• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi). Selanjutnya menurut A.W. Widjaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi). Selanjutnya menurut A.W. Widjaja"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pegawai Kantor (Office Worker)

A.W. Widjaja (2006), berpendapat bahwa pegawai adalah tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan, oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi). Selanjutnya menurut A.W. Widjaja (2006), Pegawai adalah orang-orang yang dikerjakan dalam suatu badan tertentu, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun dalam badan-badan usaha.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2019), kantor adalah balai (gedung, rumah, ruang) tempat mengurus suatu pekerjaan (perusahaan); tempat bekerja. Pengertian lain mengenai kantor adalah sebuah unit organisasi yang terdiri dari tempat, personel dan operasi ketatausahaan untuk membantu pimpinan organisasi. Tempat adalah ruangan, gedung, kompleks, serta perabot dan perlengkapan, seperti mesin-mesin kantor dan perlengkapan lainnya. Kantor juga bisa diartikan sebagai tempat atau ruangan dan proses kegiatan penanganan data atau informasi. Penanganan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan pengumpulan, pencatatan,pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyimpanan data/informasi.

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa pegawai perkantoran merupakan seseorang yang bekerja pada suatu kesatuan organisasi, baik sebagai pegawai tetap maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

(2)

2.2 Konsep Aktivitas Fisik 2.2.1 Definisi Aktivitas Fisik

World Health Organisation (2017), mendefinisikan aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi termasuk aktivitas yang dilakukan saat bekerja, bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam kegiatan rekreasi. Aktivitas fisik dapat direncanakan, terstruktur, berulang, dan bertujuan memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global. Aktivitas fisik dilakukan selama waktu senggang, transportasi menuju atau dari suatu tempat, pekerjaan seseorang yang memiliki manfaat kesehatan. Selanjutnya, aktivitas fisik dengan intensitas yang sedang dan kuat dapat meningkatkan kesehatan.

Menurut Kemenkes RI (2015), aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk mengerjakannya. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau pembakaran kalori. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot rangka yang membutuhkan kalori lebih besar daripada pengeluaran energi saat istirahat. Aktivitas fisik yang tidak dilakukan secara terstruktur dan terencana disebut aktivitas fisik sehari-hari, sedangkan aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur dan terencana disebut latihan jasmani (Sudha M. Srinivasan, Linda S. Pescatello, 2014).

(3)

2.2.2 Jenis-jenis Aktivitas Fisik

Menurut (Biernat & Buchholtz, 2016) ada 3 kategori/klasifikasi dari aktivitas fisik:

1. High (tinggi)

Waktu yang digunakan untuk kegiatan berat adalah 8 jam tidur, 4 jam pekerjaan berat, biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan kekuatan (strength) yang membuat berkeringat. Contoh: mengangkat air, mencangkul, berlari, bermain sepakbola, senam aerobic, bela diri (misalnya karate, taekwondo, pencak silat), dan outbond dengan kriteria berikut :

1) Tiga hari atau lebih beraktivitas fisik setidaknya 1500 MET/minggu 2) Tujuh hari atau lebih dengan kombinasi kegiatan kuat, sedang atau

berjalan total setidaknya 3000 MET/minggu 2. Moderate (sedang)

Waktu yang digunakan untuk kegiatan sedang setara dengan 8 jam tidur, 8 jam bekerja dilapangan, membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh: berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan hewan peliharaan, bersepeda, bermain musik, dan jalan cepat dengan kriteria berikut :

1) Tiga hari atau lebih dengan kegiatan aktif yang berlangsung setidaknya 20 menit setiap kali.

2) Lima hari atau lebih dengan aktivitas moderat dengan kombinasi berjalan setidaknya 30 menit setiap kali dan melebihi 600 MET menit/minggu. 3. Low (ringan)

Kegiatan yang dilakukan sehari-hari adalah 8 jam tidur, hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan

(4)

atau ketahanan (endurance). Contoh: pekerjaan kantor, berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci kendaraan, berdandan, duduk, belajar disekolah/luar sekolah, mengasuh adik, nonton TV, aktivitas bermain playstation, bermain komputer, belajar dirumah, nongkrong. Sedangkan orang-orang yang tidak memenuhi kriteria untuk kategori 2 atau 3 dianggap memiliki tingkat aktivitas fisik yang tidak aktif.

2.2.3 Manfaat Aktivitas Fisik

Menurut Kemenkes RI (2015), aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, diabetes, dan lain-lain, berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional, lebih percaya diri, lebih bertenaga dan bugar, secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.

Menurut National Institute Health (NIH) (2016), manfaat dari aktivitas fisik adalah : 1. Membantu mempertahankan berat badan yang sehat dan mempermudah

melakukan tugas sehari-hari.

