• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeliharaan Larva Litopenaeus vannamei Melalui Aplikasi Bakteri Probiotik Alteromonas sp. BY-9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemeliharaan Larva Litopenaeus vannamei Melalui Aplikasi Bakteri Probiotik Alteromonas sp. BY-9"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Udang Litopenaus vannamei merupakan komoditi introduksi yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan potensial sebagai penghasil devisa negara. Sejak tahun 2000 yang lalu udang ini sudah dibudidayakan setelah menurunnya produksi udang windu P. monodon. Usaha pembenihan dan

budidaya udang tersebut sudah sangat meluas dan berhasil, terutama di Jawa Timur, Bali, Lampung, dan Jawa Barat. Keberhasilan ini merubah pemanfaatan udang L. vannamei sebagai species andalan dalam bisnis. Hal tersebut tentunya akan berdampak pula pada praktisi hatchery dalam memproduksi benur secara besar-besaran untuk mensuplai kebutuhan tambak. Induk udang

Pemeliharaan Larva Litopenaeus vannamei Melalui Aplikasi Bakteri Probiotik

Alteromonas sp. BY-9

Haryanti, Bagus Komang Wardana, Gusti Ngurah Permana, Sari Budi Moria

Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol

PO Box 140 Singaraja 81101 Bali Telp. 0362-92278 Fax. 0362-92272

Abstract

Haryanti, Bagus Komang Wardana, Gusti Ngurah Permana and Sari Budi Moria. 2005. Larval rearing of Litopenaeus vannamei with applied of probiotic Alteromonas sp. BY-9. Aquacultura Indonesiana, 6 (3): 93–99.

Culture of white shrimp (Litopenaeus vannamei) had been developed intensively and it has increased demand of shrimp fry. Use of bacteria as probiotic and biological control for rearing of L. vannamei larvae was an alternative method to substitute antibiotic. Thus, quality, growth and survival rate of fry could be improved. Application of Alteromonas sp. BY–9 have been tested for shrimp larval rearing of L. L. vannamei from pond culture and imported broodstock with SPF (Specific Pathogen Free) character. This treatment was compared with control (without inoculation of Alteromonas sp. BY-9). Each treatment was tested in 1m3 polycarbonate tank and repeated in 6

replications. Result of the study shown that survival rate of shrimp fry on postlarvae– 8 stages i.e 10.45% (pond broodstock) and 19.16% (SPF brood stock), but survival rate of control i.e. 2.4% (pond broodstock) and 17.01% (imported brood stock). Phenotype performance such as stage development was faster on larvae after being reared with Alteromonas sp. BY–9 compared the control. The morphology performance was higher i.e 85.6 (SPF brood stock) and 72.6 (pond brood stock). Therefore, information related with Alteromonas sp. BY–9 inoculation as probiotic or biological control agent can improve the survival and growth rate performances

Keywords : Larval Rearing; Litopenaeus vannamei; Probiotic

Abstrak

Perkembangan budidaya udang Litopennaeus vannamei yang semakin intensif, menyebabkan kebutuhan benih juga semakin meningkat. Penggunaan bakteri yang berperan sebagai probiotik dan kontrol biologi dalam pemeliharaan larva udang L. vannamei merupakan alternatif yang harus dilakukan untuk menggantikan antibiotik sehingga pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih dapat ditingkatkan serta diperoleh benih bermutu baik. Pengujian penggunaan bakteri Alteromonas sp. BY–9 telah dilakukan untuk pemeliharaan larva L. vannamei yang berasal dari tambak dan import dengan sifat SPF dibandingkan dengan tanpa pemberian probiotik (Kontrol). Wadah pemeliharaan bak polikarbonat bervolume 1m3. Masing-masing perlakuan diulang 6 kali. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa kelulushidupan benih (PL-8) menunjukkan lebih tinggi pada pemberian Alteromonas sp. BY– 9 yaitu sebesar 10.45% (induk tambak) dan 19,16% (induk SPF), sedangkan pada kontol hanya sebesar 2,4% (induk tambak) dan 17,01% (induk SPF). Sementara keragaan morfologi benih udang dari induk import lebih baik (85,6) dibandingkan dengan benih dari induk tambak (72,6). Dengan demikian penggunaan bakteri Alteromonas sp. BY–9 sebagai probiotik maupun agen kontrol biologi dapat meningkatkan keragaan kelulushidupan dan pertumbuhan.

