 adalah 4 mm dan terbuat dari bahan stainless steel. Kapasitas maksimal untuk bahan baku nilam dalam kondisi kering normal (kadar air
n secara seri dari boiler ke kedua buah ketel. Pipa masuk steam ke ketel berada tepat di tengah bagian alas ketel. Pipa keluar steam terletak tepat di ketel akan dialirkan ke kondensor yang
Kondensor yang terdapat pada alat penyulingan ini adalah jenis multi tubular. masing ketel suling mempunyai satu kondensor yang dipasang di sebelahnya. Diameter pipa yang keluar dari kedua kondensor . Gambar kondensor ini dapat
. Dapat dilihat pada
14 Selain itu juga diperlukan peralatan pengukuran dalam proses penyulingan yang terdiri dari:
1. Termometer alkohol untuk mengukur suhu distilat dan suhu air pendingin
2. Thermometer digital untuk mengukur suhu pemisahan minyak nilam dan air pada separator 1 dan 2
3. Thermometer infrared untuk mengukur permukaan ketel suling
4. Pompa air untuk mengalirkan air ke bak kondensor dan ke dalam ketel suling 5. Stopwatch untuk menghitung waktu dalam pengukuran laju distilat dan laju air
pendingin
6. Gelas ukur 1 L untuk mengukur laju destiat 7. Kain monel untuk memisahkan minyak dengan air
Peralatan dalam analisis di laboratorium
1. Piknometer untuk penentuan bobot jenis minyak 2. Alcoholmeter untuk uji kadar patchouli alcohol (PA) 3. Clavanger untuk uji kadar minyak nilam
4. Aufhauser untuk uji kadar air nilam
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di penyulingan rakyat skala IKM (Industri Kecil Menengah) milik Bapak H.Tarsa di Desa Sumurwiru, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Analisis laboratorium dilakukan di laboratorium Teknologi Kimia Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta, IPB. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai Januari 2010.
C. METODE PENELITIAN
1. Evaluasi Kinerja Separator UKM
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui profil proses penyulingan dan mengevaluasi kinerja separator di UKM yang diteliti. Dua faktor yang digunakan yaitu suhu distilat dan laju distilat dengan respon berupa kehilangan (loss)minyak atsiri. Data yang diperoleh pada penelitian ini akan dijadikan acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. Tahapan pelaksanaan penelitian pendahuluan ini adalah sebagai berikut :
15 a. Analisa Kadar Air dan Kadar Minyak
Analisa kadar air bertujuan untuk memeriksa kadar air nilam kering sebelum penyulingan serta menentukan kadar minyak daun nilam basis kering. Prosedur analisa kadar air dapat dilihat pada Lampiran 1.
Analisa kadar minyak ditujukan untuk mengetahui jumlah kandungan minyak sebenarnya yang terdapat dalam nilam. Prosedur analisa kadar minyak dapat dilihat pada Lampiran 1.
b. Proses Penyulingan
Data-data proses penyulingan adalah data inti dalam tahap ini yang akan digunakan sebagai acuan tahap penelititan selanjutnya. Pengambilan data dilakukan setiap 30 menit. Parameter yang diukur selama proses penyulingan berlangsung adalah:
1) Lama penyulingan, ditentukan dengan melihat perolehan minyak selama proses penyulingan berlangsung
2) Bobot bahan baku, penghitungan dilakukan dengan memasukkan bahan baku nilam ke dalam karung-karung plastik dan menimbangnya sebelum dimasukkan ke dalam ketel.
3) Suhu dalam ketel, pengukuran suhu dilakukan dengan thermometer infra red yang diarahkan ke dinding ketel
4) Debit air pendingin, pengukuran dilakukan dengan cara menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mangalirkan 10 L air melalui flowmeter
5) Suhu air pendingin yang keluar dan masuk bak kondensor, pengukuran dilakukan dengan thermometer batang
6) Laju distilat, pengukuran dilakukan dengan menampung air buangan separator dalam gelas ukur 1 L selama 20 detik
7) Suhu distilat, pengukuran dilakukan dengan thermometer batang
8) Suhu pemisahan air dan minyak dalam separator, pengukuran dilakukan dengan thermometer digital.
