• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

37

SIPUT PROSOBRANCHIA DI TERUMBU KARANG SELAT LEMBEH (BIODIVERSITY OF PROSOBRANCHIA IN LEMBE STRAITS CORAL REEFS)

Yoris Pioto1

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115.

e-mail: Yorispioto22@gmail.com Abstract

Prosobranchia is one of gastropods group in the phylum Mollusca which associated with coral. Presence of Prosobranchia in Lembe Strait is not well documented. This study aimed to describe the community of Prosobranchia in Lembe Srait. Sampling was conducted in February 2012 in three regions, that are north of Lembe Strait, central and south, with eighteen stations. Activity sampling performed using free collection where each point of sampling is one dives with a maximum depth of 20m within ± 30 minutes. Samples were obtained inserted into a plastic bag according to the station and given a 5% formalin. Specimens taken to the Marine Biological Laboratory FPIK UNSRAT for identification and analysis. Results showed Prosobrachia identified 82 species, divided into 22 families. Diversity index (H ') is 1.04 to 2.64, meaning that the diversity prosobranchia in Lembeh Strait moderate. Evenness index (E) 0.9 to 1.0, which means a state of stable communities. Biota types Coraliophila neritoidea and Drupela cornus have a high frequency of occurrence value. Keyword : Prosobranchia, Coral reef, Lembeh Strait.

Abstrak

Prosobranchia merupakan kelompok gastropoda dalam filum Mollusca yang berasosiasi dengan karang. Keberadaan prosobranchia di Selat Lembe belum terdokumentasi dengan baik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsi komunitas prosobranchia di Selat Lembe. Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di tiga kawasan yakni Selat Lembe kawasan utara, tengah dan selatan, dengan delapan belas stasiun. Kegiatan sampling dilakukan dengan menggunakan metode koleksi bebas dimana setiap titik sampling dilakukan satu kali penyelaman dengan kedalaman maksimum 20m dalam waktu ± 30 menit. Sampel yang didapat dimasukkan kedalam kantong plastik menurut stasiun dan diberi formalin 5%. Spesimen dibawa ke Laboratorium Biologi Kelautan FPIK UNSRAT untuk identifikasi dan dianalisis. Hasil menunjukan 82 spesies Prosobrachia teridentifikasi yang terbagi dalam 22 famili. Indeks keragaman (H') yaitu 1,04-2,64, artinya keanekaragaman prosobranchia di Selat Lembeh tergolong sedang. Indeks kemerataan (E) 0,9-1,0 yang artinya pola sebaran komunitas stabil. Biota jenis Coraliophila neritoidea dan Drupela cornus mempunyai nilai frekuensi kemunculan yang tinggi.

Kata kunci : Prosobranchia, Terumbu karang, Selat Lembe

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Siput Prosobranchia merupakan sub kelas dari kelas Gastropoda dalam filum Mollusca. Prosobranchia memiliki sebuah cangkang tunggal dan tidak

(2)

37

simetri, terdapat sepasang tentakel pada bagian kepala, bernafas dengan insang, berjalan dengan kaki perut, bereproduksi secara seksual serta umumnya memiliki operkulum. Tubuh hewan ini lunak dan terbagi dalam empat bagian utama yaitu kepala, kaki, mantel dan massa viseral (Poutiers, 1998).

Siput Prosobranchia hidup berasosiasi dengan terumbu karang yang berperan penting dalam jaringan makanan pada ekosistem ini. Prosobranchia juga menyumbangkan cukup banyak kapur pada ekosistem terumbu karang yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir di laut (Romimohtarto dan Juwana, 2007). Selain itu, keanekaragaman jenis, variasi bentuk dan corak warna cangkang yang beragam merupakan salah satu faktor pembentuk keindahan ekosistem terumbu karang (Boneka, 2011).

