PROSIDING
Seminar Nasional
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
Tema:
“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”
Ponorogo, 15 April 2017
Main Hall Gedung Terpadu Universitas Darussalam Gontor
Diselenggarakan Oleh :
Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
Jl. Raya Siman Km 5, Siman, Ponorogo 63471 Website : www.k3.unidagontor.ac.id
PROSIDING
Seminar Nasional
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health
(CIOSH)
“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”
ISBN : 978-602-60033-9-3
SUSUNAN DEWAN REDAKSI Pelindung :
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam Gontor
Penanggung jawab :
Ketua Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Ketua Pelaksana :
Sisca Mayang Phuspa, S.KM.,M.Sc
Koordinator :
Dian Afif Arifah, S.ST.,M.Kes
Tim Reviewer :
1. Eka Rosanti, S.ST.,M.Si
2. Yulia Dwi Andarini, S.Si., M.PH., Apt. 3. Deni Abdul Rahman, S.KM., M.KM
Editor Bahasa:
Edwina Rudyarti, S.Si.,M.Sc
Penyunting:
Ragil Retnaningsih, S.ST
Diselenggarakan Oleh :
Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
Jl. Raya Siman Km 5, Siman, Ponorogo 63471 Website : www.k3.unidagontor.ac.id
65
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
SENAM ERGONOMI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN
MUCKULOSKELETAL DISORDER PADA OPERATOR RTG
DI PT. T PERAK SURABAYA
Neffrety Nilamsari1*, Erwin Dyah N2, Tofan Agung E.P3
DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga Jl. Srikana no. 65 Surabaya
*E-mail: neffrty.nilamsari@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Rubber Tire Gantry Crane (RTG) adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengangkat atau memindahkan muatan berat dan banyak digunakan di pelabuhan untuk proses loading-unloading container. Permasalahan utama yang dihadapi oleh operator RTG adalah kelelahan kerja karena musculoskeletal
disorder (MSDs) yang sebabkan oleh lama paparan kerja, repetitive motion, static position, dan adopsi posisi duduk yang tidak alamiah. Ruang kerja yang terbatas
merupakan faktor lingkungan yang dapat memperparah kondisi MSDs yang dialami oleh operator RTG tersebut.
Metode Penelitian: Penelitian ini bertujuan meningkatan pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan operator RTG tentang pentingnya upaya pengendalian MSDs, sehingga dapat membantu operator RTG untuk dapat lebih mandiri dalam menjaga kebugaran dan meningkatkan status kesehatannya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan analisis data secara deskriptif. Responden berjumlah 20 orang operator RTG pada shift 1. Dilaksanakan pada Pebruari - Maret 2017 dengan instrument penelitian berupa kuesioner kelelahan kerja (KAUPK2), kuesioner The Pain and Distress Scale dan lembar observasi berupa cek lis implementasi senam ergonomi.
Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian didapatkan bahwa ada tiga responden
yang mengalami tingkat kelelahan kerja rendah, dimana nilai kelelahan kerja rendah dimulai dari angka 30 – 52. Sedangkan tujuh belas responden mengalami tingkat kelelahan kerja sedang, dimana nilai kelelahan kerja sedang dimulai dari angka 53 – 75. Tingkat kelelahan sedang dimungkinkan adanya perbaikan di kemudian hari, namun apabila tindakan perbaikan dilakukan sesegera mungkin akan lebih baik. Upaya perbaikan yang dapat direkomendasikan pada penelitian ini adalah dengan senam ergonomi yang di desain khusus untuk operator RTG. Setelah dilakukan sosialisasi dan monitoring terhadap implementasi senam ergonomi pada operator RTG secara rutin, terjadi penurunan kategori kelelahan kerja yang dirasakan oleh operator RTG dari 17 orang responden yang merasakan kelelahan kategori sedang jumlahnya turun menjadi 14 orang dengan kategori kelelahan rendah. Tiga orang operator dengan keluhan kelelahan MSDs rendah menjadi tidak merasakan keluhan kelelahan MSDs lagi.
66 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3
untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas” Kesimpulan: Penerapan senam ergonomi yang di desain khusus bagi operator
RTG dapat mengurangi keluhan kelelahan MSDs pada operator RTG di PT. T Perak Surabaya.