9) Massa minyak atsiri hasil penyulingan, pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan
16 c. Kehilangan (Loss) Minyak
Dalam menghitung kehilangan minyak, digunakan alat bantu berupa busa (spon). Alat ini mempunyai kemampuan untuk menangkap butiran minyak yang masih terdapat dalam air buangan separator 1 dan 2 yang masuk ke dalam separator 2 dan 3. Selain itu, busa juga digunakan untuk mengambil minyak yang masih terendapkan di dasar separator satu. Langkah-langkah menghitung kehilangan minyak di masing-masing separator adalah sebagai berikut:
1. Separator 1
1) Siapkan sebuah spon yang telah bersih dari minyak
2) Ciduk lapisan minyak yang telah terbentuk pada permukaan separator satu hingga seluruh lapisan minyak habis
3) Letakkan sebuah spon lain tepat di tempat jatuhnya distilat agar minyak yang ada dalam distilat tidak membentuk lapisan minyak di permukaan air dan terkumpul di spon
4) Masukkan spon yang telah bersih dari minyak ke dasar separator lalu sapukan ke seluruh permukaan alasnya
5) Angkat lalu peras spon di atas corong yang telah dilapisi kain monel 6) Tampung minyak yang terpisahkan lalu hitung volumenya
7) Lakukan sampling setiap dua jam 2. Separator 2 dan 3
1) Bersihkan separator 2 dan 3 dari lapisan minyak yang terkumpul di permukaan air dan yang mengendap di dasar separator sebelum proses penyulingan dimulai 2) Siapkan sebuah wadah berlubang yang di dalamnya terdapat spon bersih untuk
menyerap minyak dalam air buangan separator sebelumnya
3) Gantungkan wadah tersebut pada pipa air buangan separator sebelumnya.
4) Tambahkan spon lain di permukaan air separator untuk menyerap minyak yang tidak mampu diserap lagi oleh separator dalam wadah berlubang.
5) Peras semua spon di atas corong yang telah dilapisi kain monel 6) Tampung lalu hitung volume minyak yang terkumpul
17 2. Perancangan dan Konstruksi Prototipe Separator
Prototipe separator dirancang oleh Hari Soesanto, S.TP, mahasiswa program S2 Teknologi Industri Pertanian (TIP) Institut Pertanian Bogor, yang berada dalam proyek penelitian yang sama dengan penulis. Tahap perancangan prototipe separator dilakukan setelah mendapatkan data-data lapang mengenai kondisi proses dari tahap sebelumnya yaitu evaluasi kinerja separator IKM. Dua faktor utama yang menjadi acuan adalah laju distilat dan suhu distilat.
Prototipe separator ini dilengkapi sebuah silinder dalam yang terletak tepat di bagian tengah. Sisi lingkaran bawah silinder ini menempel dengan alas separator sedangkan sisi lingkaran lainnya terbuka dan menghadap ke atas. Bagian atas separator terbuat dari kaca untuk memudahkan memantau jumlah minyak. Ujung bagian kaca dibuat semakin menyempit untuk memperkecil bidang kontak antara air dan minyak sehingga memudahkan dalam proses pengumpulan minyak.
3. Analisis Kinerja Prototipe Separator
Prosedur dalam melakukan analisis kinerja prototipe separator sama dengan evaluasi kinerja separator IKM tetapi pada tahap ini separator 3 tidak digunakan lagi. Percobaan ini dilakukan secara bersama dengan Hari Soesanto, S.TP sehingga sebagian data yang diperoleh digunakan secara bersama pula.
