• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think

Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan

Masalah Matematika

Dhiyaul Ilfiya

1

, Devi Fitri Noviyanti

2

SPs Universitas Pendidikan Indonesia1 SPs Universitas Pendidikan Indonesia2

Email : dhiyaulilfiya@gmail.com

Abstrak Makalah ini menyajikan hasil kajian teori mengenai penerapan langkah polya dalam model pembelajaran tipe think pair square untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Kajian ini bertujan untuk menguraikan dan menjelaskan bagaimana langkah langkah pemecahan masalah dalam teori polya dipadukan dengan model pembelajaran tipe think pair square dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Mengingat betapa pentingnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika, maka perlu diberikan suatu metode untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Salah satu teori yang telah dibuktikan beberapa peniliti dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah teori Polya. Model pembelajaran tipe think pair square juga telah sering diteliti dan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Untuk memperoleh kemampuan yang lebih maksimal penulis memadukan teori Polya dan model pembelajaran tipe think pair square sebagai metode baru. Kajian ini didukung berbagai sumber dan teori yang telah dirangkum penulis menjadi sebuah acuan dalam menguatkan pendapat.

Kata kuci: Pemecahan masalah matematika, Pembelajaran kooperatif Tipe Think pair Square, Teori Polya

I. PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di berbagai tingkat pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan sampai perguruan tinggi. Kenyataannya di lapangan, sangat banyak siswa yang berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan karena materinya terdiri dari konsep-konsep dan rumus-rumus[1].

Salah satu aspek yang ditekankan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika. Branca [2] menyatakan bahwa proses pemecahan masalah matematik merupakan jantungnya matematika. Hal ini berarti kemampuan pemecahan menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Dalam survei tentang current situation on mathematics and science

education in Bandung yang disponsori oleh JICA, dinyatakan bahwa :“pemecahan masalah matematika

merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua tingkatan mulai dari SD sampai SMU” [3].

Salah satu bentuk pemecahan masalah matematika adalah kegiatan menyelesaikan soal cerita. Secara spesifik, pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan membuktikan atau menciptakan serta menguji konjektur. Hal ini tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical

power) terhadap siswa [4] namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak mampu

(2)

dan Ruijter pada latihan pemecahan soal ternyata hanya sebagian kecil siswa yang dapat mengerjakannya dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus dikerjakan [5]. Setelah diberi petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut.

Salah satu teori yang menjelaskan tentang cara untuk mempermudah menyelesaikan masalah dalam pembelajaran matematika adalah teori polya. Teori ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti bahwa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Ada empat langkah yang dapat dilakukan agar siswa lebih terarah dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu understanding the

problem, devising plan, carrying out the plan, dan looking back [6]. Empat langkah tersebut dapat

diartikan; memahami masalah, menentukan strategi penyelesaian masalah, melaksanakan penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali penyelesaian yang diperoleh.

Dalam upaya peningkatan kemampuan matematika siswa tidaklah lepas dari peran seorang guru. Setiap media, pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik hasil belajar dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangatlah berpengaruh terhadap efektivitas dalam pembelajaran, karena model yang digunakan oleh guru berkaitan erat dengan ketercapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran yang yang kurang tepat akan membuat efektivitas dari pembelajaran menurun, sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan guru di kelas.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq), merupakan teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran melalui diskusi kelompok. Tipe ini dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Berdasarkan meta-analisis yang dilakukan oleh Prasetiyo dkk [7], model pembelajaran cooperatif learning tipe TPSq memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar matematika siswa. Pembelajaran dengan TPSq siswa akan mampu membangun pengetahuannya sendiri [8]. Dalam penelitiannya ini Yunanda menyebutkan bahwa model pembelajaran TPSq melatih siswa berfikir menyelesaikan masalah yang diberikan secara individu, dan merencanakan langkah langkah yang akan dilakukan.

Empat langkah dalam teori Polya terintegrasi dengan tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran tipe think pair square. Langkah memahami masalah terintegrasi dalam tahap think, menyusun dan melaksanakan rencana pemecahan masalah terintegrasi pada tahap pair, sedangkan mengecek kembali terintegrasi dengan tahap square. Dengan demikian, tahap think, pair dan square dapat menyempurnakan tahapan-tahapan penyelesaian masalah pada teori polya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mempunyai sebuah asumsi bahwa penerapan langkah Polya dalam model pembelajaran Tipe Think Pair Square dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika, untuk menguraikan pendapat tersebut dibuatlah sebuah makalah yang berjudul: Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika. Adapun rumusan masalah dakam kajian ini adalah sebagai berikut; (1) Mengapa teori polya dan model pembelajaran tipe

think pair square dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika? (2)

Bagaimana tahapan pembelajaran dengan penerapan teori Polya dalam model pembelajaran tipe think

pair square ?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan kajian ini adalah; (1) Untuk mengetahui mengapa teori polya dan model pembelajaran tipe think pair square dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika (2) Untuk memperoleh gambaran tentang tahapan pembelajaran dengan penerapan teori Polya dalam model pembelajaran tipe think pair square.

II. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPETHINK PAIR SQUARE

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam menjalani proses pembelajaran. Sehingga dengan bekerjasama akan mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya dengan keterampilan proses. Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak tipe, diantaranya adalah tipe Think Pair Square (TPSq).

(3)

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq) merupakan modifikasi dari model pembelajaran Think Pair Share dan dikembangkan oleh Spencer Kagan. Think Pair Square (TPSq) memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja dengan orang lain [9]. Langkah-langkah model pembelajaran TPSq menurut Lie [9] adalah: (1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat, (5) siswa mempunyai kesempatan membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat

Pada tipe Think Pair Square (TPSq), ada tiga tahap umum yang harus dilalui oleh siswa,yaitu

think (berfikir), pair (bertukar pendapat dengan pasangan) dan square (berdiskusi dengan anggota

kelompok berempat). Pada think, memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir individu, kemudian

pair, dimana siswa saling bertukar pikiran dengan pasangannya. Secara psikologis siswa akan lebih

nyaman bertanya ataupun berdiskusi dengan sesamanya [10]. Tahap ketiga yaitu Square, dimana siswa saling berbagi dan berdiskusi dengan anggota kelompok berempat. Spenser Kagen dalam [9] mengemukakan bahwa teknik ini dapat mengoptimalisasi partisipasi siswa. Dalam tahap Square ini, siswa dapat mengemukakan pendapatnya serta dapat mendengarkan dan menghargai pendapat temannya..

Penulis telah melakukan suatu penelitian tentang pengaruh model kooperatif tipe Think Pair

Square (TPSq) terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa

kesimpulan yaitu; (1) adanya tiga tahapan dalam model pembelajaran ini ( think, pair, square) membantu siswa memahami dan menyelesaikan soal yang diberikan, (2) tahap think akan membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri (3) tahap pair akan membantu siswa menemukan ide baru dari pasangannya (4) tahap square siswa dapat memeriksa kembali penyelesaian masalah yang diberikan dan memutuskan jawaban yang lebih tepat [11]. Pembelajaran dengan TPSq siswa akan mampu membangun pengetahuannya sendiri [8]. Dalam penelitiannya ini Yunanda menyebutkan bahwa model pembelajaran TPSq melatih siswa berfikir menyelesaikan masalah yang diberikan secara individu, dan merencanakan langkah langkah yang akan dilakukan.

III. PENYELESAIANMASALAHMATEMATIKA

Kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dibiasakan dengan interaksi yang aktif dari siswa sendiri, siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Interaksi guru dengan siswa dapat dilakukan dengan pemberian masalah. Selain itu, dengan interkasi yang aktif untuk diri siswa sendiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan cara yang tepat yang sebelumnya sudah dimiliki, antara siswa dengan siswa bertujuan untuk melatih berkomunikasi, berdiskusi dan berbagi informasi yang sudah dimiliki sehingga siswa akan lebih mudah untuk menyelesaikan masalah. Interaksi yang aktif dapat dilakukan dalam suatu kelompok, kelompok yang dimaksud terdiri dari dua atau empat orang. Pembentukan kelompok ini akan membuat setiap anggota dalam kelompok saling membantu dan memberikan kesempatan yang sama kepada siswa untuk berkontribusi secara aktif untuk keberhasilan kelompoknya [12]. Hal ini akan menjadikan siswa sedikit demi sedikit akan menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan gambaran interaksi tersebut, salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan pemecahan masalah matematis adalah pembelajaran dengan teknik Think Pair

Square (TPSq).

Teori Polya merupakan salah satu teori yang membahas tentang penyelesaian masalah matematis. Langkah langkah pada teori Polya sangat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal ini karena empat langkah yang diberikan dapat menuntun siswa pada penyelesaian masalah. Usman [13] menyatakan bahwa pendekatan pemecahan masalah dengan langkah langkah model Polya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan membantu siswa lebih terarah dalam menyelesaikan soal cerita. Penelitian yang dilakukan oleh Dewiyani [2] yang menyatakan bahwa dengan langkah Polya dapat membuat siswa lebih terampil dalam pemecahan masalah matematika.