Keragaman siput Prosobranchia di Selat Lembe belum banyak diungkap secara ilmiah. Prosobranchia memiliki peran penting bagi kehidupan manusia di antaranya dagingnya dijadikan bahan makanan yang mengandung protein yang tinggi. Beberapa jenis cangkang prosobranchia memiliki tekstur dan pola warna yang unik sehingga memiliki nilai ekonomi bagi para kolektor. Selain itu siput prosobranchia khususnya Conus (Conidae) memiliki zat berbisa namun bermanfaat bagi pengembangan bidang Farmakologi dan Toksikologi. Selain faktor-faktor di atas, diketahui juga bahwa Siput Prosobranchia merupakan bagian dari kumunitas makro bentos. Bentos digunakan

sebagai indikator dalam mendeskripsi kondisi lingkungan.

Selat Lembe bagian tengah merupakan daerah pelabuhan Internasional. Puluhan bahkan ratusan kapal baik kecil maupun besar melakukan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan ini. Selat Lembe merupakan bagian dari wilayah Kota Bitung yang terus berkembang aktifitas pembangunan demikian pula jumlah penduduknya. Aktifitas bongkar muat serta berbagai industri baik sengaja maupun tidak sengaja membuang limbah ke laut. Hal ini akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan perairan di wilayah tersebut dan dapat berdampak negatif terhadap kelestarian dan komposisi biota yang hidup di kawasan ini khususnya prosobranchia. Riset Tentang Prosobranchia di Selat Lembe masih tergolong minim. Untuk itu dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman Prosobranchia di terumbu karang Selat Lembe. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi rencana pengelolaan dan pengembangan suatu daerah khususnya dalam bidang kelautan dan perikanan.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

(a) Menginventarisasi jenis-jenis siput prosobranchia di terumbu karang Selat Lembe, Bitung

(b) Mendeskripsikan komunitas siput

Prosobranchia dengan

menghitung Frekuensi

Kemunculan, Indeks Kekayaan, Keragaman dan Kemerataan. II. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di Selat Lembe yang merupakan wilayah administrasi pemerintah kota Bitung Sulawesi Utara (Gambar 1). Tiga kawasan dipilih sebagai area sampling yaitu Selat

Lembe kawasan utara, tengah dan selatan. Pengambilan sampel dilakukan selama dua minggu. Masing-masing kawasan terdiri dari enam titik sampling. Kawasan Utara mencakup St. 1-6; Tengah St. 7-12; Selatan St. 13-18 (Tabel. 1). Sampling dilakukan pada siang hari dengan cara menyelam

(3)

37

sebanyak satu kali pada tiap-tiap stasiun menggunakan peralatan selam hingga kedalaman 20 meter dalam waktu rata-rata 30 menit per stasiun. Sampling dimulai dengan langsung turun ke kedalaman 20 meter sebagai posisi awal (starting point), lalu

bergerak ke satu arah horisontal hingga batas daerah sampling (±50meter). Sampling dilanjutkan dengan berbalik kearah diagonal mengikuti kontur perairan naik ke kedalaman yang lebih dangkal.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel di Perairan Selat Lembe Sulawesi Utara. Sumber : Diadopsi dari LPI BAKOSURTANAL 1995.

Tabel 1. Kordinat Titik Sampling.

Kawasan Stasiun Nama Lokasi Posisi Geografis

Utara

1 Tg. Batu Kapal 1° 32' LU dan 125° 17' BT 2 Pulau Putus 1° 31' LU dan 125° 16' BT 3 Batu Angus 1° 30' LU dan 125° 14' BT

4 Teluk

Makawidey 1° 29' LU dan 125° 14' BT 5 Tg. Kunkunan 1° 27' LU dan 125° 14' BT 6 Tg. Nanas 1° 27' LU dan 125° 13' BT

Tengah

7 Serena Kecil 1° 27' LU dan 125° 13' BT 8 Tg. Kusu-kusu 1° 27' LU dan 125° 14' BT

9 Teluk

Rarandam 1° 27' LU dan 125° 14' BT 10 Kelapa Dua 1° 26' LU dan 125° 12' BT

(4)

