• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI

(Studi Kasus di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo kabupaten Lampung Tengah)

(Skripsi)

Oleh Eva Nofiani

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI

(Studi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh Eva Nofiani

Indonesia merupakan salah negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi oleh karena itu pemerintah membuat berbagai kebijakan salah satu kebijakan tersebut yaitu program keluarga berencana, dimana keluarga sebagai sasaran utamanya, karena keluarga merupakan akseptor utama yang menggunakan alat kontrasepsi, namun kebanyakan perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi, sedangakan partisipasi pria masih sangat sedikit, sementara terdapat berbagai macam alat kontrasepsi untuk pria salah satunya yaitu MOP atau vasektomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi suami terhadap pengetahuan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi, (2) persepsi suami terhadap dampak alat kontrasepsi MOP atau vasektomi, (3) persepsi suami terhadap kendala alat kontrasepsi MOP atau vasektomi, dan (4) persepsi suami terhadap aksesibilitas alat kontrasepsi MOP atau vasektomi. Penelitian ini dilakukan di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.

(3)

adanya minat pria untuk menggunakan vasektomi, (5) banyaknya kendala yang di hadapi oleh informan ketika akan melakukan operasi vasektomi salah satunya yaitu tidak ada dukungan dari istri, karena takut suami akan berselingkuh (6) jarak tempuh untuk melakukan operasi vasektomi cukup jauh, selain itu biaya yang harus di keluarkan cukup mahal jika tidak mendapatkan surat pengantar dari PLKB untuk melakukan operasi vasektomi, dan belum adanya tenaga medis yang bisa melakukan operasi MOP atau vasektomi. (7) suami tidak mengetahui bahwa sudah pernah ada penyuluhan tentang MOP atau vasektomi, sehingga suami tidak mengetahui informasi tentang MOP atau vasektomi secara jelas.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : (1) Persepsi suami terhadap pengetahuan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah masih sangat rendah, hal ini terjadi karena belum adanya kesadaran pria untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana dan belum adanya kesetaraan gender. (2) Persepsi suami terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi di Desa Kalirejo masih rendah, karena sebagian informan hanya bisa menjelaskan tentang MOP, namun mereka hanya sekedar tahu secara sederhana tidak secara luas, sehingga mereka tidak tahu apa manfaat dan akibat yang akan terjadi jika menggunakan MOP. Kurangnya pengetahuan infroman tentang MOP menyebabkan sebagian informan masih menyamakan MOP dengan kebiri yang sebenarnya sangat berbeda antara kebiri dan MOP, selain itu masih adanya rasa egoisme pria sehingga pria tidak mau menggunakan alat kontrasepsi termasuk MOP. (3) Persepsi suami terhadap dampak MOP atau vasektomi terjadi karena adanya rumor yang beredar bahwa vasektomi bisa menyebabkan impotensi, padahal vasektomi tidak menyebabkan impotensi, hal ini sudah di buktikan oleh informan yang sudah menggunakan vasektomi, dan lebih di pertegas oleh penjelasan PLKB bahwa vasektomi tidak menyebabkan impotensi. (4) Persepsi suami terhadap kendala MOP atau vasektomi terjadi karena informan belum mendapatkan dukungan dari pasangannya (isteri), walaupun ada juga informan yang mendapatkan dukungan positif dari pasangannya (isteri). Selain itu adanya rasa takut menjalani operasi dan sebagian informan mengatakan males meggunakan karena ribet, dan adanya anggapan jika menggunakan vasektomi akan mengurangi rasa kepuasan dan kejantanan saat berhubungan. (5) Persepsi suami terhadap aksesibilitas MOP atau vasektomi terjadi karena belum adanya penyuluhan tentang MOP sehingga pengetahuan informan tentag MOP masih sangat rendah, walaupun sebenarnya sudah di lakukan penyuluhan, selain itu adanya jarak tempuh yang jauh untuk menuju rumah sakit umum, dan biaya yang sebenarnya informan sendiri tidak mengetahui apakah mengeluarkan biaya besar atau tidak mengeluarkan biaya, namun menurut PLKB akseptor yang melakukan operasi vasektomi dan mendapatkan surat pengantar dari PLKB akan gertis. Di sisi lain akseptor masih takut karena kurangnya pelayanan tenaga medis vasektomi.

(4)

ABSTRACT

Indonesia is one of country with a high population density. Therefore government creates various policies, one of the policy is the family planning program, in which family as the main target, because family is the primary acceptor which uses contraception, but women use much more contraceptives, while male participation was still very low, while there were many kinds of contraceptives for men one of them is MOP or vasectomy. This study intended to find out: (1) the husband’s perceptions toward the knowledge of MOP or vasectomy contraceptives, (2) the husband's perception of the impact of MOP or vasectomy contraceptives, (3) the husband's perception of the constraints MOP or vasectomy contraceptives, and (4) the husband’s perception toward the accessibility of MOP or vasectomy contraceptives. This research was conducted in Kalirejo, Central Lampung. The research used qualitative research method.

The results showed that: (1) husband’s knowledge toward MOP or vasectomy contraception was still low, because the husband did not understand yet about various kinds of male contraception that was already provided by the health authorities, and the absence of the husband’s attitude to engage in family planning. (2) the husband was still strange to MOP or vasectomy, otherwise husband is still equate the gelding with MOP or vasectomy which was actually very different, and man was still has sense of selfishness not to use one of contraception itself. (3) the involvement of community leaders and religious leaders in Kalirejo was still being failed, because RT itself did not know that there had been a socialization about MOP or vasectomy from health authorities, beside that there was no religious figures who explained whether MOP or vasectomy was unlawful or not. (4) there were still rumors that vasectomy may cause impotence, this may affected men were lack of interest for using vasectomy, (5) the number of constraints faced by informants when will do a vasectomy operation that there was no support from his wife, because they were afraid of her husband would be cheating (6) the distance to perform a vasectomy was far enough, otherwise it costs to be in spend was quite expensive if not get a letter of introduction from field officers to perform a vasectomy, and the lack of medical personnel that can perform vasectomy or MOP operation. (7) the husband did not know that there have been a publication about MOP or vasectomy, so the husband did not know about the MOP or vasectomy information clearly.

(5)

did not know what the benefits and consequences that would occur if using MOP. Lack of informer’s knowledge about MOP caused some informers still equate MOP with a gelding that was actually very different, besides it was still a sense of men’s selfishness so that men did not want to use contraceptives including MOP. (3) husband’s perceptions toward the impact of MOP or vasectomy occured due to rumors that vasectomy may cause impotence, whereas vasectomy did not cause impotence, it had been proved by informers who had already used vasectomy, and affirmed by the explanation of PLKB that vasectomy did not cause impotence. (4) husband’s perceptions of the constraints of MOP or vasectomy occured because the informers have not been supported by their partner (wife) yet, although there was also the informaer who received positive support from their partner (wife). Besides the fear of surgery and some informers said lazy to use it because it was complicated, and the notion that if using a vasectomy would reduce the sense of satisfaction and virility during intercourse. (5) husband’s perception toward the accessibility of MOP or vasectomy occured because of the lack of education on the knowledge about MOP so that the informer’s knowledge was still very low, although publication was already done, in addition to the existence of a far distance to go to public hospitals, and the informers did not know the actual cost whether to pay or not to pay large, but according to field officers someone who perform vasectomy acceptors and obtain a letter of introduction from the field officers will be free. On the other hand acceptors were still being afraid because of the lack of medical personnel to vasectomy services.

