• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Biochar dan Efisiensi Pemupukan Kedelai Mendukung Program Pengelolaan Tanaman Terpadu di Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemanfaatan Biochar dan Efisiensi Pemupukan Kedelai Mendukung Program Pengelolaan Tanaman Terpadu di Provinsi Aceh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

101

Pemanfaatan Biochar dan Efisiensi Pemupukan Kedelai Mendukung

Program Pengelolaan Tanaman Terpadu di Provinsi Aceh

Utilization of Biochar and Fertilizing Efficiency on Soybean in Supporting

Integrated Crop Managament Program in Aceh Province

Abdul Azis*), Chairunas, Basri AB1), Didi Darmadi2) dan Yuana J3) 1)

Peneliti 2)Penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh 3)

Penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan

Jalan Panglima Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda AcehTelp. 0651-7551811 *)

Corresponding author: Email: abda_muda@yahoo.co.id ; nani_yunizar@yahoo.com HP. 08116824215 dan 08126913990

ABSTRACT

The concept of ICM cultivation system and the use of biochar are expected to maintain the enviroment so that the crop are able to be optimal and sustsinable.. The purpose of this study is to determine the influence of biochar on growth and yield of soybean, as well as the efficiency of inorganic fertilizer on sustainable soybeans. The study is conducted in Dayeuh village, Sakti subdistrict, in Pidie district started from May to November 2014. This study uses factorial block design with three replications. Factors that are studied were biochar 0, 10 and 20 t / ha and fertilizer consisted of 0, 50 and 100%. Observations were carried out on the crop height, number of branches per crop, number of pods, number of filled / empty pods per crop, dry seed yield of tile 4 x 2 m and a weight of 100 seeds. The study showed that soybean indeed response to NPK fertilization-bast and Biochar supply. The highest yield which is obtained in the combination of NPK fertilization-bast = 100kg / ha and a biochar 20 ton / ha, is 33.38 ku / ha of dry grain, which is 44.45% higher than without fertilization and biochar. In accordance with the nature of biochar which is stable in the soil.

Key words: Biochar utilization, fertilization efficiency, soybean and ICM ABSTRAK

Konsep sistem budidaya PTT dan penggunaan biochar pada sistem budidaya yang dilakukan diharapkan mampu menjaga kesehatan dari lingkungan tumbuh tanaman budidaya sehingga tanaman mampu untuk berproduksi secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan pengkajian untuk mengetahui pengaruh biochar terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai, serta efisiensi penggunaan pupuk anorganik pada kedelai yang bekelanjutan. Kegiatan dilaksanakan pada lahan kering di desa Dayah kecamatan Sakti kabupaten Pidie mulai bulan Mei sampai Nopember 2014. Pengkajian mengunakan rancangan acak kelompok faktorial, tiga ulangan. Faktor yang diteliti yaitu biochar 0, 10 dan 20 t/ha, dan rekomendasi pupuk terdiri 0, 50 dan 100%. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong, jumlah polong isi/hampa per tanaman, hasil biji kering dari ubinan 4 x 2 m dan bobot 100 biji. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kedelai respon terhadap pemupukan NPK-bast dan pemberian Biochar. Hasil tertinggi diperoleh pada kombinasi pemupukan NPK-bast=100kg/ha dan biochar 20 ton/ha yaitu 33,38 ku/ha biji kering panen, lebih tinggi 44.45 % dibandingkan dengan tanpa pemupukan dan tanpa biochar. Sesuai dengan sifat biochar yang stabil di dalam tanah.

(2)

102

Kata kunci: Biochar, efisiensi pupuk, kedelai dan PTT PENDAHULUAN

Limbah pertanian seperti sekam padi, tempurung kelapa, tongkol jagung, tandan buah kosong kelapa sawit dapat diubah menjadi arang dan biochar (arang aktif) yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pengendali residu bahan agrokimia (pestisida dan pupuk) dan logam berat di lahan pertanian melalui ameliorasi.