40

11 Pulau Abadi 1° 26' LU dan 125° 12' BT 12 Lobang Batu

Besar 1° 25' LU dan 125° 11' BT

Selatan

13 Desa Pandean 1° 25' LU dan 125° 10' BT 14 Utara Tg. Pandean 1° 24' LU dan 125° 10' BT 15 Teluk Walemetodo 1° 24' LU dan 125° 10' BT 16 Tg. Pandean 1° 23' LU dan 125° 09' BT 17 Tg. Kuning 1° 23' LU dan 125° 10' BT 18 Pulau Dua 1° 23' LU dan 125° 12' BT

Selama penyelaman peneliti memeriksa, menghitung dan

mencatat jumlah siput

Prosobranchia yang ditemukan. Masing-masing spesies diambil satu individu sebagai sampel, dimasukan ke dalam kantong plastik dan diberi pengawet formalin 5%. Sampel pada tiap-tiap stasiun dipisahkan pada masing-masing kolector bag yang telah diberi label nama stasiun tempat ditemukannya sampel tersebut. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Biologi Kelautan FPIK UNSRAT untuk diidentifikasi, diukur panjang cangkang dan dianalisa. Identifikasi sampel merujuk pada Dharma (1988; 1992; 2005) serta Abbott & Dance (1990). Selanjutnya untuk mendeskripsikan kondisi komunitas Prosobranchia di lokasi ini maka data dianalisis dengan menggunakan Indeks Ekologi yang meliputi :

a. Frekuensi Kemunculan (F%) Frekuensi Kemunculan dihitung untuk mengetahui persentase hadirnya suatu jenis biota pada suatu kawasan. Jika nilai F=100% hal ini berarti bahwa biota tersebut hadir atau ditemukan pada seluruh titik sampling yang ada. Begitupun sebaliknya, jika nilai F semakin kecil berarti semakin sedikit pula kehadiran biota tersebut pada

titik sampling terhadap total titik sampling. Untuk mengetahui frekuensi jenis biota akuatik dianalisis dengan menggunakan formula :

F(%) = (Pi/∑P) x 100% Dimana :

F = Frekuensi Kemunculan Jenis (%)

Pi = Jumlah titik sampling yang ditemukan jenis-i ∑P = Jumlah semua titik

sampling

Kriteria frekuensi kemunculan spesies dalam penelitian ini diberi penilaian sebagai berikut :

Kriteria : A = Sangat umum, F > 50 % B = Umum, F = 25 – 50 % C = Cukup umum, F = 5 – 24 % D = Jarang, F < 5 %

E = Sangat Jarang, F= hanya ditemukan cangkang mati b. Indeks Keanekaragaman (H')

Indeks keanekaragaman adalah ukuran kekayaan komunitas dilihat dari jumlah spesis dalam suatu kawasan, berikut jumlah

(5)

41

individu dalam tiap spesis. Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman biota yang diteliti. Apabila nilai indeks makin tinggi, berarti biota diperairan tersebut makin beragam dan tidak didominasi oleh satu atau dua jenis saja (Romimohtarto dan Juwana, 2007).

Indeks keanekaragaman spesis dianalisis dengan menggunakan formula Shannon-Wiener dalam Ludwig dan Reynolds (1988).

H' = - ∑ (ni/N ln ni/N) Dimana :

H' : Indeks keragaman jenis ln : Logaritma natural

ni : Jumlah individu spesies i N : Jumlah total individu

seluruh spesies

Kriteria Indeks keragaman adalah sebagai berikut (Indriyanto, 2005) :

H'<:Keragaman rendah 1< H'< 3:Keragaman sedang H’ > 3:Keanekaragaman tinggi c. Indeks Kemerataan (E)

Indeks kemerataan

menunjukan pola sebaran biota, merata atau tidak. Rumus yang digunakan adalah dari Pielow (Romimohtarto dan Juwana, 2007).