(6)

PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI

(Studi Kasus di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh Eva Nofiani

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)
(10)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan dengan segala doa restu yang selalu mengiringi dari orang-orang yang menyayangiku. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

Ayahhanda Dimin. S. Pd,. terima kasih atas jerih payah yang selalu ayah berikan untuk menuju keberhasilanku saat ini. Terima kasih telah merawat dan mendidikku hingga aku bisa seperti ini. Aku paham didikanmu yang keras tidak lebih hanya karena ingin melihat anakmu ini berhasil dalam hidup. Semoga suatu hari nanti aku bisa membahagiakanmu dan membalas semua pengorbananmu serta membuktikan bahwa aku bisa menjadi anak kebanggaanmu.

Ibunda Raminah, seorang ibu yang sangat ku cintai melebihi apapun. Terima kasih telah merawat, mendidik, mendukung dan mendoakanku dengan penuh ketulusan. Terima kasih telah menjadi Ibu sekaligus sahabat terbaik dalam hidupku, meskipun aku selalu membuatmu kesal dengan segala sikapku selama ini. Terima kasih untuk segalanya, semoga aku dapat membahagiakanmu dengan kesuksesanku kelak.

Buat adik-adikku, Mifta Hulkarim dan Gilang Aditiya Firmansyah,.Terima kasih atas segala dukungan kalian. Maaf selama ini belum bisa menjadi kakak yang baik untuk kalian. Semoga kelak aku dapat ikut mengantarkan kalian menuju kesuksesan dan memberikan kebahagiaan bagi ayah dan ibu.

Trimakasih Nisva Fauzi Ramli yang selalu sabar menghadapiku, menemani di kala susah, senang, dan yang telah banyak memberi masukan-masukan untuk menjadikan hidupku ku yang lebih baik dari sebelumnya.

(11)

MOTO

Si tou timou tumou tou

Manusia baru dapat di sebut sebagai manusia,

jika sudah dapat memanusiakan manusia

(Sam Ratulangi)

Keridhoan Allah SWT tergantung kepada keridhoan orang tua dan

kemurkaan Allah SWT tergantung kepada kemurkaan orang tua

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eva Nofiani dilahirkan di Kalirejo, 1 November 1991. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Dimin. S. Pd dan Ibu Raminah.

Jenjang pendidikan formal yang telah penulis tempuh antara lain Sekolah Dasar (SD) di SDN 3 Kalirejo dan lulus pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Kalirejo dan lulus pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Kalirejo dan lulus pada tahun 2010.

(13)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Atas Izin dan Rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi saya yang berjudul “PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI (Studi Kasus di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari, bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga menjadi lebih baik. Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat menyadari banyak sekali bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(14)

3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H. selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Ibu Dra. Yuni Ratna Sari M.Si selaku dosen pembimbing penulis terima kasih atas waktu, motivasi, bimbingan, saran dan kesabarannya dalam proses penulisan skripsi ini, sehingga saya dapat meraih gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos) di Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Gunawan Budi Kahono selaku dosen pembahas seminar usul dan hasil serta dosen penguji penulis yang telah mengoreksi, memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Hartoyo, M.Si. selaku Pembimbing Akademik penulis, terima kasih atas waktu, motivasi, bimbingan, saran dan kesabarannya selama menjalani masa perkuliahan.

7. Seluruh dosen di Jurusan Sosiologi dan FISIP Unila yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.

8. Seluruh staf administrasi dan karyawan di FISIP Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.

(15)

10.Ibuku Raminah, seorang ibu yang sangat ku cintai melebihi apapun. Terima kasih telah merawat, mendidik, mendukung dan mendoakanku dengan penuh ketulusan. Terima kasih telah menjadi Ibu sekaligus sahabat terbaik dalam hidupku, meskipun aku selalu membuatmu kesal dengan segala sikapku selama ini. Terima kasih untuk segalanya, semoga aku dapat membahagiakanmu dengan kesuksesanku kelak.

11.Buat adik-adikku, Mifta Hulkarim dan Gilang Aditiya Firmansyah Terima kasih atas segala dukungan kalian. Maaf selama ini belum bisa menjadi kakak yang baik untuk kalian. Semoga kelak aku dapat ikut mengantarkan kalian menuju kesuksesan dan memberikan kebahagiaan bagi ayah dan ibu.

12.Trimakasih Nisva Fauzi Ramli yang selalu sabar menghadapiku, menemani di kala susah, senang, dan yang telah banyak memberi masukan-masukan untuk menjadikan hidupku ku yang lebih baik dari sebelumnya.

13.Trimakasih untuk Bapak Tobib dan Ibu Siti Aminah, serta mbak Jepy, mas Lulus, Mas very, Ardi, Dede Qia yang telah memberikanku semangat, dan masukan yang telah kalian berikan sangat membantuku.

(16)

15.Trimakasih untuk para informan yang telah bersedia meluangkan waktu membantu kelancaran skripsi peneliti dengan bersedia menjadi informan.

16.Trimakasih untuk semua teman-teman Sosiologi FISIP Universitas Lampung angkatan 2010 yang telah membantu selama masa perkuliah sampai masa perkuliahan berakhir, khususnya Nurul Aulia, Nurhana, Delsi Alfianita, Dwi Aristiana, Lesi Gustina, Indria Gita Ningrum, Arif Munandar, Aziz Ahmad, Nisa Fajrianti, Wenny Aprilia, Arini Nur Hidayati, Monalia Sahwati, Desti Wulandari, Nora, Peni, Ria Ayuningsih, Komang, Yeksi, Sulistiawan, Welly, Jani, Emi, maaf ya sering merepotkan kalian dan membuatkan emosi.

17.Untuk teman-teman kosan Nata : Nita Oktami, Widi, Yeni Utari, Maya Alfiorita, Leni Ambarwati, Anni Azizah, Aye, dan Ayu, trimakasih sudah melewati hari-hari bersamaku, trimakasih selalu memberi semangat untuk cepat wisuda, kita nikmati kerbersamaan walaupun terkadang ada cekcok sedikit, tapi bersama kalian meninggalkan banyak kenangan indah, trimakasih.

18.Trimakasih untuk saudara dan teman-teman yang telah memberi dukungan dan masukan yang sangat bermanfaat, khusunya Mifta Hulkarim, Auzar Rifai Sh, dan Suci windiasih.

(17)

lewati 40 hari bersama, kita nikmati seneng dan susah bareng-bareng.

Penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 17 Juli 2014 Penulis :

(18)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR & TABEL.. ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. ... 1

B. Rumusan Masalah.. ... 7

C. Tujuan Penelitian.. ... 7

D. Kegunaan Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanTentangPersepsi.. ... 9

1. DefinisiPersepsi.. ... 9

2. Syarat-syaratMengadakanPersepsi ... 10

3. JenisPersepsi ... 10

4. Faktor-faktor yang MempengaruhiPersepsi ... 11

B. TinjauanTentangSuami ... 12

1. PengertianSuami ... 12

2. PeranSuamidalamKesehatanReproduksi... 12

a. PeranSuamisebagai Motivator ... 13

b. PeranSuamisebagaiEdukator ... 13

c. PeranSuamisebagaiFasilitator ... 14

(19)

Program KB ... 15

1) Tingkat Pendidikan ... 18

2) TerbatasnyaMetodeKontrasepsiPria.. ... 18

3) DukunganIstriterhadapSuamiuntuk KB ... 19

4) KeterlibatanTokohMasyarakat

a. SenggamaTerputus(coitus interuptus) ... 23

b. PantangBerkala ... 23

c. Kondom ... 24

d. MetodeOperasiPria (MOP) atauvasektomi ... 25

1) DefinisitentangKontrasepsi MOP atauVasektomi ... 25

2) JenisKontrasepsiVasektomi ... 27

4. PengetahuanMasyarakatterhadapAlatKontrasepsiPria. ... 29

5. pasanganUsiaSubur (PUS) ... 30

a. Pengertian PUS.. ... 30

b. MasalahdanKebutuhan yang dialami PUS. ... 31

D. KerangkaPikir. ... 31

D. JenisdanSumber Data ... 35

1. Data Primer ... 35

2. Data Sekunder. ... 35

E. PenentuanInforman. ... 36

F. TeknikPengumpulan Data Penelitian ... 36

1. Observasi ... 36

2. WawancaraMendalam ... 37

(20)

G. TeknikAnalisis Data ... 38

1. Reduksi Data ... 38

2. PenyajianData ... 38

3. Verifikasi Data ... 39

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. SejarahSingkatDesaKalirejo ... 40

B. KondisiGeografisDesaKalirejo ... 42

C. DemografiPenduduk ... 44

D. Pendidikan ... 45

E. Mata Pencaharian ... 46

F. EtnisatauSuku ... 47

6. PersepsiSuamiterhadapAksesibilitas MOP atauVasektomi ... 75

a. PelayananTenagaMedis MOP atauVasektomi ... 75

b. Jarak ... 79

c. Biaya ... 81

7. PersepsiSuamiterhadapPenyuluhan MOP atauVasektomi ... 83

8. PersepsiSuamiterhadap MOP atauVasektomidari Segi Agama ... 85

9. AnalisisTeoriPersepsi ... 88

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA

(21)

DAFTAR GAMBAR & TABEL

Gambar 1. Skema kerangka Pikir... 33

Gambar 2. Peta Desa Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. ... 42

Gambar 3..Ilustrasi Kondisi Geografis Desa Kalirejo. ... 43

Gambar 4. Ilusterasi Penggunaan Tanah Desa Kalirejo. ... 43

Gambar 5. Rincian Golongan Umur Warga.. ... 44

Gambar 6. Diagram Pendidikan Masyarakat Desa Kalirejo. ... 45

Gambar 7. Mata Pencaharian Masyarakat. ... 46

Gambar 8. Data Etnis Desa Kalirejo. ... 47

Gambar 9. Peta Konsep Pemerintahan Desa Kalirejo. ... 48

Gambar 10. Asosiasi Desa Kalirejo. ... 49

Gambar 11. Ilusterasi Alat Kontrasepsi. ... 57

Gambar 12. Ajakan KB. ... 59

Gambar 13. Ilustrasi Ahli MOP atau Vasektomi. ... 62

Gambar 14. Ilusterasi MOP atau vasektomi ... 63

Gambar 15 data peserta KB aktif MOP atau vasektomi tahun 2013. ... 65

Gambar 16. Ilusterasi dukungan isteri. ... 73

Gambar 17 Ilustrasei klinik vasektomi. ... 78

Gambar 18 Ajakan KB. ... 86

Gambar 18. Logo MUI. ... 87

Tabel 1. Data Peserta Keluarga Berencana (KB) Pria di Indonesia. ... 2

(22)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang akan selalu dibayangi oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena itu, usaha langsung untuk melakukan pembangunan perlu memperhitungkan faktor kependudukan yang merupakan sasaran utama bagi pembangunan. Usaha perluasan lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, penyediaan pangan dan kebutuhan pokok lainnya semuanya didasari dari fenomena kependudukan yang dihadapi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai perkembangan penduduk Indonesia merupakan dasar terpenting bila hendak merencanakan pembangunan. Bertitik tolak dari penduduk sebagai sasaran pembangunan yang dari waktu ke waktu terus berkembang pesat dengan segala aspeknya, maka menselaraskan hasil pembangunan agar merata dan adil sampai ketangan masyarakat perlu rasanya mengadakan keseimbangan antara kedua faktor yaitu jumlah penduduk dan hasil dari pembangunan.

(23)

2

dilakukan melalui pelaksanaan program keluarga berencana. Turunnya fertilitas akan meningkatkan pendapatan perkapita bagi suatu negara, disamping turunnya fertilitas berpengaruh terhadap pengurangan pembiyaan yang khususnya dikeluarkan oleh pemerintah dalam usaha untuk mencukupi kebutuhan penduduk seperti sarana kesehatan, lapangan pekerjaan, perumahan dan lain-lainnya.

Keluarga berencana merupakan program nasional yang diperkenalkan oleh pemerintah kepada masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat bisa memahami dan melaksanakan program tersebut. Pada awalnya pendekatan keluarga berencana lebih diarahkan pada aspek demografis dengan upaya pokok pengendalian jumlah penduduk dan penurunan fertilitas. Kini pemerintah telah menyepakati perubahan paradigma dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi lebih kearah pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender. Namun, masalah utama yang kita hadapi saat ini adalah rendahnya partisipasi pria atau suami dalam pelaksanaan program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

Tabel 1. Data Peserta Keluarga Berencana (KB) Pria di Indonesia

No Tahun Jumlah Peserta KB Pria (%)

1. 1997 1,1 %

2. 2002 1,3%

3. 2003 1,3%

4. 2005 0,9%

(24)

3

Rendahnya partisipasi suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi pada dasarnya tidak terlepas dari operasional program keluarga berencana yang selama ini dilaksanakan mengarah kepada wanita sebagai sasaran. Demikian juga masalah penyediaan alat kontrasepsi yang sebagian besar wanita, sehingga terbentuk pola pikir bahwa yang hamil dan melahirkan adalah wanita, maka wanitalah yang harus menggunakan alat kontrasepsi. Oleh sebab itu, semenjak tahun 2000 pemerintah secara tegas telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi melalui kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan (BKKBN, 2000).