(2)

Litopenaeus vannamei yang digunakan dalam pembenihan adalah induk-induk yang diimport dari Hawaii. Penggunaan induk introduksi tidak seluruhnya dijamin keunggulan mutunya (genotip atau fenotip), apalagi induk yang mempunyai sifat SPF (Specific Pathogen Free) atau SPR (Specific Pathogen Resistance) seperti direkomendasikan oleh Wyban et al. (1993), Namun, dengan tingginya permintaan benur, maka penggunaan induk tambak mulai dilakukan, tanpa mempertimbangkan aspek mutu induk secara genetik. Pemilihan udang L. vannamei hasil produksi tambak hanya berdasarkan pada bentuk morfologi (ukuran besar, tidak ada cacat tubuh). Dengan pemeliharaan lanjut selama 4–5 bulan, udang tersebut sudah dapat dijadikan induk untuk pembenihan di hatchery.

Dari kenyataan tersebut timbul masalah pada benih turunan yang dihasilkan, yaitu barvariasinya pertumbuhan, rentan terhadap serangan penyakit Taura Syndrome Virus, laju pertumbuhan rendah dan sebagainya. Khususnya masalah serangan penyakit baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus pada produksi benih, maka praktisi hatchery berusaha mengatasi dengan berbagai cara yaitu melalui desinfeksi, penggunaan antibiotik dan immunostimulan. Walaupun antibiotik masih populer di hatchery udang, namun cara tersebut sangat berbahaya bila tidak ada kendali dalam penggunaan dosis, frekuensi dan jenis antibiotik yang tepat, sehingga dapat memicu terbentuknya strain bakteri yang resisten atau mutasi strain. Penggunaan probiotik dalam pemeliharaan larva udang P. monodon telah dilakukan (Haryanti et al., 1998, Haryanti dan Sugama, 1998; Haryanti et al., 2000). Nakamura et al. (1999) menunjukkan bahwa mekanisme bakteri dapat berperan sebagai agen biokontrol dalam menekan Vibrio patogen dengan dihasilkannya senyawa vibriostatik atau vibriocidal oleh bakteri dan niche competition antara vibrio patogen dan bakteri agen biokontrol. Gibson et al. (1998), menyatakan bahwa bakteri probiotik Aeromonas media dapat melepaskan senyawa penghambat ya ng disebut Bact eriocin-like inhi bitory substance pada oyst er Pasific Crassostrea gigas. Ha l yang sama juga ditunjukkan oleh Douillet dan Langdon (1994) bahwa penambahan bakteri CA2 sebagai suplemen pakan pada biakan aksenic larva Crassostrea gigas denga n kepadata n 105 cfu/mL da pat meningkatkan pertumbuhan larva oyster. Kondisi ini diduga karena bakteri probiotik mempunyai

kontribusi nutrisional terhadap pertumbuhan larva. Peran probiotik terhadap pertumbuhan udang juga ditunjukkan oleh Rengpipat et al. (1998) dan Sugita et al. (1998).