E = H' / In S Dimana : E = Indeks kemerataan H' = Indeks Keragaman spesies S = Jumlah spesies

Indeks kemerataan berkisar 1 - 0 yang menyatakan semakin kecil nilai kemerataan, artinya penyebaran jumlah individu tidak sama dan ada kecenderungan suatu jenis mendominasi (Krebs, 1989). Kriteria nilai indeks kemerataan (Radisho 1997 dalam Lantang, 2005) adalah sebagai berikut : 0<E≤0,5 : Komunitas tertekan 0,5 < E ≤ 0,75 : Komunitas labil 0,75< E ≤ 1 : Komunitas stabil III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Frekuensi Kemunculan

Frekuensi kemunculan menunjukan besar kecilnya persentase kehadiran suatu jenis biota. Semakin tinggi nilai kehadiran (%) berarti semakin sering biota tersebut dijumpai pada kawasan tersebut.

Siput Prosobranchia yang ditemukan di lokasi penelitian adalah sebanyak 82 spesies dari 22 famili. Frekuensi kemunculan tiap-tiap spesies ditampilkan dalam bentuk tabel (Tabel 2).

Tabel 2. Frekuensi Kemunculan Spesies Prosobranchia (F)

No. TAXA F(%) Kategori

I BUCCINIDAE

1 Cantharus undosus (Linnaeus, 1758) 22,22 C II BURSIDAE

2 Tutufa rubeta (Linnaeus, 1758) 5,56 C

(6)

42

3 Cerithium echinatum Lamarck, 1822 11,11 C

4 Cerithium nodulosum (Bruguiere, 1792) 11,11 C 5 Rhinoclavis aspera (Linnaeus, 1758) 38,89 B 6 Rhinoclavis Vasciata (Bruguiere, 1792) 5,56 C IV CONIDAE

7 Conus capitaneus Linnaeus, 1758 16,67 C

8 Conus ferrugineus Hwass in Bruguiere, 1792 5,56 C

9 Conus geographus Linnaeus, 1758 5,56 C

10 Conus glans Hwass in Bruguiere, 1792 11,11 C

11 Conus imperialis Linnaeus, 1758 5,56 C

12 Conus marmoreus Linnaeus, 1758 22,22 C

13 Conus miles Linnaeus, 1758 5,56 C

14 Conus mustelinus Hwass in Bruguiere, 1792 16,67 C

15 Conus planorbis Born, 1778 5,56 C

16 Conus textile Linnaeus, 1758 5,56 C

17 Conus triatellus Link, 1807 5,56 C

18 Conus vexillum Gmelin, 1791 5,56 C

V CORALLIOPHILIDAE

19 Coralliophila neritoidea (Lamarck, 1816) 55,56 A 20 Coralliophila radula (A. Adams, 1855) 5,56 C VI CYMATIIDAE

21 Cymatium labiosum (Wood, 1828) 11,11 C

22 Cymatium rubeculum (Linnaeus, 1758) 5,56 C

23 Cymatium sarcostomum (Reeve, 1844) 5,56 C

VII CYPARAEIDAE

24 Cypraea asellus Linnaeus, 1758 11,11 C

25 Cypraea annulus (Linnaeus, 1758) 11,11 C

26

Cypraea geographica rewa Steadman & Cotton,

1943 5,56 C

27 Cypraea hervola helvola Linnaeus, 1758 5,56 C 28 Cypraea isabella isabella Linnaeus, 1758 5,56 C 29

Cypraea leviathan titan (Schilder & Schilder,

1962) 22,22 C

30 Cypraea moneta Linnaeus, 1758 11,11 C

31 Cypraea nucleus Linnaeus, 1758 5,56 C

32 Cypraea pellucens pellucens Melvill, 1888 11,11 C

33 Cypraea talpa Linnaeus,1758 11,11 C

34 Cypraea testudinaria Linnaeus, 1758 5,46 C

35 Cypraea tigris Linnaeus, 1758 16,67 C

VIII FASCIOLARIIDAE

36 Latirus gibbulus (Gmelin,1791) 5,56 C

(7)