(25)

4

suami mengetahui tujuan dari KB itu sendiri, namun partisipasi pria dalam KB masih kurang, karena berbagai alasan, salah satunya yaitu karena sedikitnya metode kontrasepsi pria, terbatasanya tenaga medis yang bisa melayani peserta MOP atau vasektomi, dan masih kurangnya pengetahuan pria. Oleh karena itu, metode kontrasepsi yang sudah tersedia dapat digunakan secara efektif oleh pasangan usia subur (PUS) baik isteri maupun suami sebagai sarana pengendalian kelahiran. Idealnya, penggunaan alat kontrasepsi bagi pasutri (pasangan suami isteri) merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan isteri, sehingga metode yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami isteri tanpa mengesampingkan hak reproduksi masing-masing. Setidaknya dibutuhkan perhatian, kepedulian, dan partisipasi pria dalam menentukan penggunaan alat kontrasepsi.

Menurut BKKBN (2003) hal yang mendasar dalam pelaksanaan pengembangan program partisispasi suami untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender adalah bentuk perubahan kesadaran, sikap, dan perilaku pria atau suami maupun isteri tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, sedangkan pihak kesehetan seharusnya memahami pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam berbagai isu serta memahami dalam hubungan pembagian kekuasaan antara suami dan isteri.

(26)

5

kontrasepsi pria, terbatasnya jenis kontrasepsi pria yang ada, terbatasnya tempat pelayanan KB pria, dan hambatan budaya masih dominan terhadap kontrasepsi pria, hal tersebut didukung pendapat BKKBN (2007) bahwa kesertaan KB pria rendah terjadi karena faktor sosial budaya yang beranggapan bahwa keluarga berencana adalah tanggung jawab perempuan sehingga pria tidak perlu berperan. Selain itu komitmen pemerintah yang belum tepat dan banyaknya rumor yang berkembang negatif tentang kontrasepsi pria. Salah satu alat kontrasepsi pria yaitu vasektomi di mana saluran air mani (vas deferens) diputuskan sehingga

sperma dari dalam testis tidak akan keluar bersama cairan mani lain pada saat melakukan hubungan suami istri. Vasektomi didefinisikan sebagai kontrasepsi mantap karena beberapa sifat yang dimiliki yaitu efektif, aman, dan mudah. Pada kenyataannya penerimaan masyarakat akan kontrasepsi vasektomi masih relatif rendah.

Tabel 2. Data pria pengguna alat kontrasepsi vasektomi di Indonesia

No Tahun Jumlah Peserta Vasektomi (%)

1. 1997 0,4 %

2. 2002 0,4 %

3. 2007 0,2 %

Sumber : Survei Data Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pria dalam progam Keluarga Berencana (KB) khususnya penggunaan kontrasepsi vasektomi masih sedikit. Berdasarkan data dari Kepala Bidang Keluarga

(27)

6

1,5% dari seluruh peserta progam keluarga berencana (KB) di Lampung. Selama ini partisipasi pria dalam Progam Keluarga Berencana (KB) baru melalui progam vasektomi dengan tingkat partisipasi yang relatif rendah (Moh.Ilyas, 2013). Salah satu faktor rendahnya partisipasi pria dalam Progam Keluarga Berencana (KB) khusunya kontrasepsi vasektomi adalah minimnya pengetahuan pria tentang kontrasepsi vasektomi sehingga sering timbul salah faham dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Sehingga peran sosialisasi tentang kontrasepsi vasektomi dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang jelas kepada masyarakat. Selain itu, perlu adanya tokoh panutan seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, instansi pemerintah dan lain-lainnya untuk menggunakan alat kontrasepsi vasektomi sehingga muncul persepsi masyarakat untuk menggunakan alat

kontrasepsi vasektomi.

(28)

7

meneliti tentang persepsi sumai terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah persepsi suami terhadap pengetahuan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi?

2. Bagaimanakah persepsi suami terhadap dampak alat kontrasepsi MOP atau vasektomi?

3. Bagaimanakah persepsi suami terhadap kendala alat kontrasepsi MOP atau vasektomi?

4. Bagaimanakah persepsi suami terhadap aksesibilitas alat kontrasepsi MOP atau vasektomi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui persepsi suami terhadap pengetahuan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi

2. Untuk mengetahui persepsi suami terhadap dampak alat kontrasepsi MOP atau vasektomi

3. Untuk mengetahui persepsi suami terhadap kendala alat kontrasepsi MOP atau vasektomi

(29)

8

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis:

Sebagai salah satu upaya untuk memperkaya khasanah ilmu Sosiologi khususnya Sosiologi Kesehatan terutama kajian persepsi suami terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.

2. Kegunaan praktis:

1) sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

2) Sebagai bahan informasi kepada masyarakat umum mengenai persepsi suami terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi. 3) Sebagai pertimbangan bagi pemerintah dan instansi kesehatan

(30)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Persepsi 1. Definisi Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Jadi persepsi adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan penciuman.

(31)

10

konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Miftahul.2011).

2. Syarat-syarat Mengadakan Persepsi

Agar seseorang dapat mengadakan persepsi, ada syarat-syarat yang perlu dipenuhi, yaitu :

Menurut Bimo Walgito dalam buku “Psikologi Umum” mengatakan

bahwa proses persepsi berlangsung sebagai berikut :

1. Stimulus mengenai alat panca indera, ini merupakan proses yang sifatnya kealaman (fisik).

2. Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh saraf sesoris ini merupakan proses fisiologis.

Di otak sebagai pusat susunan saraf terjadilah proses yang akhirnya individu dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang diterima melalui alat indera, proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses psikologis (Walgito. 1978)

3. Jenis Persepsi

Ada dua macam persepsi, yaitu :

1)External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu.

(32)

11

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain : 1. Fungsional

Persepsi individu terhadap suatu objek tidak terjadi begitu saja, tapi ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal. Jadi persepsi tidak hanya ditentukan oleh jenis atau bentuk stimulus, tetapi juga karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus tersebut dan bermula dari kondisi biologisnya

2. Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai

3. Pengetahuan

Pengetahuan dapat membentuk kepercayaan. Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang

4. Kepercayaan

Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap bagi objek sikap.

5. Ekonomi

(33)

12

B. Tinjauan tentang Suami 1. Pengertian Suami

Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian memberinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik. Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yang telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga.

2. Peran Suami dalam Kesehatan Reproduksi

(34)

13

terhadap kesehatan. Peran pria dalam kesehatan reproduksi dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Peran Suami Sebagai Motivator

Dukungan suami sangat diperlukan dalam melaksanakan keluarga berencana, seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi si istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai (suparyanto, 2001).

b. Peran Suami Sebagai Edukator

(35)

14

c. Peran Suami Sebagai Fasilitator

Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan masalah kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan waktu untuk mendampingi istri memasang alat kontasepsi atau kontrol, suami bersedia memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan membantu istri menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai (suparyanto, 2001).

d. Peran Suami dalam Keluarga Berencana

Menurut BKKBN (2007) peran atau partisipasi suami dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut :

1. Pemakaian alat kontrasepsi 2. Tempat mendapatkan pelayanan 3. Lama pemakaian

4. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi 5. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi.