Hasil yang berhubungan dengan aktivitas enzimatik dari extra celluler product (ECP) Alteromonas sp. BY–9, menunjukkan adanya peran stimulasi bagi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan pencegahan penyakit pada larva uda ng P. monodon. Besar kemungkinan strain Alteromonas sp.BY–9 nantinya memberikan pengaruh yang menguntungkan dalam memperbaiki keseimbangan mikr oba pada saluran pencer naan lar va L. vannamei sehingga sistim pencernaan larva dapat diaktifkan. Dengan demikian upaya riset ke arah penggunaan bakteri probiotik yang diduga juga mempunyai kemampuan meningkatkan ketahanan terhadap serangan penyakit pada larva L. vannamei perlu dilakukan. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan lebih lanjut dalam aplikasi produksi benih udang yang resisten terhadap penyakit, terutama serangan Taura Syndrome Virus. Oleh karena itu, riset dan pengujian penggunaan bakteri Alteromonas sp. BY–9 untuk pemeliharaa larva udang L. vannamei tentunya perlu dievaluasi, sehingga diperoleh informasi secara lengkap penggunaan bakteri Alteromonas sp. BY–9 sebagai probiotik maupun agen kontrol biologi. Tujuan riset ini adalah mengevaluasi teknik pemeliharaan larva udang introduksi L.vannamei melalui aplikasi bakteri probiotik Alteromonas sp. BY–9 terhadap sintasan dan pertumbuhan.

Hipotesis penelitia n ini yaitu teknik pemeliharaan larva udang L. vannamei dengan penerapan bakteri probiotik Alteromonas sp. BY– 9 akan memberikan hasil benih yang secara kualitas maupun kuantitas lebih baik. Penerapan probiotik akan berpengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas benih udang L. vannamei yang dihasilkan.

Materi dan Metode

Dalam riset ini digunakan induk udang L. vannamei yang berasal dari tambak dan dari import dengan sifat SPF. Selama pemeliharaan larva diaplikasikan bakteri Alteromonas sp. BY–9 sebagai perlakuan (A), dan (B) tanpa aplikasi bakteri Alteromonas sp. BY–9 (kontrol). Riset ini dengan 6 ulangan pada wadah pemeliharaan bervolume 1 m3. Penggunaan kultur Alteromonas sp. BY–9

(3)

mengikuti Nogami dan Maeda (1992) yaitu inokulasi sebanyak 106 CFU/ mL setiap hari setelah pergantian air. Pakan yang diberikan berupa pakan alami Chaetoceros ceratosporum, Artemia sp. dan pakan buatan, mikroenkapsulasi. C. ceratosporum diberikan pada stadium awal larva sebanyak 5000– 20.000 sel/mL, sedangkan pada stadia lanjut diberikan plankton dengan kepadatan 25.000-35.000 sel/mL dan Artemia salina (5–15 naupli/larva). Pergantian air dimulai saat stadium zoea–3 hingga stadium postlarva dengan tingkat yang berbeda (15–50%).

Larva dipelihara hingga PL–8 dan rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Parameter biologis yang diamati meliputi, sintasan larva setiap stadia, perkembangan stadia, populasi

Vibrio. penilaian morfologi, deteksi TSV dan kualitas air

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa larva yang dihasilkan dari induk-induk yang bera sal da ri tambak rela tif rendah kelulushidupannya (Gambar 1) bila dibandingkan dengan induk yang berasal dari import dengan sifat SPF (Gambar 2). Kelulushidupan benih L vannamei dari induk tambak dan induk import yang dipelihara dengan penggunaan probiotik Alteromonas sp. BY– 9 masing-masing sebesar 10,45 dan 19,16%, sedangkan pada kontrol kelulushidupan sebesar 2,4

Gambar 1 . Kelulushidupan benih L. vannamei dari induk tambak yang dipelihara hingga PL-8 dengan pemberian probiotik Alteromonas sp. BY–9 dan tanpa probiotik (kontrol)

0

20

40

60

80

100

N

Z-1 Z-2 Z-3 M-1 M-2 M-3

PL-1

PL-8

Stadia

K

e

lu

lu

s

h

id

u

p

a

n

%

BY-9

Kontrol

Gambar 2 . Kelulushidupan benih L. vannamei dari induk introduksi (SPF) yang dipelihara hingga PL-8 dengan pemberian probiotik Alteromonas sp. BY–9 dan tanpa probiotik (kontrol)