43

38 Pleuroploca filamentosa (Roding, 1798) 5,56 C 39 Pleuroploca trapezium (Linnaeus, 1758) 5,56 C IX HAMINOEIDAE

40 Alyculastrum cylindricus (Helbling, 1779) 11,11 E X HARPIDAE

41 Harpa harpa (Linnaeus, 1758) 5,56 E

XI MITRIDAE

42 Mitra imperialis Roding, 1798 11,11 C

43 Mitra mitra (Linnaeus, 1758) 5,56 E

XII MURICIDAE

44 Chicoreus aculeatus (Lamarck, 1822) 5,56 C

45 Chicoreus brunneus (Link, 1807) 5,56 C

46 Chicoreus ramosus (Linnaeus, 1758). 11,11 C 47 Chicoreus torrefactus (Sowerby, 1841) 11,11 C 48 Chicoreus trivialis (A. Adams ,1854) 5,56 C

49 Drupela cornus (Roding, 1798) 50,00 B

50 Drupa grossularia (Roding, 1798) 11,11 C

51 Drupa ricinus(Linnaeus, 1758) 5,56 C

52 Drupa rubusidaea Roding, 1798 11,11 C

53

Haustellum haustellum haustellum (Linnaeus,

1758) 5,56 C

54 Mancinella alouina (Roding, 1798) 22,22 C

55

Thais eculeata (Deshayes &

Milne-Edwards,1844) 5,56 C

XIII NATICIDAE

56 Polinices mammila (Linn, 1758) 16,67 E

XIV OLIVIDAE

57 Oliva amethisna (Roding, 1798) 16,67 C

58 Oliva tigridella (Duclos, 1835) 5,56 C

XV OVULIDAE

59 Ovula ovum (Linnaeus, 1758) 5,56 C

XVI STROMBIDAE

60 Lambis milepeda (Linnaeus, 1758) 5,56 C

61 Strombus erythrinus (Dillwyn, 1817) 11,11 C 62 Strombus gibberulus gibberulus (Linnaeus, 1758) 16,67 C 63 Strombus lentiginosus (linnaeus, 1758) 5,56 C

64 Strombus luhuanus (Linnaeus,1758) 33,33 B

65 Strombus sinuatus (Humphrey, 1786) 5,56 C

XVII TEREBRIDAE

66 Terebra argus (Hinds, 1844) 5,56

67 Terebra cingulifera (Lamarck, 1822) 5,56 C 68 Terebra jenningsi (R. D. Burch, 1965) 5,56 C

(8)

44

XVIII TONNIDAE

69 Tonna perdix (Linnaeus, 1758) 5,56 E

XIX TROCHIDAE

70 Tectus fenestratus (Gmelin,1791) 16,67 C

71 Tectus piramis (Born, 1778) 5,56 C

72 Tectus triserialis (Lamarck, 1822) 22,22 C

73 Trocus maculatus (Linnaeus,1758) 27,78 B

XX TURBINIDAE

74 Angaria javanica (K. & D. Monsecour, 1999) 5,56 C

75 Astralium calcar (Linnaeus, 1758) 5,56 C

76 Astralium rhodostomun (Lamarck, 1822) 5,56 C 77 Astralium semicostatum (P. Fischer, 1875) 5,56 C

78 Turbo tumidulus (Reeve 1848) 11,11 C

XXI VASIDAE

79 Vasum ceramicum (Linnaeus, 1758) 5,56 C

80 Vasum turbinellum (Linnaeus, 1758) 16,67 C XXII VOLUTIDAE

81 Cymbiola vespertilio (Linnaeus, 1758) 11,11 C

82 Melo melo melo (Lightfoot, 1786) 5,56 E

Keterangan : A = Sangat umum B = Umum

C = Cukup umum D = Jarang

E = Sangat Jarang (hanya ditemukan cangkang mati)