Sumaga [14] juga pernah melakukan penelitian tentang langkah-langkah Polya dalam pemecahan masalah Dari hasil penelitian beliau diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

(4)

pendekatan pemecahan masalah menurut langkah Polya dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal cerita himpunan dan membuat siswa lebih terarah dalam menyelesaikan masalah dalam bentuk soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dan masih banyak penelitian-penelitian lainnya yang menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa teori Polya sangat memberikan dampak positif terhadap kemampuan penyelesaian masalah matematika siswa.

IV. IMPLEMENTASITEORIPOLYADALAMTPSQ

Berdasarkan teori teori yang telah dipaparkan, penulis berasumsi bahwa perpaduan model pembelajaran tipe think pair Square dengan teori Polya dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah matematika siswa. Hal ini karena langkah langkah yang ada pada teori polya dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, kemudian dengan diterapkannya teori ini pada model pembelajaran think pair square siswa akan lebih mudah menemukan ide serta mempertimbangkan solusi yang tepat bersama pasangan dan kelompoknya. Dengan penerapan tahap think, pair hingga square siswa dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan memunculkan beberapa karakter berpikir kritis. Pengetahuan dapat diperoleh langsung oleh peserta didik berdasarkan pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar. Ketika siswa harus menjelaskan gagasannya pada orang lain, mereka akan tertuntut untuk merumuskan kembali pemahamannya sehingga penjelasan mereka dapat mudah dipahami [15].

Adapun langkah langkah pembelajaran yang akan diberikan adalah sebagai berikut: 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari 4 orang.

2. Guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa, yang berisikan permasalahan matematika berbentuk soal cerita.

3. Setiap siswa mengerjakan LKS, dengan beberapa langkah, yaitu

1) Siswa memahami masalah secara individu, pada tahap inilah siswa membangun pengetahuannya sendiri.

2) Masing- masing Siswa membuat rencana penyelesaian masalah. Setiap siswa akan mengemukakan idenya masing-masing, sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam memberikan strategi penyelesaian soal yang diberikan

(tahap 1 dan 2 merupakan tahap think , dengan menerapkan langkah Polya yaitu memahami masalah dan menentukan strategi penyelesaiannya)

3) Siswa diminta untuk berpasangan, lalu siswa mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangannya. Pada tahap ini siswa akan menemukan ide baru, atau penyesuaian ide yang lebih sesuai dengan masalah yang diberikan. Adanya pasangan akan mempermudah siswa untuk berfikir secara terbuka dan menemukan strategi penyelesaian yang lebih efektif.

4) Selanjutnya siswa melaksanakan rencana penyelesaian masalah dengan pasanganya. Strategi yang telah dipilih sesuai tahap ketiga, akan diterapkan sehingga menemukan sebuah solusi dari masalah yang diberikan. Pada tahap ini, mungkin siswa akan mempunyai beberapa macam cara dalam menyelesaikannya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.

(tahap 3 dan 4 merupakan tahap pair dengan menerapkan langkah Polya yaitu menentukan strategi penyelesaian masalah dan melaksanakannya )

5) Siswa membentuk kelompok berempat. Pada tahap ini siswa akan berdiskusi menentukan langkah penyelesaian yang lebih tepat dan efektif, dengan cara memeriksa kembali setiap hasil diskusi pada tahap berpasangan. Diskusi berempat ini memeberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat dan alasannya dalam memilih strategi penyelesaian masalah. (tahap square dengan menerapkan langkah Polya yaitu memeriksa kembali penyesaian masalah)

4. Guru memintamasing-masing siswa untuk mengumpulkan LKS.

5. Guru meminta siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang diberikan. Kelompok yang bersedia diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

(5)

6. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil penyelesaian permasalahan yang diberikan. Untuk lebih mudah dalam memahami langkah-langkah di atas berikut adalah bagan yang dapat mendeskripsikan kegiatan pembelajaran.

Empat langkah dalam teori Polya terintegrasi dengan tahapan pembelajaran dalam think pair

square. Langkah memahami masalah dan menentukan strategi pemecahan masalah dilaksanakan pada

tahap think, kemudian pada tahap pair siswa menentukan strategi yang lebih tepat dan melaksanakan strategi, sedangkan memeriksa dilaksanakan pada tahap square. Dengan demikian, tahap think pair

square yang memuat teori teori Polya ini dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari kajian ini adalah sebagai berikut:

Pembelajaran dengan menerapkan teori Polya dalam model pembelajaran tipe think pair square dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika karena langkah langkah yang ada pada teori polya dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, kemudian dengan diterapkannya teori ini pada model pembelajaran think pair square siswa akan lebih mudah menemukan ide serta mempertimbangan solusi yang tepat bersama pasangan dan kelompoknya.