Namun, pemanfaatan biochar dari limbah pertanian untuk kegiatan pertanian ramah lingkungan dalam skala luas belum diterapkan dan dikenal di tingkat petani (Harsanti dan Ardiwinata 2011).

Biochar adalah arang yang dapat menyerap anion, kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik, larutan ataupun gas. Biochar merupakan bahan kimia yang saat ini banyak digunakan dalam industri yang menggunakan proses absorpsi dan purifikasi (Soetomo 2012).

Pori biochar sebagai rumah ideal bagi bakteri Pseudomonas sp yang berfungsi sebagai pendegradasi karbofuran hingga lebih dari 50% . Kualitas arang aktif ditunjukkan dengan nilai daya serap Iod di mana berdasarkan ketetapan dari SNI 06-3730-1995 (Harsanti dan Ardiwinata, 2011).

Menurut Murata dan Matshushima (1978) kadar nitrogen tinggi diatas 3,5% sudah cukup untuk merangsang pembentukan anakan tanaman padi, sedangkan pada kadar 2,5% pembentukan anakan akan terhenti, dan bila kadar N tanaman kurang dari 1,5% anakan-anakan akan mati.

Keragaan dan produksi panen yang optimal pada tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai dapat dicapai melalui berbagai upaya seperti intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi yang dilakukan berupa peningkatan indeks pertanaman (IP), penggunaan pupuk, pemberantasan hama dan penyakit secara terpadu, penggunaan varietas unggul dan pelak-sanaan sistem budidaya sesuai kondisi (spesifik lokasi).

Integrated Crop Management atau lebih dikenal Pengendalian Tanaman Terpadu (PTT) pada sistem budidaya tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), merupakan salah satu model atau pendekatan pengelolaan usaha tani, dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi budidaya yang memberikan efek sinergis (Pramono et al.2005).

Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT dikelompokkan ke dalam teknologi dasar dan pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat (Deptan 2009).

Potensi biochar sebagai pembenah tanah dan penerapan sistem budidaya PTT diharapkan mampu bersinergis dengan baik dan berkonstribusi positif terhadap keragaan dan produksi tanaman pangan secara optimal. Sistem budidaya PTT menerapkan penggunaan bahan organik sebagai pembenah tanah, dan pemupukan tanaman berdasarkan kebutuhan tanaman.

Konsep sistem budidaya PTT dan penggunaan biochar pada sistem budidaya yang dilakukan diharapkan mampu menjaga kesehatan dari lingkungan tumbuh tanaman budidaya sehingga tanaman mampu untuk berproduksi secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan kegiatan untuk mengetahui pengaruh biochar terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai, serta efisiensi penggunaan pupuk anorganik pada kedelai yang bekelanjutaan.

(3)

103

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Kegiatan dilaksanakan pada lahan kering di desa Dayah kecamatan Sakti kabupaten Pidie mulai bulan Mei sampai Nopember 2014, merupakan daerah pengembangan lahan kering terluas dan sentra produksi kedelai lahan kering di Provinsi Aceh.

Rancangan Penelitian

Pengkajian mengunakan rancangan acak kelompok faktorial, tiga ulangan. Faktor yang diteliti yaitu biochar 0, 10 dan 20 t/ha, dan rekomendasi pupuk terdiri 0, 50 dan 100% (Tabel 1).

Tabel 1. Kombinasi perlakuan biochar dan pupuk rekomendasi pada kedelai di lahan kering desa Dayah kecamatan Sakti kabupaten Pidie.

Apabila hasil uji F memberi pengaruh yang nyata, maka analisis akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% (BNT0,05).

Pengamatan

Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong, jumlah polong isi/hampa per tanaman, hasil biji kering dari ubinan 4 x 2 m dan bobot 100 biji serta hama yang dominan pada tanaman. Ukuran plot percobaan 5 m x 6 m, jarak antara perlakuan 1 m dan jarak antara ulangan 1 m. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan dan komponen hasil dari 10 tanaman sampel pada masing-masing plot.

Pelaksanana Penelitian

Analisis tanah dilakukan sebelum dan sesudah penelitian terhadap sifat kimia tanah, meliputi ; pH tanah, N-total, P-total dan P-tersedia, K-tersedia, bahan organik.