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kinerja separator IKM masih rendah karena masih menghasilkan loss minyak yang tinggi. Kisaran loss minyak separator IKM yaitu 2,11 % sampai dengan 4,53 % pada laju distilat rata-rata sebesar 2 liter/menit. Desain separator juga kurang baik dan tidak mendukung minyak untuk cepat berpisah dari air. Bahan konstruksi separator utama IKM menggunakan aluminium dan seng yang merupakan logam yang tidak sesuai standar untuk separator. Masih dibutuhkan alat bantu berupa busa dan gayung dalam penggunaan separator.
Terdapat kecenderungan hubungan yang berbanding lurus antara besarnya laju distilat dengan loss serta hubungan yang berbanding terbalik antara suhu distilat dengan loss. Berdasarkan uji densitas, partikel minyak yang terhitung sebagai loss mempunyai densitas yang tinggi 0,992 gr/ml dan menandakan banyak mengandung fraksi berat minyak nilam. Air buangan separator berwarna kekuning-kuningan yang berarti masih ada minyak yang terlarut di dalamnya.
Prototipe separator memiliki kinerja yang sangat baik. Analisis kinerja prototipe separator menghasilkan loss minyak yang sangat kecil pada laju distilat yang juga rendah. Kisaran loss minyak prototipe separator yaitu 0,09% sampai dengan 0,24 % pada laju distilat rata-rata sebesar 1,12 liter/menit. Pada suhu distilat 35 oC sampai dengan 46 oC terdapat kecenderungan penurunan loss minyak pada prototipe separator. Air buangan prototipe separator jauh lebih jernih daripada air buangan separator IKM. Sudah tidak lagi dibutuhkan alat bantu berupa busa dan gayung dalam penggunaan separator.
B. SARAN
• Perlu ada perbaikan dalam desain separator IKM dengan mempertimbangkan kondisi operasi terutama suhu dan laju distilat untuk mengurangi loss
• Perlu ada penelitian lanjutan untuk menentukan suhu distilat maksimal yang terbaik untuk pemisahan minyak dan air serta masih terhindar dari reaksi hidrolisis.
41 DAFTAR PUSTAKA
Beygeyk, K. van, dan Liedekerken, Ing. A. J. 1968. Teknologi Proses Jilid I. Diterjemahkan oleh B. S. Anwir. 1981. PT Bhrata Karya Aksara. Jakarta
Cook, T.M. dan D.J. Cullen. 1986. Industri Kimia Operasi Aspek-Aspek Keamanan dan Kesehatan. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta
Darby, Ron.2001. Chemical Engineering and Fluids Mechanics. Marcel Dekker, Inc., New York.
Denny, E.F.K. 2001. Field Distilation for Herbaceous Oils. Denny, McKenzie Associate, Lylidale. Tasmania
Guenther, E. 1948. Miynak Atsiri. Diterjemahkan oleh Semangat Ketaren. 1988. Direktorat Jenderal Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta Haris, R. 1993. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta
Luthony, T.L. dan Y. Rahmayati. 1994. Produksi dan perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.