Adapun saran untuk para pembaca dan penulis selanjutnya adalah:

1. Dalam penerapan model pembelajaran tipe think pair square disarankan untuk membagi siswa ke dalam kelompok yang kemampuan setiap anggotanya beragam

2. Kepada para guru disarankan untuk lebih inovatif dalam menggunakan pendekatan pembelajarn agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika karena kemampuan ini merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa, salah satunya adalah dengan menerapkan hasil kajian ini.

DAFTARPUSTAKA

[1]A.T. Arianto, “Perbandingan Metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif dan Metode Ceramah pada Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Garis Singgung Lingkaran Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Colomadu, “ Skripsi tidak diterbitkan, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, 2007

[2] H. Hendriana,U. Sumarmo,PenilaianPembelajaranMatematika, Bandung : RefikaAditama, 2014

[3] F.T. Pasaribu, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Penerapan Teori Vygotsky pada Materi Geometri di SMP Negeri 3 Padang Sidimpuan,” Edumatica, vol. 3, pp. 11-18, 2013

[4] U. Sumarmo, Kumpulan Makalah “Berpikir dan Disposisi Matematis”, Bandung : FMIPA UPI, 2015 [5]A.S. Suparno, Membangun Kompetensi Belajar, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, 2000 [6] G. Polya,How To Solve it, New Jersey: Princeton University Press, 1973

[7]A.Y. Prasetiyo, E. Yusmin, dan A. Hartoyo,“Meta-Analisis Pengaruh Cooperative Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa,”Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, vol. 3, pp. 1-11, 2014

[8] M.S. Yunanda, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Adabiah Padang,” Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 3, pp 5-10, 2014

[9]A. Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Gramedia, 2008

[10] M.J. Wara, Y. Rizal, dan Nilawasti, “Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Square Dalam Pembelajaran Matematika Di Kelas VII Smpn 1 Pulau Punjung,” Jurnal Pendidikan Matematika, vol.1, pp. 35-38, 2012

Gambar 1. Langkah langkah kegiatan pembelajaran THINK Memahami masalah Menentukan strategi SQUARE Memeriksa kembali PAIR Menentukan strategi Melaksanakan strategi

(6)

[11] D. Ilfiya, “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tpsq Dengan Tipe NHT Di Kelas VII SMP It Iqra’ Kota Bengkulu,” skripsi tidak diterbitkan, Bengkulu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu, 2016

[12]Rosieta. I. Leonard “Meningkatkan Kerjasama Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share” Jurnal Formatif, vol 3, pp. 1-10, 2015

[13]S. Usman, “Strategi Pemecahan Masalah dalam Penyelesaian Soal Cerita di Sekolah Dasar,” Samudra Ilmu, Jurnal Pendidikan dan Informasi ilmiah, vol. 2, pp. 341-351, 2007

[14]Z. Sumaga, Penerapan Pembelajaran Pemecahan Masalah Menurut Langkah Polya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kasimbar dalam Menyelesaikan Soal Cerita Tentang Himpunan, skripsi tidak diterbitkan, Palu: FKIP UNTAD, 2010

Gambar

Gambar 1. Langkah langkah kegiatan pembelajaran  THINK Memahami masalah Menentukan strategi  SQUARE  Memeriksa kembali PAIR Menentukan strategi Melaksanakan strategi

Referensi

Dokumen terkait

Negara dan dikategorikan sebagai Ruang Udara Nasional atau wilayah kedaulatan negara kolong. Ruang Antarikasa, pemanfaatannya dikendalikan secara internasional dan tidak

dimanfaatkan untuk pengembangan wisata selam terdiri dari karang keras, karang lunak, dan biota lain yang berasosiasi langsung dengan karang. Komunitas- komunitas ini

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Dan Evaluasi Dokumen Evaluasi Dengan Ini POKJA I KONSTRUKSI ULP Kabupaten Bangka Tengah Tahun Anggaran 2013 Mengundang

Prosedur penyelesaian dirancang untuk menemukan kebijakan optimal dari keseluruhan masalah, yang menunjukkan keputusan kebijakan mana yang optimal pada setiap tahap untuk

Berdasarkan hal tersebut, penyusun menuangkan dalam sebuah laporan Kuliah Kerja Praktik yang berjudul ‘’ ANALISIS AKTIVITAS PENGELOLAAN BMN PADA PUSAT PENELITIAN DAN

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak

Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di MAN 1 Polewali Mandar, Kepala