Kata kunci: MSDs, Operator RTG, KAUPK2
PENDAHULUAN
Rubber Tire Gantry Crane adalah suatu alat yang digunakan untuk mengangkat atau memindahkan muatan berat dan banyak digunakan di pelabuhan untuk proses loading-unloading container.Operator RTG mengoperasikan alat dengan posisi duduk selama jam kerja yang berpotensi mengalami lelah sehingga meningkatkan risiko dalam kecelakaan dimana seseorang dapat saja terluka dan meninggal.Dampak dari kelelahan pada operator RTG adalah gangguan kinerja, kehilangan perhatian, waktu reaksi yang lebih lambat, gangguan dalam menilai sesuatu, kinerja yang buruk pada pekerjaan yang dikuasai, meningkatkan kemungkinan untuk tertidur, perasaan lelah dan mengantuk.
Kelelahan dapat mengganggu kemampuan operator dalam mengoperasikan alatnya secara aman, sepertinya operator tidak dapat mempertahankan kecepatan, berpindah - pindah jalur, menyimpang dari jalur lintasan, menjatuhkan twistlock, menjatuhkan container, dan mengurangi kewaspadaan terhadap sekelilingnya.Operator RTG datang 15 menit sebelum jam tuganya dimulai pada shift masing - masing yaitu:Shift I: 00.00 - 08.00, ShiftII : 08.00 - 16.00 dan Shift III: 16.00 - 24.00. Lama kerja operator RTG adalah 8 jam. 4 jam kerja, 1 jam istirahat, dan 3 jam kembali bekerja. 2 RTG akan dioperasikan oleh 3 sampai 4 operator.
Gambar 1 Rubber Tire Gantry (RTG) Crane
Ruang kontrol (cabin operator) merupakan ruang pusat pengendali dari RTG. Letaknya di bagian atas dan dapat bergerak ke kanan dan kiri bersama spreader. Di dalam ruang kontrol terdapat peralatan kontrol utama seperti tombol-tombol utama misalnya: pengendali engine, hoist, trolley, spreader, dan pengendali drive kanan kiri, kendali maju
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
mundur, control keseimbangan, control kecepatan, indicator engine, indicator spreader, dan lain-lain. Di dalam ruang kontrol juga terdapat berbagai peralatan tambahan seperti saklar darurat security system yang akan memberi peringatan dini apabila terjadi kesalahan. Untuk komunikasi dengan petugas di bawah ketika bekerja biasanya operator menggunakan speaker atau lewat intercom.Untuk mencapai ruang kontrol operator harus
menaiki tangga terlebih dahulu. Luas ruang kontrol operator adalah 1,5 m2. Tinggi RTG
yang ada di PT T Perak Surabaya ada 2 macam, yakni RTG lama 15 m dan RTG baru 19 m.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan meningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan operator RTG tentang pentingnya upaya pengendalian MSDs, sehingga dapat membantu operator RTG untuk dapat lebih mandiri dalam menjaga kebugaran dan meningkatkan status kesehatannya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan analisis data secara deskriptif. Responden berjumlah 20 orang operator RTG pada shift 1(dari 33 orang tenaga kerja)dipilih dengan teknik pengambilan sampel secara purposive. Dilaksanakan pada Pebruari - Maret 2017 dengan instrument penelitian berupa kuesioner kelelahan kerja (KAUPK2)(Maurits.K.S. L, 2010).KuesionerThe Pain and Distress Scaledan lembar observasi berupa cek lis implementasi senam ergonomi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Kelelahan Kerja Operator RTG
Operator RTG merupakan jenis pekerjaan yang akan menghasilkan kelelahan kerja. Dimana kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Dengan meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja yang menyebabkan penurunan produktivitas kerja (Nurmianto, E, 2003).
Operator Rubber Tire Gantry (RTG) Crane mengakui merasakan kelelahan kerja pada saat bekerja. Penyebab kelelahan kerja pada operator RTG ini adalah:Posisi kerja dalam keadaan duduk selama jam kerja, Aktivitas kerja mereka yang repetitive, Stasiun kerja yang tidak ergonomis, Stasiun kerja yang kotor, Posisi kerja yang statis, Sifat kerja yang monotomi, Lingkungan kerja yang ekstrim, Tekanan psikologis operator yang tidak stabil dan Waktu kerja-istirahat tidak sesuai dengan instruksi kerja
Akibat dari kelelahan kerja yang terjadi pada operator RTG adalah:Mengalami nyeri pada leher, bahu dan punggung, Mengalami sakit kepala, Rasa kantuk yang berlebihan, Merasakan beban pada mata, Sulit berkonsentrasi dan Mudah untuk emosi.