Olah tanah yang dilakukan secara konvensional yaitu pengolahan tanah yang dilakukan pada semua areal lahan. Pemberian biochar diberikan setelah semua selesai dilakukan pengolahan tanah, pemberian dilakukan dengan cara ditaburkan pada masing plot-plot perlakuan percobaan .

Pemberian Biochar sesuai perlakuan

Pemberian biochar sekam padi dilakukan sesuai dengan dosis, pemberian disebar merata di dalam petak, kemudian diaduk dengan tanah. Dibiarkan selama 1 minggu, jika tidak ada hujan lahan disiram air sampai kapasitas lapang.

Penanaman Kedelai

Penanaman dilakukan dengan cara tugalan sedalam ± 4 cm, jarak tanaman kedelai Perlakuan Biochar (t/ha) Dosis Pupuk rekomendasi (%)

Urea SP36 KCl B0P0 0 0 0 0 B0P1 0 25 50 50 B0P2 0 50 100 100 B1P0 10 0 0 0 B1P1 10 25 50 50 B1P2 B2P0 B2P1 B2P2 10 20 20 20 50 0 25 50 100 0 50 100 100 0 50 100

(4)

104 20 cm x 40 cm, yaitu jarak menurut jalur 20 cm dan jarak menurut baris 40 cm sehingga diperoleh 20 jalur tanaman dan 20 baris tanaman dengan jumlah tanaman 375 batang/plot. Setiap lubang diisi 2 benih/lubang dan dipelihara 1 tanaman untuk dijadikan sampel, bila ada tanaman yang tidak tumbuh atau mati pada periode awal pertumbuhan sampai batas waktu 2 minggu akan dilakukan penyulaman kembali.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur 15 hari setelah tanam (HST). Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP36 dan KCl dengan dosis sesuai perlakuan. Cara pemberian pupuk ditugal sedalam 3-5 cm dengan jarak 5 cm disamping tanaman kemudian lubang pupuk ditutup dengan tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman

Hasil analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk majemuk (NPK-bast) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 75 hari setelah tanam (HST). Pada perlakuan biochar, tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 75 HST. Interaksi keduanya pada analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dan biochar tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 75 HST. Rata-rata tinggi tanaman kedelai pada umur 75 HST akibat perlakuan pupuk NPK dan biochar disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 . Rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 75 HST akibat pengaruh dosis biochar dan dosis pupuk NPK-bast pada MK-2014.

Biochar (ton ha-1)

Pupuk NPK-bast (kg/ha)

Rata-rata 0 100 200 cm 0 10 20 96,67 93,87 94,80 96,13 97,13 105,00 104,33 102,93 101,67 99,04 97,98 100,49 Rata-rata BNT 0,05=6.259 95,11a 99,4ab 102,98b

Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJI BNT 0.05 Tanaman kedelai respon terhadap pemberian pupuk. Pemupukan NPK-bast nyata meningkatkan tinggi tanaman kedelai. Pemberian biochar yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk NPK-bast dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisika tanah sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh dengan baik, ketersediaan hara tercukupi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai. Pemberian biochar sampai 20 ton/ha dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga tanaman dengan mudah menyerap unsur hara baik yang tersedia maupun yang ditambahkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Gani, 2009).

Selanjutnya Han, B dkk., 2002 menyatakan bahwa penambahan pupuk NPK meningkatkan tinggi tanaman kedelai. Pemupukan NPK pada tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah yaitu perbaikan sifat kimia tanah berupa peningkatan kandungan dan ketersediaan unsur hara N, P, dan K. Dengan peningkatan ketersediaan hara N, P, dan K maka tanaman tercukupi ketersediaan hara, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

(5)

105 tinggi tanaman. Tanaman kedelai respon terhadap pemberian pupuk. Peningkatan pertumbuhan ini disebabkan oleh perbaikan sifat kimia tanah diantaranya adalah meningkatnya kadar N dan P dalam tanah (Muji R., dkk., 1997).