0 20 40 60 80 100 N Z-1 Z-2 Z-3 M-1 M-2 M-3 PL-1 PL-8

Stadia

K e lu lu s h id u p a n % BY-9 Kontrol

(4)

dan 17,01%. Kelulushidupan benih dari induk asal tambak tersebut melalui pengujian statistik menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antara perlakuan dibandingkan kontrol. Namun, kelulushidupan benih dari induk import tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan kelulushidupan dapat disebabkan oleh kualitas larva yang dihasilkan. Induk L. vannamei asal tambak disinyalir mengalami inbreeding (perkawinan sekerabat) karena tidak dilakukan secara selektif dan terarah sehingga banyak memberikan dampak negatif bagi turunannya.

Sementara itu, benih L. vannamei yang dihasilkan dari induk import dengan sifat SPF, menunjukkan kualitas larva yang lebih baik. Induk L. vannamei import ini merupakan produk selective breeding, sehingga t urunan yang dihasilkan baik, terutama bagi ekspresi fenotipe. Mortalitas larva L. vannamei dari induk asal tambak terjadi pada saat stadia zoea dengan indikasi adanya keterlambatan perubahan stadia selama zoea dan puncak mortalitas terjadi pada saat pergantian stadia dari zoea ke mysis. Oleh beberapa praktisi hatchery fenomena ini disebut Penyakit Zoea Syndrome.

Pada larva yang berasal dari induk SPF, mortalitas terjadi pada saat perubahan stadium zoea 1 ke zoea 2. Hal ini diduga berhubungan dengan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan, dimana pakan alami yang diberikan berperan sangat besar, disamping faktor suhu yang mungkin berpengaruh. Oleh karena induk udang introduksi ini berasal dari negara subtropik, maka adaptasi suhu dikhawatirkan dapa t merupakan fa ktor pembatas bagi kelulushidupan dan pertumbuhan larvanya.

Bila dilihat dari pertumbuhannya, larva L. vannamei dengan aplikasi probiotik sehari lebih

cepat mengalami perubahan stadia dibandingkan dengan tanpa inokulasi probiotik. Hampir 85% larva mengalami perubahan stadium dari stadium Zoea-3 ke Mysis 1 pada penggunaan Alteromonas sp. BY–9 sedangkan pada kontrol hanya 77% . Sedangkan perubahan stadium dari mysis 3 ke PL-1 pada perlakuan probiotik sebesar 90% dan pada control hanya 80% (Gambar3). Keadaan ini terlihat pada larva yang dipelihara dari induk tambak atau induk yang berasal dari import (SPF).

Hal ini dimungkinkan berhubungan dengan sifat probiotik yang ikut menstimulasi pencernaan pakan pada larva udang dengan menghasilkan substansi enzimatik, sehingga pencernaan pada larva menjadi aktif. Akibat lanjut dari aktivitas ini, pakan mudah tercerna dan energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk memacu aktivitas pergantian kulit (moulting) dan perkembangan stadia.

Hasil pemant auan populasi Vibrio menunjukkan bahwa terjadi penekanan populasi Vibrio dengan adanya inokulasi Alteromonas sp. BY–9. Walaupun pada kontrol populasi Vibrio relatif tinggi namun tidak sampai mematikan larva udang. Ketahanan larva udang terhadap Vibrio pada kontrol mungkin berhubungan dengan sifat induk udang yang SPF, sehingga karakter ini yang secara genetik bisa menghambat infeksi patogen.

Dari pemantauan keragaan morfologi nampak bahwa benih dengan induk asal tambak berbeda nilai morfologinya bila dibandingkan dengan benih dari induk SPF. Benih turunan SPF

Gambar 3. Persentase perkembangan stadia larva Litopennaeus vannamei setelah dipelihara dengan inokulasi Alteromonas sp. BY–9 dan tanpa inokulasi (kontrol)

0 20 40 60 80 100 Perkem bangan (%) N zoea-3 mysis PL

Stadia

BY-9 Kontrol

(5)

menunjukkan lebih sehat, vigours dan aktif gerakannya (Tabel 1).