Risiko yang dapat terjadi saat operator RTG mengalami kelelahan kerja adalah:Salah mengirim container ke blok yang dituju, Menjatuhkan container, Menabrak pejalan kaki,
“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”
68 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
RTG keluar dari jalur lintasan dan Menjatuhkan twistlock.
Pada pemasalahan kelelahan kerja yang dirasakan oleh operator RTG dilakukanlah pembagian kuesioner untuk melihat seberapa besar tingkat operator mengalami kelelahan kerja.Pengambilan sampel untuk kuesioner ini menggunkan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.
Hasil Kuesioner KAUPK2
Untuk mengukur tingkat perasaan kelelahan kerja secara subjektif yang dialami karyawan, digunakan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2). Kuesioner ini terdiri dari 30 pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja, antara lain: sukar berpikir, lelah berbicara, gugup menghadapi sesuatu, tidak pernah berkonsentrasi mengerjakan sesuatu, tidak punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya diri, tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap orang lain, enggan bekerja dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah seluruh tubuh, lamban, tidak kuat berjalan, lelah sebelum, daya pikir menurun dan cemas terhadap sesuatu.
Hasil kuesioner kemudian diuji realibilitasnya berdasarkan konsistensi internal yaitu pengujian untuk mengetahui sejauh mana tes atau prosedur menilai karakteristik atau kualitas yang sama, pengujian dilakukan melalui nilai alpha cronbach. Koefisien alpha dikembangkan oleh Cronbach sebagai ukuran umum dari konsistensi internal skala multi-item.Responden yang diambil adalah sebanyak 20 orang operator.Angka cronbach alpha pada kisaran 0.70 adalah dapat diterima, di atas 0.80 baik (Sekaran, 2006). Sejalan dengan pendapat beberapa ahli seperti Nunnally (1978) yaitu: untuk Preliminary research direkomendasikan sebesar 0.70, untuk basic research 0.80 dan applied research sebesar 0.90 -0.95. Hasil kuesioner yang disebar menunjukkan nilai alpha cronbach sebesar 0.851, yang diperoleh dengan menggunakan SPSS. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kuesioner ini berada dalam kategori baik, atau konsistensi internal dari pengisian kuesioner ini baik. Hasil analisis spss adalah r tabel signifikan 5 % = 0,444 Kesimpulan= Alpha> r tabel 0,851 > 0,444. Item-item kuesioner partisipasi operator RTG dalam menentukan kelelahan kerja dapat dikatakan reliable atau terpecaya sebagai alat pengumpul data.
Apabila dari dua puluh responden tingkat kelelahan kerjanya dirata-rata, maka tingkat kelelahan kerja yang mewakili dari dua puluh responden sekaligus populasi adalah tingkat kelelahan sedang. Tingkat kelelahan sedang dimungkinkan adanya perbaikan di kemudian hari, namun apabila tindakan perbaikan dilakukan sesegera mungkin akan lebih baik. Dilakukannya perbaikan sebab ada kemungkinan kelelahan kerja akan mengalami kenaikan kategori.
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
Dengan demikian dapat diuraikan bahwa nilai tertinggi yakni nilai 4 (sering sekali merasakan) banyak terjadi pada pertanyaan nomor 1 (berat di kepala), 2 (lelah pada seluruh badan), 3 (berat di kaki), 7 (beban pada bagian mata), 8 (terasa canggung dan kaku), 9 (merasa tidak stabil pada saat berdiri), 10 (merasa ingin berbaring), 21 (sakit dibagian kepala), 22 (kaku pada bagian bahu), dan 27 (merasa pening).
Kuesioner The Pain and Distress Scale
Pada saat dilakukannya penilaian menggunakan kuesioner KAUPK2, operator RTG banyak yang mengeluhkan nyeri pada bagian anggota badan tertentu, maka akan dilakukan kuesioner lanjutan menggunkan kuesioner The Pain and Distress Scale (William J. K Zung, 1993).
Hasil kuesioner kemudian diuji realibilitasnya berdasarkan konsistensi internal, pengujian dilakukan melalui nilai alpha cronbach.Koefisien alpha dikembangkan oleh Cronbach sebagai ukuran umum dari konsistensi internal skala multi-item.Responden yang diambil adalah sebanyak 20 orang operator.Hasil kuesioner yang disebar menunjukkan nilai alpha cronbach sebesar 0.941, yang diperoleh dengan menggunakan SPSS.Hal ini menunjukkan bahwa hasil kuesioner ini berada dalam kategori baik, atau
konsistensi internal dari pengisian kuesioner ini baik.r tabel signifikan 5 % = 0,444
Kesimpulan= Alpha > r tabel 0,941 > 0,444. Item-item kuesioner partisipasi operator RTG dalam menentukan kelelahan kerja dapat dikatakan reliable atau terpercaya sebagai alat pengumpul data.