Jumlah cabang per rumpun

Hasil analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk NPK berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai. Pada perlakuan biochar, tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai. Interaksi keduanya pada analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dan biochar tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai. Rata-rata jumlah cabang tanaman kedelai akibat perlakuan pupuk NPK dan biochar disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata jumlah cabang pertanaman kedelai umur 75 HST akibat pengaruh dosis biochar dan dosis pupuk NPK-bast pada MK-2014.

Biochar (ton ha-1)

Pupuk NPK-bast (kg/ha)

Rata-rata 0 100 200 ---(cabang)--- 0 10 20 3,80 3,87 4,23 4,07 4,53 4,80 4,87 5,27 5,40 4,24 4,56 4,81 Rata-rata BNT 0,05=0.611 3,97a 4,47a 5,18b

Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJI BNT 0.05

Pemupukan NPK-bast nyata meningkatkan jumlah cabang tanaman kedelai. Pemberian biochar yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk NPK-bast dapat meningkatkan kesuburan tanah terutama hara fosfat dan kalium melalui perbaikan sifat fisika tanah sehingga perakaran tanaman dapat rumbuh dengan baik, ketersediaan hara tercukupi sehingga dapat mendorong pembentukan cabang tanaman kedelai. Pemberian biochar diukuti oleh penambahan pupuk NPK dapat meningkatkan jumlah cabang tanaman kedelai karena hara tersedia terutama fosfat tercukupi.

Selanjutnya Saleh, N. dkk., (2000) menyatakan bahwa pemberian pupuk NPK meningkatkan tinggi tanaman kedelai. Pemupukan NPK pada tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah yaitu perbaikan sifat kimia tanah berupa peningkatan kandungan dan ketersediaan unsur hara terutama fosfat. Dengan peningkatan ketersediaan hara N, P, dan K maka tanaman tercukupi ketersediaan hara, sehingga dapat meningkatkan jumlah cabang tanaman kedelai.

Tanaman kedelai respon terhadap pemberian pupuk. Peningkatan pertumbuhan ini disebabkan oleh perbaikan sifat kimia tanah diantaranya adalah meningkatnya kadar N dan P dalam tanah (Gani A. 2009).

Jumlah polong isi per tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis biochar dan dosis pupuk NPK-bast berpengaruh nyata terhadap jumlah polong isi per tanaman kedelai. Interaksi keduanya pada analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dan biochar tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong isi per tanaman kedelai. Rata-rata jumlah cabang tanaman kedelai akibat perlakuan pupuk NPK dan biochar disajikan pada Tabel 4.

(6)

106 dan dosis pupuk NPK-bast pada MK-2014.

Biochar (ton ha-1)

Pupuk NPK-bast (kg/ha)

Rata-rata 0 100 200 ---(polong)--- 0 10 20 50,44 50,41 56,00 51,87 63,80 61,67 53,61 55,58 61,09 56,60ab 51,97a 59,59b Rata-rata BNT 0,05=7.706 52,58a 59,11b 56,76ab

Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJI BNT 0.05.

Rata-rata jumlah polong isi kedelai terbanyak terdapat pada perlakuan pemberian pupuk NPK-bast 200 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk 100 kg/ha dan tanpa pupuk, sedangkan jumlah polong isi kedelai pada perlakuan pemberian pupuk 100 kg/ha berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pupuk (Tabel 5). Disamping itu pemberian biochar juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap pengisian polong kedelai, polong isi terbanyak dijumpai pada peralukan pemberian biochar 20 t/ha berbeda nyata dengan tanpa biochar tertapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian biochar 10 t/ha.

Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai varietas Anjasmoro respon terhadap pemupukan. Pemberian pupuk NPK-bast 100kg/ha belum cukup mendorong pengisian biji secara nyata (Chairunas, 2008).

Jumlah polong hampa

Hasil analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk NPK berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai. Pada perlakuan biochar, tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai. Interaksi keduanya pada analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dan biochar tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai. Rata-rata jumlah cabang tanaman kedelai akibat perlakuan pupuk NPK dan biochar disajikan pada Tabel 5.