McCabe, Waren L., Julian C. Smith dan Peter Harriot. 1993. Operasi Teknik Kimia Jilid I. Erlangga, Jakarta
Mustofa, A. 1973. Perbaikan Mutu Minyak Nilam. dalam Prosiding Seminar Minyak Atsiri. Balai Penelitian Kimia, Bogor
Panjaitan, Leonard. 1993. Kajian Tahanan Gesekan Tumpukan Nilam Terhadap Aliran Udara Serta Profil Suhu Tumpukan Pada Penyulingan Dengan Metoda Air Dan Uap. Skripsi. FATETA-IPB, Bogor
Rahendas, F. 2005. Poses Pemucatan Minyak Nilam Menggunakan Bentonit Teraktivasi Asam. Skripsi. FATETA-IPB, Bogor
Rusli, S. dan Hasanah, M. 1977. Cara Penyulingan Daun Nilam Mempengaruhi Rendemen dan Mutu Minyaknya. Pemberitaan LPTI 24: 1-7
Santoso, H.B. 1990. Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Kanisius. Yogyakarta
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
42 Sudaryani, T. dan Sugiharti, E. 1998. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar
Swadaya, Jakarta
Suryani, et al. 2007. Panduan Cara Memproduksi yang Baik (GMP) Minyak Nilam. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah. Departemen Perindustrian, Jakarta
SNI. 2006. Standar Minyak Nilam. SNI: O6-2385-2006. Jakarta
Tasma, IM dan A. Hamid. 1989. Pembudidayaan Nilam Secara Menetap, p. 1075-1082 dalam Prosiding Minyak Atsiri I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Uzwatania, F. 2009. Analisis Kinerja dan Efisiensi Energi Prototipe Alat Penyulingan untuk Industri Kecil Minyak Nilam. Skripsi. FATETA. IPB. Bogor
Widiahtuti, Ivon. 2009. Uji Kinerja dan Efisiensi Energi Prototipe Alat Penyulingan Minyak Nilam. Skripsi. FATETA-IPB, Bogor.
43 Lampiran 1. Prosedur analisa kadar air dan kadar minyak
1)Kadar Air Nilam Kering Prinsip :
Air dalam jaringan tanaman diekstrak dengan cairan yang saling tidak melarut sehingga membentuk dua fasa.
Prosedur:
Metode pengukuran kadar air yang digunakan adalah Bindwell-Sterling. Sebanyak 10 gram bahan dimasukkan ke dalam labu berukuran 500 ml, dan ditambahkan 200 ml toluen sampai bahan terendam. Lalu labu dipasangkan pada aufhauser yang dilengkapi dengan pendingin tegak (kondensor) dan didihkan selama 1 jam sampai semua air dalam bahan tersuling. Jika jumlah air tdiak bertambah lagi, maka penyulingan dihentikan. Volume air yang tersuling dapat dibacapada skala yang terdapat pada aufhauser.
Perhitungan:
kadar air % Volume air ml
Bobot Contoh grx 100% 2) Kadar Minyak
Prinsip:
Penentuan kadar minyak nilam dalam bahan dilakukan dengan menyuling nilam kering denan menggunakan alat penyulingan air skala laboratorium.
Sebanyak 50 gram bahan dimasukkan dalam labu berukuran 1 liter, kemudian ditambahkan air sebanyak 3-6 kali bobot bahan (sampai seluruh contoh terendam). Selanjutnya labu dipasangkan pada clavenger yang dilengkapi dengan pendingin (kondensor).
Penyulingan dilakukan selama 6 jam. Setelah penyuingan selesai, dibiarkan beberapa saat supaya air dan minyak terpisah, lalu dilakukan pengukuranvolume minyak yang tersuling.
Perhitungan kadar minyak adalah sebagai berikut: Kadar minyak % V
bkx 100% Keterangan:
V = volume minyak atsiri (ml)
44 3) Rendemen
Prinsip:
Rendemen minyak dihitung berdasarkan perbandingan antara volume minyak yang dihasilkan dari penyulingan dengan berat bahan yang disuling dan dinyatakan dalam satuna persen.
Perhitungan:
Rendemen minyak % Bobot Minyak gr
Bobot Bahan gr x 100%
Rendemen minyak % Bobot Minyak gr
45 Lampiran 2. Prosedur Penentuan Bobot Jenis (SNI 06-2385-2006)
Prinsip :
Metode ini didasarkan pada perbandingan antara berat minyak pada suhu yang ditentukan dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada suhu tersebut.