Coralliophila neritoidea memiliki nilai frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan spesies yang lain. Nilai frekuensi spesies ini 55,56% kehadiran pada delapan belas stasiun. Spesies ini tergolong sangat umum menurut kriteria nilai frekuensi kemunculan (F Sangat umum, F>50%). Spesies yang tergolong umum yaitu Drupela cornus, Rhinoclavis aspera, Strombus luhuanus dan Trocus maculatus karena nilai frekuensinya tergolong pada kriteria F=25-50%

(Umum) dan dapat diartikan bahwa biota-biota tersebut muncul tetapi hanya dibeberapa titik sampling. Sebagian besar biota lainya termasuk cukup umum ditemukan karena berdasarkan frekuensi kemunculannya 5-24%. Jenis ditemukan dalam bentuk cangkang mati pada subsrat berpasir seperti Melo melo melo, Tona perdix, Terebra argus, Polinices mammilla, Mitra mitra, Harpa harpa, dan Alyculastrum cylindricus.

3.2 Keanekaragaman

Hasil analisis nilai indeks keragaman spesies Prosobranchia

di terumbu karang Selat Lembe ditunjukkan pada Tabel 3.

(9)

45

Tabel 3. Nilai Indeks Keragaman (H') pada 18 Stasiun Penelitian.

Kawasan Stasiun H'

Utara 1. Tg. Batu Kapal 2,64

2. Pulau Putus 2,03

3. Batu Angus 1,39

4. Teluk Makawidey 1,04

5. Tg. Kunkunan 2,55

6. Tg. Nanas 2,25

Tengah 7. Serena Kecil 2,39

8. Tg. Kusu-kusu 2,48

9. Teluk Rarandam 1,32

10. Tg. Kelapa Dua 2,03

11. Pulau Abadi 2,60

12. Lobang Batu Besar 2,02

Selatan 13. Desa Pandean 2,21

14. Utara Tg. Pandean 1,04

15. Teluk Walemetodo 1,10

16. Tg. Pandean 2,27

17. Tg. Kuning 2,35

18. Pulau Dua 2,34

Nilai indeks keragaman tertingi yakni 2,64 dan terendah 1,04. Nilai ini menunjukan bahwa Selat Lembe Kawasan Utara, Tengah dan Selatan Memiliki kesamaan Keragaman Prosobranchia yakni Sedang menurut kriteria Indeks Shanon-Wiener (Indrianto, 2005). Hal ini dapat dilihat dari jumlah spesies dan individu komunitas Prosobranchia pada masing-masing stasiun di kawasan Utara, Tengah dan Selatan yang tidak terlalu banyak sehingga berimbas pada nilai indeks. Umar (2013), mengatakan suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jika suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan

maka keanekaragaman jenisnya rendah.

Nilai indeks pada penelitian ini berada pada kisaran 1,04 – 2,64. Bila dibandingkan dengan penelitian serupa oleh Bonde (2008) untuk pantai utara semenanjung Minahasa yakni 1,47 - 2,74 maka

keanekaragaman siput

Prosobranchia pada Dua lokasi yang berbeda ini relatif sama karana tergolong dalam kriteria 1<H'<3 atau keanekaragaman sedang.