(36)

15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Suami dalam Program KB

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri sendiri, di dalam faktor internal terdapat persepsi (Pengetahuan) dan Sikap Suami terhadap KB. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinannya tersebut. Pengetahuan merupakan resultan akibat proses pengindraan terhadap suatu obyek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang diukur dari responden. Faktor internal terdiri dari beberapa bagian yaitu:

1) Pengetahuan

Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

(37)

16

1. Cara coba salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering dipergunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang ditemukannya adalah sudah benar.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

(38)

17

4. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

2) Kendala

Kendala yaitu suatu halangan atau rintangan yang dihadapi seseorang ketika akan melakukan suatu kegiatan. Kendala yang dihadapi oleh dinas kesehatan terkait MOP atau vasektomi yaitu masih adanya perdebatan antara pihak kesehatan dengan fatwa MUI yang menyatakan bahwa MOP atau vasektomi hukumnya haram. Sedangakan bagi masyarakat yang ingin menggunakan MOP atau vasektomi juga memiliki berbagai kendala diantaranya yaitu tidak adanya dukungan dari isteri, karena isteri takut suami akan berselingkuh.

3) Dampak

(39)

18

menggunakan MOP atau vasektomi yaitu adanya tekanan batin jika ada orang lain yang mengetahui bahwa dirinya sudah menggunakan MOP atau vasektomi karena takut di anggap impoten dan sudah tidak jantan lagi.

4) Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu tujuan lokasi, yang menjadi ukuran dalam kesehatan adalah jarak, biaya, dan pelayanan tenaga medis.

b. Faktor Eksternal

Faktor ekternal ialah faktor yang datangnya dari luar diri sesorang. Faktor eksternal berasal dari:

1) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan.

2) Terbatasnya Metode Kontrasepsi Pria

(40)

19

selama ini lebih banyak metode kontrasepsi untuk wanita sehingga pria enggan untuk berkonsultasi. Sementara, sekarang ini sudah banyak metode kontrasepsi pria yang telah di sediakan oleh pemerintah dan instansi kesehatan, salah satu metode kontrasepsi pria yang terkenal dan mudah di dapatkan yaitu kondom. Kondam sangat mudah di dapatkan di warung dan pusat perbelanjaan, selain kondom masih banyak metode kontrasepsi pria yang lain, diantara : metode kontrasepsi senggama terputus dan pantang berkala, vasektomi dan lain sebagainya, selain itu masih banyak metode kontrasepsi pria yang masih dalam tahap penelitian.

3) Dukungan Istri terhadap Suami untuk KB

(41)

20

pertimbangan di antaranya banyaknya resiko yang harus diterima seorang istri setelah menggunakan alat kontrasepsi diantaranya terjadinya iritasi akibat ketidak cocokan menggunakan alat kontrasepsi, kegemukan bahkan kematian.

4) Keterlibatan Tokoh Masyarakat dan

Tokoh Agama terhadap Upaya Peningkatan Patisipasi Pria. Keterlibatan tokoh sangat penting dalam setiap kegiatan, termasuk dalam keterlibatan keluarga berencana, Informasi KB akan lebih diperhatikan dan dihayati jika melalui suara dari mereka yang ditokohkan di masyarakat. Termasuk penggunaan alat kontrasepsi vasektomi, Oleh karena itu keikutsertaan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan instansi pemerintahan lainnya untuk menggunakan alat kontrasepsi vasektomi sangat penting. Para tokoh ini merupakan panutan bagi masyarakat, jika yang menjadi panutan sudah menggunakan alat kontrasepsi vasektomi tentu saja akan membantu menyadarkan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.

5) Sosial Budaya Masyarakat

(42)

21

berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu. Jadi, definisi sosial budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk kehidupan bermasyarakat (Julidar, 2012).

6) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah hubungan interaksi antara masyarakat dengan lingkungan, hubungan antara sikap masyarakat terhadap lingkungan sosial dipengaruhi oleh nilai sosial. Jika nilai sosial tentang lingkungan lantas berubah atau terjadi pergeseran, maka sikap masyarakat terhadap lingkungan juga berubah atau bergeser. Itulah sebabnya, masyarakat dan nilai sosial selalu terlihat dinamis, terlepas dari baik dan buruknya lingkungan sosial. Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan:

1) Lingkungan Sosial Primer:

Lingkungan sosial primer yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain.

2) Lingkungan Sosial Sekunder:

(43)

22

C. Tinjauan tentang Kontrasepsi 1. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti "mencegah" atau "melawan" dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma (BKKBN, 2005). Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Menurut Prawirohardjo (2002), kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen. Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Program keluarga berencana merupakan usaha langsung untuk mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sehingga tercapai keluarga kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 2004).

2. Manfaat Alat Kontrasepsi

(44)

komplikasi-23

komplikasi yang potensial, dan biaya. Kontrasepsi sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan ibu melalui pengaturan jarak kehamilan, selain itu dengan kontrasepsi maka kita juga dapat melakukan perencanaan keluarga termasuk didalamnya pengaturan jumlah anak.

3. Metode Alat Kontrasepsi Pria

Metode alat kontrasepsi pria yang dapat digunakan ada 4 yaitu: a. Senggama terputus (coitus interuptus)

Merupakan metode KB tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari dalam vagina sebelum pria mencapai orgasme (keluarnya air mani)

Keuntungan senggama terputus yaitu:

tidak memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping dan tidak menggunakan zat-zat kimiawi, dapat digunakan setiap waktu, dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.

kelemahan metode senggama terputus yaitu:

tingkat kehamilan tinggi (17-25 %), dan kepuasan dalam hubungan seksual berkurang serta dapat menimbulkan tekanan kejiwaan.

b. Pantang Berkala

(45)

24

Keuntungan pantang berkala adalah :

Hubungan seksual yang alami dan kepuasan seksual tidak terganggu.

kelemahan pantang berkala adalah :

kegagalan tinggi bila siklus menstruasi istri tidak teratur.

c. Kondom

Merupakan alat kontrasepsi pria yang paling mudah di pakai yang berbentuk tabung tidak tembus cairan, dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantong untuk membentuk seperma yang terbuat dari bahan lateks (karet), pelastik (vinil) atau bahan alami, yang dikenakan pada alat vital seorang pria

Keuntungan menggunakan kondom yaitu:

Adalah efektif bila digunakan dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien, tidak mempunyai pengaruh sistemik, murah dan dapat dibeli secara umum, tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus, metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

Kelemahan menggunakan kondom, yaitu :

(46)

25

klien malu untuk membeli kondom ditempat umum, pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.

d. Metode Operasi Pria (MOP) atau vasektomi 1) Definisi tentang Kontrasepsi MOP atau Vasektomi

Vasektomi adalah tindakan penutupan (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria sebelah kanan dan kiri yang terdapat dalam kantong buah zakar, sehingga pada waktu ejakulasi cairan mani yang keluar tidak lagi mengandung seperma sehingga tidak terjadi kehamilan.