Peralatan :
Neraca analitik, penangas air yang dipertahankan pada suhu 25 ºC ± 0,2 ºC, piknometer berkapasitas 10 ml, dan termometer yang telah distandarkan. Prosedur/ pelaksanaan pengujian :
Piknometer dicuci dan dibersihkan kemudian dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer dikeringkan dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m). Piknometer diisi dengan air suling yang telah dididihkan terlebih dahulu pada suhu 20 ºC, sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air pada suhu 20 ºC ± 0,2 ºC selama 30 menit. Penutupnya disisipkan dan piknometernya dikeringkan. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1). Piknometer dikosongkan dan dicuci dengan etanol dan dietil eter, kemudian dikeringkan dengan arus udara kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara. Piknometer dicelupkan kembali ke dalam penangas air pada suhu 20 ºC ± 0,2 ºC selama 30 menit. Tutupnya disisipkan dan piknometer dikeringkan. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m2).
Penyajian hasil uji :
dimana : m = massa dalam gram, piknometer kosong
m1 = massa dalam gram, piknometer berisi air pada suhu 25 ºC m2= massa dalam gram, piknometer berisi contoh pada suhu 25ºC
46 Lampiran 3. Data lapang evaluasi kinerja separator IKM
Percobaan: 1 Jam Pertama: 09.00-13.00 RM : 308 Kg
Hari/tanggal: Rabu, 5 Ramadhan 1430 /26 Agustus 2009
Jam Kedua: 14.00-17.00 Yield : 3,4 Kg
Menit
ke-Laju Destilat (ml/menit) T Destilat (ºC) T Separator (ºC) loss minyak (ml) Volume (ml) t (s) Q S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 30 810 20 2430 42,5 39,75 36 41,6 36,35 34,25 60 419 20 1257 43 43 41,5 42,5 41,2 40 90 790 20 2370 45 43 42,25 43,25 41,85 41,5 120 780 20 2340 44 43 42,75 42,75 41,4 42 15 4,2 150 850 20 2550 48 47 45 46,75 44,8 43 180 805 20 2415 48 47 48 47,35 46,15 47 210 795 20 2385 48,5 48 48 47,75 47,2 47 240 745 20 2235 44 47 47 46,7 45,7 47 7,4 25 0,9 270 770 20 2310 46,75 44 43,5 43,9 43,2 43 300 795 20 2385 48 46 45 24,85 44,95 44 330 800 20 2400 48,5 47,25 46 47,1 45,7 45 360 740 20 2220 48 48 48 47,5 46,5 46 20 390 740 20 2220 48 49 48 48 46,85 47 420 845 20 2535 50 49 48 50 47,35 47 450 860 20 2580 53,5 49 48 51,1 47,45 47 2,9 29 1,6 Rata-rata 2308,80 47,05 46,00 45,13 44,74 44,44 44,05 10,30 89,00 6,70 Total 106,00
47
Percobaan: 2 Jam Pertama: 08.30-12.30 RM : 316 Kg
Hari/tanggal: Kamis , 6 Ramadhan 1430 / 27 Agustus 2009
Jam Kedua: 13.15-17.15 Yield : 3,65 Kg
Menit