Rata-rata jumlah polong hampa pertanaman kedelai tertinggi terendah terdapat pada dosis pupuk NPK-bast 100 kg/ha berbeda nyata dengan tanpa pupuk tetapi tidak berbeda nyata pada pemberian pupuk 200 kg NPK-bast/ha.

Hal ini diduga disebabkan karena pupuk NPK dapat secara langsung memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, terutama unsur Kalium sebagai salah satu unsur hara makro dibutuhkan tanaman dalam proses tranportasi hasil-hasil asimilasi atau proses fotosintesa di daun kebagian-bagian tanaman lainnya (akar, tunas/anakan, biji/gabah) mengatur tekanan osmose (turgor), memperkuat dinding sel sehingga dapat meningkatkan daya tanah terhadap penyakit. Unsur Kalium juga merupakan aktivator enzyme pada seluruh proses metabolism tanaman, menunda penuaan (senescence) daun, meningkatkan jumlah gabah bernas dan menurunkan kehampaan (Arsyad, M.

et al., 1991).

Tabel 5. Rata-rata jumlah polong hampa pertanaman kedelai akibat pengaruh dosis biochar dan dosis pupuk NPK-bast pada MK-2014.

Biochar (ton ha-1)

Pupuk NPK-bast (kg/ha)

Rata-rata

0 100 200

---(polong)---

(7)

107 10 20 10,37 11,37 7,24 8,53 7,14 8,54 8,72 9,02 Rata-rata BNT 0,05=2,27 10,67a 6,53a 8,39b

Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJI BNT 0.05

Bobot 100 butir biji

Hasil analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk majemuk (NPK-bast) berpengaruh nyata terhadap bobot 100 butir biji kedelai. Pada perlakuan biochar, tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 100 butir biji kedelai. Interaksi keduanya pada analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dan biochar tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 100 butir biji kedelai. Rata-rata bobot 100 butir biji kedelai akibat perlakuan pupuk NPK dan biochar disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata bobot 100 butir biji kedelai akibat pengaruh dosis biochar dan dosis pupuk NPK-bast pada MK-2014.

Biochar (ton ha-1)

Pupuk NPK-bast (kg/ha)

Rata-rata 0 100 200 ---(gram)--- 0 10 20 14,33 14,20 14,40 14,70 14,43 14,77 14,73 14,87 15,00 14,59 14,50 14,72 Rata-rata BNT 0,05=0,52 14,31a 14,63ab 14,87b

Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJI BNT 0.05

Rata-rata nilai bobot 1.000 butir gabah pada kadar air 14% tertinggi terdapat pada pada dosis pupuk NPK-bast 100 kg/ha berbeda nyata dengan tanpa pupuk tetapi tidak berbeda nyata pada pemberian pupuk 200 kg NPK-bast/ha. Pupuk NPK tunggal dan NPK majemuk nyata meningkatkan Pengaruh biochar terhadap produktivitas tanaman tergantung pada jumlah yang ditambahkan.

Dengan pemberian sebesar 0,4 sampai 8,0 t C ha-1, pada berbagai tanaman terjadi peningkatan produktivitas yang nyata berkisar antara 20 ton 220%, dengan produksi biomasa mencapai 120 sampai 320% dari kontrol (Han, B dkk., 2002).

Dalam banyak hal keterbatasan N merupakan alasan utama berkurangnya respon tanaman pada pemberian biochar yang tinggi. Gani, A., (2009) menyimpulkan dengan bertambahnya dosis pemberian biochar respon tanaman pada suatu daerah tertentu positif sampai dicapainya tingkat maksimum, respon pertumbuhan menjadi negatif, sebagaimana terlihat pada tanaman kacang-kacangan dengan pemberian 31 sampai 93 t C ha-1.

Disamping itu, penambahan hara melalui pupuk organik dan inorganik biasanya diperlukan untuk produktivitas yang tinggi dan menambah respon positif dari pemberian biochar.