Hasil analisis data dengan instrumen Kuesioner The Pain and Distress Scale dapat diketahui bahwa dari 20 komponen pertanyaan dengan pengambilan 20 responden pada shift 1(operator RTG) didapatkan hasil sebagai berikut; Responden dengan indikasi mengalami Low back pain kategori ringan sebanyak 9 orang, kategori sedang sebanyak 10 orang dan kategori berat sebanyak 1 orang.
Streaching Fatigue
Streaching Fatigue merupakan kegiatan pemanasan atau peregangan otot yang ditujukan kepada operator, khususnya operator RTG ketika mereka sedang melakukan aktivitasnya dan aktivitas mereka yang dominan untuk duduk. Streaching ini dapat dilakukan setiap lima menit sekali. Tidak perlu dilakukan dengan berdiri atau dilakukan di lapangan, namun tetap dapat dilakukan dalam posisi kerja (duduk) dan saat berada di kabin operator.Gerakan ini tidak memerlukan tempat yang luas sehingga efisien dan mudah untuk dilakukan secara berulang-ulang.Berikut adalah contoh dari gerakan “Streaching Fatigue”:
“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”
70 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Peregangan leher
Leher kelihatannya tidak ada hubungannya dengan duduk, namun gerakan yang satu ini tetap perlu dilakukan karena mempengaruhi produktivitas kerja.Salah satu dampak duduk terlalu lama adalah pegal di bagian leher.Untuk itu, kita bisa mencegahnya dengan melakukan gerakan rutin berikut ini.Caranya mudah, yakni dengan menekuk kepala ke samping kiri dan kanan, menunduk dan mendongak, menoleh kanan dan kiri, dan memutar kepala ke kanan dan kiri.
Gambar 2. Peregangan Leher Secara Berkala
2. Menggerakkan tangan dan bahu
Saat bekerja, tangan dan pundak adalah bagian tubuh yang paling banyak bergerak. Ketika tangan sedang mengoperasikan alat, terkadang kita berada pada posisi yang salah.Hal ini yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri di pergelangan tangan dan pundak.Untuk itu perlu adanya peregangan pada tangan dan pundak atau bahu. Caranya sangat mudah, siapapun bisa melakukannya. Mulai dari pergelangan tangan, kita bisa memutar-mutar pergelangan tangan, meluruskan salah satu tangan ke depan, lalu menarik telapak tangan ke belakang. Lalu untuk peregangan bahu bisa dilakukan dengan mengangkat dan menurunkan bahu. Kita juga bisa memutar bahu ke depan dan belakang beberapa kali.
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
Gambar 3 Peregangan Tangan dan Bahu
3. Peregangan punggung
Saat bekerja, kebiasaan kita saat duduk adalah mengabaikan posisi tubuh.Posisi tubuh yang salah saat duduk bisa berakibat pegal-pegal pada punggung dan juga pinggang. Untuk mengatasi itu, kita bisa mencoba gerakan yang sederhana ini.Kita hanya perlu duduk tegap, lalu meletakkan kedua tanganmu ke belakang kursi, menahan kedua tanganmu beberapa detik.
Gambar 4. Peregangan Punggung Gambar 5. Peregangan Pada Mata Kaki
4. Peregangan mata kaki
Kaki adalah anggota badan yang sangat vital.Kemana-mana mobilitas terjamin karena ada kaki.Saat bekerja, mungkin kaki memang tidak bergerak.Untuk itu perlu adanya gerakan agar kaki tetap dalam keadaan baik dan sehat (Gambar 5).
5. Peregangan perut
Obesitas adalah dampak terlalu lama duduk.Untuk itu, kita juga perlu melakukan gerakan-gerakan yang sedikit lebih berat.Kita bisa mencoba gerakan untuk membakar lemak dan membakar kalori berlebih ketika posisi kerja adalah duduk. Mengangkat lutut dan menahannya akan membantu pembakaran agar tubuh tidak mengembang (gambar 6).
“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”
72 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Gambar 6 Peregangan Pada Otot Perut Gambar 7 Peregangan Pada Otot Betis
6. Peregangan otot betis
Ketika ada kesempatan waktu untuk berdiri, tidak ada salahnya melakukan peregangan dengan cara berdiri sejenak. Yakni dengan meregangkan otot betis, kita bisa mengangkat betis dengan berjinjit sambil berdiri (gambar 7).