Vasektomi atau MOP pertamakali dilakukan pada tahun 1823 di

(47)

26

hubungannya dengan teknik operasi yang digunakan, yakni menimbulkan rasa takut. Sebenarnya cara KB pria yang telah dikembangkan ada yang melalui pendeketan hormonal, farmakologis dan immunologis, akan tetapi cara-cara baru yang

pernah diteliti memerlukan penelitian yang lebih lanjut dan membutuhkan waktu lama dan tampaknya menurut beberapa pakar memerlukan waktu 10 atau 15 tahun lagi sebelum dapat dilaksanakan dalam program KB.

Vasektomi dianggap gagal apabila ternyata si pria yang sudah

divasektomi tetap bisa menghamili pasangannya. Untuk itu biasanya setelah seorang pria melakukan vasektomi, dia harus “berpuasa” dari hubungan seks dulu selama 2-4 minggu. Lamanya

waktu bergantung dari cepatnya luka bekas vasektomi, dan juga dari kemungkinan masih ada sisa sperma yang bertahan di saluran vas. Beberapa pria yang produk spermanya sangat tinggi, justru

kemungkinan harus lebih lama lagi untuk menunggu ijin diperbolehkan berhubungan badan dengan pasangannya. Meski urusan efek samping secara medis hampir tidak ada, namun masing-masing kondisi tubuh pria tetaplah membutuhkan penanganan yang berbeda.

(48)

27

dihindari. Vasektomi merupakan suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga jalur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.

2) Jenis Kontrasepsi Vasektomi

Terdapat dua jenis vasektomi yang secara umum dilakukan di dunia kedokteran yaitu :

a) Metode konvensional atau tradisional (menggunakan pisau bedah), yakni metode dengan menggunakan pisau bedah, menggunakan bius lokal, titik saluran vas, sebagai jalan dari sperma, akan sedikit disayat di masing-masing testis, untuk mengeluarkan saluran vas yang kemudian di potong saluran vas tersebut, diikat dan dilakukan penjahitan dari bekas luka sayat kecil tadi. Prosesnya antara 30-45 menit. b) Metode tanpa pisau bedah (No Scalpel Vasectomy), yang

(49)

28

dari 30 menit, dan tidak membutuhkan jahitan, karena hampir tidak ada sayatan di kulit.

Pada kedua proses itu, baik yang konvensional maupun tanpa pisau bedah, biasanya saluran vas hanya dipotong dan diikat, namun dalam perkembangannya ada yang menggunakan tambahan klip (clip vasectomy), maupun menggunakan sinar laser (laser vasectomy). Kedua sarana ini dipercaya oleh beberapa pihak mampu mengurangi efek rasa nyeri dan pendarahan pada saat proses vasektomi. Selain itu kedua sarana tersebut juga diyakini memberikan jaminan tidak terjadinya kebocoran saluran sperma, yang bila terjadi maka kehamilan akan tetap terjadi pada pasangan pria tersebut. Tentu saja kedua sarana ini bisa digunakan salah satunya, dan dengan menambah biaya operasi. Meskipun sesungguhnya proses vasektomi itu sendiri secara umum relatif tidak menimbulkan pendarahan. Keuntungan MOP atau Vasektomi yaitu;

a) Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan b) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah c) Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan saja.

(50)

29

f) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika dibandingkan dengan kontrasepsi lain.

Kelemahan MOP atau Vasektomi yaitu:

a) Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan, nyeri, dan infeksi). Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Harus menggunakan kondom selama 12-15 kali sanggama agar sel mani menjadi negatif

b) Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin terganggu.

4. Pengetahuan Masyarakat terhadap Alat Kontrasepsi Pria

Hinggga saat ini Indonesia belum memiliki data yang lengkap dari survei besar yang sifatnya nasional mengenai peran pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi baik langsung maupun tidak langsung. Data atau informasi yang ada kebanyakan bersifat studi kecil yang sifatnya terbatas, baik berupa survei, studi kasus, pengamatan atau observasi di beberapa provinsi dengan berbagai sasaran yaitu pria kawin, pria belum kawin, istri, tokoh masyarakat (TOMA), tokoh agama (TOGA), Provider pemberi pelayanan dan pengelolaan program.

(51)

30

selama ini dilaksanakan mengarah kepada wanita sebagai sasaran. Demikian juga masalah penyediaan alat kontrasepsi yang hampir semuanya wanita, sehingga terbentuk pola pikir bahwa yang hamil dan melahirkan adalah wanita, maka wanita yang harus menggunakan alat kontrasepsi. Selain itu, adanya persepsi dari alat kontrasepsi yang mengurangi kepuasan hubungan seksual, persepsi budaya yang negatif bahwa KB pria hanya untuk pria yang melakukan hubungan seksual di luar nikah atau belum menikah, hal inilah yang membuat suami tidak mau melakukan KB. Selain itu, dari sekian referensi yang ada rata-rata pria berpendapat bahwa mereka takut tidak puas saat melakukan hubungan intim dengan pasangannya.

5. Pasangan Usia Subur (PUS) a. Pengertian PUS

(52)

31

b. Masalah dan Kebutuhan yang Dialami Pasangan Usia Subur (PUS) Menjalani kehidupan berkeluarga, pasangan usia subur (PUS) sangat mudah dalam memperoleh keturunan dikarenakan keadan kedua pasangan tersebut normal, hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti masyarakat luas.

D. Kerangka Pikir

Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangatlah tinggi sehingga berdampak pada kepadatan penduduk, oleh karena itu pemerintah membuat suatu kebijakan untuk mengurangi angka kelahiran yaitu dengan mengadakan program keluarga berencana yang bertujuan untuk menurunkan angka kelahiran. Target utama pelaksanaan program keluarga berencana adalah keluarga. Di mana pengambilan keputusan keluarga berada ditangan suami sebagai kepala keluarga, termasuk pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri untuk menggunakan alat kontrasepsi atau tidak, demi kesehata reproduksinya sendiri dan pasangannya.

(53)

32

khususnya suami untuk berperan aktif dalam program tersebut. Sekarang ini sudah banyak alat kontrasepsi pria yang disediakan oleh pemerintah melaui dinas kesehatan. Walaupun tersedia berbagai alat kontrasepsi pria namun ada sebagian alat kontrasepsi pria yang masih dalam tahab penelitian yang lebih lanjut dan membutuhkan waktu lama. Sekarang ini pemerintah lebih berfokus pada alat kontrasepsi MOP atau vasektomi untuk menurunkan angka kelahiran karena masih sangat rendahnya partisipasi suami untuk menggunakan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi. Faktor yang mempengaruhi proses terjadinya MOP atau

vasektomi yaitu faktor internal dan eksternal.