ke-Laju Destilat (ml/menit) T Destilat (ºC) T Separator (ºC) loss minyak (ml) Volume (ml) t (s) Q S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 30 760 20 2280 42 39,5 35 40,1 36,1 34 60 820 20 2460 45 43 41 43,05 40,5 39 90 835 20 2505 45 43,5 42 43,3 41,75 41 120 850 20 2550 44,5 45 43 45,6 43,15 42 20 3,1 150 670 20 2010 43,5 43,5 43 42,7 42,35 42 180 870 20 2610 47 43 43 44,55 41,4 42 210 905 20 2715 47 44 43 44,75 42,35 42 240 855 20 2565 48 45 44 45,15 43,3 43 42 3,3 270 870 20 2610 47 45 44 45,15 43,25 43 300 800 20 2400 47 45 44 45,15 43,25 43 330 750 20 2250 47 45 44 44,5 43,8 44 360 770 20 2310 48 47 45 46,2 44,8 45 390 760 20 2280 49 49 47 48,5 46,9 46 28 1,3 420 765 20 2295 51 49 48 49,1 47,1 47 450 780 20 2340 52 50 49 49,65 47,95 48 480 885 20 2655 60 56 51 58,15 50,95 50 510 820 20 2460 58,5 57 54 57,55 55,25 53 5,1 30 1,2 Rata-rata 2429,12 48,32 46,44 44,71 46,66 44,36 43,76 5,10 120,00 8,90 Total 134,00
48
Percobaan: 3 Jam Pertama: 20.00-00.00 RM : 312 Kg
Hari/tanggal: Sabtu, 8 Ramadhan 1430 / 29 Agustus 2009
Jam Kedua: 00.45-05.15 Yield : 6 Kg
Menit
ke-Laju Destilat (ml/menit) T Destilat (ºC) T Separator (ºC) loss minyak (ml) Volume (ml) t (s) Q S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 30 830 20 2490 55 53,5 41 55,65 44,45 39 60 600 20 1800 46 50 50 49 50 49 90 800 20 2400 51 48 48 49,1 47,15 47 120 780 20 2340 51 50 48 51,45 48,6 47 31 5,4 150 650 20 1950 47 47 47 46,9 46,8 47 180 670 20 2010 47 47 46 46,55 45,6 46 210 655 20 1965 46 46 45 45,75 44,05 45 240 585 20 1755 45 45 45 44,5 44,4 44 30 1,5 270 570 20 1710 43 43 42 42,2 41,6 41 300 640 20 1920 44 43 43 42,8 42,15 42 330 645 20 1935 44 43 42 42,5 41,75 41 360 690 20 2070 44 43 42 42,35 41,15 41 39 1,7 390 610 20 1830 42 43 42 42,35 41,45 41 420 730 20 2190 46 45 43 44,55 42,65 42 450 710 20 2130 46 45 44 43,9 43,45 43 480 710 20 2130 46 45 44 43,9 43,45 43 3,2 38 2,1 510 Rata-rata 2039,06 46,44 46,03 44,50 45,84 44,29 43,63 3,20 138,00 10,70 Total 151,90
49
Percobaan: 4 Jam Pertama: 22.00-02.00 RM : 328 Kg
Hari/tanggal: Ahad, 9 Ramadhan 1430/ 30 Agustus 2009
Jam Kedua: 02.45-06.15 Yield : 4,25 Kg
Menit
ke-Laju Destilat (ml/menit) T Destilat (ºC) T Separator (ºC) loss minyak (ml) Volume (ml) t (s) Q S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 30 580 20 1740 51,5 52 48 54,85 47,85 47 60 660 20 1980 54 52 50 56,25 49,35 49 90 605 20 1815 50,5 51 50 50,3 50,25 50 120 685 20 2055 51,5 49 49 48,5 48,35 48 19 4,3 150 740 20 2220 50 48 47 48,5 47,2 46 180 650 20 1950 48 47 48 46,85 45,95 47 210 695 20 2085 47 46 45 44,95 45,35 44 240 740 20 2220 48 47 45 46,5 44,3 44 37 1,4 270 830 20 2490 47,5 43 43 44,45 42,25 42 300 760 20 2280 46 46 45 46,55 46 44 330 640 20 1920 44 45 44 44,2 45,05 43 360 575 20 1725 42 43 43 42,4 43,75 42 46 2,2 390 620 20 1860 43 43 43 42,8 43,45 41 420 720 20 2160 44 43 42 43,15 42 41 450 585 20 1755 41 40 41 39,9 40,35 40 480 485 20 1455 38,5 40 40 40,55 40,1 39 4,7 18 0,9 510 Rata-rata 1981,88 46,66 45,94 45,19 46,29 45,10 44,19 4,70 120,00 8,80 Total 133,50