7. Relaksasi punggung
Posisi kerja yang membungkuk saat duduk bisa membuat ada tekanan di pundak dan dada. Meregangkan dada bisa dilakukan dengan cara satu ini. Gerakan ini disebut sikap papan terbalik. Dibutuhkan keseimbangan dan kekuatan untuk melakukan gerakan ini.
Gambar 8. Relaksasi untuk Bagian Punggung
Gambar 9. Melatih Kekuatan Otot Tangan Bagian Punggung
8. Melatih kekuatan otot tangan
Gerakaninihampirseperti push up. Namunposisitanganadalahmenopangkebelakang. Posisi tangan ke belakang dan letakkan di kursi lalu benamkan tubuh serendah kursi kemudian angkat beberapa kali.Lakukan gerakan ini untuk menguatkan tangan agar lebih siap bekerja lebih berat.
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
9. Melatih kekuatan otot kaki
Kekencangan kaki juga perlu dijaga.Dengan melakukan squat kursi, kita bisa menjaga kekencangan otot kaki, membakar lemak, membakar kalori, dan tentu saja kita dapat memanfaatkan waktu sedemikian mungkin ketika ada jeda untuk berdiri.
Gambar 10. Melatih Kekuatan Otot Kaki
Setelah dilakukan sosialisasi dan monitoring terhadap implementasi senam ergonomi pada operator RTG yang rutin dilakukan terjadi penurunan kategori kelelahan kerja yang dirasakan oleh operator RTG dari 17 orang responden yang merasakan kelelahan kategori sedang jumlahnya turun menjadi 14 orang dengan kategori kelelahan rendah dan 3 orang menjadi tidak lagi merasakan keluhan kelelahan MSDs. Tiga orang operator dengan keluhan kelelahan MSDs rendah menjadi tidak merasakan keluhan kelelahan MSDs lagi(dengan instrument KAUPK2). Disarankan pada perusahaan agar senam ergonomi juga disosialisasikan bagi operator crane lain selain operator RTG.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada tiga responden yang mengalami tingkat kelelahan kerja rendah, dimana nilai kelelahan kerja rendah dimulai dari angka 30 – 52.Sedangkan tujuh belas responden mengalami tingkat kelelahan kerja sedang, dimana nilai kelelahan kerja sedang dimulai dari angka 53 – 75. Tingkat kelelahan sedang dimungkinkan adanya perbaikan di kemudian hari, namun apabila tindakan perbaikan dilakukan sesegera mungkin akan lebih baik. Dilakukannya perbaikan sebab ada kemungkinan kelelahan kerja akan mengalami kenaikan kategori. Untuk indikasi terjadinya LBP terdapat 9 orang responden dengan LBP tingkat ringan, 10 orang dengan LBP kategori sedang dan 1 orang dengan kategori berat. Upaya perbaikan yang dapat direkomendasikan pada penelitian ini adalah dengan senam ergonomi yang di desain khusus untuk operator RTG.
Berdasarkan analisis hasil penelitian maka upaya pengendalian yang dapat direkomendasikan untuk mengurangi peluang terjadinya kelelahan kerja serta potensi
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
Low Back Pain (LBP) pada operator RTG PT T Perak Surabaya adalah:Sesuaikan dengan kapasitas fisik, Stasiun kerja haruslah tetap bersih dan wangi, Pemasangan stiker “Dilarang Merokok”, Kaca depan harus tetap bersih, Gunakan waktu istirahat sebaik dan seefektif mungkin (a) Tidur untuk menghilangkan lelah dan capai (b) Makan dan minum yang cukup agar menambah stamina dan tenaga, Pengecekan kesehatan secara rutin dan ketika mengalami gejala atau keluhan kelelahan kerja, Refreshing atau rekreasi ketika off shift, Streaching fatigue danPemasangan poster “streaching fatigue” pada ruang istirahat operator dan ruang kontrol RTG.
DAFTAR PUSTAKA
Maurits.K. S. L, 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books
Nunnally.1978.Psychometric theory (2nded.). New York: McGraw-Hill.
Nurmianto, E. 2008.Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua.Guna Widya, Surabaya, Indonesia, 2008.
Sekaran, U. 2006.Research Method for Business. Jakarta: Salemba Utama.
William W.K.Zung. 1993. A rating instrument for anxiety disorders.Psychosomatics.12(6): 371-