(54)

33

Indonesia

E. Gambar 1 Skema Kerangka Pikir

Keluarga

1. Persepsi dan sikap 1. Tingkat pendidikan 2. Kualiats pelayanan KB

(55)

34

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara dan analisis dokumen. Menurut Taylor (dalam Basrowi, 2002) penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku orang-orang yang diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir induktif. Peneliti diharapkan selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran yang jelas tentang persepsi suami terhadap alat kontrasepsi pria MOP atau vasektomi.

B. Fokus Penelitian

(56)

35

a. Persepsi suami terhadap pengetahuan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.

b. Persepsi suami terhadap kendala alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.

c. Persepsi suami terhadap dampak alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.

d. Persepsi suami terhadap aksesibilitas alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Dipilihnya lokasi ini berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu rendahnya partisipasi dan pengetahuan suami Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dengan menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Data primer yang diperoleh adalah berupa hasil wawancara serta observasi.

(57)

36

ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi dan arsip-arsip.

E. Penentuan Informan

Informan (narasumber) adalah orang yang mengetahui serta memiliki informasi yang luas terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Keberadaan atau peran informan dalam suatu penelitian sangatlah vital, karena dari informanlah peneliti mendapatkan informasi tentang sesuatu yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Penentuan informan ini dilakukan secara sengaja sesuai dengan kriteria yang ditentukan sendiri oleh peneliti. Informan yang penulis maksudkan disini adalah :

a. Peserta kontrasepsi vasektomi b. Tokoh masyarakat

c. Tokoh Agama ( d. Wiraswasta

e. Pegawai Negeri Sipil f. Petugas PLKB

F. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini nantinya yaitu :

1. Observasi

(58)

37

2. Wawancara Mendalam

Nazir (1996) memaparkan bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Digunakannya wawancara pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam dan komprehensif sesuai dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini, proses wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini. Pihak – pihak yang terkait dalam penelitian ini dan yang telah di wawancarai oleh peneliti adalah peserta kontrasepsi vasektomi, wiraswasta, pegawai negeri sipil, petugas PLKB, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

3. Dokumentasi

(59)

38

G. Teknik Analisis Data

Data dan informasi yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis yaitu melalui tiga tahapan, yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari wawancara. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 1992). Pada tahap reduksi data, peneliti dengan seksama memilih dan memilah data mana yang akan dijadikan sandaran utama sebelum disajikan dalam penelitian ini.

2. Penyajian data

(60)

39

berbagai matrik naratif saja. Dalam penyajiandata ini sangat membutuhkan kemampuan data secara lebih baik.

3. Verifikasi data

(61)

40

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Desa Kalirejo

Desa Kalirejo terbentuk sekitar pertengahan tahun 1950 oleh dua belas orang pendatang dari Lampung Selatan yang di pimpin oleh Bapak Karto Sentono, dua belas orang tersebut yaitu : Karto Sentono, San Mukri, Abdul Rahman, San Mukmin, Atmo, Udo Prayitno, Ali Dikromo, Muso, Madi Kromo, Batin Tiyang, Hakim dan Batin Bandar. Mereka merintis dan membuka hutan dan di beri nama Umbul Pring, setahun kemudian diganti nama menjadi Umbul Kaliwayah, pada waktu itu segala peraturan dan berbagai macam hal harus patuh dan melapor kepada seorang pemimpin yaitu Pesirah Marga Anak Tuha namun semakin lama pertumbuhan penduduk semakin pesat, sehingga pada tahun 1953 Umbul Kaliwayah telah memenuhi syarat untuk menjadi perkampungan yang diresmikan oleh bapak Syahri Jaya Diwirya, bupati tingkat II Lampung Tengah, saat peresmian kampung ini di beri nama Kampung Kalirejo yang artinya kampung yang makmur.

(62)

41

wilayah administrasi Kalirejo yang di pimpinan oleh Bapak Sumadi Sidarto (mantan sekertaris tingkat II Lampung Tengah). Pada tahun 1969 mulai pemekaran daerah dan masing-masing desa dikepalai oleh kepala desa, karena begitu pesatnya perkembangan penduduk Desa Kalirejo dan mungkin dipandang setrategis, maka Kalirejo dipilih sebagai Kecamatan Kalirejo.Desa Kalirejo termasuk kedalam Kabupaten Lampung Tengah.

Kecamatan Kalirejo sendiri terbagi menjadi beberpa desa diantaranya: 1. Desa Poncowarno kecamatan Kaliejo

(63)

42

Gambar 2 Peta Desa Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

B. Kondisi Geografis Desa Kalirejo

Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo merupakan desa atau kelurahan dengan kondisi yang secara fisik dapat dikatakan tertata rapi dan dengan kondisi jalan yang hampir semuanya diaspal. Desa Kalirejo memiliki luas wilayah sekitar 500 Ha dengan ketinggian 125 m dari permukaan air laut. dengan perbatasan sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kaliwungu

 Sebelah timur berbatasan dengan Desa Balairejo

(64)

43

Gambar 3 Ilustrasi Kondisi Geografis Desa Kalirejo

Penggunaan Tanah Desa Kalirejo

Desa Kalirejo dikelilingi oleh perkebunan dan persawahan, hal ini di manfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam. Saat ini jumlah tanah sebagian besar sudah dijadikan pemukiman warga, pembangunan masjid, sekolah dan bangunan lainnya, hanya 35% tanah yang masih kosong.

Gambar 4 Ilusterasi Penggunaan Tanah Desa Kalirejo

tanah bangunan

65% tanah kosong

35% Tanah Bangunan

(65)

44

C. Demografi Penduduk

Desa Kalirejo memiliki populasi penduduk 7708 jiwa. Dari jumlah ini terbagi 3552 penduduk laki-laki dan 4156 penduduk perempuan. Jadi dapat dilihat bahwa 47% penduduk adalah laki-laki, dan 53% penduduknya adalah perempuan. Berikut merupakan rincian golongan umur warga Desa Kalirejo :

Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 tahun 158 162 320

5 – 6 tahun 140 244 384

7 – 13 tahun 399 296 695

14 – 16 tahun 180 240 420

17 – 24 tahun 275 789 1064

25 – 54 tahun 2120 2130 4250

55 tahun keatas 280 295 575

jumlah 3552 4156 7708

Gambar 5 Rincian Golongan Umur Warga

(66)

45

berjumlah 10 bayi. Sementara dalam tingkat harapan hidup warganya, rata-rata berusia sekitar 70 tahun.