50 Menit
ke-Laju Destilat (ml/menit) T Destilat (ºC) T Separator (ºC) loss minyak (ml)
Volume (ml) t (s) Q S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 30 750 20 2250 46 44 39 45,85 39,35 38 60 760 20 2280 47 46 45 46,45 43,6 44 90 735 20 2205 47 47 45 46,75 45,3 44 120 750 20 2250 48 47 46 46,85 46,5 45 25 2,4 150 700 20 2100 47 47 46 46 45,7 45 180 780 20 2340 47 46 46 46,2 45,15 45 210 775 20 2325 48 46 46 46,9 45,55 45 240 790 20 2370 50 47 46 47,4 46,05 45 47 1,7 270 720 20 2160 48 47 46 46,3 45,8 45 300 780 20 2340 50 48,5 46 48,45 47,3 45 330 795 20 2385 51 49 48 49,45 48,7 47 360 845 20 2535 53 50 48 51,15 48,15 47 390 835 20 2505 53 53 51 52,55 52,05 50 39 2,5 420 735 20 2205 54 53 53 53,2 52,3 52 450 645 20 1935 50 51 52 50,3 52,4 51 480 850 20 2550 56 52 50 52,6 49,95 49 510 4,6 31 0,5 540 Rata-rata 2295,9 49,688 48,344 47,063 48,525 47,116 46,063 4,60 142,00 7,10 Total 153,70
Percobaan: 5 Jam Pertama: 09.00-13.00 RM : 330 Kg
Hari/tanggal: Selasa, 11 Ramadhan 1430 / 1 September 2009
51 Menit
ke-Laju Destilat (ml/menit) T Destilat (ºC) T Separator (ºC) loss minyak (ml) Volume (ml) t (s) Q S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 60 735 20 2205 45 45 42 45,25 42,65 41 90 680 20 2040 45 45 44 44,6 43,1 43 120 685 20 2055 43 43 43 42,7 42,15 42 28 2,5 150 650 20 1950 45 44 43 42,9 41,35 42 180 805 20 2415 50 45 43 46,1 41,6 42 210 800 20 2400 50 46 46 47,05 46,4 45 240 675 20 2025 50 46 46 47,05 46,4 45 24 1,8 270 655 20 1965 47 46 45 45,25 43,85 44 300 810 20 2430 53 52 45 52,15 45,85 44 330 630 20 1890 48 51 50 50,05 49,4 49 360 590 20 1770 48 46 47 45,8 47,6 46 390 715 20 2145 51 47 46 47,7 46,05 45 44 2,2 420 530 20 1590 50 50 48 50,05 48,9 47 450 535 20 1605 50 50 48 50,05 48,9 47 480 675 20 2025 51 51 48 50 48,45 47 510 4,5 18 0,5 540 Rata-rata 2056,9 48,25 46,594 44,938 46,813 44,85 44 4,50 114,00 7,00 Total 125,50
Percobaan: 6 Jam Pertama: 10.30-14.30 RM : 354 Kg
Hari/tanggal: Rabu, 12 Ramadhan 1430 / 2 September 2009
52
Percobaan: 7 Jam Pertama: 10.15-14.15 RM : 325 Kg
Hari/tanggal: Kamis, 13 Ramadhan 1430/ 3 September
Jam Kedua: 15.00-19.00 Yield : 4,05 Kg
Menit
ke-Laju Destilat (ml/menit) T Destilat (ºC) T Separator (ºC) loss minyak (ml)