Hasil analisis deteksi TSV menunjukkan bahwa benih yang dipelihara dengan Alteromonas sp. BY–9 atau pada kontrol dari induk asal tambak

Gambar 4. Pola pertumbuhan Vibrio dalam media pemeliharaan larva Litopennaeus vannamei dengan inokulasi Alteromonas sp.BY–9 dan tanpa inokulasi (kontrol)

0 150 300 450 600 750 900 N Z-1 Z-2 Z-3 M -1 M -2 M -3 PL-1 PL-8 Stadia larva K e p a d a ta n V ib ri o (C F U /m L ) BY-9 Kontrol

Tabel 1. Hasil penilaian keragaan morfologi pada benih udang Litopennaeus vannamei stadia PL-8

Parameter Benih dari

induk tambak Benih dari induk tambak Benih dari induk import Benih dari induk import

Probiotik Kontrol Probiotik Kontrol

1. Antenulla 2,8 2,6 4,2 5,0

2. Hepatopankreas 11,2 12,0 16,0 17,6

3. Usus (Intestine) 9,6 10,0 9,6 10,0

4. Midgut 12,6 9,6 14,4 10,0

5. Uropoda 3,6 5,0 5,0 10,0

6. Otot ekor (Tail muscle) 7,2 6,4 7,6 9,2

7. Chromatophora 3,4 4,8 4,2 3,8 8. Penempelan (Parasite) 13,8 6,0 12,6 8,4 9. Stress 8,4 7,2 12,0 14,4 Skor Total 72,6 63,6 85,6 88,4 Panjang (mm) 5,5120 5,1880 5,7650 5,0383 Berat badan (g) 0,0013 0,0005 0,0014 0,00176

(6)

dan pertumbuhan larva udang L. vannamei seperti terlihat pada Tabel 2.

Kelulushidupan benih udang L. vannamei pada stadia PL-8 dari induk tambak dan import dan bersifat sifat SPF dengan aplikasi Alteromonas sp. BY–9 sebesar 10,45 dan 19,16 %, sedangkan pada kontrol sebesar 2,4 ( induk tambak ) dan 17,01 % (induk import). Perkembangan stadia larva L. vannamei lebih cepat 1 hari pada pemeliharaan dengan inokula si Alt eromonas sp. BY–9 dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian Alteromonas sp. BY–9)

Nilai keragaan morfologi benih L. vannamei yang dihasilkan dari induk import (SPF) lebih baik (85,6) dibandingkan dengan benih yang dihasilkan dari induk tambak (72,6)

Daftar Pustaka

Douillet, P.A and C.J. Langdon. 1994. Use of a probiotic

for culture of larvae of the Pacific oyster (Crassostrea gigas Thunberg). Aquaculture, 119: 25–40.

Gibson,L.F., J. Woodworth and A.M. George. 1998.

Probiotic activity of Aeromonas media on the Pasific oyster Crassostrea gigas, wh en challenged with Vibrio tubiashi. Aquaculture, 169: 111–120.

Haryanti and K. Sugama. 1998. Diseases problem and

use of bacteria as biocontrol agent for larval rearing of Penaeus monodon in Indonesia, pp. 1–9. In: H.S. Xu (Eds.), Proceeding of the Regional Workshop on Disease Problems of Shrimp

Culture Industry in the Asian Region and Technology of Shrimp Disease Control .October 9–14, 1998 Qingdao, China.

Haryanti, K. Sugama and S. Tsumura. 1998. Use of BY–

9 as a probiotic agent in the larval rearing of Penaeus monodon, pp. 183-185. In: T.W. Flegel (Ed.), Proceedings to the Special Session on Shrimp Biotechnology : Advances in shrimp biotechnology., 5th Asian Fisheries Forum, 11–14

November 1998, ChiangMai, Thailand.

Haryanti, K. Sugama, S. Tsumura and T. Nishijima.