Keanekaragaman yang rendah dalam suatu komunitas biota di perairan dapat disebabkan oleh gangguan dalam suatu ekosistem seperti predasi, bencana alam ataupun aktifitas manusia. Menurut Heddy (1986), ada Enam faktor yang

menentukan perubahan

keanekaragaman jenis organisme dalam satu ekosistem yaitu waktu, heterogenitas ruang, persaingan,

(10)

46

pemangsaan, stabilitas lingkungan dan produktivitas. Selama kurun waktu geologis akan terjadi perubahan keadaan lingkungan yang mengakibatkan banyak individu yang tidak dapat mempertahankan kehidupannya, tetapi ada juga kelompok-kelompok individu yang mampu bertahan hidup terus dalam waktu relatif lama sebagai hasil proses evolusi. Evolusi dapat diartikan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat populasi spesies dari waktu ke waktu berikutnya.

Selat Lembe kawasan utara, tengah dan selatan merupakan jalur transportasi laut yang ramai dilalui kapal-kapal besar maupun kecil. Selain itu sebagian masyarakat yang bermukim di sekitar Selat Lembe mempunyai kebiasaan mengambil siput laut untuk dijadikan bahan makanan. Selat Lembe bagian

tengah terutama di daratan kota Bitung merupakan suatu kawasan yang padat penduduk dengan berbagai industri baik kecil maupun besar. Aktivitas industri yang tidak ramah lingkungan biasanya membuang limbah sembarangan dan akhirnya bermuara ke Laut.

Kegiatan penjangkaran kapal-kapal yang pada umumnya terfokus di Selat Lembeh kawasan tengah juga dapat merusak ekosistem yang ada di bawahnya. Hal-hal tersebut dapat memberikan tekanan yang berdampak negatif pada ekosistem perairan di Selat Lembe dan tidak menutup kemungkinan sebagai faktor yang menyebabkan rendahnya keanekaragaman Prosobranchia di Selat Lembe sehingga dalam penelitian ini nilai indeks keanekaragaman berada

pada kategori sedang.

3.3 Kemerataan

Indeks kemerataan dihitung untuk mengetahui pola sebaran biota pada suatu kawasan. Nilai indeks ini berkisar antara 1 – 0. Semakin kecil nilai indeks berati pola sebaran biota

semakin tidak merata. Hasil perhitungan nilai indeks kemerataan pada penelitian ini ditunjukan pada Gambar 2.

Gambar 2. Indeks Kemerataan di Terumbu karang Selat Lembe Nilai indeks kemerataan

berada pada kisaran 0,9 – 1. Jika

dibandingkan dengan nilai indeks kemerataan (E) pada penelitian

(11)

47

serupa yang dilakukan oleh Umbo (2010) untuk Taman Nasional Bunaken Kawasan Utara yaitu pada kisaran 0,648-0,937, maka nilai indeks kemerataan (E) siput Prosobranchia di Selat Lembe dalam penelitian ini relatif lebih tinggi.

Dari hasil perhitungan nilai indeks kemerataan diatas maka dapat dikatakan bahwa pola sebaran siput prosobranchia di terumbu karang Selat Lembe Sulawesi Utara tergolong dalam kriterian nilai indeks 0,75<E≤1. Hal ini berarti bahwa pola sebaran biota pada masing-masing stasiun tersebar secara merata dan umumnya tidak ditemukan suatu jenis mendominasi.Suatu komunitas akan memiliki pola sebaran yang merata apabila komunitas tersebut

disusun oleh jumlah spesies dan individu masing-masing spesies adalah sama dan tidak ada salah satu spesies yang memiliki jumlah individu yang banyak atau biasa disebut mendominasi. Dalam penelitian ini setiap spesies pada masing-masing stasiun secara umum hanya diwakili oleh satu atau dua individu saja walaupun ada beberapa spesies yang diwakili hingga tiga sampai empat individu. Dengan demikian setelah dianalisis dengan indeks kemeratan maka disimpulkan bahwa Selat Lembe kawasan Utara, Tengah dan Seletan pada penelitian ini yang terdiri dari delapan belas staiun memiliki pola sebaran siput prosobranchia yang

stabil atau merata.