Volume (ml) t (s) Q S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 60 630 20 1890 44 41 40 40,5 39,85 39 90 555 20 1665 42 42 41 40,6 39,15 40 120 535 20 1605 42 41 40 40,3 39,15 39 23 1,6 150 565 20 1695 43 41 40 40,35 38,9 39 180 625 20 1875 44 42 40 42,4 39 39 210 620 20 1860 45 43 42 43,15 40,55 41 240 425 20 1275 45 43 42 42,5 41,8 41 27 0,8 270 575 20 1725 46 44 41 44,8 41,6 40 300 680 20 2040 47 45 41 45,1 40,55 40 330 545 20 1635 46 47 44 46,4 44,35 43 360 640 20 1920 48 47 45 46,6 44,25 44 390 575 20 1725 47 47,5 46 46,95 46,15 45 39 1 420 620 20 1860 48 47 45 47,35 44,15 44 450 550 20 1650 47 47 46 46,5 45,8 45 480 490 20 1470 46 46 45 45,95 45,45 44 510 440 20 1320 45 46 44 45,6 44,55 43 4,4 59 1,3 540 Rata-rata 1711,8 45,176 44,088 42,235 43,871 41,862 41,235 4,40 148,00 4,70 Total 157,10
53
Percobaan: 8 Jam Pertama: 22.00-02.00 RM : 331 Kg
Hari/tanggal: Sabtu, 15 Ramadhan 1430/ 5 September 2009
Jam Kedua: 02.30-06.30 Yield : 4,25 Kg
Menit
ke-Laju Destilat (ml/menit) T Destilat (ºC) T Separator (ºC) loss minyak (ml) Volume (ml) t (s) Q S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 30 725 20 2175 46 47 40 47,45 40,35 40 60 525 20 1575 41 43 43 42,6 43,35 44 90 550 20 1650 41 42 42 41,15 40,85 41 120 735 20 2205 44 41 41 42,1 40,9 40 34 2,8 150 615 20 1845 41 43 41 42,25 41,05 40 180 680 20 2040 42 42 42 41,65 40,75 41 210 615 20 1845 41 41 41 40,8 40,4 40 240 650 20 1950 42 41 40 40,3 39,2 39 69 2,4 270 715 20 2145 42 40 39 39,35 38,7 38 300 600 20 1800 42 41 39 40,65 38,35 38 330 855 20 2565 47 43 41 45 41,05 40 360 725 20 2175 45 43 41 44,2 41 40 390 685 20 2055 44 43 42 42,8 41,4 41 53 2,8 420 705 20 2115 45 43 42 42,95 41,3 41 450 770 20 2310 48 45 43 46,1 42,65 42 480 675 20 2025 45 43 43 43,5 42,85 42 510 20 5 22 1,6 540 Rata-rata 2029,7 43,5 42,563 41,25 42,678 40,884 40,438 5,00 178,00 9,60 Total 192,60
54
Percobaan: 9 Jam Pertama: 09.45-13.45 RM : 282 Kg
Hari/tanggal: Ahad, 16 Ramadhan 1430/ 6 September 2009
Jam Kedua: 14.45-18.15 Yield : 4,4 Kg
Menit
ke-Laju Destilat
(ml/menit) T Destilat (ºC) T Separator (ºC) loss minyak (ml)
Volume (ml) t (s) Q S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 30 540 20 1620 44 40 38 41,4 36,6 37 60 625 20 1875 48 45 41 45,95 40,35 40 90 575 20 1725 47 47 44 46,9 45,15 43 120 610 20 1830 49 47 45 47,85 44,6 44 11 1 150 600 20 1800 48 47 46 47,7 46,2 45 180 585 20 1755 48,5 48 47 47,7 47,65 46 210 570 20 1710 48 48 46 48,2 46,4 45 240 560 20 1680 48 49 47 48,7 47,1 46 21 0,8 270 680 20 2040 50 46 45 45,75 43,85 44 300 720 20 2160 50 48 47 48,4 46,65 46 330 700 20 2100 50 49 47 48,75 46,2 46 360 680 20 2040 50 50 48 48,7 47,4 47 390 650 20 1950 49 49 48 48,85 46,45 47 34 2 420 650 20 1950 50 49 47 48,6 47,05 46 450 770 20 2310 54 51 49 52,05 49,4 48 480 580 20 1740 51 52 50 52,15 50,85 49 510 20 5,6 28 1,3 540 Rata-rata 1892,8 49,031 47,813 45,938 47,978 45,744 44,938 5,60 94,00 5,10 Total 104,70