D. Pendidikan

Sekarang ini pendidikan masyarakat rata-rata berada ditingkat SLTA, namun masih banyak pula masyarakat yang berpendidikan rendah dengan lulus SD atau SMP. Walaupun sebagian sudah berpendidikan tinggi namun rata-rata masyarakat Desa Kalirejo tidak mengetahui alat kontrasepsi pria termasuk MOP atau vasektomi . Selain itu rata-rata yang berpendidikan tinggi adalah perempuan, sementara laki-laki lebih sedikit, laki-laki lebih suka bekerja dari pada harus mengutamakan pendidikan. Berikut merupakan diagram pendidikan masyarakat Desa Kalirejo:

Gambar 6 Diagram Pendidikan Masyarakat Desa Kalirejo

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

(67)

46

E. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Kalirejo rata-rata adalah petani sehinggga lebih bersifat nitrogen. Masyarakat memanfaatkan tanah yang subur dengan bercocok tanam dengan menanam berbagai macam tanaman seperti coklat, karet, sawit dan lainnya. Namun ada juga masyarakat yang memanfaatkannya untuk usaha berbisinis. Selain itu juga masyarakat ada yang bekerja di instansi pemerintahan dan lain sebagainnya, masyarakat akan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya dengan menekuni berbagai pekerjaan.

Gambar 7 Mata Pencaharian Masyarakat

658

2850

975 760

785 654

576 450

PNS petani pedagang tukang buruh pensiunan lain-lain

(68)

47

F. Etnis atau suku

Masyarakat Kalirejo terdiri dari berbagai macam suku dan adat istiadat, walaupun Kalirejo merupakan salah satu desa yang berada di Lampung namun suku asli Lampung atau pribumi justru sedikit yang berdomisili, termasuk suku Lampung yang berdomisili di Kalirejo juga sedikit, justru suku Jawa yang menguasai Kalirejo, rata-rata masyarakat Kalirejo adalah suku Jawa, oleh karena itu Kalirejo merupaan daerah yang cenderung homogen. Artinya suku yang ada di Kalirejo tidak di dominasi oleh suku tertentu namun terdapat berbagai suku seperti Jawa, Lampung, Bali, Sunda, Padang, Palembang dan suku lainnya. Berikut merupakan data etnis Desa Kalirejo:

(69)

48

G. Peta Konsep Pemerintahan Desa Kalirejo

Gambar 9 Peta Konsep Pemerintahan Desa Kalirejo

Pemerintahan Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah dalam melaksanakan tugas pemerintahan, Lurah di bantu oleh 1 orang Sekretaris, 4 orang kaur yaitu kaur pemerintahan, kaur keuangan, kaur ketentraman dan kaur pembangunan. Selain itu Lurah dibantu juga oleh 6 kadus.

Kepala Desa

Sekertaris Desa

Kaur Pemerintahan Kaur Pembangunan

Kaur Keuangan

Kadus

I

Kadus II

Kadus V Kadus III

Kadus IV Kadus VI

(70)

49

Masyarakat

Tokoh Adat dan Agama Kepala

Lingkungan

RT

H. Asosiasi Desa Kalirejo

Gambar 10 Asosiasi Desa Kalirejo

Terdapat tiga pamong masyarakat di wilayah ini, yaitu Kepala Lingkungan, RT dan tokoh adat dan agama. Ketiga pamong ini masih menjadi panutan bagi masyarakatnya. Bila terdapat masalah internal wilayah, maka ketiga pamong tersebut yang akan membantu dan memutuskan penyelesainya permasalahan tersebut.

Berikut macam-macam asosiasi: 1. Rukun Kematian

Merupakan perkumpulan eksternal antar warga di sejumlah RT yang berfungsi sebagai wadah silaturahmi, penyelesaian masalah dan wadah dalam membantu masyarakat yang terkena musibah. 2. Perkumpulan Karya Bakti

(71)

50

3. Koperasi simpan pinjam

Koperasi ini berfungsi dalam membantu keuangan warga, dengan memberikan pinjaman berupa uang yang didapat dari dana iuran anggotanya.

4. Risma Masjid

Risma merupakan perkumpulan remaja Islam masjid. Perkumpulan ini berfungsi menjadi wadah dalam meningkatkan keagamaan remaja di wilayah ini.

5. TPA

Taman Pendidikan Alqur’an memiliki fungsi yang sama dengan

Risma, tetapi perkumpulan ini difokuskan untuk anak-anak. 6. Majelis Taklim Pria dan Majelis Taklim Wanita

Bila remaja dengan Rismanya dan anak-anak dengan TPAnya, maka ibu-ibu dan bapak-bapak bernama Majelis Taklim. Fungsinya sama dengan Risma dan TPA.

I. Pola Pengambilan Keputusan

(72)

95

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah di ungkapkan dalam pembahasan, maka peneliti merumuskan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Persepsi suami terhadap pengetahuan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung

Tengah masih sangat rendah, hal ini terjadi karena belum adanya kesadaran pria untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana dan belum adanya kesetaraan gender.

(73)

96

3. Persepsi suami terhadap dampak MOP atau vasektomi terjadi karena adanya rumor yang beredar bahwa vasektomi bisa menyebabkan impotensi, padahal vasektomi tidak menyebabkan impotensi, hal ini sudah di buktikan oleh informan yang sudah menggunakan vasektomi, dan lebih di pertegas oleh penjelasan PLKB bahwa vasektomi tidak menyebabkan impotensi.

4. Persepsi suami terhadap kendala MOP atau vasektomi terjadi karena informan belum mendapatkan dukungan dari pasangannya (isteri), walaupun ada juga informan yang mendapatkan dukungan positif dari pasangannya (isteri). Selain itu adanya rasa takut menjalani operasi dan sebagian informan mengatakan males meggunakan karena ribet, dan adanya anggapan jika menggunakan vasektomi akan mengurangi rasa kepuasan dan kejantanan saat berhubungan.

Gambar

Tabel 2. Data pria pengguna alat kontrasepsi vasektomi di Indonesia
Gambar 1 Skema Kerangka Pikir
Gambar 2 Peta Desa Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah
Gambar 3 Ilustrasi Kondisi Geografis Desa Kalirejo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut batasan masalah kedua penelitian ini adalah faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap peningkatan kualitas prosedur pengendalian internal yaitu

Uniform and detailed data on clinical and genetic factors related to tobacco use, treatment, and diseases based on a diverse population is extremely valuable to

However, if you’re going to deploy your application, you’ll also need to install a production web server (as a minimum) along with some support code to let Rails run efficiently..

Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda yang ada dalam karikatur yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat dalam karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos

Untuk hasil analisis Koefisien Korelasi (r) = 0,978 yang berarti terdapat hubungan erat antara biaya promosi terhadap hasil penjualan sehingga biaya promosi yang dikeluarkan

Mengingat bentuknya yang tergolong sebagai benda bergerak tidak berwujud dan baru akan diperoleh di kemudian hari, serta tidak adanya bukti pasti mengenai piutang yang

Wahyudi Taufan Santoso, S.Pd. Paket Keahlian Seni

In our work we put them in a common probabilistic framework, which guides the complete reconstruction process of complex buildings, in our case russian-orthodox churches.. Churches