2. Anak-anak dan remaja yang aktif secara fisik memiliki lebih sedikit gejala depresi daripada teman sebayanya.

3. Menurunkan risiko terhadap banyak penyakit, seperti jantung koroner (PJK), diabetes, dan kanker.

Beberapa keuntungan melakukan aktivitas fisik menurut Sari (2012), antara lain : 1. Membantu menjaga otot dan sendi tetap sehat

Aktivitas yang teratur sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga otot, struktur sendi dan fungsi sendi dari kerusakan. Selama aktivitas fisik yang

(5)

dilakukan teratur maka akan berpengaruh positif terhadap kesehatan pada tubuh.

2. Mencegah penyakit kronis

Di sisi lain aktivitas fisik yang teratur dapat membantu seseorang dalam mengendalikan tekanan darah tinggi. Dua manfaat diraih bersamaan, yaitu darah anda mengalir dengan lancar, dan sekaligus menurunkan penumpukan plak di arteria. Aktivitas yang teratur juga dapat membantu mencegah diabetes tipe 2, osteoporosis, dan jenis kanker tertentu.

3. Membantu meningkatkan mood atau suasana hati

Aktivitas fisik yang dapat membuat seseorang merasalebih bahagia dan lebih santai dibandingkan kondisi sebelumnya. Penampilan seseorang juga akan tampak lebih baik, lebih bugar dan lebih bahagia ketika berolahraga secara teratur. Hal itu segera meningkatkan rasa percaya diri sekaligus mendongkrak harga diri. Aktivitas fisik teratur dapat membantu mencegah depresi.

4. Membantu memperbaiki kualitas tidur

Tidur sangat penting dalam pemulihan kondisi fisik, setelah sepanjang hari bergerak aktif. Tidur nyenyak dapat meningkatkan konsentrasi, produktivitas dan suasana hati. Namun aktivitas fisik lebih baik dilakukan jangan mendekati waktu tidur dikarenakan pada waktu tersebut adalah waktu dimana organ tubuh untuk istirahat dan energy yang dimiliki telah menurun. Sehingga manfaat yang diberikan pada tubuh tidak terlalu besar dan mengganggu waktu istirahat.

5. Menjaga berat badan tetap ideal

Bila fisik selalu aktif bergerak, maka kalori akan terbakar. Semakin rajin bergerak atau berolahraga maka semakin banyak kalori yang terbakar dan

(6)

mudah untuk menjaga berat badan dalam kondisi normal. Beberapa cara sederhana bisa dilakukan misalnya, saat berada di tempat kerja mulailah dengan menghindari lift untuk naik ke lantai lebih atas dengan mengganti menggunakan tangga manual.

Dengan berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik mempunyai manfaat dan keuntungan yang sangat penting terhadap kesehatan untuk jangka panjang maupun pendek dan terhindar dari penyakit-penyakit yang bersifat membahayakan tubuh (Sari, 2012).

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik pekerja kantor

Menurut Jarunarkhirun & Jalayondeja (2008), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik pada pekerja kantor antara lain :

1. Faktor Pengetahuan Individu 2. Faktor Lingkungan

1) Faktor lingkungan yang mendukung aktivitas fisik a. Faktor individu

a) Citra diri b) Sikap

b. Faktor Lingkungan Sosial a) Teman-teman c. Faktor Lingkungan Fisik

a) Ketersediaan tempat untuk melakukan olahraga 2) Faktor lingkungan yang menghambat aktivitas fisik

a. Faktor Individu a) Pekerjaan b) Kelelahan

(7)

c) Ketakutan akan terjadi cidera b. Faktor Lingkungan Sosial

a) Teman-teman c. Faktor Lingkungan Fisik

a) Fasilitas olahraga yang tidak memadai b) Cuaca

2.3 Konsep Faktor Pengetahuan Individu 2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang di milikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intenstas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga dan indra pengelihtan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2019), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.

2.3.2 Aspek-aspek Pengetahuan 1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan ini adalah bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

(8)

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara besar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formasi-formasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan penelitian suatu obyek (Notoatmodjo, 2012).

(9)

2.4 Konsep Faktor Lingkungan 2.4.1 Definisi Lingkungan Kantor

Lingkungan kantor adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat memengaruhi dirinya didalam melaksanakan tugas-tugasnya dan menjadi pusat kegiatan administrasi dan tempat pengendalian kegiatan informasi. Berarti segala macam urusan didalam organisasi harus melewati kegiatan kantor dan keluar masuknya informasi menyangkut organisasi juga harus melalui kantor. Organisasi itu sendiri dibentuk oleh orang-orang dengan tujuan tertentu yang dapat dipetik hasiilnya secara bersama-sama, berarti cukup ditangani secara sendiri perorangan, maka orang-orang tidak akan membuat wadah yang disebut organisasi.