IV. KESIMPULAN

Prosobranchia yang ditemukan dan berhasil teridentifikasi di terumbu karang Selat Lembe sebanyak 82 spesies dari 22 famili. Spesies yang mempunyai nilai frekuensi kemunculan tinggi yakni Coraliophila neritoidea dengan 55,56% kehadiran pada

Delapan belas stasiun.

Keanekaragaman jenis siput Prosobranchia pada penelitian ini tergolong dalam kriteria sedang dengan nilai indeks dikisaran 1,04 - 2,64. Nilai indeks kemerataan yaitu 0,9 - 1 dimana hal ini dapat diartikan bahwa pola penyebaran inidividu di rataan terumbu karang Selat Lembe merata dan tidak ada kecenderungan suatu jenis mendominasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, R.T., and P. Dance. 1990. Conpendium of Seashells. Crowford. House Press, Australia. Bonde, A. F., 2008. Komunitas Siput di

Rataan Terumbu Karang Pantai Utara Semenanjung Minahasa. SKRIPSI. FPIK UNSRAT. Manado. 67 hal.

Boneka, F. B., 2011. Ekologi Laut. (Bahan Ajar). Program Studi Ilmu Kelautan. FPIK-UNSRAT. Manado.

Dharma, B., 1988. Siput dan kerang Indonesia (Indonesian Shells I ). PT Sarana Graha. Jakarta.

Dharma, B., 1992. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shells II). PT. Verlag Crista Hemmen, Wiesbaden, Germany.

Dharma, B., 2005. Recent & Fosil Indonesia Shell. PT. Ikrar Madiri Abadi. Indonesia.

Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.

Indriyanto, 2005. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara. Jakarta. 210 hal. Krebbs C J., 1989. Ecologycal

Methodology. University of British Columbia. Harper Collins Publishers.

Lantang, R., 2005. Struktus Komunitas Karang Batu (Scleractinia) Pada Terumbu Buatan “Reef ball” di Semenanjung Totok, Minahasa Selatan. Skripsi. FPIK, UNSRAT. Manado. 75 hal.

Ludwig, J.A dan Reynolds, J.V., 1988. Statistical ecology a primer in methods and computing. John Wiley dan Sons. New York.

(12)

48

Poutiers, 1998. Gastropods. The Living

Marine Resources Of The

Western Central Pacific. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. Volume 1. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Rome, 1998. Page 364. Romimohtarto, K. dan S. Juwana,

2007. Biologi Laut. suatu

pengetahuan tentang biota laut. Djambatan.

Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Umbo, D., 2010. Prosobranchia di Rataan Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken Kawasan Utara. Skripsi. FPIK-UNSRAT. Manado.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel di Perairan Selat Lembe Sulawesi Utara.
Tabel 2. Frekuensi Kemunculan Spesies Prosobranchia (F)
Tabel 3. Nilai Indeks Keragaman (H') pada 18 Stasiun Penelitian.
Gambar 2. Indeks Kemerataan di Terumbu karang Selat Lembe   Nilai  indeks  kemerataan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berdasarkan pada jumlah subjek yang memiliki kelelahan kerja didominasi dengan kategori rendah yaitu karyawan bagian jalan protokol dan taman sebanyak 59 orang dari 73

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Melalui pemeriksaan gigi gratis kepada masyarakat yang terselenggara berkat sinergi harmonis antara PDGI dan AFDOKGI serta didukung penuh oleh Unilever, melalui Pepsodent,

Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah: (a) Mengkaji Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan materi yang akan diajarkan; (b) Memilih metode mengajar yang

Bagi perusahaan, diharapkan agar hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan tempat penelitian dilakukan, untuk dapat menentukan langkah selanjutnya

Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan beberapa saran yaitu pihak PDAM Kota Surakarta menjaga kualitas layanan pembayaran retribusi PDAM Kota Surakarta

Selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan, Pemerintah Kecamatan Cicendo Kota Bandung dituntut lebih responsif, kreatif dan inovatif dalam menghadapi