Hasil per hektar

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis biochar dan dosis pupuk NPK-bast berpengaruh sangat nyata terhadap hasil (berat biji per hektar) kedelai. Interaksi keduanya pada analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dan biochar tidak berpengaruh nyata terhadap hasil kedelai. Rata-rata hasil kedelai akibat perlakuan

(8)

108 pupuk NPK dan biochar disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata hasil (berat biji per hektar) kedelai akibat pengaruh dosis biochar dan dosis pupuk NPK-bast pada MK-2014.

Biochar (ton ha-1)

Pupuk NPK-bast (kg/ha)

Rata-rata 0 100 200 ---(ku/ha)--- 0 10 20 23,17 24,25 29,17 27,25 33,38 33,47 26,27 28,92 32,17 25,26a 31,60b 28,85 Rata-rata BNT 0,05=5,849 25,53a 31,37b 29,12ab

Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJI BNT 0.05

Rata-rata hasil biji kedelai per hektar tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian biochar sebanayak 10 ton/ha dengan pemupukan NPK-bast sebanyak 100 kg/ha yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa biochar dan tanpa pemupukan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian biochar 20 ton/ha dengan pemupukan sebanyak 200 kg.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena pupuk NPK dapat secara langsung memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga dengan adanya unsur hara yang diberikan oleh pupuk dapat memenuhi nutrisi hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang berpengaruh terhadap meningkatnya hasil biji kedelai per hektar.

Badan Litbang Pertanian (2008) menyimpulkan bahwa pemberian biochar ke tanah yang paling terdegradasi lebih efektif meningkatkan hasil. Peningkatan ini tidak dapat diterangkan hanya karena nutrisi tanaman yang lebih baik saja. Hal ini menunjukkan adanya manfaat biochar yang berhubungan dengan bertambahnya ketersediaan air tanah, penetrabilitas tanah atau dinamika mikroba tanah.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan produksi dua kali lipat pada tanah sangat terdegradasi, dari sekitar 3 menjadi sekitar 6 t/ha biji jagung. Dalam tahun berikutnya, tidak dilakukan pemberian biochar, ternyata hasil tidak berkurang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kedelai respon terhadap pemupukan NPK-bast dan pemberian Biochar . Hasil tertinggi 33,38 ku/ha biji kering panen diperoleh pada kombinasi pemupukan NPK- bast=100kg/ha dan biochar 20 ton/ha, lebih tinggi 44.45 % dibandingkan dengan tanpa pemupukan dan tanpa biochar. Sesuai dengan sifat biochar yang stabil di dalam tanah, maka sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh residu biochar pada musim selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. AM; D.Pasaribu; N. Sunarlin; Budiharjo, 1991. Teknologi Budidaya Kedelai di Lahan Kering P:114-229.n, dalam Prosidding Seminar dan Work Shop Penelitian Serta Usaha Tanaman Poangan dalam Produksi Kedelai. Bogor 22-23 Januari 1991.

(9)

109 Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Siaran Pers. tgl 12 Februari 2008. Ketersediaan Teknologi Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Jakarta

Chairunas, 2008. Developing Technology for Soybean in Tsunami-Affected in the Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Proceeding International Worshop on Post Tsunami Soil Management. Bogor, Indonesia, 1-2 Juli 2008. Page 163-167. Gani, 2009. Iptek Tanaman Pangan (ISSN 1907-4263) Vol.4 No.1 Juli 2009.

Gani A. 2009. Biochar Penyelamat Lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 31: 6.

Glaser, B., Lehmann, J. and Zech, W., 2002. Ameliorating Physical and Chemical Properties of Highly Weathered Soils in The Tropics With Carcoal – A review. Biol and Fertility of Soils 35, 219-230.

Gusmailina, Tati R, Heryati Y. 2008. Upaya Peningkatan hara melalui kandungan hara media melalui campuran top soil dan arang aktif untuk pertumbuhan semai Eucalyptus urophylla. Mitra Hutan Tanman. Vol. 3:1. 21-32. www. [22 Januari 2013].