Lingkungan kantor digolongkan menjadi lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja nonfisik. Lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau setiap aspek dari gejala fisik dan social kultural yang mengelilingi atau memengaruhi individu. Lingkungan kerja fisik juga merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dinyatakan lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pegawai bekerja yang memengaruhi dalam melaksanakan beban tugasnya. Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi. (Armida Silvia Asriel, Armiati, 2016). Moekijat, (2008:17) menjelaskan kondisi fisik penting karena memengaruhi kesehatan pegawai dan efisiensi kantor

(10)

2.4.2 Fasilitas, sarana dan prasarana Lingkungan Kantor yang mendukung aktivitas Fisik Pegawai

Untuk bisa berolahraga atau beraktivitas fisik, sejatinya tidak harus pergi ke pusat olahraga atau gym. Latihan peregangan, penguatan otot, dan bahkan latihan aerobik pendek dapat dilakukan dikantor, didekat meja kerja atau bahkan ditangga. Meski dilakukan dalam waktu singkat, namun jika diakumulasi manfaatnya dapat dinikmati untuk jangka panjang. Yang perlu diperhatikan antara lain bagi pegawai kantor yang ingin melakukan aktivitas fisik dikantor :

1. Olahraga dapat dimulai dari area parkir. Bagi yang membawa mobil, parkirlah agak jauh dari kantor sehingga kita bisa memaksa diri sendiri untuk berjalan kaki.

2. Gunakan fasilitas tangga daripada memanfaatkan lift atau eskalator

3. Berjalan-jalan sebentar menghampiri rekan kerja untuk sekedar berbincang ringan sambil tetap dalam posisi berdiri.

4. Bisa juga berjalan menuju jendela dan berdiri beberapa menit untuk melihat pemandangan sebagai penyegaran.

2.4.3 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pegawai dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya.

(11)

3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

2.4.4 Kapasitas, Beban, dan Lingkungan Kerja

Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan

(12)

di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja, serta faktor lainnya.

2.4.5 Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dengan usaha-usaha untuk mencegahnya. Misalnya, antara penyakit yang sudah jelas penularannya (melalui darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang) atau perlindungan bagi para pekerja rumah sakit yang belum memadai dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung. Untuk mengatisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama sebagai berikut :

1. Pengenalan lingkungan kerja.

Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk trough inspection), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama kali dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.

2. Evaluasi lingkungan kerja.

Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehungga dapat dijadikan alat untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan.

3. Pengendalian lingkungan kerja.

Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat atau bahan yang berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang

(13)

sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja.

4. Pengendalian lingkungan (environmental control measures) 1) Desain dan tata letak yang adekuat.

2) Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya. 5. Pengendalian perorangan (personal control measures)

Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat. Pembatasan waktu selama pekerja terpajan zat tertentu yang berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja. Kebersihan perorangan dan pakaiannya merupakan hal yang penting terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia serta partikel lain (Ferry Efendi, 2009).

2.5 Identifikasi Faktor Pengetahuan Individu dan Lingkungan yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik pada Pegawai Kantor (Office Worker) Sebuah survei mengenai gaya hidup sehat pada para pegawai usia dewasa menunjukkan kecenderungan yang sama. Pegawai kantor menghabiskan waktu lebih dari 8 jam dikantor dan 2 hingga 4 jam di perjalanan, baik menuju kantor ataupun pulang kerumah, yang membuat tidak adanya waktu untuk bergerak aktif sehingga cenderung menyebabkan ketidakaktifan fisik. Terdapat berbagai faktor yang dilihat berhubungan dengan aktivitas fisik orang dewasa pegawai kantoran. Diantaranya faktor pengetahuan individu. Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin rendah tingkat kegiatan aktivitas fisik seseorang. Kemudian ditinjau dari aspek lingkungan, adanya dukungan dari orang lain untuk melakukan aktivitas fisik membuat individu

(14)

cenderung lebih aktif secara fisik. Lingkungan tempat kerja dimana pegawai kebanyakan menghabiskan waktu dan keseharian juga dilihat sebagai faktor yang berkaitan dengan aktivitas fisik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan seksyen 60, EUUKI (Negeri Melaka) menyatakan bahawa; “(1) Tertakluk kepada Hukum Syarak, Mahkamah boleh memerintahkan seseorang lelaki membayar nafkah

Laki-laki : Kemeja putih panjang berdasi (disediakan juga oleh pihak hotel), celana hitam, sepatu PDH hitam, dan berpeci.. Perempuan : Kemeja putih panjang (disediakan

mengkaji, mengamati dan mendeskripsikan manajemen kurikulum program studi Pendidikan Sendratasik FKIP Unsyiah, meliputi: 1) Proses perencanaan kurikulum; 2)

Friedlander Pneumonia dengan konsolidasi alveolus yang luas konsolidasi alveolus yang luas pada lobus superior kanan (dikutip dari pada lobus superior kanan (dikutip dari

Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan

Seakan-akan Setelah menjadi salah satu “wali Allah” orang tersebut tidak merasa terikat dan tidak perlu taat dengan berbagai macam aturan Allah untuk orang awam,

(patuh) dan heterodoxy (menolak), yang menghasilkan doxa (kebenaran komunal yang tidak perlu dipertanyakan lagi) 8. Sepak bola sebagai olah raga terpopuler di Indonesia

Berdasarkan uji statistik (ANAVA) menunjukkan bahwa nilai eritrosit ikan nila yang diberi perlakuan dengan probiotik Bacillus yang diisolasi dari saluran pencernaan