2000. Vibriostatic bacterium isolated from seawater: potentially as probiotic agent in the rearing of Penaeus monodon Larvae. Indonesian Fisheries Research Journal, 6 (1) : 26–32

Nakamura, A., K.G. Takahashi and K. Mori. 1999.

Vibriostatic bacteria isolated from rearing seawater of oyster broodstock: Potenciality as biocontrol agents for vibriosis in oyster larvae. Fish Pathology, 34 (3): 139–144.

Nogami, K and M. Maeda. 1992. Bacteria as biocontrol

agent for rearing larva of the crab, Portunus trituberculatus. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Science, 49 (11) : 2373–2376.

Rengpipat, S., W. Phianphak, S. Piyatiratitivorakul and P. Menasveta. 1998. Effects of a probiotic

bacterium on black tiger shrimp Penaeus monodon survival and growth. Aquaculture, 167 : 310–313.

Rengpipat, S., W. Phianphak, S. Piyatiratitivorakul and P. Menasveta. 1998. Effects of a probiotic

bacterium on black tiger shrimp Penaeus monodon survival and growth. Aquaculture, 167 : 310–313

Tabel 2. Nilai kisaran kualitas air pemeliharaan larva L. vannamei dengan inokulasi Alteromonas sp. BY–9 dan tanpa inokulasi

Parameter Benih dari Induk Tambak Benih dari induk import (SPF) Suhu oC Pagi (AM) 25,2 - 26,2 27,3 - 29,3 Sore (PM) 26,2 - 27,7` 28,5 - 30,4 Salinitas (ppt) 34 - 35 34 - 35 pH 7,50 - 7,61 8,05 - 8,22 Intensitas Cahaya Pagi (AM) 846 - 1220 879,5 - 1010 Sore (PM) 2170 - 2840 2330 - 9020

(7)

Sugita, H.Y. Hirose, N. Matsuo and Y. Deguchi. 1998.

Production of the antibacterial substance by Bacillus sp. strain NM 12, an intestinal bacterium of Japanese coastal fish. Aquaculture, 165: 269– 280.

Wyban, J.A., J.S. Swingle, J.N. Sweeney and G.D. Pruder. 1993. Specific Pathogen Free Penaeus

vannamei. Jounal of The World Aquaculture, 24 (1) : 39–45.

Gambar

Gambar 1 . Kelulushidupan benih L. vannamei dari induk tambak yang dipelihara hingga PL-8 dengan    pemberian probiotik Alteromonas sp
Gambar 3. Persentase perkembangan stadia  larva Litopennaeus vannamei  setelah  dipelihara  dengan  inokulasi Alteromonas sp
Gambar 4. Pola pertumbuhan Vibrio  dalam media  pemeliharaan  larva  Litopennaeus vannamei  dengan  inokulasi Alteromonas sp.BY–9 dan tanpa inokulasi (kontrol)

Referensi

Dokumen terkait

• Proses ekstraksi diawali dengan mencampur 200 mg sampel dengan buffer lysis sebanyak 320 μl, RNase A sebanyak 16 μl, proteinase-K sebanyak 16 μl dan DTT sebanyak 3.2 μl

Implementasi pendidikan karakter melalui budaya sekolah memiliki nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan pada siswa, meliputi; (a) nilai kedisplinan: kegiatan “Sarapan

Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 11 Januari 2012 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Evawanialisza binti Mohammad bagi menilai

Dari analisa tersebut dapat diketahui bahwa ada korelasi positif antara aktivitas mahasiswa di Masjid al- Barokah dengan prestasi belajar membaca Al-Qur’an pada mata

Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara tidak memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik,

Pada bagian ini merupakan kuesioner yang berisi tentang karakteristik

Oleh karena itu, dengan menggunakan fasilitas SMS Gateway diharapkan dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam perusahaaan yaitu dapat

PERANCANGAN SIMULASI KENDALI PENGISIAN BARANG KE KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN PENGENDALI LOGIKA.. TERPROGRAM (PLC) OMRON