Gusmini, Yulnafatmawita dan Anita Febriani Daulay, 2008. Pengaruh pemberian beberapa jenis bahan organik terhadap peningkatan kandungan hara N, P, K Ultisol, kebun percobaan Paferta Padang. Jurnal Solum Vol. V No. 2 Juli 2008 : 57-65. ISSN: 1829-7994

Han. B. Darman, MA., dan Nazariah 2002 Rekomendasi Paket Teknologi Kedelai pada Lahan Kering di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Luas di Aceh Utara serta Kecamatan Peureulak di Aceh Timur dalam Rekomendasi Hasil Paket Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Banda Aceh. 156 hal.

Muji Rahayu, Lalu Wirajaswadi dan Awaluddin Hip, 1997. Peningkatan Produktivitas Kedelai Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Di Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.

Nurida, NL., A. Dariah dan A. Rachman, 2010. Kualitas Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku Pembenah Tanah Berupa Biochar Untuk Rehabilitasi Lahan.

Puslitbangtan, 2009 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT Departemen Pertanian. Jakarta.

Saleh, N; T. Adisarwanto; A.Kasno dan Sudaryono, 2000. Teknologi Kunci dalam Pengembangan Kedelai di Indonesia dalam Makarim AK, dkk. Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Pangan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Bigir, 22 – 24 Nopember 1999.

Santi, LP., dan Goenadi, DH., 2010. Pemanfaatan biochar sebagai pembawa mikroba untuk pemantap agregat tanah ultisol dari Taman Bogo-Lampung. Jurnal Menara Perkebunan 2010, 78(2), 55-63

Sinar Tani, 2010. Agro inovasi, pembuatan biochar. Online. Edisi 13-19 Oktober 2010, pustaka.litbang.deptan.go.id/new/index.php?option=com. Diakses tanggal 25 Mei 2011 pukul 15.00 WIB.

Soeharsono, Supriadi dan Prayitno, 2004. Potensi dan Pengelolaan Limbah Pertanian dalam Mendukung Ketersediaan Pakan Ternak Sepanjang Tahun di Lahan Kering. Makalah Seminar Nasional dan Ekspose Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis. Malang, 8-9 September 2004.

Subagyono, K., Abdurachman, A. and Nata Suharta, 2001. Effects of puddling various soil types by harrows on physical properties of new developed irrigated rice areas in Indonesia. Proceeding of the meeting of Indonesian Student Association, Tokyo, Japan.

(10)

110 Steiner, C.,2007. Soil charcoal amandments maintain soil fertility and establish

carbon sink-research and prospects. Soil Ecology Res Dev, 1-6. Online, www.biochar.org/Expert%20Comment%20Stei..., diakses tanggal 15 Oktober 2012 pukul 23.30 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah aplikasi yang dibuat telah memberikan unsur-unsur dan informasi mengenai beberapa alat musik tradisional dengan cara yang

pada Materi Pokok Negara Maju dan Negara Berkembang Melalui Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Inkuiri di Kelas IX-A SMP Negeri 39 Medan.. Bagaimana Keaktifan

Hasil peningkatan pemahaman ini tidak hanya berkisar pada pemahaman secara kognitif akan tetapi diikuti dengan peningkatan keterampilan praktik konseling yang baik

Dan yang terjadi pada kertas berwarna adalah warna kertas akan lebih cepat memudar karena kekuatan dari kaporit ditentukan oleh banyaknya klor, dimana pada reaksi ini kaporit

dicapai (goal setting), dimana dalam hal ini merupakan kemampuan para resident untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai selama menjalani masa rehabilitasi di panti rehabilitasi ‘X’

06.30 s.d 07.30 Presensi Maba dan Apel Pembukaan Hari II 07.30 s.d 08.00 Pengenalan Organisasi Kemahasiswaan Universitas 08.00 s.d 08.30 Pengenalan Sistem Informasi.. Akademik,

Pada tahap pemanasan ini pati akan mengalami proses gelatinasi sehingga granula pati rusak akibat pemanasan di dalam air berlebih dan amilosa dilepaskan dari